10 0 5 MB
Interna
Randy Richter
Catatan Koas | Ilmu Penyakit Dalam
“GASTROENTEROHEPATIK”
Dispepsia nyeri/ketidaknyamanan pada epigastrium, flatulensi meningkat, mual dan fatty food intolerance Dispepsia nyeri/ketidaknyamanan yang berpusat pada epigastrium yang bersifat kronis atau rekuren (AGA) Dispepsia berbeda dengan GERD Kriteria dispepsia (mendiagnosis Dispepsia Fungsional) : 1. ROME II Criteria - Keluhan 12 minggu tidak perlu berurutan (terjadi keluhannya total 12 minggu dalam 1 tahun) - Nyerinya bersifat persisten atau rekuren - Tidak ada bukti kelainan organik (ulkus) - Tidak ada gangguan pada Inflammatory Bowel Disease (BAB yang sering) 2. ROME III Criteria - Post prandial meal-related - Epigastric pain meal-unrelated Jenis dispepsia : 1. Dispepsia organik ulkus peptikum, gastritis erosif, gastritis, kanker lambung 2. Dispepsia fungsional post prandial (sindroma distress setelah makan) dan epigastric pain (sindroma nyeri epigastrium) Alarm Symptoms Dispepsia Rujuk 1. Usia > 55 tahun 2. Perdarahan saluran cerna bagian atas 3. Riwayat tukak peptik 4. Keluarga penderita kanker 5. Penurunan berat badan 6. Disfagia progresif 7. Muntah-muntah berulang Patofisiologi meningkatnya asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismobilitas gastrointestinal, disfungsi autonom dan penurunan akomodasi lambung
Catatan Alur Dispepsia : Epigastric pain PPI (Omeprazole, Lansoprazole) Post prandial Prokinetik (Domperidon, Metoclopramide) 3x10 mg Jika belum tertangani Antidepresan (SSRI Fluoxetine, Sertraline)
Ulkus Duodenum
Ulkus Gaster
Nyeri menghilang atau mereda ketika diberikan makanan, karakteristik sangat nyeri sampai saat terbangun saat malam hari
Nyeri tidak menghilang atau tidak mereda ketika diberikan makanan
Pemeriksaan gold standard dalam mendiagnostik Helicobacter pylori non endoskopi C urea breath test meminum tablet C urea Pemeriksaan C urea breath test CO2 breath analyzer pasien tidak boleh mengonsumsi PPI dan antibiotik selama 2 minggu sebelum pemeriksaan dilakukan C urea breath test (+) terinfeksi helicobacter pylori
Lini Pertama PPI Amoksisilin
2x1 2x1 (1000 mg)
Klaritromisin
2x1 (500 mg)
7-14 hari
Didaerah jika resistensi Klaritromisin >20% PPI
2x1
Bismut Subsalisilat Metronidazole Tetrasiklin
2x2 tab 3x1 (500 mg) 4x1 (250 mg)
7-14 hari
Jika Bismut tidak ada PPI Amoksisilin Klaritromisin
2x1 2x1 (1000 mg) 2x1 (500 mg)
Metronidazole
3x1 (500 mg)
7-14 hari
Lini Kedua (jika gagal Klaritromisin) PPI Amoksisilin
2x1 2x1 (1000 mg)
Levofloksasin
2x1 (500 mg)
7-14 hari
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) refluks asam lambung karena sfingter esofagus tidak mampu menutup secara adekuat Komplikasi GERD esofagitis kronis, barrett esofagus, dan karsinoma esofagus Alarm symptoms disfagia (sulit menelan), odinofagia (nyeri menelan), anemia, bukti perdarahan (hematemesis / melena), dan penurunan BB Penunjang diagnosis : - GERD-Q - Endoskopi gold standard (mucosal break di esofagus) - Histopatologi - PPI test memberikan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului pemeriksaan endoskopi, jika gejala menghilang dengan pemberian PPI dan muncul kembali bila PPI dihentikan GERD dapat ditegakkan - pH metri 24 jam Khas pada GERD : - Heartburn nyeri rasa terbakar pada ulu hati / epigastrium - Lower esophageal sphincter/LES (-) atau menurun - LES menurun ketika intraabdominal meningkat (sedang hamil atau rebahan) - Buruknya peristaltik esofagus - Adanya hiatus hernia - Pengosongan lambung berjalan lama
Non farmakologi - Memodifikasi berat badan berlebih - Tinggikan bantal kira-kira 15-20 cm saat tidur - Hentikan rokok dan alkohol - Kurangi obat dan makanan perangsang GERD - Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur - Makan tidak boleh terlalu kenyang Farmakologi - Dosis tunggal jika sudah terdiagnosis GERD - Dosis ganda belum terdiagnosis PPI test
Pantoprazole Esomeprazole
40 mg 40 mg
2x sehari 40 mg 2x sehari 40 mg
Lansoprazole Omeprazole Rabeprazole
30 mg 20 mg 20 mg
2x sehari 30 mg 2x sehari 20 mg 2x sehari 20 mg
Perdarahan Saluran Cerna Atas
Hematemesis Melena Coffee ground vomit
Perdarahan Saluran Cerna Bawah
Hematochezia Tissue toilet bleeding
Etiologi perdarahan saluran cerna atas : - Perdarahan ulkus peptikum paling sering - Varises esofagus Adanya gangguan-gangguan pembuluh darah pada perdarahan saluran cerna atas portosystemic anastomoses
Jika terjadi anastomoses portal-sistemik aliran back flow mengakibatkan: A Varises esofagus (terjadi hipertensi vena portal pada cabang esofagus aliran back flow pada vena azygos) B Caput medusae (terjadi hipertensi vena portal pada paraumbilikal aliran back flow pada epigastrik menuju sampai ke umbilikus) C Ascites (terjadi bendungan vena portal di splenic meningkatnya tekanan hidrostatik akumulasi cairan masuk ke abdomen) D Splenomegali (terjadi bendungan vena portal di splenic pembesaran limpa) E Hemorrhoid (terjadi hipertensi vena portal pada rektal superior aliran back flow pada rektal inferior)
Muntah sering (hematemesis) + hebat Terjadi robekan pada esofagus Faktor risiko alkohol dan hiatus hernia Endoskopi gold standard Terapi Suportif, endoskopik (perdarahan aktif) dan menekan asam (perdarahan tidak aktif)
Stabilisasi ABC Stabilkan hemodinamik - Pemasangan IV line 2 jalur dan persiapan transfusi - Oskigen kanul/sungkup - Mencatat intake output dan pemasangan kateter urin - Monitor tekanan darah - Antibiotik broad spectrum (ceftriaxone) - Pertimbangkan intubasi jika kesadaran mulai menurun Lakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi Tambahan terapi : - Persiapan vitamin K penyakit hepar kronis - PPI - Terapi lain sesuai komorbid
Perdarahan non variseal (perdarahan ulkus peptikum), ditanyakan tentang : - Penggunaan obat NSAID dan riwayat obat lain - Apakah saat makan nyerinya menghilang - Riwayat perdarahan - Riwayat infeksi helicobacter pylori Perdarahan aktif PPI jika perdarahan belum terkontrol terapi endoskopik Terbukti infeksi helicobacter pylor terapi helicobacter pylori + C urea breath test
Ikterus keadaan dimana meningkatnya bilirubin lalu mengumpul di kulit, mukosa dan sklera Tipe ikterus : - Prehepatik meningkatnya bilirubin indirek / unconjugated, dominan SGOT/SGPT bisa kernikterus perlu dicari coomb test - Hepatik meningkatnya bilirubin direk + indirek, sangat tinggi SGOT/SGPT bisa terganggu vitamin K, albumin dan estrogen - Posthepatik meningkatnya bilirubin direk / conjugated, dominan GGT/ALP obstruksi
Unconjugated bilirubin Conjugated bilirubin VDB (Von den Bergh)
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Indirek
Bifasik
Direk
AST & ALT
Normal
Meningkat
Normal
GGT & ALP
Normal
Normal
Meningkat
Pucat keabuan
Steatorrhea atau seperti dempul
Feses
Gelap
Batu pada empedu Jika batu menutup pada saluran empedu Mirizi syndrome Faktor risiko 4F (Fat, Forty, Female, Fertile) hipersaturasi + hipokontraktilitas USG acoustic shadow + penebalan dinding kandung empedu > 3 mm Batu pada duktus komunis biliaris Memberikan efek ikterus tingginya bilirubin direk Jika batu terletak pada papila duodeni major / ampula Vater pankreatitis akut Terjadi inflamasi akibat batu-batu yang banyak dan berdekatan membuat radang pada empedu infeksi Faktor risiko 4F (Fat, Forty, Female, Fertile) hipersaturasi + hipokontraktilitas Nyeri kolik pada RUQ yang menyebar ke bawah angulus scapula dextra Murphy sign (+) napas berhenti dan nyeri ketika dilakukan penekanan pada RUQ saat inspirasi Radang pada duktus komunis biliaris Charcot triad demam, nyeri RUQ dan ikterus Jika tidak ditangani Reynold pentad charcot triad + hipotensi + penurunan kesadaran
Hepatitis A fecal-oral akut sudah ada vaksin Hepatitis B darah/cairan tubuh akut/kronik sudah ada vaksin Hepatitis C darah/cairan tubuh kronik belum ada vaksin, blood screen Hepatitis D darah/cairan tubuh akut/kronik sudah ada vaksin, blood screen Hepatitis E fecal-oral akut belum ada vaksin
Hepatitis A transmisi fecal-oral (sanitasi yang buruk) Etiologi HAV RNA Masa inkubasi 14-50 hari Sifat akut dan dapat menjadi hepatitis fulminan Replikasi virus pada orofaring Palpasi hepar sudut tumpul dan tidak licin
HbsAg (+) Sakit
HbsAg (-) Tidak Sakit
IgM (+)
Hepatitis B Akut
IgM (+)
Window Period
IgG (+)
Hepatitis B Kronis
IgG anti-Hbs (+)
Riwayat Vaksin
HbeAg (+)
Hepatitis B Infeksius
IgG anti-Hbs (+) IgG anti-Hbc (+)
Sembuh (minimal 2 IgG antibodi)
Arti marker : HbsAg petanda infeksi Anti-Hbs petanda infeksi hepatitis B yang sudah sembuh Anti-Hbc IgM untuk petanda infeksi akut, IgG untuk petanda kronis HbeAg petanda replikasi, sangat infeksius Terapi : Imunomodulator interferon alfa (kontraindikasi psikosis/depresi, sirosis hepatis dekompensata, hamil, infeksi berat, hipertensi, gagal jantung dan akan menjalani transplantasi) Antinukleotida lamivudine, adefovir, entecavir, telbivudine, tenofovir Etiologi virus HBV DNA masa inkubasi 60-90 hari
Etiologi HCV RNA Masa inkubasi 15-60 hari Bersifat kronik Paling sering menyebabkan sirosis hepatis dan karsinoma hepatoselular Diagnosis menggunakan HCV RNA seberapa besar aktivitas HCV Serologi : - HCV (+) dan IgM anti-HCV (+) Hepatitis C Akut - HCV (+) dan IgG anti-HCV (+) Hepatitis C Kronis - HCV (-) dan IgG anti-HCV (+) Sembuh
Terjadi pankreatitis akut diawali karena adanya jejas di sel asini pankreas akibat : - Obstruksi pada duktus pankreatikus / ampula Vater - Stimulasi hormon kolesistokinin akibat hipertrigliseridemia dan alkohol - Iskemia prosedur seperti endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau aterosklerosis Kriteria diagnosis klasifikasi Atlanta (2 dari 3 gejala) : - Nyeri pada daerah perut bagian atas yang khas dengan pankreatitis - Peningkatan lipase atau amilase >3 kali nilai batas atas normal - Gambaran inflamasi pankreas dari pemeriksaan imaging USG, CT Scan atau MRI Tanda khas : - Cullen sign ekimosis dan edema pada jaringan subkutan sekitar umbilikal - Gray-Turner sign ekimosis di badan Pemeriksaan penunjang : - Amilase paling sering digunakan, meningkat dalam 6-12 jam dari onset, dapat meningkat 3-5 hari - Lipase naik dalam 4-8 jam, pucak dalam 24 jam dan menurun 814 hari, lebih baik deteksi pankreatitis akibat alkohol - CRP >150 dalam 48 jam masuk RS menunjukkan pankreatitis akut, >180 dalam 72 jam menunjukkan nekrosis pankreas, puncaknya 36-72 jam dari onset
Etiologi sirosis hepatis : - Infeksi hepatitis yang tidak diobati - Autoimun - Toksin alkohol yang terlalu banyak dan sering - Metabolik non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) - Genetik 5 etiologi mengakibatkan kematian sel-sel hepatosit membentuk skar dan fibrosis pada hepar terbentuk nodul untuk meregenerasi menekan vaskulata ekskresinya terganggu sirosis hepatis Dua hal yang menyebabkan sirosis hepatis : - Hipertensi portal - Kegagalan fungsi hati Hipertensi portal portosystemic anastomoses : - Varises esofagus - Hemorroid - Splenomegali - Ascites shifting dullness (perkusi pekak berpindah), undulasi (palpasi seperti ada getaran cairan pada abdomen dengan tangan pasien keadaan tegak ditengah umbilikus) dan puddle sign (posisi sujud, ada genangan pada daerah terendah abdomen auskultasi) - Caput medusa Kegagalan fungsi hati : - Hipoalbuminemia edema anasarka - Meningkatnya hormon estrogen 1. Eritema palmar warna merah pada thenar dan hipothenar 2. Spider navi cari bintik perdarahan, tekan dengan jari, akan menyebar seperti kaki laba-laba biasanya pada daerah vena cava superior 3. Ginekomastia pada pria payudara membesar 4. Atrofi testis - Koagulopati gangguan pembekuan darah - Ikterus gangguan konjugasi - Gangguan ekskresi toksin 1. Ensefalopati hepatikum penurunan kesadaran diakibatkan oleh peningkatan amonia 2. Asterixis gerakan bilateral tetapi tidak sinkron, seperti mengepak-ngepak tangan, dorsofleksi lengan
Pemeriksaan penunjang : - SGOT dan SGPT meningkat (SGOT >> SGPT) - Alkali phosphatase meningkat sampai 2-3 kali batas normal atas - Bilirubin (bisa normal/meningkat) - Albumin menurun (hipoalbuminemia) - Globulin meningkat - Prothrombin time (PT) memanjang - Na+ serum menurun (hiponatremia) - Anemia - Trombositopenia - Leukopenia Pada pemeriksaan hepar, jika : - Ukuran hepar mengecil skar dan fibrosis sirosis hepatis - Ukuran hepar membesar bernodul-nodul karsinoma hepatoselular Komorbid sirosis hepatis : - Tanda sirosis hepatis + gagal jantung cardiac cirrhosis (adanya backflow + hepatoselular gangguan katup, hipertensi pulmonal, cor pulmonale, pericardial disease, cardiac tamponade, konstriktif) - Tanda sirosis hepatis + gagal ginjal hepatorenal syndrome (adanya hipertensi portal backflow splanic vasodilatasi arterial waterfilling RAAS (hipertensi) stenosis arteri renalis kurang volume AKI pre renal) Jenis sirosis hepatis : - Kompensata mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual muntah, kembung, berat badan menurun - Dekompensata hipertensi portal dan kegagalan fungsi hati, hilangnya rambut badan, gangguan tidur, hematemesis melena, air kemih warna the pekat Klasifikasi derajat keparahan sirosis hepatis Child-Turcotte-Pugh
Tatalaksana : - Diet protein 0,8-1 g/kg/hari menekan uremia - Laktulosa membantu mengeluarkan amonia - Enema agar tidak konstipasi, memperlancar BAB - Antibiotik neomycin mengurangi bakteri penghasil amonia - Diuretik spironolakton 100-200 mg/hari atau furosemide 20 mg/hari (maksimal 160 mg/hari) mengurangi edema - Beta blocker varises esofagus (sebelum dan sesudah berdarah)
Etiologi tersering Escherichia coli
Etiologi Entamoeba histolytica
Jumlah multipel
Jumlah single Lokasi biasanya pada lobus kanan hepar dekat diafragma Ludwig sign (+) Abses dari usus lalu masuk ke vena porta khas encovy sauce (pencairan jaringan hati nekrotik berwarna coklat kemerahan)
Lokasi biasanya diantara lobus hepar
Abses dari sistem biliaris Terapi drainase + antibiotik IV (cefotaxime 2 gr IV per 8 jam atau ceftriaxone 2 gr IV per 24 jam)
Terapi metronidazole 500 mg per 8 jam
Irritable Bowel Syndrome (IBS) kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau perubahan kebiasaan BAB setidaknya selama 3 bulan Ciri khas IBS rasa kembung, distensi, dan gangguan defekasi Klasifikasi ROME III Criteria yang berdasarkan pada karakteristik feses 1. IBS dengan diare (IBS-D) - Feses lembek/cair > 25% waktu dan feses padat/bergumpal < 25% waktu - Ditemukan pada sepertiga kasus - Lebih umum pada laki-laki 2. IBS dengan konstipasi (IBS-C) - Feses padat/bergumpal > 25% waktu dan feses lembek/cair < 25% waktu - Ditemukan pada sepertiga kasus - Lebih umum pada perempuan 3. IBS dengan campuran (IBS-M) - Feses padat/bergumpal dan lembek/cair > 25% waktu - Ditemukan pada sepertiga kasus 25% waktu 3 minggu dalam 3 bulan Alarm symptoms : - Penurunan BB - Darah pada feses - Riwayat keluarga keganasan kolorektal, celiac disease, inflammatory bowel disease - Anemia - Diare atau nyeri nokturnal - Onset pada usia > 45 tahun - Nyeri abdomen bawah dengan demam - Massa abdomen - Ascites Kriteria diagnostik nyeri abdomen/rasa tidak nyaman yang berulang setidaknya selama 3 hari dalam sebulan pada 3 bulan terakhir, dengan 2 atau lebih gejala berikut : - Perbaikan dengan defekasi - Perubahan frekuensi BAB - Perubahan bentuk dan tampilan feses Terapi IBS-C (diet tinggi serat), IBS-D (membatasi makanan pencetus), antispasmodik, laksatif, antidiare (loperamide 1-2 hari saja), dan antibiotik broad spectrum
Staphylococcus aureus Clostridium perfringens
Salmonella typhii
Muncul dalam 30 menit – 6 jam Mual, muntah, diare dan kram perut Muncul dalam 6-24 jam Muntah, demam dan kram perut Muncul dalam 6 jam – 6 hari Diare, demam, nyeri perut, mual dan muntah Muncul dalam 18-36 jam Diplopia, ptosis, slurred speech, paralisis Diare seperti cucian beras Kram perut
Muncul dalam 2-5 hari Diare dan kram perut
Muncul dalam 3-4 hari Kram perut, diare berdarah, demam, mual dan muntah
Makanan yang tidak direbus sempurna masih mentah
Daging sapi, unggas, masakan belum matang
Ayam belum matang, telur, susu yang tidak dipasteurisasi, buah dan sayuran mentah
Clostridium botulinum
Vibrio cholera Campylobacter jejuni Escherichia coli
Makanan kaleng dan berfermentasi Mentah atau belum matang kerang / seafood Mentah atau belum matang unggas Daging mentah dan sayuran mentah
Pilihan terapi keracunan makanan (anak-anak) : Azitromisin (10 mg/kg/hari, selama 3-7 hari) campylobacter, e-coli, salmonella Ceftriaxone (50-100 mg/kg/hari IV, selama 5-7 hari) salmonella Kotrimoksazol (5/25 mg 2x per hari, selama 2-3 hari) e-coli, salmonella Pilihan terapi keracunan makanan (dewasa) : Eritromisin (500 mg 2x per hari, selama 5 hari) campylobacter Azitromisin (500 mg hari pertama, 250 mg hari ke-2 sampai ke-5) campylobacter, e-coli, salmonella Ciprofloxacin (500 mg 2x per hari, selama 3 hari) e-coli, salmonella Kotrimoksazol (160/800 mg 2x per hari, selama 3-7 hari) e-coli Ceftriaxone (1-2 gr/hari IV, selama 5-7 hari) salmonella
Definisi diare : Diare keluarnya tinja/feses cair > 3 kali dalam 24 jam disertai perubahan konsentrasi atau konsistensi Diare akut < 14 hari Diare persisten > 14 hari + penyebab infeksi Diare kronis > 14 hari + penyebab non-infeksi Etiologi infeksi : 1. Rotavirus - Golongan osmotik diare / gangguan absorpsi) - Patofisiologi (vili rusak makanan yang mengandung laktosa tidak bisa dipecah masuk ke usus besar ketemu dengan e-coli difermentasikan dihasilkan CO2 (flatus/kentut meningkat), H2S (bau busuk pada feses) dan NH3 (pantat kemerahan) - Ciri diare diare cair kekuningan dan pantat kemerahan - Tatalaksana rehidrasi dan zink 2. Shigelosis - Golongan inflammatory diare - Patofisiologi (merusak tight junction dan mukosa usus lendir dan berdarah, lebih parah dibanding entamoeba histolytica) - Ciri diare diare lendir dan berdarah, kram perut, demam, disentri dengan lemas - Tatalaksana Kuinolon (Ciprofloxacin 500 mg 2x1), Kotrimoksazole 960 mg 2x1 3. Entamoeba histolytica - Golongan inflammatory diare - Patofisiologi (merusak tight junction dan mukosa usu) lendir dan berdarah - Ciri diare diare lendir dan berdarah, berbau busuk - Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1 4. Giardia lamblia - Golongan inflammatory diare - Ciri khas diare berlemak dan steatorrhea (feses seperti dempul, mengapung dan mengkilat) - Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1 5. Vibrio cholera - Golongan sekretorik diare - Patofisiologi (meningkatkan cAMP menginhibisi absorpsi Na+ dan K+ banyak keluar air ketika BAB) - Ciri khas diare seperti cucian beras - Tatalaksana Azitromisin 500 mg 3x1, Tetrasiklin 500 mg 4x1, Doksisiklin 300 mg 1x1
6. Clostridium difficile - Ciri khas pemakaian obat antibiotik yang lama - Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1
Enteropathogenic (EPEC)
Pediatric diarrhea
Enterotoxigenic (ETEC)
Traveller diarrhea
Enteroinvasive (EIEC)
Bloody diarrhea
Enterohaemorrhagic (EHEC)
Bloody diarrhea, sebabkan hemolitik uremik sindrom
Enteroaggregative (EAEC)
Stacked brick appearance diarrhea, persisten diare pada HIV
Entamoeba histolytica kristal Charcot-Leyden, trofozoit pada feses encer, kista pada feses padat
Giardia lamblia pear appearance atau bentuk seperti layang-layang, feses berlemak
Morfologi Entamoeba histolytica vs Entamoeba coli vs Balantidum coli : Entamoeba histolytica gerak aktif, pseudopodia jelas seperti jari, ektoplasma lebar, inti bergranula halus, kromatin tipis dan halus, kariosom konsentris dan inklusi terdapat eritrosit Entamoeba coli gerak lambat, pseudopodia lebar dan tumpul, ektoplasma sempit, inti bergranula kasar, kromatin tebal dan kasar, kariosom eksentris dan inklusi tidak terdapat eritosit Balantidum coli adanya 2 vakuola kontraktil dan vakuola makanan
Keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, tidak sadar
Mata
Tidak cekung
Cekung
Keinginan untuk minum
Normal, tidak ada rasa haus
Cekung Ingin minum terus, rasa haus terus
Turgor
Kembali segera
Kembali lambat
Malas minum Kembali sangat lambat
Minimal 2 dari gejala diatas
5 pilar tatalaksana diare akut : Rehidrasi A (diare tanpa dehidrasi), B (diare dehidrasi ringansedang), C (diare dehidrasi berat) Zinc pemberian selama 10 hari (< 6 bulan 10 mg, > 6 bulan 20 mg) Antibiotik selektif Edukasi Gizi
Kelompok opiat
Kelompok absorbent
Probiotik
Anti-sekresi selektif
Mengikat reseptor opiat di usus sehingga menghambat motilitas usus Absorbsi air, bakteri dan toksin untuk menghambat kehilangan cairan Nutrisi dan reseptor saluran cerna Menghambat enkephalinase menormalkan sekresi elektrolit
Loperamide 2-4 mg/3-4x sehari, kontraindikasi pada keadaan demam dan sindroma disentri Kaolin pektin, bismuth subsalisilat dan attapulgit Obat probiotik
Racecadtoril
“INFEKSI TROPIK”
Masa inkubasi 5-14 hari Weil disease bentuk berat dari leptospirosis yang ditandai demam, ikterus (seluruh badan, kalau hanya sklera masih leptospirosis), gagal ginjal akut, syok refrakter dan perdarahan (terutama paru) Weil disease fase leptospiremia (3-7 hari) dan fase imun (10-30 hari) Reservoir host kencing tikus Biasanya pada petani disawah atau saat korban banjir Tanda dan gejala leptospirosis : - Nyeri tekan otot pada daera betis dan daerah lumbal - Ronkhi pada auskultasi paru (hipoalbuminemia tekanan onkotik menurun merembes ke interstisial) - Sklera ikterik - Conjunctival suffision - Meningismus (hiporefleks atau arefleks pada tungkai) - Demam (muncul mendadak dan bifasik remiten tinggi pada fase awal leptospiremia kemudian demam turun dan muncul saat fase imun) Pemeriksaan penunjang : - Kultur darah (fase I) - Kultur urin (fase II) - Mikroskop medan gelap - Imunologi microscopic agglutination test (MAT) gold standard Tatalaksana : 1. Leptospirosis - Doksisiklin 2x100 mg oral selama 7 hari (kontraindikasi pada ibu hamil) - Amoxcicillin 4x500 mg oral selama 7 hari - Ampicillin 4x500 mg oral selama 7 hari 2. Weil disease (leptospirosis berat) - Penicillin G intravena 1,5 juta unit/6 jam selama 7 hari - Ceftriaxone intravena 1 gr/24 jam selama 7 hari - Doksisiklin intravena 100 mg/12 jam selama 7 hari
Transmisi demam tifoid fecal-oral Etiologi Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi Morfologi bakteri gram (-), berflagel dan tidak berspora 3 macam antigen Salmonella typhi antigen O, H dan Vi Tanda dan gejala demam tifoid : - Rose spot ruam pada daerah punggung - Typhoid tongue lidah tertutup selaput putih - Bradikardi relatif setiap peningkatan 10C tidak diikuti dengan peningkatan 10 denyut nadi - Pola demam minggu pertama (step ladder), minggu kedua (kontinu) - Gejala-gejala timbul pada minggu kedua jadi untuk minggu pertama curiga terlebih dahulu DBD Komplikasi (sering terjadi di minggu ketiga demam) : - Perforasi usus - Meningitis tifosa - Hepatitis dan kolesistitis tifosa - Perdarahan usus
Lab rutin : - Limfositosis relatif hitung jenis limfosit meningkat, tetapi leukosit normal atau menurun - Leukopenia - Monositosis - Trombositopenia ringan - Pemeriksaan darah minggu 1 - Pemeriksaan feses minggu 2 - Pemeriksaan urine minggu 3 - Media kultur SS agar (Salmonella-Shigella agar) - Widal mendeteksi antigen O (somatik) dan H (flagella), dilakukan pada akhir minggu 1, positif jika kenaikan titer 4x atau titer O 1:320 - Tubex deteksi IgM Salmonella typhi terhadap antigen O9 (nilai > 4 positif demam tifoid, > 6 indikasi kuat tifoid, 3 borderline, < 2 negatif)
Florokuinolon lini pertama pada dewasa - Ciprofloxacin 2x500 mg (selama 7-14 hari) - Ofloxacin 2x400 mg (selama 7-14 hari) - Norfloxacin 2x 400 mg (selama 7-14 hari) Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 14 hari boleh pada anak-anak Sefalosporin generasi 3 lini kedua - Ceftriaxone 3-4 gr/hari (3-5 hari) - Cefixime 20 mg/kgBB/hari (7-14 hari) Kontraindikasi : - Ciprofloxacin tidak boleh pada anak-anak penutupan lempeng epifisis lebih dini - Kloramfenikol tidak boleh pada ibu hamil grey baby syndrome, dan tidak boleh diberikan jika leukosit < 2000 Pada ibu hamil : - Amoxcicillin lini pertama - Cefotaxime 200 mg/kgBB IV per 24 jam dibagi menjadi 3-4 dosis - Ceftriaxone 100 mg/kgBB IV per 24 jam (max 4 gr/24 jam) dibagi menjadi 1-2 dosis
Etiologi virus dengue tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 Transmisi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (betina) yang hidup pada air bersih Gejala umum demam, nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri otot, nyeri sendi Kriteria diagnosis (2 klinis + 1 laboratorium DBD) 1. Klinis - Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari - Terdapat manifestasi perdarahan : Uji bendung / torniquet (+) Petekie, ekimosis, purpura Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi Hematemesis dan/atau melena - Hepatomegali - Syok
2. Laboratorium - Trombositopenia (< 100.000) - Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler Peningkatan hematokrit > 20% dari nilai standar (biasanya nilai standar 40) Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan Efusi pleura/perikardial, ascites, hipoproteinemia Patogenesis trombositopenia terjadi melalui mekanisme : 1. Supresi sumsum tulang keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit 2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit 3. Agregasi trombosit pada endotel yang bocor
Demam dengue
DBD derajat 1
DBD derajat 2
DBD derajat 3 (DSS)
DBD derajat 4 (DSS)
Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artralgia
Leukopenia Trombositopenia ( 10 petekie / 1 inchi NS1 - Antigen non struktural untuk replikasi virus - Puncak deteksi NS1 hari ke 2-3 dan mulai tidak terdeteksi pada hari ke 5 dan 6 IgM dan IgG - Infeksi primer IgM (+) muncul setelah hari ke 3-6 dan hilang dalam 2 bulan - IgG muncul mulai hari ke 12 - IgG bertahan berbulan-bulan dan hasil positif seumur hidup, maka untuk mendiagnosis dapat dilihat dari titernya
Nyeri perut hebat Muntah persisten Akumulasi cairan secara klinis Perdarahan pada mukosa Penurunan kesadaran Hepatomegali Peningkatan hematokrit diikuti dengan penurunan trombosit secara cepat
Expanded Dengue Syndrome : Demam berdarah dengan manifestasi yang unusual Keterlibatan organ seperti hepar, ginjal, jantung dan otak
Terapi awal cairan intravena kristaloid 6-7 ml/kg/jam (evaluasi 3-4 jam) Tidak Membaik
Membaik
Kurangi infus kristaloid 5 ml/kg/jam
Tanda vital dan hematokrit memburuk
Infus kristaloid 10 ml/kg/jam
Membaik
Membaik
Tidak Membaik
Terapi cairan dihentikan 2448 jam
Kondisi memburuk tanda syok
Membaik
Tatalaksana sesuai protokol syok
5% defisit cairan
Membaik penurunan hematokrit, stabilnya pulsasi dan tekanan darah, urine output meningkat Tidak membaik peningkatan hematokrit, meningkatnya pulsasi, tekanan darah menurun dibawah 20 mmHg, menurunnya urine output Tanda vital memburuk menurunnya urine output dan adanya tandatanda syok
Resusitasi dengan cairan kristaloid atau koloid 20 ml/kg secepatnya (< 10 menit), beri oksigen nasal canul 1-2 L/menit, usahakan periksa hematokrit sebelum terapi
Membaik
Tetap Syok
Kristaloid/Koloid IV 10 ml/kgBB/jam selama 1 jam
Kristaloid guyur 30 ml/kg/jam dalam 20-30 menit
Membaik
Hematokrit naik
Kristaloid/Koloid IV 5-7 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam
Hematokrit turun Transfusi darah 10 ml/kg
Membaik Koloid 10-20 ml/kg dalam 10-15 menit Kristaloid/Koloid IV 3-5 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam Membaik
Tetap Syok
Membaik Koloid maksimal 30 ml/kg Kristaloid/Koloid IV 2-3 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam Membaik
Stop infus dalam 24-48 jam jika syok sudah teratasi, tanda vital cukup, dan hematokrit selalu dipantau tiap 6-8 jam
Tetap Syok
Pasang kateter vena sentral
Pasang kateter vena sentral
Koloid (bila dosis maksimal belum dicapai) atau kristaloid (bila koloid sebelumnya telah mencapai dosis maksimal 10 ml/kg dalam 10 menit, dapat diulang sampai 30 menit
Hipovolemik
Normovolemik Tetap syok
Kristaloid dipantau 10-15 menit
Kombinasi koloid-kristaloid
Koreksi gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia, infeksi sekunder
Perbaikan bertahap vasopressor
Inotropik, vasopressor, vasodilator
Membaik Catatan penting : Jika syok terkompensasi (tekanan sistolik stabil tetapi ada tanda penurunan perfusi) kristaloid 5-10 ml/kgBB/jam selama 1 jam Jika syok hipotensi kristaloid atau koloid 20 ml/kgBB/jam selama 2 episode dalam 24 jam) - Distress pernapasan (cepat dan dalam Kussmaul) - Gagal sirkulasi atau syok (CRT > 3 detik) - Ikterus (bilirubin > 3 mg%) - Hemoglobinuria - Perdarahan spontan abnormal - Edema paru (SpO2 < 92%, RR > 30x/menit, chest indrawing) 2. Tanda laboratorium - Hipoglikemia (GDS < 40 mg%) - Asidosis metabolik (plasma bikarbonat < 15 mmol/L, asam laktat > 5 mmol/L) - Anemia berat (Hb < 7 gr/dl atau Hct < 15%) - Hiperparasitemia (parasit > 100.000, > 2% eritrosit) - Gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 3 mg%)
Falciparum Malariae Vivax/Ovale
Hamil trimester 1-3
ACT (3 hari) + Primakuin (dosis tunggal) ACT (3 hari) ACT (3 hari) + Primakuin (14 hari) Relaps dosis primakuin ditingkatkan Trimester 1 Kina + klindamisin Plasmodium falciparum Kina saja Plasmodium malariae, vivax, ovale Trimester 2 dan 3 ACT saja
ACT Artemisinin-Based Combination Therapy : Dihidroartemisinin + Piperakuin (DHP) Artesunat + Amodiakuin
1. Artesunat injeksi Sediaan 60 mg/vial Pemberian intravena (IV) atau intramuscular (IM) Hari pertama 2,4 mg/kgBB pada jam ke 0, 12 dan 24 Hari berikutnya 2,4 mg/kgBB (setiap hari sampai pasien sadar) Jika sudah sadar ACT (3 hari) + Primakuin pada hari ke 1 2. Artemeter injeksi Sediaan 80 mg/vial Pemberian intramuskular (IM) Hari pertama 3,2 mg/kgBB Hari berikutnya 1,6 mg/kgBB (1x sehari sampai pasien sadar) Jika sudah sadar ACT (3 hari) + Primakuin pada hari ke 1
1. Doksisiklin 1 tablet per hari (1x100 mg) Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu setelah pulang Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak < 8 tahun Anak-anak > 8 tahun 20 mg/kgBB/hari (max 100 mg) 2. Mefloquine Untuk ibu hamil Dosis 250 mg (1 tablet per minggu) Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu setelah pulang
Perjalanan infeksi HIV : - Fase infeksi akut (sindroma retroviral akut) jumlah limfosit T CD4 > 500 sel/mm3 (infeksi primer HIV) - Fase infeksi laten jumlah limfosit T CD4 200-500 sel/mm3 (berlangsung sekitar 8-10 tahun post infeksi HIV) - Fase infeksi kronis jumlah limfosit T CD4 < 200 sel/mm3 Tanda dan gejala : - Demam > 1 bulan (terus-menerus atau intermitten) - Diare > 1 bulan - Kehilangan BB (< 10% dari BB dasar) - Limfadenopati yang meluas - Kulit (kutil genital, folikulitis, dan psoriasis) - Infeksi (jamur kandidiasis oral, dermatitis seboroik), (virus herpes zoster, moluskum kontagiosum, kondiloma) - Gangguan pernapasan (batuk > 1 bulan, sesak napas, TBC, pneumonia berulang) - Gejala neurologis (nyeri kepala yang semakin parah, kejang demam, menurunnya fungsi kognitif)
Tidak ada gejala atau hanya ada limfadenopati luas Penurunan BB 5-10% yang tidak diketahui penyebabnya Infeksi saluran napas berulang Herpes zoster Ulkus mulut berulang Ruam kulit papul yang gatal (papular pruritic eruption) Dermatitis seboroik Infeksi jamur pada kuku Penurunan BB 5-10% yang tidak diketahui penyebabnya Diare kronis > 1 bulan Demam menetap yang tidak diketahui penyebabnya Kandidiasis pada mulut Infeksi bakteri yang berat Sindrom wasting HIV Nefropati Pneumonia berat berulang Kardiomiopati Herpes simpleks berulang Karsinoma serviks Kandidiasis Limfoma TB ekstra paru Septikemia Sarkoma kaposi Mikosis desiminata CMV Cryptosporidiosis kronis Toksoplasmosis Leishmaniasis desiminata Ensefalopati HIV
1. ODHA tanpa gejala klinis (stadium 1) + belum pernah terapi ARV bila CD4 < 350 sel/mm3 2. ODHA dengan gejala klinis + belum pernah terapi ARV Stadium 2 bila CD4 < 350 sel/mm3 Stadium 3 atau 4 berapapun jumlah CD4 3. Perempuan hamil dengan HIV berapapun jumlah CD4 atau apapun stadiumnya 4. ODHA dengan koinfeksi TB + belum pernah terapi ARV berapapun jumlah CD4 5. ODHA dengan koinfeksi hepatitis B + belum pernah terapi ARV berapapun jumlah CD4
2 NRTI + 1 NNRTI
Lini pertama
1. 2. 3. 4.
Lini kedua
AZT + 3TC + NVP AZT + 3TC + EFV TDF + 3TC atau FTC + NVP TDF + 3TC atau FTC + EFV
1 NtRTI + 1 NRTI + 1 PI TDF + 3TC atau FTC + LPV
NRTI (Nucleside Reverse Transcriptase Inhibitor) : AZT (Zidovudine) 250-300 mg tiap 12 jam 3TC (Lamivudine) 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg tiap 24 jam FTC (Emitricitabine) 300 mg tiap 12 jam atau 600 mg tiap 24 jam NtRTI (Nucletide Reverse Transcriptase Inhibitor) : TDF (Tenofovir) 300 mg tiap 24 jam NNRTI (Non Nucletide Reverse Transcriptase Inhibitor) : NVP (Nevirapine) 200 mg tiap 24 jam, selama 14 hari EFV (Efavirenz) 600 mg, single dose 24 jam (malam hari) PI (Protease Inhibitor) : LPV (Lopinavir) 400 mg setiap 12 jam
Sepsis infeksi + > 2 gejala SIRS (sindrom inflamasi respon sistemik) tahun 2001 - Suhu > 380C atau < 360C - Denyut jantung > 90 x/menit - Pernapasan > 20 x/menit - PaCO2 < 32 mmHg - Leukosit > 12000 /mm3 atau < 4000 /mm3 atau > 10% immature bands Sepsis disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi tahun 2016 Syok septik subset dari sepsis dengan disfungsi peredaran darah dan seluler / metabolik yang berhubungan dengan risiko mortalitas yang tinggi Patofisiologi infeksi munculnya mediator inflamasi menimbulkan (vasodilator hipotensi), (disfungsi endotel edema), vasokonstriksi dan penyumbatan mikrovaskular ke-4 hal tersebut mengakibatkan maldistribusi peredaran darah mikrovaskular iskemia kematian sel disfungsi organ sepsis
Menghitung rasio PaO2 / FiO2 : - Rasio PaO2 / FiO2 normal > 300 - Rasio PaO2 / FiO2 < 300 acute lung injury - Rasio PaO2 / FiO2 < 200 ARDS - Cara hitung cari nilai FiO2 (misalnya menggunakan oksigen nasal canul 3 L/menit FiO2 33% atau 0,32. Kemudian hasil pemeriksaan AGD pada PaO2 didapatkan 82 mmHg - Hasilnya PaO2 / FiO2 = 82/0,33 = 273,3 acute lung injury
1. Oksigen high flow 15 L/menit via non-rebreathe mask (target saturasi >94%) 2. Kultur darah 3. Antibiotik broad spektrum IV 4. Resusitasi cairan NaCl 0,9% bolus atau Hartmann’s 20 ml/kgBB sampai maksimal 60 ml/kgBB 5. Serum laktat 6. Urine output
“NEFROLOGI”
AKI atau gangguan ginjal akut kelainan ginjal struktural dan fungsional dalam 48 jam yang diketahui melalui pemeriksaan darah, urin atau radiologis
Peningkatan serum kreatinin (SCr) > 0,3 mg/dL dalam 48 jam, atau Peningkatan SCr > 1,5 x baseline (nilai dasar), yang terjadi atau diasumsikan terjadi dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya, atau Volume urine < 0,5 mL/kgBB/jam selama > 6 jam
1
2
3
Serum kreatinin > 0,3 mg/dl atau kenaikan 150-200% dari nilai dasar Kenaikan serum kreatinin 200-300% dari nilai dasar Kenaikan serum kreatinin >300% dari nilai dasar atau Serum kreatinin > 4 mg/dl atau Inisiasi terapi penggantian ginjal (TPG) atau Pasien 24 jam atau Anuria selama 12 jam
Risk
Injury
Failure
Peningkatan serum kreatinin 1,5x atau penurunan GFR >25% Peningkatan serum kreatinin 2x atau Penurunan GFR >100%
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 6 jam
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 12 jam
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 24 jam atau Anuria selama 12 jam Gangguan ginjal akut persisten, kerusakan total fungsi ginjal selama 4 minggu
Peningkatan serum kreatinin 3x
Loss End stage renal disease
Gagal ginjal terminal > 3 bulan
Gangguan Ginjal Akut
Renal
Pre renal
Hipovolemia Cardiac output menurun Gagal jantung kongestif Gagal hati
Post renal
Tubulus dan interstitium
Glomerular Glomerulonefritis akut
Obstruksi saluran kemih Obstruksi pelvo-ureteral bilateral Hipertrofi prostat
Vaskular Vaskulitis Hipertensi maligna HUS
Etiologi Escherichia coli Shiga-like toksin (verotoxin) Trias HUS : - Anemia hemolitik mikroangiopati - Trombositopenia - Insufisiensi renal (AKI)
Acyclovir Aminoglikosida Amphotericin Cisplatin Cyclosporine Indinavir Lithium NSAIDs Pentamidine Vancomycin
Risiko tinggi - Hentikan semua agen nefrotoksik bila memungkinkan - Pastikan status volume dan tekanan perfusi - Pertimbangkan pemantauan hemodinamik fungsional - Pantau serum kreatinin dan urine output - Hindari hiperglikemia - Pertimbangkan prosedur alternatif dari radiokontras Stadium 1 - Lakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif (USG) - Pertimbangkan pemeriksaan diagnostik invasif Stadium 2 - Periksa bila ada perubahan dosis obat - Pertimbangkan terapi pengganti ginjal hemodialisis - Pertimbangkan ICU Stadium 3 - Hindari kateter - Subklavia bila memungkinkan
Allopurinol Cephalosporine NSAIDs Penicillin Phenytoin PPI Quinolone Rifampisin Sulfas
Asidosis dengan pH 6,5 mEq/L)
Overload cairan
Oliguria (produksi urin < 2000 ml dalam 12 jam) Anuria (produksi urin < 50 ml dalam 12 jam) Hiperkalemia (kalium > 6,5 mmol/L) Asidemia (pH < 7) Azotemia (kadar urea > 30 mmol/L) Ensefalopati uremikum Neuropati uremikum Perikarditis uremikum Abnormalitas natrium plasma Hipertermia Keracunan obat
CKD kerusakan ginjal baik struktural maupun fungsional yang ditandai dengan penurunan LFG/GFR selama > 3 bulan GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 perlu dievaluasi Laju filtasi glomerulus Cockcroft-Gault equation (140 − umur) 𝑥 BB 72 x kreatinin plasma
Pada wanita dikali 0,85
Kerusakan ginjal + GFR normal atau meningkat
> 90
2
Kerusakan ginjal + GFR menurun ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal + GFR menurun sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal + GFR menurun berat
15-29
5
Gagal ginjal rutin HD
103), asimptomatik (> 105) - Kateter ditemukan bakteri > 102 CFU - Pungsi suprapubik 1 bakteri saja sudah positif
Leukosit esterase Nitrit WBC RBC
(-)
(+) pyuria
(-) 104 ISK < 104 tidak ada ISK b) Perempuan 1 atau 2 atau 3 x biakan > 105 ISK 5 x 104 – 105 diragukan (ulangi) 104 – 5 x 104 + klinis simptomatik diperkirakan ISK (ulangi) 104 – 5 x 104 + klinis asimptomatik tidak ada ISK < 104 tidak ada ISK
Trimetroprim + Sulfametoksazol Trimetroprim Ciprofloxacine Levofloxacine Cefixime Sefpodoksim proksetil Nitrofurantoin makrokristal Nitrofurantoin monohidrat Amoksisilin klavulanat
2x960 mg 2x100 mg 2x100-250 mg 2x250 mg 1x400 mg 2x100 mg 4x50 mg 2x100 mg 2x625 mg
Sefepim Ciprofloxacine Levofloxacine Ofloxacine Gentamicin (+ ampicilin)
2x1 gram 2x400 mg 1x500 mg 2x400 mg 1x3-5 mg/kgBB 3x1 mg/kgBB 4x1-2 gram 3x3,2 gram 3-12x3,375 gram 3-4x250-500 mg
Ampisilin (+ gentamicin) Tikarsilin + Klavulanat Piperasilin + Tazobaktam Imipenem + Silastatin
3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 7 hari 7 hari 7 hari
12 jam 12 jam 24 jam 12 jam 24 jam 8 jam 6 jam 8 jam 2-8 jam 6-8 jam
“ENDOKRINOLOGI”
DM sindrom hiperglikemia (peningkatan gula dalam darah) Etiologi produksi insulin menurun atau rusaknya transporter insulin (GLUT-4) Gejala klasik DM polifagia, polidipsi, poliuria Tipe DM : - Tipe 1 Produksi insulin menurun akibat destruksi sel beta pankreas (autoimun atau idiopatik) Biasanya terjadi pada anak-anak (50 tahun) Biasanya perlahan-lahan dan pada orang gemuk (obesitas) C-peptide (+) Terapinya bermacam-macam - Gestasional Didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga (> 20 minggu) dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes Terapinya insulin
Maturity Onset DM of Young
Latent Autoimmune DM in Adult
DM tipe 2 pada anak-anak / remaja
DM tipe 1 pada dewasa
Biasanya pada usia 15-30 tahun
Biasanya pada usia >40 tahun
C-peptide (+)
Autoantibodi IAA/CAA (+)
11 penyebab hiperglikemia pada DM (The Egregious Eleven), ada beberapa literatur menyebutkan 8 penyebab hiperglikemia pada DM (Omnious Octet) : 1. Sel beta pankreas penurunan sekresi insulin (DM tipe 1), obat yang bekerja di pankreas yaitu sulfonilurea 2. Sel alpha pankreas peningkatan sekresi glukagon (lawan hormon insulin yaitu glukagon, hormon yang berpengaruh juga yaitu kortisol dan tiroid yang mana sama dengan glukoagon / kontra insulin) 3. Sel lemak peningkatan lipolisis (lipid-lipid lisis akibat proses glukoneogenesis) 4. Otot penurunan utilisasi glukosa (energi berkurang) 5. Hepar peningkatan produksi glukosa - Hepar berperan penting dalam metabolisme glukosa - 3 proses yang terjadi pada hepar glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesis - Insulin meningkatnya glikogenesis, menurunnya glikogenolisis dan menurunnya glukoneogenesis
Jika transporter insulin (GLUT-4) rusak menurunnya glikogenesis, meningkatnya glikogenolisis dan meningkatnya glukoneogenesis - Obat yang bekerja di hepar yaitu Metformin (golongan biguanide) dan Tianzolindindion (TZD) fungsi memperbaiki 3 proses tadi yang terjadi pada hepar gara-gara defisiensi insulin 6. Otak disfungsi neurotransmitter (karena makanan utama otak glukosa) 7. Kolon abnormal mikrobiota (glukosanya tertumpuk di darah sedangkan pada flora usus normal yaitu e-coli butuh glukosa) 8. Usus halus peningkatan absorpsi glukosa (akibat efek inkretin menurun) - Ketika makan karbohidrat (polisakarida) didalam usus diubah oleh enzim amilase menjadi monosakarida - Selain enzim amilase ada juga enzim alpha glukonidase (membantu enzim amilase) agar tidak diubah menjadi monosakarida diberikan obat alpha glukonidase inhibitor (acarbose) - Monosakarida dari usus akan diserap oleh darah menggunakan hormon inkretin - Pada hormon inkretin ada 2 yaitu GLP1 dan GIT, yang berguna menstimulasi insulin, ketika efek inkretin menurun maka untuk menaikkannya menggunakan obat GLP1 agonis - Hormon inkretin akan dihancurkan oleh DPP-4, agar stimulasi insulin baik maka hormon inkretin tidak dihancurkan maka digunakan obat DPP-4 inhibitor 9. Ginjal peningkatan reabsorpsi glukosa (oleh transporter SGLT-2), agar tidak hiperglikemia maka harus diturunkan reabsorpsi glukosa oleh obat SGLT-2 inhibitor 10. Lambung percepatan pengosongan (akibat amylin meningkat) yang mana normalnya lambung kosong dalam 30 menit – 3 jam akibatnya langsung cepat masuk ke usus halus 11. Sistem imun disregulasi atau inflamasi (autoimun) akibatnya penurunan sekresi insulin -
Gejala polifagia, polidipsi, poliuria dan penurunan BB
Ada gejala trias
Tidak ada gejala trias
GDS > 200 mg/dl
GDP > 126 mg/dl atau TTGO > 200 mg/dl atau HbA1c > 6,5%
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus
GDS (glukosa darah sewaktu) langsung diperiksa saat itu juga (tanpa puasa) GDP (glukosa darah puasa) pasien puasa 8 jam dari malam, kemudian dilakukan pengecekkan TTGO (tes toleransi glukosa oral) setelah cek GDP kemudian menyuruh pasien meminum 75 gram glukosa, kemudian diukur GD2PP (gula darah 2 jam post prandial) setelah sudah dilakukan TTGO, 2 jam setelah makan 75 gram glukosa yang tadi kemudian pasien cek lagi gula darahnya HbA1c paling bagus menggambarkan kondisi selama 3 bulan
GDPT (glukosa darah puasa terganggu) - GDP 100 – 125 mg/dl - TTGO < 140 mg/dl normal TGT (toleransi glukosa terganggu) - GDP < 100 mg/dl normal - TTGO 140 – 199 mg/dl Prediabetes GDPT + TGT
Obesitas (IMT > 25)
Ya
Tidak
Kadar C-peptide
Autoantibodi
Tinggi
Rendah
DMT2
Autoantibodi
Ya
DMT1
Tidak
Kadar C-peptide
Tidak
Rendah
DMT1 atau MODY
Ya
DMT1
Tinggi
DMT2
5 pilar tatalaksana DM - Edukasi (pemeliharaan dan perawatan kaki, mengenal dan mencegah penyakit, dan rencana kegiatan khusus) - Manajemen diet Rumus Broca BB ideal = 90% x (TB-100) 90% digunakan jika tinggi laki-laki > 160 cm dan perempuan > 150 cm Kebutuhan kalori laki-laki 30 kal/kgBB Kebutuhan kalori perempuan 25 kal/kgBB Karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein (10-20%) dan serat (2035 gram /hari) - Aktivitas fisik - Obat-obatan - Monitoring mandiri
HbA1c saat diperiksa < 7,5% monoterapi (Metformin) HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi monoterapi) atau HbA1c saat diperiksa > 7,5% kombinasi 2 obat (biasanya Metformin + Sulfonilurea) HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi kombinasi 2 obat) kombinasi 3 obat (Metformin + salah satu obat + salah satu obat sesuai tabel diatas) HbA1c saat diperiksa > 9% - Gejala klinis (+) tambahkan insulin atau intensifikasi insulin - Gejala klinis (-) kombinasi 2 atau 3 obat HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi kombinasi 3 obat) Insulin Lini pertama Metformin Insulin disuntikkan pada daerah perut sekitar pusat sampai kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan deltoid), atau kedua paha bagian luar
1. Biguanide - Obat Metformin - Cara kerja menekan produksi glukosa hati dan menambah sensitivitas terhadap insulin - Indikasi bagus pada orang tua dan obesitas, tidak menyebabkan hipoglikemia, menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular - Kontraindikasi CKD, asidosis, hipoksia dan dehidrasi - Efek samping gastrointestinal, asidosis laktat, defisiensi vitamin B12 2. Sulfonilurea - Obat glibenklamid, glipizid, gliklazid, glimepirid - Cara kerja meningkatkan sekresi insulin - Indikasi bagus pada orang kurus atau IMT normal, efek hipoglikemik kuat, menurunkan komplikasi mikrovaskuler - Efek samping risiko hipoglikemia dan BB meningkat - Kontraindikasi lansia, wanita hamil, gangguan fungsi hati dan ginjal 3. Tiazolindindion - Obat pioglitazone, rosiglitazone - Cara kerja menambah sensitivitas terhadap insulin - Indikasi tidak menyebabkan hipoglikemia, bagus untuk dislipidemia - Efek samping BB meningkat, edema, gagal jantung, risiko fraktur meningkat pada wanita menopause 4. Alpha glukonidase inhibitor - Obat acarbose - Cara kerja menghambat absorpsi glukosa - Indikasi gula darah yang sangat meningkat setelah makan, tidak menyebabkan hipoglikemia - Efek samping gastointestinal 5. DPP4 inhibitor - Obat sitagliptin, linagliptin, saxagliptin, vildagliptin - Cara kerja meningkatkan sekresi insulin, menghambat sekresi glukogon - Indikasi tidak menyebabkan hipoglikemia - Efek samping angioedema, urtika atau efek dermatologis lain 6. SGLT-2 inhibitor - Obat canagliflozin, empagliflozin, dapagliflozin - Cara kerja menghambat absorpsi kembali gula di tubuli distal ginjal - Indikasi penyakit kardiovaskular, BB menurun, tidak hipoglikemia - Efek samping ISK 7. GLP1 agonis - Obat exenatide, liraglutide, lixisenatide, dulaglutide - Cara kerja meningkatkan sekresi insulin, menghambat sekresi glukogon - Indikasi penyakit kardiovaskular, obesitas, tidak hipoglikemia - Efek samping BB menurun, gastrointestinal
Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
Insulin Lispro (Humalog) Insulin Aspart (Novorapid) Insulin Glulisin (Apidra)
5-15 menit
1-2 jam
4-6 jam
Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
Humulin R Actrapid
30-60 menit
2-4 jam
6-8 jam
Insulin kerja menengah (Intermediate-acting insulin)
Humulin N Insulatard Insuman Basal
1,5-4 jam
4-10 jam
8-12 jam
Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
Insulin Glargine (Lantus) Insulin Detemir (Levemir) Lantus 300
1-3 jam
Hampir tanpa puncak
12-24 jam
Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting insulin)
Degludec (Tresiba)
30-60 menit
Hampir tanpa puncak
Sampai 48 jam
Insulin post prandial Rapid-acting insulin (kerja cepat) GDS tinggi Insulin basal Long-acting insulin (kerja panjang) GDP tinggi Indikasi insulin HbA1c > 9% dengan dekompensasi metabolik, penurunan BB cepat, hiperglikemia berat dengan ketosis, krisis hiperglikemia, gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, stress berat, DM gestasional yang tidak terkendali, gangguan fungsi ginjal/hati, kontraindikasi terhadap OHO Efek samping hipoglikemia dan reaksi alergi terhadap insulin Kebutuhan insulin harian total 0,2 unit / kgBB - Prandial 50% (misalnya BB 50 kg total 10 unit (50% yaitu 5 unit) 3x pemberian (jam 6 pagi, jam 12 siang, jam 6 sore) - Basal 50% (misalnya BB kg total 10 unit (50% yaitu 5 unit) 1x pemberian (misalnya jam 10 malam)
IMT TD sistolik TD diastolik GDP GD2PP HbA1c Kadar LDL Kadar HDL Trigliserida
18,5 - < 23 < 140 < 90 80 – 130 < 180 40) dan perempuan (> 50) < 150
Komplikasi
Akut
Hipoglikemia
Kronis
Hiperglikemia
Gula darah 70) Ketika sudah tercapai D10% 100 ml tiap jam
1. Cairan NaCl 0,% 1L/jam 2. Insulin - KAD 0,15 IU bolus, lalu maintenance 0,05 IU/jam - HHS 0,05 IU/jam 3. Hipokalemia (kalium < 3,3 mEq/L) 40 mEq/L (koreksi kalium dulu jika ada sebelum diberikan insulin) 4. Bikarbonat (pada KAD) 100 mmol dalam 400 ml H2O (indikasi pH < 6,9)
Klasifikasi Wagner : - Grade 0 tidak terdapat ulkus - Grade 1 ulkus superficial yang mengenai seluruh lapisan kulit tapi tidak mengenai jaringan dibawahnya - Grade 2 ulkus dalam, penetrasi ke dalam sampai ligamen dan otot, tapi tidak mengenai tulang atau terdapat abses - Grade 3 ulkus dalam dengan selulitis atau abses, sering dengan osteomielitis - Grade 4 gangren yang terlokalisasi pada fore foot - Grade 5 gangren yang mengani seluruh kaki Pemeriksaan fisik - Ankle Brachial Index Right ABI tekanan tertinggi pada kaki kanan / tekanan tertinggi pada kedua tangan Left ABI tekanan tertinggi pada kaki kiri / tekanan tertinggi pada kedua tangan Indikasi obstruksi < 0,9 (normal ABI 0,9 – 1,3) - Pulsasi a. dorsalis pedis atau a. tibialis posterior - Sensoris (nyeri, raba, getaran)
’
Dalrymple sign tampaknya sklera antara kornea dan palpebra superior pada saat membuka mata Eksoftalmus penonjolan bola mata Jofroy sign otot fasial yang tidak bergerak pada saat gerak bola mata ke arah atas Lid lag sign kelopak mata atas berada di atas iris pada saat gerak bola mata ke arah bawah Moebius sign gangguan gerak konvergen bola mata Rosenbach sign tremor palpebra superior saat menutup mata Stellwag sign melihat tanpa sering berkedip Von Graef sign ketidakmampuan kelopak mata atas untuk mengikuti gerak bola mata ke arah bawah
Pemeriksaan fisik : - Inspeksi amati kelenjar tiroid dari depan dan samping, meminta pasien menelan ludah - Palpasi dari belakang pasien, menilai (lokasi, bentuk, permukaan, ukuran, pembesaran KGB, konsistensi, mobilitas dan nyeri) - Auskultasi menilai apakah ada bruit (menandakan adanya toksin Grave) Kelenjar tiroid : - Folikular T3 dan T4 (pro-metabolisme) - Parafolikular (meningkatkan pelepasan kalsium pada darah) kalsitonin (merangsang osteoblast menghambat pelepasan kalsium pada darah)
Meningkat
Benjolan leher
TSH menurun
Hipertiroid primer
TSH meningkat
Hipertiroid sekunder
TSH menurun
Hipotiroid sekunder
TSH meningkat
Hipotiroid primer
T4
Menurun
Ya
Kista duktus tiroglossus
Tidak
Tiroid
Bergerak saat menjulurkan lidah
Tiroid
Bergerak saat menelan
Tidak
Ya
Limfoma (keganasan) atau kista
Uninodular
Nodul
Toxic
Multinodular Difus
Goiter Difus
Non Toxic
Uninodular
Nodul
Multinodular
Nodul keganasan Difus + hipertiroid + eksoftalmus Graves Difus + hipotiroid + anti-TPO (+) Hashimoto Eutiroid atau Hipotiroid + daerah gunung + kena masal goiter endemik
Hipertiroid berkurangnya efek tiroid atau kadar tiroksin di jaringan Hipertiroid primer : - Hashimoto goiter difus, dominan hipotoroid, antibodi TPO (+), hurtle sign (+) - Silent tiroiditis goiter tidak nyeri, ada fase hipertiroid singkat, antibodi TPO (+) dan defisiensi iodin - Subakut tiroiditis (de Quervain’s tiroiditis) goiter nyeri, peningkatan LED dan CRP, defisiensi iodin, adanya post infeksi (giant cell) Hipertiroid sekunder masalah di hipofisis atau hipotalamus Tanda dan gejala : - Cepat lelah, mudah mengantuk dan lamban - Rambut dan alis rontok - BB naik - Suara serak, lamban bicara dan sesak napas - Obstipasi - Depresi - Oligomenorrhea atau infertilitas Pemeriksaan fisik kulit kering, pucat, dingin, edema wajah dan ekstremitas, refleks fisiologis menurun, bradikardia Diagnosis skor Billewicz (hipotiroid jika skor > 25) Dalam mendiagnosis hipotiroid pertama cek selalu TSH
Hipotiroid dekompensata berat (koma miksedema) - Infeksi (septikemia, pneumonia, ISK dan selulitis) - Stress (penyakit serebrovaskular, infark miokard, gagal jantung) - Trauma akut Terapi hipotiroid : - Levothroxin dosis 112 mcg/hari atau 1,6 mcg/kgBB (diberikan pada pagi hari saat perut kosong) - Hipotiroid subklinis (mild hypothroidism) tidak dianjurkan terapi rutin apabila TSH < 10 mU/L - Terapi suportif hidrokortison - Terapi jika gangguan elektrolit pembatasan cairan dan pemberian NaCl (jika Na < 120 mEq/L) - Koma miksedema hormon tiroid, pengobatan umum, ventilator, cegah hipotermia dan atasi hipotensi
Hipertiroid bertambahnya efek tiroid atau kadar tiroksin di jaringan Tirotoksikosis manifestasi yang muncul akibat hipertiroid (kelelahan, oftalmopati, dispnea, penurunan libido / oligomenorrhea, insomnia, berkeringat, kehilangan BB, palpitasi, tremor halus)
Etiologi tersering hipertiroid Grave’s disease Diagnosis hipertiroid yaitu gejala hipertiroid ditambah : - Antibodi tiroid (+) TSI/TBII (+), anti TPO (+), dan anti-thyroglobullin (+) - Goiter difus, tidak nyeri, bruit (+) - Oftalmopati edema preorbita, retraksi - Myxedema pretibial disertai dermatopati infiltratif Diagnosis skor Wayne (hipertiroid jika skor > 19) Dalam mendiagnosis hipertiroid pertama cek selalu TSH dan T4 Pemeriksaan TSH : - TSH normal dengan tiroid < 1 cm USG guided FNAC - TSH normal dengan tiroid > 1 cm FNAC - TSH menurun hot nodule (benign) dan cold nodule (malignant) Terapi hipertiroid : - Propiltiuurasil (PTU) 100-200 mg per 6-8 jam, maintain 50-100 mg, atau Metimazole dosis awal 15 mg/hari menghambat sintesis hormon tiroid, efek imunosupresif dan menghambat konversi T4 ke T3 - Propanolol untuk kontrol takikardi, dosis 20-40 mg per 6 jam - Ibu hamil PTU pada trimester 1, Metimazole pada trimester 2 dan 3
Krisis tiroid penyakit hipertiroid disertai trias : - Demam tinggi (sampai 400C) - Penurunan kesadaran - Kolaps kardiovaskular (dapat menyebabkan atrial fibrilasi) Diagnosis skor Burch-Wartofsky Tatalaksana : - Terapi suportif - Rehidrasi cairan (NaCl, dextrose 5%) - Antagonis aktivitas hormon tiroid - Blokade produksi hormon tiroid : PTU 300 mg tiap 4-6 jam oral (kondisi berat diberikan via NGT 600-1000 mg loading dose) Metimazole 20-30 mg tiap 4 jam oral (kondisi berat diberikan via NGT 60-100 mg) - Blokade ekskresi hormon tiroid lugol 8 tetes tiap 6 jam - Beta blocker propranolol 20-40 mg tiap 6 jam
Kolesterol LDL : < 100 mg/dl 100 – 129 mg/dl 130 – 159 mg/dl 160 – 189 mg/dl > 190 mg/dl
Optimal Hampir optimal Borderline tinggi Tinggi Sangat tinggi
Kolesterol Total : < 200 mg/dl 200 – 239 mg/dl > 240 mg/dl
Optimal Borderline tinggi Tinggi
Kolesterol HDL : < 40 mg/dl > 60 mg/dl
Rendah Tinggi
Faktor risiko merokok, hipertensi, HDL rendah, LDL tinggi, riwayat PJK dini dari keluarga, umur pria > 45 tahun dan wanita > 55 tahun Jenis risiko : - Rendah 0-1 faktor risiko, dengan risiko PJK dalam 10 tahun terakhir < 10% - Sedang > 2 faktor risiko, dengan risiko PJK dalam 10 tahun terakhir < 20% - Tinggi salah satu (riwayat PJK, diabetes, gagal ginjal kronis, stroke, PAD, aneurisma aorta abdominal, penyakit aterosklerosis lainnya) Hiperkolesterolemia kolesterol LDL dan total tinggi Dislipidemia hiperkolesterolemia + trigliserida tinggi
Jumlah faktor risiko 0-1
LDL > 160 mg/dl
LDL < 160 mg/dl
Gaya hidup sehat Periksa ulang setiap 1-2 tahun bila LDL < 130 mg/dl
Cari dan obati penyebab sekunder
LDL > 160 mg/dl
Terapi diet periksa ulang 3 bulan
LDL 160 – 189 mg/dl
Teruskan diet dan olahraga Pertimbangkan statin Periksa ulang 3 bulan
LDL > 190 mg/dl
Mulai statin Periksa ulang 3 bulan
Sasaran LDL < 160 mg/dl
Jumlah faktor risiko > 2
LDL > 130 mg/dl
LDL < 130 mg/dl
Cari dan obati penyebab sekunder
Gaya hidup sehat Periksa ulang setiap 1-2 tahun
LDL > 130 mg/dl
Terapi diet periksa ulang 3 bulan
LDL 130 – 159 mg/dl
Teruskan diet dan olahraga Pertimbangkan statin Periksa ulang 3 bulan
LDL > 160 mg/dl
Mulai statin Periksa ulang 3 bulan
Sasaran LDL < 130 mg/dl
Risiko tinggi
LDL < 100 mg/dl
Gaya hidup sehat Periksa ulang setiap 6-12 tahun
LDL > 100 mg/dl
Diet dan olahraga Dipertimbangkan pemberian statin bila LDL > 130 mg/dl
Periksa ulang 3 bulan
LDL > 130 mg/dl
Mulai statin Periksa ulang 3 bulan
Sasaran LDL < 100 mg/dl
Riwayat penyakit kardiovaskular dengan : DM Merokok Sindroma metabolik Sindroma koroner akut
Risiko sangat tinggi Sasaran LDL < 70 mg/dl
1. HMG-CoA reductase inhibitor - Obat statin - Mekanisme hambat sintesis kolesterol hepar - Efek samping miopati/mialgia dan peningkatan SGOT/SGPT - Indikasi lini pertama (jika kolesterol total dan trigliserida > 200 mg/dl) 2. Fibrat - Obat gemfibrozil (2x600 mg atau 1x900mg) dan fenofibrat (1x200 mg) - Mekanisme menurunkan ApoC3 dan menaikkan ApoA1 dan ApoA2, sehingga menurunkan trigliserida dan menaikkan HDL - Efek samping dispepsia, batu empedu, dan miopati - Kontraindikasi CKD dan penyakit hepar - Indikasi jika trigliserida > 500 mg/dl (langsung berikan fibrat) 3. Penghambat absorpsi kolesterol - Obat ezetimibe - Mekanisme hambat absorpsi kolesterol dari diet dan empedu - Efek samping gangguan gastrointestinal 4. Resin - Obat kolesistramin dan kolestipol - Mekanisme hambat sirkulasi enterohepatik dan meningkatkan perubahan asam empedu di hati - Efek samping flushing, hiperglikemia, hiperurisemia, hepatotoksik, konstipasi 5. Asam nikotinat - Obat niasin - Mekanisme hambat mobilisasi lemak perifer ke hepar - Efek samping ruam, dispepsia
Memiliki kemampuan menurunkan kolesterol LDL > 50%
Atorvastatin 40-80 mg Rosuvastatin 20-40 mg
Memiliki kemampuan menurunkan kolesterol LDL 30 - 50%
Atorvastatin 10-20 mg Rosuvastatin 5-10 mg Simvastatin 20-40 mg
Memiliki kemampuan menurunkan kolesterol LDL < 30%
Simvastatin 10 mg
Diagnosis sindroma metabolik > 3 faktor risiko dibawah ini :
Lingkar perut
> 90 cm
> 80 cm
Trigliserida
> 150 mg/dl
> 150 mg/dl
HDL
< 40 mg/dl
< 50 mg/dl
Tekanan darah
> 130 / > 85 mmHg
> 130 / > 85 mmHg
Gula darah puasa
> 100 mg/dl
> 100 mg/dl
Cushing syndrome kumpulan manifestasi klinis akibat kelebihan abnormal hormon glukokortikoid yang kronis bila disebabkan oleh peningkatan ACTH Etiologi dependen ACTH (cushing disease dan ektopik sindrom ACTH), independen ACTH (adrenokortikal adenoma) Gejala badan lemah, anoreksia, gangguan memori dan konsentrasi, insomnia, iritabel dan gangguan mood, memar atau kemerahan Tanda : - Obesitas sentral - Hipertensi - Moon face dan buffalo bump - Intoleransi glukosa - Ruam atau hiperpigmentasi - Striae rubra - Kelemahan otot proksimal - Edema tungkai Diagnosis : - Dexamethasone Supression Test (DST) pemberian kortisol eksogen dengan low dose (overnight 1 mg, 2 hari 2 mg) dan high dose (overnight 8 mg, 2 hari 8 mg) - Tumor pituitary low dose DST (ACTH meningkat dan kortisol meningkat) dan high dose DST (ACTH menurun dan kortisol menurun) - Tumor adrenal low dose DST (ACTH menurun dan kortisol meningkat) dan high dose DST (ACTH menurun dan kortisol meningkat) - Tumor ektopik low dose DST (ACTH meningkat dan kortisol meningkat) dan high dose DST (ACTH meningkat dan kortisol meningkat) Terapi definitif : - Cushing disease reseksi tumor pituitari transsfenoidal - Adrenal tumor adrenalectomy Terapi farmakologis Antisteroid - Ketoconazole 3x200 mg - Mietyapone 4-6x250 mg - Mifepristone 1x300-600 mg Terapi suportif - Antihipertensi - Antidiabetes - Kotrimoksazol cegah infeksi Pneumocystis carinii
Tanda dan Gejala Cushing Syndrome
Cek level ACTH
Borderline
Rendah
Tes stimulasi CRH
Tinggi
ACTH independen
ACTH Dependen
CAT scan atau MRI abdomen
Sampel sinus petrosal inferior dan MRI otak
Adrenal adenoma / Adrenal cancer
Bilateral adrenal hyperplasia
Tumor pituitari (Cushing disease)
Ectopic ACTH producing tumor
“ALERGI IMUNOLOGI”
1. Hipersensitivitas tipe I - Anaphylaxis IgE-mediated tipe cepat - Patogenesis antigen mengikat IgE yang terikat membran pada sel mast, menghasilkan pelepasan amine, metabolit asam arakidonat, dan molekul vasoaktif lainnya. - Penyakit atopi, urtikaria, asma, rheumatoid arthritis, konjungtivitis alergi, alergi makanan, anafilaksis 2. Hipersensitivitas tipe 2 - Cytotoxic IgG-mediated - Patogenesis antibodi IgG atau IgM terikat pada permukaan sel antigen atau komponen matriks ekstraseluler - Penyakit anemia hemolitik, ITP 3. Hipersensitivitas tipe 3 - Immune-complex mediated - Patogenesis pengendapan kompleks antigen-antibodi yang terbentuk dalam substansi padat seperti sel atau jaringan - Penyakit ENL, glomerulonefritis, arthus reaction, rheumatoid disease, SLE 4. Hipersensitivitas tipe 4 - Delayed type cell-mediated tipe lambat - Patogenesis aktivitas perusakan jaringan oleh sel limfosit T dan makrofag - Penyakit SJS/TEN, fixed drug eruption, dermatitis kontak, eritroderma, psoriasis, pemfigus vulgaris, reaksi tuberkulin, reaksi 1 yang kronis
“RHEUMATOLOGI”
Osteoarthritis penyakit sendi yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan, hipertrofi tepi tulang dan perubahan membran sinovial Tanda dan gejala : - Nyeri memberat saat aktivitas, membaik saat istirahat - Biasanya mengenai pada lumbosakral, hip joint dan knee joint - Lebih diperberat pada orang obesitas sulit berjalan - Kaku di pagi hari < 30 menit - Terdapat deformitas berupa genu varus (kaki seperti huruf O) - Sendi bengkak asimetris - Nyeri weight bearing joint - Nodus Bouchard (pada proximal interphalangeal PIP) dan nodus Herberden (pada distal interphalangeal DIP) Patognomonik X-ray OA osteofit, kista tulang, sklerosis subkondral, dan penyempitan celah sendi Klasifikasi Kellgren-Lawrence : - Grade 1 penyempitan celah sendi - Grade 2 grade 1 + osteofit - Grade 3 grade 2 + sklerosis - Grade 4 grade 3 + deformitas kontur tulang
Tatalaksana : Analgesik paracetamol (lini pertama), NSAID (tidak ada gastritis / ulkus peptikum) Selektif COX-2 inhibitor (partial meloxicam atau piroxicam) dan (total celecoxib) ada gastritis / ulkus peptikum DMOADS glukosamin, kondroitin sulfat, asam hialuronat, vitamin C, injeksi steroid intraartikular grade 1 dan 2 Operatif TKR atau THR grade 3 dan 4 Perlindungan sendi penurunan BB, olahraga (seperti berenang, sepeda statis, senam OA), fisioterapis dan penguatan otot quadriceps
Gout arthritis (pirai) radang sendi karena deposisi kristal monosodium urat Tanda klinis : - Kondisi hiperurisemia (laki-laki > 7,0 mg/dl) dan (perempuan > 6,0 mg/dl) - Tanda-tanda inflamasi - Lokasi tersering MTP 1 (Metatarsophalangeal 1), bisa juga pada siku, lutut, dorsum pedis, dekat Achilles, tulang rawan telinga - Gejala memberat biasanya pada malam hari atau lingkungan dingin - Bisa menyebabkan demam, menggigil dan nyeri badan - X-ray erosion with overhanging edges dan rat-bite erosion Fase gout : - Akut bentuk podagra nyeri, merah dan bengkak terapinya Kolkisin atau NSAID - Interkritikal gejala gout menurun - Kronis bentuk tophus sudah tidak ada tanda inflamasi, tetapi ada nodul terapinya Allopurinol
Sendi-sendi kecil Nyeri sekali
Sendi-sendi yang lebih besar Nyeri moderate
Sendi inflamasi Hiperurisemia
Sendi bengkak Kondrokalsinosis
Kristal asam urat (berbentuk jarum)
Kristal kalsium pirofosfat (berbentuk rhomboid)
Birefringent test negatif kuat (biru)
Birefringent test positif lemah (merah)
Gout
Pseudogout
1. Akut Kolkisin - Dosis awal 1 mg PO dilanjut 0,5-0,6 mg per 2 jam sampai nyeri dan inflamasinya hilang (max 6-8 mg) - Mekanisme kerja menghambat fagositosis, pergerakan neutrofil, kemotaksis dan menghambat prostaglandin - Kontraindikasi gangguan ginjal NSAIDS - Full dose 2-5 hari, setelah serangan terkontrol turun dalam 2 minggu (natrium diklofenak 2x50 mg atau asam mefenamat 2x500 mg) 2. Kronis (2-4 minggu post serangan akut) Xanthine Oxidase Inhibitor (Allopurinol) - Dosis awal 100 mg/hari - Bila perlu naik bertahap (max 800 mg/hari) - Target terapi kadar asam urat < 6 mg/dl Urikosurik (Probenesid) - Dosis 0,5 gr/hari - Kontraindikasi gangguan ginjal - Target terapi < 6 mg/dl 3. Modifikasi gaya hidup hindari makanan tinggi purin (bayam, jeroan, otakotak, emping), buah nangka, seafood, minuman manis pengawet
Rheumatoid arthritis penyakit radang sendi kronik akibat proses autoimun pada HLA B27 Patofisiologi proliferasi makrofag dan fibroblas membran sinovial, infiltrasi leukosit intraartikular, pembentukan pannus yang merusak kartilago dan osteum sehingga kartilago menghilang, dan terdapat erosi juksaartikular Tanda dan gejala : - Sinovitis - Erosi tulang - Pannus (jaringan ikat pada celah sendi) - Degradasi kartilago - Swan neck deformity hiperekstensi PIP dan fleksi DIP - Boutonniere deformity fleksi PIP dan hiperekstensi DIP - Deviasi ulnar pada sendi metacarpophalangeal (MCP) - Hallux valgus MTP 1 terdesak ke arah medial dan ibu jari kaki terdesak ke arah lateral - Rheumatoid factor (+) dan anti-CCP (ACPA) (+) - Nyeri sendi simetris - Membaik dengan aktivitas - Kaku di pagi hari > 30 menit Terapi : - DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drug) drug of choice Methrotrexate 7,5 – 25 mg/minggu + suplemen asam folat Sulfasalazine 2-3 gr/hari Leflunomide 1x20 mg Klorokuin 250 mg - NSAID mengontrol nyeri Diklofenak 50-100 mg 2x/hari Meloksikam 7,5-15 mg/hari Celecoxib 200-400 mg/hari - Kortikosteroid mengontrol inflamasi Prednisone 10-15 mg/hari
Osteoporosis penyakit tulang sistemik akibat gangguan mikroarsitektur tulang Tipe osteoporosis : - Primer penurunan estrogen, penurunan fungsi paratiroid, tingkat keropos tulang cepat (tipe 1 post menopause dan tipe 2 berhubungan dengan usia) - Sekunder penuaan dan penurunan kalsium, peningkatan fungsi paratiroid, tingkat keropos lambat (tipe 3 konsumsi steroid, osteodistrofi renal, hiperparatiroid Tanda dan gejala : - Fraktur patologis fraktur colles, collum femoris, wedge - Penurunan tinggi badan - Peningkatan kifosis torakal - Riwayat penggunaan obat-obatan kortikosteroid, siklosporin - Dowager’s Hump kifosis dorsal (Bone mineral density menurun) Pemeriksaan Penunjang : - Biokimiawi tulang alkali fosfatase isoenzim tulang dan osteocalcin pembentukan tulang (diukur dalam serum) - Biokimiawi tulang deoxypyridinoline dan pyridinoline cross-links reabsorpsi tulang (diukur dalam urine) - Densitometri tulang teknik DXA (dual X-ray absorptiometry) diukur pada vertebra lumbal 1-4, panggul dan lengan bawah (radius 1/3 distal) Nilai T-score : > -1 normal -1 sampai -2,5 osteopenia < -2,5 osteoporosis < -2,5 + fraktur patologis osteoporosis berat Nilai Z-score : > -2 within expected range for age < -2 low BMD (bone mineral density) for chronological age
Tatalaksana : - Non farmakologis Aktivitas fisik teratur berjalan 30-60 menit/hari, bersepeda atau berenang Intake kalsium 1000-1500 mg/hari - Farmakologis Bifosfonat 1. Alendronate 5 mg/hari 2. Risendronate 5 mg/hari 3. Ibandronate 150 mg/bulan (oral) atau 3 mg/3 bulan (IV) SERMS (Selective Estrogen Receptor Modulators) 1. Raloxifene 60 mg/hari 2. Tamoxifene (sesuai kondisi) Terapi lainnya 1. Kalsitonin 2. Kalsitriol 3. Hormon paratiroid 4. Strontium ranelat 5. Denosumab
“HEMATOLOGI”
Thalassemia Normal Sideroblastik Mikrositik Hipokromik
Besi serum Defisiensi besi Menurun
ANEMIA
Penyakit kronik
Normositik Normokromik
Anemia hemolitik Retikulosit
Meningkat Perdarahan akut
Anemia aplastik
Defisiensi folat Makrositik
Normal / Menurun Leukemia
Defisiensi B12
MCV < 80 fl MHC < 27 pg MCHC < 32%
PP apusan darah tepi, ferritin, kadar zat besi serum, TIBC, saturasi transferrin, elektroforesis Hb
MCV 80-100 fl MHC 27-32 pg MCHC 32-35%
PP leukosit, trombosit, apusan darah tepi, retikulosit
MCV > 100 fl MHC > 32 pg MCHC 32-35%
PP apusan darah tepi, kadar vitamin B12, kadar asam metilmalonik (MMA)
Gejala : - Lemah, lelah, letih, lesu dan lunglai - Sakit kepala - Light-headedness (penglihatan berkunang-kunang) - Kesemutan - Rambut rontok - Restless leg Tanda : - Konjungtiva anemis - Glossitis (lidah warna merah permukaan licin) - Stomatitis (sariawan) - Angular cheilitis (radang pada ujung sudut bibir) - Koilonikia / spoon nail (kuku cekung) - Disfagia - Pica (makanan yang tidak lazim, seperti tanah) - Atrofi papil Pemeriksaan penunjang : - Besi serum menurun - TIBC meningkat - Feritin serum menurun - Saturasi transferin menurun (< 15%) - Morfologi mikrositik hipokromik - Apusan darah tepi anisositosis, poikilositosis, sel pensil Patofisiologi : - Proses absorpsi besi diserap di duodenum dalam bentuk ferro (Fe2+) - Pengaruh antasida terhadap suplemen besi absorpsi Fe berkurang Tatalaksana : - Sulfas ferosus sediaan 325 mg, kandungan besi elemental 65 mg - Fero fumarat sediaan 325 mg, kandungan besi elemental 107 mg - Fero glukonat sediaan 325 mg, kandungan besi elemental 39 mg - Kandungan Fe elemental terbanyak Fero fumarat > sulfas ferosus > fero glukonat - Dosis 3-6 mg besi elemental/kgBB/hari - Target Hb meningkat 1 gr/dl dalam 2-3 minggu - Terapi besi oral tetap dilanjutkan hingga usia 3-4 bulan
Anemia megaloblastik : - Defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) - Defisiensi vitamin B9 (asam folat) Etiologi : - B12 kurang pasokan vitamin B12, akloridia (atrofi mukosa gaster), defisiensi faktor intrinsik (anemia pernisiosa, gastrektomi), celiac disease (penyakit autoimun akibat konsumsi gluten), pankreatitis kronis, vegetarian - B9 kekurangan asupan asam folat, alkoholisme, reseksi usus dan jejunum, pada wanita hamil Tanda khas : - Defisiensi B12 absorpsi di ileum dan ada gangguan neurologis - Defisiensi B9 absopris di duodenum/jejunum dan tidak ada gangguan neurologis Pemeriksaan penunjang : - Morfologi makrositik - Schilling test mengukur kadar vitamin B12 - Pemeriksaan kadar asam folat - Apusan darah tepi hipersegmentasi neutrofil Tatalaksana : - Defisiensi B12 Vitamin B12 1 mg/hari (IM atau SC), selama 1 minggu Dilanjutkan dengan 1 mg/minggu selama 4 minggu, lalu 1 mg/bulan Sediaan oral kurang efektif apabila ada gangguan absorpsi vitamin B12 di gastrointestinal - Defisiensi B9 Asam folat 1-5 mg/hari selama 1-4 bulan Dosis 1 mg/hari biasanya cukup efektif
Anemia hemolitik : - Intravaskular Mikroangiopati Inkompabilitas ABO Paroksismal cold hemoglobinuria Infeksi Gigitan ular - Ekstravaskular Hemoglobinopati (anemia bulan sabit atau thalassemia) defek intrakorpuskular Defek membran (sferositosis herediter bentuk eritrosit oval besar gendut serta tidak ada central pallor atau defisiensi G6PD hilangnya radikal bebas pada eritrosit) defek intrakorpuskular Defek ekstrakorpuskular (autoimun, akibat obat-obatan, penyakit hepar, toksin) Tanda khas : - Anemia - Ikterus - Hepatosplenomegali Pemeriksaan penunjang : - Retikulosit meningkat - Eritrosit peningkatan eritrosit berinti - Morfologi normositik normokromik - Bilirubin total meningkat (dominasi bilirubin indirek) - Coomb test (+) - Defisiensi G6PD Heinz bodies dan bite cell Tatalaksana pemberian kortikosteroid
Anemia aplastik anemia yang disertai pansitopenia pada darah tepi karena kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang Etiologi : - Primer kongenital (Fanconi tanda anemia aplastik + gangguan tumbuh kembang) - Sekunder radiasi, bahan kimia dan obat-obatan Patofisiologi gangguan induk hemopoeitik, gangguan lingkungan mikro sumsum tulang dan proses imunologis Tanda khas : - Anemia - Leukopenia - Trombositopenia - Tidak ada organomegali - Hasil sumsum tulang hiposelular dan berlemak Gejala anemia aplastik hampir sama dengan mielodisplasia sindrom, bedanya mielodisplasia sindrom adanya organomegali Pemeriksaan penunjang : - Retikulosit menurun - Eritrosit penurunan eritrosit berinti - Leukosit menurun dengan relatif limfositosis (tidak dijumpai sel muda dalam darah tepi) - Trombosit menurun - Besi serum normal atau meningkat - TIBC normal - HbF meningkat - Morfologi normositik normokromik
Anemia sideroblastik anemia yang timbul karena berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis karena gangguan mitokondria Patofisiologi terganggunya inkorporasi besi ke dalam heme akumulasi heme di mitokondria degenerasi Fe Pemeriksaan penunjang : - Morfologi mikrositik hipokromik - Besi serum normal atau meningkat - Feritin meningkat - TIBC normal - Saturasi transferin menurun atau normal (50-100%) - Apusan darah tepi besi berbentuk cincin (ring sideroblastik), Pappenheimer bodies
Anemia kronis anemia yang disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis (kanker, infeksi kronis, autoimun, dan lain-lain) Gambaran klinis mirip dengan anemia defisiensi besi Pemeriksaan penunjang : - Morfologi mikrositik hipokromik - Besi serum menurun - Feritin normal atau meningkat - TIBC menurun - Saturasi transferin menurun (10-20%) - Sideroblas tidak ada atau menurun
MCV dan MCH menurun
Besi serum
Besi serum meningkat
Besi sumsum tulang meningkat
Anemia Sideroblastik
Besi serum normal/menurun
Besi serum menurun
Besi serum
Besi serum
Pemeriksaan HbF/HbA2
Kadar feritin
Thalassemia
Feritin menurun
Feritin normal atau menurun
Defisiensi Besi
Penyakit kronik
Membedakan thalassemia dan anemia defisiensi besi Mentzer Index - Skor < 13 Thalassemia - Skor < 13 anemia defisiensi besi Thalassemia diturunkan secara autosomal resesif, merupakan defek sintesis rantai globin Fenotip : - Mayor transfusion dependent - Intermedia gejala klinis ringan - Minor asimptomatik Genotip : - Alfa thalassemia kromosom 16 HbH dan Hb Bart - Beta thalassemia kromosom 11 HbF dan HbA2 Tanda khas : - Riwayat keluarga (+) - Tanda-tanda anemia hemolitik - Deformitas tulang - Apusan darah tepi sel target, teardrop cell, howell jolly bodies, basophillic stippling dan anisositosis - Morfologi mikrositik hipokromik
Hb Bart disease Thalassemia alfa
HbH disease Alfa minor
Beta mayor Thalassemia beta Beta minor
Defek 4 rantai beta hidrops fetalis atau IUFD Hb dengan 4 rantai beta anemia hemolitik kronis, mikrositosis, splenomegali Asimptomatik, anemia ringan, target cell (+) Simptomatik, anemia berat, transfusi seumur hidup, hepatosplenomegali, facies cooley (wajah mongoloid, mulut roden) Anisositosis, poikilositosis, target cell (+), basophillic stippling (+) Asimptomatik Anemia ringan, mikrositik, target cell (+), tear drop cell (+)
Hb elektroforesis pengukuran densitometri - Thalasemia alfa terdapat HbH atau Hb Barts - Thalasemia beta peningkatan HbA2, penurunan HbA dan peningkatan HbF
Tatalaksana - Transfusi PRC Indikasi Hb < 8 Indikasi Hb > 8 (bila keadaan umum kurang baik, anoreksia, gangguan aktivitas, gangguan pertumbuhan, splenomegali, perubahan pada tulang Diberikan sampai target Hb 12 Bila Hb > 5 dosis PRC diberikan 10-15 ml/kgBB/kali dalam 2 jam atau 20 ml/kgBB/kali dalam 3-4 jam - Iron chelating agent Biar pemberian besi tidak berlebihan Deferiprox 75 mg/kg/hari dibagi 3 dosis PO Diberikan bersamaan dengan transfusi PRC
Catatan transfusi darah : - Whole blood Isi eritrosit, trombosit dan plasma serta antikoagulan CPDA Transfusi sebaiknya dilakukan dalam 30 menit setelah darah dikeluarkan dari pendingin Pemberian 1 unit (500 ml) naikkan Hb 1 gr% atau hematokrit 3-4% Indikasi syok hipovolemik (perdarahan >30%) dan bedah mayor dengan perdarahan > 1500 ml - Packed Red Cell (PRC) 1 unit biasanya 300 ml 2/3 nya atau 200 ml eritrosit PRC 10 ml/kgBB Hb naik 3 gr/dl dan hematokrit naik 10% (Hb 1 gr/dl perlu PRC 4 ml/kgBB) Indikasi anemia tanpa penurunan volume - Fresh Frozen Plasma (FFP) Volume 200 ml Isi semua faktor koagulasi Manfaat gangguan faktor koagulasi - Kriopresipitat Dibuat dari pemisahan FFP yang dicairkan pada suhu 4 0C dengan metode pemutaran dengan waktu dan kecepatan tertentu Volume 200 cc Isi 250 mg fibrinogen dan 80-100 unit faktor VIII dan vWF Indikasi hemofilia A, vWD, defisiensi faktor VIII yang didapat 1 unit kriopresipitat menaikkan fibrinogen 8 mg/dl
Gangguan Koagulasi : Trombosit bleeding time (normal < 10 menit) Vaskuler bleeding time (normal < 10 menit) Faktor koagulasi clotting time (normal 4-10 menit) APTT dan PT
Jumlah Trombosit Menurun
Normal
Faktor koagulasi menurun
Faktor koagulasi normal
DIC
ITP
Memanjang
Normal
Von Willebrand Disease
Gangguan vaskular & platelet
Memanjang
Gangguan semua faktor koagulasi
Bleeding Time
Memanjang
Normal
APTT
APTT
Memanjang
Normal
PT
PT
Memanjang
Normal
Normal
Gangguan faktor intrinsik (hemofilia)
Gangguan faktor ekstrinsik
Gangguan faktor XII
Faktor koagulasi terganggu APTT dan PT memanjang Faktor intrinsik APTT VIII, IX, XI, XII hemofilia A, B, C (normal 25-35 detik) Faktor ekstrinsik PT III, VII (normal 11-13 detik) Common pathway PT I, II, IV, V, VI, X, XIII Nama lain faktor-faktor koagulasi : - I = fibrinogen - II = protrombin - III = tissue factor - IV = calcium - V = proaccelerin - VI = accelerin - VII = proconvertin - VIII = antihemophilic factor A - IX = christmas factor - X = stuart-prower factor - XI = plasma thromboplastin antecedent (PTA) - XII = hageman factor - XIII = protransglutaminase
ITP penyakit yang menyebabkan tubuh mudah memar atau berdarah, karena rendahnya jumlah trombosit Etiologi autoimun Tanda khas : - Riwayat infeksi yang sudah sembuh - Ruam merah atau memar di tubuh - Perdarahan yang sulit dihentikan ketika luka - Bercak darah pada urine dan feses - Trombositopenia saja Tatalaksana awal : - Prednisone 1 mg/kgBB/hari oral (7-10 hari) - Dexametasone 40 mg/hari oral (4 hari setiap 2 minggu untuk 4 siklus) - IVIG 1 gr/kgBB/hari IV (2 hari) - Platelet jika sedang perdarahan
Hemofilia kelainan pembuluh darah tersering yang diturunkan dengan pola X-linked resesif baik A dan B Jenis hemofilia (defisiensi faktor intinsik) : - Hemofilia A defisiensi faktor VIII - Hemofilia B defisiensi faktor IX - Hemofilia C defisiensi faktor XI (jarang) Diagnosis : - Riwayat perdarahan pada pria - Hemarthrosis spontan (perdarahan spontan pada sendi) - Trombosit normal - Bleeding time normal - Clotting time memanjang - PT normal - APTT memanjang Tatalaksana : - Cegah terjadinya perdarahan - Pemberian suntikan dihindari - Hemofilia A konsentrat faktor VIII + kriopresipitat - Hemofilia B konsentrat faktor IX + FFP (fresh frozen plasma)
vWD penyakit yang disebabkan defek pada faktor VIII dalam plasma disertai gangguan agregasi trombosit pada subendotel dinding pembuluh darah vWD kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan, autosomal resesif, dan X-linked resesif Tanda khas : - Mudah memar - Perdarahan kulit - Perdarahan berkepanjangan dari permukaan mukosa Pemeriksaan penunjang : - Tes vWF antigen (+) - Tes ritocetin (+) waktu aglutinasi meningkat ketika menggunakan antibiotik - Trombosit normal - PT normal - INR normal (bentuk standar internasional dari rasio PT) monitor terapi warfarin - Bleeding time memanjang - APTT memanjang Tatalaksana Desmopressin (DDAVP), dosis diberikan sesuai berat ringannya gejala atau tindakan invasif yang akan dilakukan
Polisitemia vera kelainan mieloproliferatif dengan ciri proliferasi sel prekursor eritroid yang tidak terkendali (masalah bone marrow) Jenis polisitemia : - Primer (Vera) peningkatan RBC karena keganasan RBC - Sekunder stimulasi eritropoietin berlebihan dari respon tubuh terhadap oksigenasi jaringan yang berkurang (akibat penyakit) - Relatif peningkatan bukan karena RBC (dehidrasi atau luka bakar) Gejala dan tanda : - Gangguan oksigenasi ringan nyeri kepala, vertigo, tinnitus, gangguan penglihatan dan angina - Trombosis vena atau arteritromboemboli - Tanda perdarahan petekie hingga perdarahan saluran cerna - Gatal lepasnya granulosit histamin - Neuropati perifer degenerasi akson saraf - Hepatosplenomegali - Hipertensi - Facial plethora Kriteria diagnosis (WHO 2016) 3 mayor atau 2 mayor + 1 minor 1. Hemoglobin > 16,5 gr/dl (pria), > 16,0 gr/dl (wanita), atau Hematokrit > 49% (pria), > 48% (wanita), atau Peningkatan massa eritrosit (>25%) 2. Biopsi sumsum tulang menunjukkan hiperselularitas dengan adanya eritroid yang menonjol, granulositik, dan proliferasi megakariositik dengan pleomorfik 3. Adanya mutasi dari JAK2V617F atau JAK2 ekson 12 Level eritropoietin serum dibawah normal
Pemeriksaan penunjang : - Hb meningkat - Leukosit meningkat - Trombosit meningkat Tatalaksana : - Flebotomi mempertahankan hematokrit (< 0,45 + dosis rendah ASA / aspirin 81-100 mg/hari) - Jika risiko tinggi dari trombosis (kepatuhan yang buruk terhadap flebotomi, mieloproliferasi yang progresif, splenomegali, leukositosis dan trombositosis terapi sitoreduktif - Terapi sitoreduktif : Hydroxyurea lini pertama Interferon umur < 40 tahun dan hamil
Leukemia keganasan darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah normal Faktor risiko paparan benzena Gejala dan tanda : - Organomegali hepatosplenomegali - Perdarahan spontan petekie - Demam - Nyeri tulang Klasifikasi : - Akut sel blast banyak (limfoblast atau mieloblast), perdarahan spontan dan gejala berat muncul - Kronik sel matur banyak dan gejala asimptomatis tidak ada perdarahan spontan Jenis leukemia : - AML (acute myeloblast leukemia) Auer rod (+), perdarahan spontan, sel blast banyak - ALL (acute lymphoblast leukemia ) biasanya pada anak-anak, sel blast banyak - CML (chronic myeloblast leukemia) semua fase pembelahan sel darah putih ada (fenomena pasar mala), philadelphia kromosom, sel matur banyak - CLL (chronic lymphoblast leukemia) smudge cell, sel matur banyak Pemeriksaan penunjang : - Leukosit meningkat - Bisitopenia anemia dan trombositopenia - Apusan darah tepi Limfoblast akan menjadi limfosit tidak ada granul Mieloblast akan menjadi semua (selain limfosit) ada granul - Hitung jenis leukosit Urutannya eosinofil / basofil / neutrofil batang / neutrofil segmen / limfosit / monosit Shift to the left peningkatan PMN mieloblast Shift to the right peningkatan MN limfoblast Normal neutrofil segmen dan limfosit 2 digit, yang lainnya normal (eosinofil, basofil, neutrofil batang dan monosit) 1 digit