Case Report Dermatitis Numularis  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS CASE REPORT



DERMATITIS NUMULARIS



PENYUSUN Tiara Alfitriana, S.Ked J510195054



PEMBIMBING dr. Eddy Tjiahyono, Sp. KK



PRODI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020



HALAMAN PENGESAHAN Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS CASE REPORT Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta



Judul



: Dermatitis Numularis



Penyusun



: Tiara Alfitriana, S.Ked (J510195054)



Pembimbing : dr. Eddy Tjiahyono, Sp. KK



Magetan, 07 Januari 2020 Menyetujui, Pembimbing



Penyusun



dr. Eddy Tjiahyono, Sp. KK



Tiara Alfitriana, S.Ked



Mengetahui, Kepala Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UMS



dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD



DERMATITIS NUMULARIS I.



IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn. S



Tanggal Lahir



: 15-05-1955



Umur



: 64 tahun



Pekerjaan



: Petani



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Plaosan



Agama



: Islam



Tanggal Pemeriksaan : 03-01-2020 II.



ANAMNESIS a. Keluhan Utama Gatal-gatal di punggung, kedua tangan dan kedua kaki. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien kontrol datang ke poli klinik Kulit dan Kelamin RSUD dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan gatal-gatal dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya muncul plenting-plenting pertama kali pada kedua tangan, kemudian lama kelamaan menjalar hingga ke kedua kaki. Saat ini keluhan sudah berkurang, plenting-plenting sudah pecah, sebagian mengering dan menghitam namun gatal masih dirasakan. Selain di tangan dan kaki pasien juga mengeluhkan gatal pada punggung. Tidak didapatkan adanya keluhan penyerta lain seperti demam, pusing, mual, dan mutah. Pasien dulu pernah berobat ke mantri, namun keluhan tidak membaik. Pasien juga tidak memilikir riwayat alergi. c. Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat penyakit serupa



: disangkal



- Riwayat plenting-plenting



: disangkal



- Riwayat Hipertensi



: disangkal



- Riwayat DM



: diakui



- Riwayat Alergi



: disangkal



d. Riwayat Penyakit Keluarga -



Riwayat penyakit serupa



: diakui



-



Riwayat plenting-plenting



: disangkal



-



Riwayat HT



: disangkal



-



Riwayat DM



: disangkal



-



Riwayat alergi pada keluarga : disangkal



e. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien dulu merupakan seorang petani, namun saat ini pasien sudah tidak bekerja dan hanya diam di rumah saja. Namun sesekali pasien masih menanam tumbuhan di kebun rumahnya. III.



PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum -



KU



: Cukup



-



Kesadaran



: Compos mentis



b. Tanda Vital -



HR



: 88x/menit



-



RR



: 16x/menit



-



T



: 37,2oC



-



TD



: 130/80 mmHg



c. Pemeriksaan Status Dermatologis -



Lokasi



: regio antebrachii anterior dan cruris dextra et



sinistra -



UKK



: plakat hiperpigmentasi, disertai skuama dan krusta



d. Pemeriksaan Status Generalis -



Kepala



: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema



palpebra (-/+), regio ophthalmica kiri tampak hiperemis dan kelopak mata kiri sulit membuka -



Leher : pembesaran KGB (-)



-



Thorax Paru-paru Inspeksi



: dada simetris, napas spontan, retraksi (-), sesak (-)



Palpasi



: fremitus teraba simetris kanan kiri



Perkusi



: sonor (+/+)



Auskultasi



: SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)



Jantung Inspeksi



-



: ictus cordis tidak terlihat



Palpasi



: ictus cordis teraba kuat



Perkusi



: tidak terkesan pelebaran batas jantung



Auskultasi



: BJ I/II normal regular, bising jantung tambahan (-)



Abdomen Inspeksi



: flat abdomen



Auskultasi



: BU (+)



Perkusi



: timpani (+)



Palpasi -



: Nyeri tekan (-)



Genitalia (Status Lokalis Ginekologis): Dalam batas normal



-



Ekstremitas : Akral hangat, turgor cukup, CRT < 2 detik, ADP teraba kuat



IV.



DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING a. Diagnosis Klinis : Dermatitis Numularis b. Diagnosis Banding:



V.



-



Dermatitis Venenata



-



Dermatitis Kontak



PLANNING TATA LAKSANA a. Methylprednisolon 2 x 4 mg b. Loratadin 1 x10 mg c. Betamethason cr 10 d. Hidrocortison cr 10



DASAR TEORI



I.



DEFINISI Dermatitis nummular atau yang biasa disebut eksim nummular atau eksim discoid merupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi atau lesi awal berupa papul disertai vesikel (papulo vesikel), biasanya mudah pecah sehingga basah dan biasanya menyerang ekstremitas.



II.



EPIDEMIOLOGI Dermatitis Numularis biasanya terjadi pada orang dewasa, lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Usia puncak awitan antar dua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita usia puncak juga terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anakanak. Bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.



III.



ETIOPATOGENESIS Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Namun demikian banyak faktor predisposisi, baik predisposisi primer maupun sebagai predisposisi sekunder telah diketahui sebagai agen etiologi. Staphylococci dan micrococci diketahui sebagai penyebab langsung melalui mekanisme hipersensitivitas. Namun demikian, perannya secara patologis belum juga diketahui. Dalam beberapa kasus, adanya tekanan emosional, trauma lokal seperti gigitan serangga dan kontak dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi timbulnya dermatitis numular, tetapi bukan merupakan penyebab utama. Penyakit ini umumnya cenderung meningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit yang kering dan frekuensi mandi yang sering dalam sehari akan memperburuk kondisi penyakit ini.



IV.



PATOFISIOLOGI Patofisiologi dermatitis numularis belum diketahui pasti, tetapi kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum



rendah. Peneliti mengemukakan hipotesis bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan serat-saraf-C dapat menimbulkan gatal. Pada penderita dermatitis numularis, substansi P dan substansi yang bernama kalsitonin peptida meningkat di daerah lesi. Neuropeptida ini dapat menstimulasi



pelepasan



sitokin



lain



sehingga



memicu



inflamasi;



neuropeptida berperan pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Peneliti lain berpendapat bahwa adanya sel mast di dermis pasien dermatitis numularis menunjukkan aktivitas enzim chymase, menurunkan kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menurunkan kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi. V.



MANIFESTASI KLINIS 1. Gejala-gejala umum antara lain: a. Timbul rasa gatal b. Lesi kulit antara lain makula, papul dan vesikel atau menyatu menjadi plak dengan tambahan: -



Bentuk numular seperti koin



-



Umumnya menyebar dan berkelompok



-



Lembab dengan permukaan yang keras



-



Plak dapat menjadi eksudatif dan berkerak



-



Terdapat pada bagian ekstremitas atas dan bawah



c. Kulit bersisik/ekskoriasi d. Kulit yang kemerahan/inflamasi



2. Bentuk klinis Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan, yaitu; a. Dermatitis numular pada tangan dan lengan. Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas. b. Dermatitis numular pada tungkai dan badan. Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif.



Dalam



perkembangannya,



kelainan



dapat



sangat



edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan. c. Dermatitis numular bentuk kering. Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahuntahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati. VI.



DIAGNOSIS 1. Anamnesis Pada anamnesis dapat ditanyakan tentang gejala prodromal dan konstitusi, juga adanya riwayat varicella sebelumnya, konsumsi obat



atau penyakit imunosupresan, atau kemungkinan orang terdekat yang mengalami infeksi yang sama. 2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pemeriksaan status umum dan status obstetri dermatologis dan ditemukan lesi papulovesikular dapat berubah menjadi plakat hiperpigmentasi disertai skuama atau krusta. 3. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi. VII.



DIAGNOSIS BANDING 1. Dermatitis Kontak Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan riwayat kontak sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan patch test atau prick test. 2. Liken simpleks kronikus (neurodermatitis) Biasanya jarang, lesinya kering berupa plak yang likenifikasi dengan distribusi tertentu. 3. Dermatitis Atopik Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.



VIII.



TATA LAKSANA Penatalaksanaanya difokuskan pada gejala yang mendasari: 1. Melindungi kulit dari trauma.



Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi. 2. Emollients. Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions. 3. Steroid topikal. Untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian triamcinolone 0,025-0,1%. 4. Antibiotik oral maupun topikal. Untuk mencegah infeksi sekunder. Digunakan dicloxacillin dosis oral 125- 500 mg 4 kali per hari selama 7-10 hari. Kadang-kadang dermatitis lidapat sembuh total, hanya timbul lagi jika pengobatan tidak diteruskan. 5. Antihistamin oral. Mengurangi gatal dan sangat berguna pada malam hari. Tidak menghilangkan



dermatitis.



Misalnya



hydroxyzine



(atarax,



vistaril,vistazine) dengan dosis oral 25-100 mg 4 kali per hari. 6. Fototerapi. Ultraviolet light treatment beberapa kali dalam seminggu biasanya dapat membantu. Dapat mengontrol dermatitis dalam beberapa bulan, namun padakasus yang berat sangat diperlukan. Fototerapi dengan ultraviolet B mungkin efektif. 7. Steroid sistemik. Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan prednilson dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients. IX.



PROGNOSIS



Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.



DAFTAR PUSTAKA



Badan Penerbit FKUI, 2015. Atlas Berwarna dan Sinopsis Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Djuanda, A., 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. USA: The McGaw-Hill Medical Co.; 2008 .p. 169-93. Harahap, M., 2015. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp 6–30. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews’ diseases of the skin clinical dermatology. 10th ed. Canada: Elsevier Inc.; 2006 .p. 93-201. Odom RB, James WD, Berger TG. Numularis. In: James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrews’ diseases of the skin clinical dermatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. Wolff, K. & Johnson, R.A., 2009. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. New York: Mc Graw HillMedical.