11 0 271 KB
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Payudara yang dikenal juga sebagai buah dada adalah organ yang termasuk dalam kategori organ kelamin luar wanita. Peran utama payudara dalam kaitannya sebagai fungsi reproduksi adalah menghasilkan air susu untuk nutrisi bayi yang baru dilahirkan sampai pada usia tertentu. Oleh sebab itu payudara juga merupaka salah satu organ yang penting bagi manusia Ada beberapa kelainan pada payudara dan salah satunya adalah mammae aberrant. Mammae aberrant adalah kelainan payudara berupa terdapat payudarah lebih dari dua. Kelainan ini terjadi pada garis susu ( milk line) yaitu dari axilaris hingga ke inguinalis. Namun sebagian besar mammae aberrant ini terjadi pada axilaris. Kelainan pada payudara ini merupakan kelainan congenital, dan perempuan dua kali lebih banyak yang menderita mammae aberrant dari pada laki – laki. Penatalaksanaan kelainan pada payudara ini ( mammae aberrant ) adalah dilakukan eksterpasi.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI PAYUDARA
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan
jaringan ikat. Parenkhim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus, yang masing-masing
mempunyai
saluran
tersendiri
untuk
mengalirkan
produknya, dan bermuara pada putting susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10 – 100 asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mamma. Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper. Ligamentum “suspensory” Cooper ini bekerja sebagai jaringan penunjang yang kuat diantara lobus dan parenkim, dan diantara dermis kulit dengan bagian dalam fascia pektoralis superfisilais. Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi keratinisasi dari epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin berpigmen dan menonjol. Terdapat
kumpulan
serabut
otot
polos
yang
radier
dan
sirkumferensial, serta longitudinal pada daerah duktus laktiferus. Pada daerah areola terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar areola asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-
2
penonjolan kecil pada permukaan areola yang disebut glandula areola “Montgomery tubercles”.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu : 1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) 2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) 3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) 4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) 5. Regio puting susu (nipple)
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band dari penebalan ektoderm (mammary ridges, milk lines). Pada mammalia, penebalan ini terbentang bilateral dari axila ke vulva.
3
Pada minggu kesembilan, milk lines ini menjadi atrofi, kecuali di daerah pectoralis dan mulai tampak tunas putting susu (primordium payudara). Pada minggu ke duabelas tunas putting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis.
Pada
bulan ke lima, jaringan ikat mesenkim
menginfiltrasi primordium payudara dan berdiferensiasi menjadi l5 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris dibawah kulit tunas puting susu. Ductulus mamma berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berahir dalam tunas lobulus. Tunas putting susu akan terbuka dan membentuk mammary pit;yang selanjutnya akan terelevasi dan membentuk puting susu.
Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki akil balik dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak. Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu.
4
Selama masa kehamilan, payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat. Umumnya air susu belum diproduksi saat hamil. Segera setelah melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan hormon prolaktin yang bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya rangsang puting dari hisapan bayi. Sedangkan proses pengeluaran air susu dibantu oleh kontraksi otot disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung jawab dalam kontraksi rahim saat bersalin).
2.2 DEFINISI Mamae aberant adalah kelainan berupa terdapatnya payudara atau papillae mamma yang lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal tapi kebanyakan di axilla.
2.3 INSIDENSI Mamae aberant 2 kali lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Dan sebagian besar terdapat di axilla. Pemyakit ini banyak terjadi pada usia lebih dari 16 tahun.
5
2.4 PENYEBAB Mamae aberant adalah kelainan pada payudarah yang merupakan kelainan kongenital.
Ada 3 unsur terdapat pada mamma aberan tersebut : 1.
Parenkim kelenjar susu
2.
Areola
3.
Papilla mama
Kadang-kadang
ketiga
unsur
tersebut
ditemukan
secara
histopatologik, tapi kadang-kadang hanya satu unsur saja.
2.5 GEJALA KLINIK -
Terdapat benjolan yang lunak pada ketiak atau pada garis susu (milk line)
-
Benjolan semakin membesar ketika menyusui, hamil, atau menstruasi dan mengecil setelahnya.
2.6 PENATALAKSANAAN Penata laksanaan mammae aberrant adalah dilakukan ekstirpasi Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya atau pengangkatan seluruh jaringan atau organ yang rusak
2.7 PROGNOSIS Quo ed vitam
: dubia et bonam
Quo ed fungsionam : dubia et bonam
6
BAB III LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS Nama
: Ny. R
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Bangsa
:Indonesia
MRS
: 24-06-2013
ANAMNESIS Keluhan Utama
: terdapat benjolan di ketiak kiri
RPP
: tedapat benjolan di ketiak kiri sebesar telur puyuh sejak satu tahun yang lalu. Benjolan pertama muncul berukuran kecil dan semakin lama semakin besar. Benjolan ini kadang kadang terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah memiliki benjolan yang sama pada ketiak kanan kurang lebih 4 tahun yang lalu. Asma
: (-)
Penyakit jantung : (-) Diabetes militus : (-) Penyakit paru-paru : (-) Hipertensi
: (-)
Alergi obat dan makanan : (-)
7
Riwayat Penyakit Keluarga: Adik pasien pernah menderita penyakit yang sama dengan pasien dan telah dilakukan oprasi kurang lebih 2 tahun yang lalu.
III.
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: TD: 110/70 mmHg Nadi : 76 x/ menit RR : 21 x/ menit T: 36oC
-
Kepala
: Normocephali, rambut hitam dan tidak mudah rontok, sudut nasolabialis simetris.
a. Mata
: edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
b. Hidung
: sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
c. Mulut dan Tenggorokkan : mukosa bibir anemis (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hipermis (-) d. Telinga
: nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-)
- Leher : Inspeksi : simetris, massa (-) Palpasi
: pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
- Thorax : Simetris, gerak napas tertinggal (-/-) Pulmo : a. Inspeksi
: sela iga melebar (-/-), otot bantuan napas (-/-)
b. Palpasi
: stempremitus (-), krepitasi (-)
c. Perkusi
: sonor
d. Auskutasi : vesikuler (+/+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)
8
Cor : a. Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi
: iktus kordis teraba di ICS VI linea mid clavicula sinistra
c. Perkusi
: batas atas
: ICS II
batas kanan : linea parasternalis dextra batas kiri
: ICS VI linea mid aksilaris anterior sinistra
d. Auskultasi : S1/S2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen Inspeksi
: datar, lemas, massa (-)
Palpasi
: nyeri tekan (-), teraba massa (-), hepar-lien tidak teraba
Perkusi
: timpani, nyeri ketok (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
- Ekstremitas a. Superior : akral hangat, edema (-/-) sianosis (-/-) b. Inferior
: akral hangat, edema (-/-), pitting edema (-/-), sianosis (-/-)
- Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan
-
Status lokalis pada region axilaris sinistra terdapat massa dengan konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tanda peradangan (-)
9
IV.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
11g/dl
14 – 16 g/dl
Leukosit
5.200 /µL
5000 – 10000 /µL
Trombosit
317.000/µL
150.000 – 400.000 /µL
Bleeding time
3 menit
1 – 6 menit
Clotting time
7 menit
V.
VI.
10 – 15 menit
DIAGNOSIS BANDING -
Mammae aberrant
-
Lymphadenophaty axilaris
DIAGNISIS KERJA Mammae aberrant axilaris sinistra
VII.
PENATALAKSANAAN Dilakukan ekstirpasi. Ekstirpasi dilakukan pada tanggal 25 juni 2013 jam 12.00
Penatalaksanaan post oprasi: a. Pengobatan umum -
IVFD RL gtt XX
-
Observasi perdarahan dari drain
-
Ganti perban
10
b. medikamentosa -
Cefotaxime 2x1 ampul injeksi intravena
-
Ketorolak 3x1 ampul injeksi intravena
-
Asam Traneksamat 3x1 ampul injeksi intravena
FOLLOF UP POST OP Subjektif : Nyeri di daerah bekas operasi Objektif Keadaan Umum
:
Baik
Kesadaran
:
Composmentis
Tekanan Darah
:
110/60 mmHg
Suhu
:
38,6 C
Nadi
:
78 x/menit
RR
:
20 x/menit
Asessment Mammae aberrant pada region axilaris sinistra Post Op ekstirpasi
Pengobatan -
Observasi perdarahan dari drain
-
IVFD RL gtt XX
-
Cefotaxime 2x1 ampul injeksi intravena
-
Ketorolak 3x1 ampul injeksi intravena
-
Asam Traneksamat 3x1 ampul injeksi intravena
VIII.
PROGNOSIS Quo ed vitam
: bonam
Quo ed fungsionam
: bonam
11
BAB IV PEMBAHASAN Seorang perempuan 32 tahun datang ke RSUD Palembang Bari dengan keluhan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu penderita merasakan terdapat benjolan pada ketiak kiri sebesar telur puyuh. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien ini, yaitu mammae aberrant, yaitu kelainan congenital pada payudara berupa terdapatnya payudara atau papillae mamma yang lebih dari dua pada garis susu 9 milk line ) yaitu da.ri axilla sampai ke inguinal Dari informasi riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga, Kurang lebih 4 tahun yang lalu juga terdapat benjolan di ketiak kanan pasien dan telah dilakukan ekstirpasi. Adik pasien juga pernah terdapat benjolan yang serupa kira – kira 2 tahun yang lalu. Dari hasil pemeriksaan status lokalis pada region axilaris sinistra terdapat massa dengan konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tanda peradangan (-) Dari hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi di dapatkan hemoglobin, trombosit, waktu pembekuan dan waktu perdarahan masih dalam batas normal. Berdasarkan hasil temuan baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami Mammae aberrant pada region axilaris sinistra. Penderita ini dilakukan Operasi ekstirpasi. Instruksi post operasi pasien diberikan pengobatan umum observasi perdarahan dari drain, IUFD RL gtt XX/menit, serta pengobatan medikamentosa berupa, inj. Cefotaxime 1 gr, inj asam traneksamat 1 amp dan Inj, Ketorolac 1 amp. Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, yaitu dubia ad bonam, dan quo ad functionam, yaitu dubia ad bonam.
12
BAB V KESIMPULAN Mamae aberant adalah kelainan berupa terdapatnya payudara atau papillae mammae yang lebih dari dua. Letaknya pada garis susu dari axilla sampai ke inguinal. Mamae aberant 2 kali lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan Pemyakit ini banyak terjadi pada usia lebih dari 16 tahun. Mammae aberant adalah kelainan pada payudarah yang merupakan kelainan kongenital. Sebagian besar kelainan ini pada axilaris. Penatalaksanaan pada mammae aberrant yaitu dilakukan ekstirpasi. Ekstirpasi itu sendiri adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya atau pengangkatan seluruh jaringan atau organ yang rusak.
13
TINJAUAN PUSTAKA 1. Sjamsuhidajat R., de Jong W. 2005. Bagian III: Tindakan Bedah Organ dan Sistem Organ, Prostat. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia 2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. wardhani, W.Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 3. Sari, D.K, et al. 2005. Chirugica. Yogyakarta; Tosca Enterprise 4. http://www.scribd.com/doc/47638731/BEDAH
14