CASE Absess Mamae [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CASE ABSESS MAMMAE Disusun Oleh: Bayu Indrayana Irsyad Rudi Chandra Hermas Irawan Yeli Erna Fratiwi Ajeng Annamayra Nita Christiani



Pembimbing: dr. Danny Ganiarto Sugandi, Sp.B



KSM / SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH 2012



Identitas Umum Nama



: Ny. Royani



Umur



: 32 tahun



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Agama



: Islam



Alamat



: Asrama Brimob Cikole, Bandung



Status Pernikahan



: kawin



Tanggal masuk



: 31 januari 2012



Jam Masuk



: 13.00 WIB



Tanggal periksa



: 31 Januari 2012



Anamnesis Keluhan utama: benjolan pada payudara kiri Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien masuk ke RS Sartika Asih melalui poli bedah dengan keluhan adanya benjolan pada payudara sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri (+), kemerahan, sedikit lunak, terdapat nanah dibagian tengahnya, dan adanya demam yang hilang timbul. Benjolan awalnya muncul sejak 1 minggu yang lalu, benjolan tersebut tampak kemerahan, kecil sebesar biji kopi, tapi semakin lama semakin membesar. 3 hari sebelum masuk rumah sakit, benjolan tersebut mulai terdapat nanah, dan sedikit melunak. Keluhan lain berupa demam yang hilang timbul sejak benjolan tersebut timbul dan nyeri (+). Pasien mengaku masih menyusui anaknya yang berusia 1,5 tahun dengan payudara kanan, sedangkan payudara kiri tidak pernah dipakai untuk menyusui.



RPD : RPK : Riwayat Alergi : Usaha berobat : 6 hari yang lalu pasien berobat ke poli bedah dan disarankan operasi namun pasien menolak.



Pemeriksaan Fisik Kesan sakit



: Sedang



Kesadaran



: Compos Mentis (GCS 15)



TTV: T : 110/70 mmHg N : 70 x/menit R : 20 x/menit S : 37,2 0C Status Generalis : Kulit



: turgor kembali cepat



Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+ Leher



: KGB tidak teraba membesar, trakhea letak sentral



Thorax : B/P simetris, retraksi Pulmo : VBS ki=ka, wheezing -/-, ronkhi -/Cor Abdomen



: BJM reguler, murmur : Datar, soepel, bising usus (+), nyeri tekan (-)



Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”



Status Lokalis : -



a/r mammae sinistra : pada lateral areola mammae tampak benjolan berisi pus, dengan tepi hiperemis, konsistensi lunak, ukuran 4x4 cm, fluktuasi (+), sekret (-), oedem (+).



-



a/r mammae dextra : dalam batas normal



Diagnosis Banding -



Abses mamae sinistra e.c : 



Infeksi bakteri







Infeksi jamur



Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Darah (31 Januari 2012) Hb



: 14,1 gr/dl



Ht



: 39 %



L



: 15.900 /mm3



Tc



: 359.000 gr/dl



Foto Thorax : Kesan : Cor dan pulmo normal, tak tampak proses spesifik



Diagnosis Kerja : Abses Mammae sinistra e.c infeksi Bakteri



Resume Pasien seorang wanita, berusia 32 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, datang ke poli bedah RSB Sartika Asih dengan keluhan adanya benjolan pada mammae sinistra sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri (+), hiperemis (+), sedikit lunak, berisi pus dibagian central, dan adanya febris yang hilang timbul. Benjolan awalnya muncul sejak 1 minggu yang lalu, benjolan tersebut tampak hiperemis (+), kecil sebesar biji kopi, semakin lama semakin membesar. 3 hari SMRS, benjolan mulai terdapat pus dan sedikit melunak. Keluhan lain berupa febris yang hilang timbul sejak munculnya benjolan dan nyeri (+). Pasien mengaku masih menyusui anaknya yang berusia 1,5 tahun dengan mammae dextra, sedangkan mammae sinistra tidak pernah dipakai untuk menyusui. 6 hari yang lalu pasien berobat ke poli bedah dan disarankan operasi namun pasien menolak. Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, dengan tensi 110/70 mmHg, heart rate 70 x/menit, respirasi 20 x/menit, dan temperature 37,2 0C. Pada status lokalis a/r mammae sinistra didapatkan pada lateral areola mammae tampak benjolan berisi pus, dengan tepi hiperemis, konsistensi lunak, ukuran 4x4 cm, fluktuasi (+), sekret (-), oedem (+). Sedangkan mammae dextra dalam batas normal. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit 15.900 /mm3.



Penatalaksanaan 



Rencana USG mammae sinistra







Rencana drainage absess dengan biopsi incisi + PA dan kultur pus + tes resistensi antibiotik







Medikamentosa pre op: o Infus RL 500cc/24 jam o Analgetik : torasic (ketorolac) 10 mg IV o Antibiotik profilaxis: Ceftriaxone 2g



Laporan operasi pada tanggal 1 Februari 2012 Diagnosis pre-operasi : Abses Mammae Sinistra Diagnosis post-operasi : Abses Mammae Sinistra Tindakan operasi



: Incisi biopsi + PA



Temuan Operasi: Pus (+) dan jaringan nekrotik (+)



Medikamentosa Post Op: 



Analgetik: Tramadol kaps 3x50 mg prn







Antibiotik: Cefadroxil 2x500 mg







Ganti balut setiap hari



Prognosis Quo ad vitam



: Ad bonam



Quo ad functionam : Ad bonam Quo ad sanationam : Ad bonam



Pembahasan Pasien perempuan usia 32 tahun dengan diagnosis abcess mammae sinistra. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pasien seorang wanita, berusia 32 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, datang ke poli bedah RSB Sartika Asih dengan keluhan adanya benjolan pada mammae sinistra sejak 1 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri (+), hiperemis (+), sedikit lunak, berisi pus dibagian central, dan adanya febris yang hilang timbul. Gejala dari abses mammae berupa nyeri dan oedem pada mammae, febris, dan adanya nipple discharge dan keparahan gejala dapat bervariasi. Benjolan awalnya muncul sejak 1 minggu yang lalu, benjolan tersebut tampak hiperemis (+), kecil sebesar biji kopi, semakin lama semakin membesar. 3 hari SMRS, benjolan mulai terdapat pus dan sedikit melunak. Keluhan lain berupa febris yang hilang timbul sejak munculnya benjolan dan nyeri (+). Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Bakteri dapat masuk melalui kulit yang terluka pada mammae atau areola. Akibat infeksi ini, dinamakan mastitis, yang menginvasi jaringan lemak mammae, menyebabkan oedem dan menekan duktus lactiferus. Absess merupakan ruang kosong pada mammae yang berisi pus dari duktus laktiferus yang terinfeksi. Absess dapat berkembang dari adanya mastitis berat. Pasien mengaku masih menyusui anaknya yang berusia 1,5 tahun dengan mammae dextra, sedangkan mammae sinistra tidak pernah dipakai untuk menyusui. Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan pus. Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok. Pada wanita yang tidak menyusui, munculnya absess dapat merupakan gejala dari onset baru diabetes atau “uncommon type of inflammatory cancer”. Pada kasus yang jarang, abses dapat menyebabkan infeksi luas (sepsis) jika dia menyebar melalui aliran darah. 6 hari yang lalu pasien berobat ke poli bedah dan disarankan operasi namun pasien menolak sehingga infeksinya semakin luas.



Pada status lokalis a/r mammae sinistra didapatkan pada lateral areola mammae tampak benjolan berisi pus, dengan tepi hiperemis, konsistensi lunak, ukuran 4x4 cm, fluktuasi (+), sekret (-), oedem (+). Fluktuasi menggambarkan adanya pus . Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit 15.900 /mm3. Leukositosis merupakan respon imun tubuh terhadap radang dan pada kasus ini juga menggambarkan adanya tanda sepsis. Pada pasien ini diusulkan USG mammae preoperatif untuk membantu operator untuk menentukan sejauh mana perlu dilakukan drainage abses. Drainage abses dilakukan dengan incisi dengan tujuan untuk mengeluarkan pus yang ada di dalamnya sehingga membantu penyembuhan dengan antibiotik. Biopsi dilakukan karena dicurigai adanya keganasan pada mammae, dan kultus pus + tes resistensi antibiotik dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab abses yang umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus sehingga terapi akan lebih maksimal. Pemberian infus ringer laktat hanya untuk membantu supply cairan dan pemberian analgetik secara intravena dan antibiotik profilaksisnya. Pemberian analgetik post-op karena setelah operasi pasien mengeluh adanya rasa nyeri pada mammae. Antibiotik post-op tetap diberikan untuk mengobati adanya infeksi dan diberikan broadspektrum Cefadroxil sehingga luka akan lebih cepat sembuh. Pasien disarankan mengganti balut setiap hari untuk drainage pus dari tempat incisi. Prognosis pada kasus ini dapat disimpulkan adalah ad bonam pada quo ad vitam, functionam dan sanationam. Hal ini berdasarkan kondisi umum pasien yang stabil baik itu sebelum dan setelah operasi serta luka mulai kering 2 hari post incisi abses.