Catatan Penting Analisis Struktur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TATAP MUKA : 1



DEFORMASI ELASTIS STRUKTUR CBM: 1. ARTI DAN ASUMSI DEFORMASI STRUKTUR Deformasi ialah robahan bangun struktur yang meliputi : a. Deformasi panjang berupa perpendekan atau pertambahan panjang struktur akibat gaya normal tekan atau tarik. b. Putaran sudut ialah robahan panjang seserat suatu penampang akibat momen lentur. c. Geseran ialah pergeseran dua tampang yang semula saling siku menjadi tidak siku lagi karena pengaruh gaya lintang atau gaya geser. d. Torsi ialah putaran suatu penampang mengililingi sumbu memanjang-nya akibat momen torsi atau momen pilin. Sumbu struktur balok yang semula merupakan garis lurus akan menjadi bengkok ketika manahan momen lentur. Garis bengkok sumbu balok ini disebut garis lentur yang berdeformasi. Jika material struktur yang menerima beban dapat kembali ke konfigurasi struktur awal setelah beban ditiadakan maka struktur tersebut dikatakan berprilaku elastis linear.



2. DEFORMASI LENTUR Deformasi lentur yang menyangkut robahan bangun seperti penjelasan pada bagian a dan b merupakan salah satu bagian penting yang harus dikaji dalam analisis struktur. Berikut ini akan dibahas hubungan antara momen lentur dengan sudut putaran dan deformasi lentur (lendutan) pada elemen struktur balok. Dari hubungan tersebut akan diperoleh persamaan sudut putar (sudut lentur) dan persamaan garis elastis-nya. Perhatikan simple beam berikut ini yang memikul beban luar P. Akibat gaya P struktur balok akan mengalami deformasi karena adanya gaya geser dan momen lentur. Lendutan balok di nyatakan dengan garis elastis seperti tergambar. Karena panjang bentang jauh lebih besar dari tinggi balok maka deformasi terbesar adalah sumbangan dari momen lentur dan deformasi akibat gaya geser sementara dapat diabaikan. O dฮธ



Y



P A



B



C



dx x



R garis elastis y ds dx



M



Gambar 1 : Deformasi Elastis Simple Beam



dsโ€™



M dx



Tinjau potongan balok sejauh x dari A selebar dx. Akibat momen lentur terjadi putaran sudut sebesar dฮธ dengan jejari R yang diukur dari pusat O hingga dx. Besarnya robahan panjang atau regangan, ฮต pada serat ds sejauh y dari sumbu balok(C ) adalah : ๐œ€ = (๐‘‘๐‘  โ€ฒ โˆ’ ๐‘‘๐‘ )/๐‘‘๐‘  Ternyata : ๐‘‘๐‘  = ๐‘‘๐‘ฅ = ๐‘… ๐‘‘๐œƒ dan juga ๐‘‘๐‘  โ€ฒ = (๐‘… โˆ’ ๐‘ฆ)๐‘‘๐œƒ Sehingga : ๐œ€=



(๐‘…โˆ’๐‘ฆ)๐‘‘๐œƒโˆ’๐‘… ๐‘‘๐œƒ ๐‘… ๐‘‘๐œƒ



๐‘ฆ ๐‘‘๐œƒ



๐‘ฆ



= โˆ’ ๐‘… ๐‘‘๐œƒ = โˆ’ ๐‘…



atau, ๐Ÿ



๐›†



=๐ฒ ๐‘



(1)



Hibungan tegangan-regangan (stress-strain relation) berdasarkan hukum Hooke adalah sebagai berikut : โˆ†๐ฅ ๐›” ๐›†= ๐ฅ =๐„ (2) dimana : โˆ†l = perpendekan atau pertambahan panjang balok [L] l = panjang awal [L] ฯƒ= besarnya tegangan [FL-2] dan E = modulus kekenyalan, modulus elastisitas (mudule of elasticity) [FL-2] Berdasarkan persamaan tegangan lentur terhadap sumbu netral maka : ๐›”=โˆ’



๐Œ(๐ฑ) ๐ฒ



(3)



๐ˆ



dimana : M(x) = besarnya momen lentur y = jarak serat dari garis netral dan I = momen inersia tampang melintang terhadap garis netral-nya. Jika dimasukkan nilai prs.(2) dan (3) ke prs.(1) maka diperoleh bahwa : ๐Œ(๐ฑ)



๐Ÿ



= ๐„๐ˆ dengan EI dikenal sebagai kekuatan lentur. ๐‘



(4)



Juga karena dx = R dฮธ atau 1/R = dฮธ/dx maka prs.(4) dapat ditulis menjadi : ๐๐›‰ ๐๐ฑ



=



๐Œ(๐ฑ)



(5)



๐„๐ˆ



Bila deformasi lentur amat kecil maka dapat dianggap nilai ฮธ = dy/dx sehingga : ๐๐›‰ ๐๐ฑ



๐



๐๐ฒ



๐๐Ÿ ๐ฒ



= ๐๐ฑ (๐๐ฑ) = ๐๐ฑ๐Ÿ



(6)



Jadi hubungan antara deformasi lentur (displacement of beam) atau lendutan balok dengan momen lentur adalah sbb. : ๐๐Ÿ ๐ฒ ๐๐ฑ ๐Ÿ



=



๐Œ(๐ฑ)



(7.a)



๐„๐ˆ



Atau ๐๐Ÿ ๐ฒ



๐„๐ˆ ๐๐ฑ๐Ÿ = ๐Œ(๐ฑ)



(7.b)



Ex.01 : Simple beam memikul beban luar P = 10 kN seperti tergambar. Kekuatan lentur, EI = 70000 kNm2. P1=5kN a=4m



Tugas lanjutan cari prs momen. P2 = 10 kN b=3m c=5m



A



B 1 2 L = 12 m



C



garis elastis



VA VB Tentukan : (a) Persamaan sudut lentur dan (b) Persamaan garis elastis-nya. SOLUSI : 1. Reaksi Tumpuan 50 โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 โˆถ ๐‘‰๐ด . ๐ฟ โˆ’ ๐‘ƒ. ๐‘ = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด (12) โˆ’ 10(5) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด = = 4,17 ๐‘˜๐‘ 12 70



โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 โˆถ โˆ’๐‘‰๐ต . ๐ฟ + ๐‘ƒ. ๐‘Ž = 0 โ‡’ โˆ’๐‘‰๐ต (12) + 10(7) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต = = 5,83 ๐‘˜๐‘ 12 Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด + ๐‘‰๐ต โˆ’ ๐‘ƒ = 0 โ‡’ 4,17 + 5,83 โˆ’ 10 = 0 (๐‘œ๐‘˜๐‘’) 2. Prs. Momen Bentang A1 berlaku untuk ; ๐ŸŽ โ‰ค ๐’™ โ‰ค ๐’‚ = ๐Ÿ•๐’Ž P = 10 kN a=7m



A



x



1



B



x



VA= 4,17 kN Maka persamaan momen-nya : ๐‘ด(๐’™) = ๐‘ฝ๐‘จ . ๐’™ = ๐Ÿ’, ๐Ÿ๐Ÿ•๐’™ Dari prs.(7.b) : ๐๐Ÿ ๐ฒ



๐„๐ˆ ๐๐ฑ๐Ÿ = ๐Œ(๐ฑ) = ๐Ÿ’, ๐Ÿ๐Ÿ•๐’™ Bila diintegralkan hasilnya menjadi : ๐’…๐’š ๐‘ฌ๐‘ฐ ๐’…๐’™ = 12(4,17)๐‘ฅ 2 + ๐ถ0 = ๐Ÿ, ๐ŸŽ๐Ÿ–๐’™๐Ÿ + ๐‘ช๐ŸŽ Selanjutnya diintegralkan lagi : ๐‘ฌ๐‘ฐ. ๐’š = 13(2,08)๐‘ฅ 3 + ๐ถ0 ๐‘ฅ + ๐ถ1 = ๐ŸŽ, ๐Ÿ”๐Ÿ—๐’™๐Ÿ‘ + ๐‘ช๐ŸŽ ๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ



(a)



(b)



( ) ( )



3. Prs. Momen Bentang 1B berlaku untuk ๐Ÿ•๐’Ž โ‰ค ๐’™ โ‰ค ๐‘ณ = ๐Ÿ๐Ÿ๐’Ž P = 10 kN a=7m



A



1



x



B



x



VA= 4,17 kN Prs. momen bentang 1B : ๐‘ด(๐’™) = ๐‘ฝ๐‘จ . ๐’™ โˆ’ ๐‘ท(๐’™ โˆ’ ๐Ÿ•) = ๐Ÿ’, ๐Ÿ๐Ÿ•๐’™ โˆ’ ๐Ÿ๐ŸŽ(๐’™ โˆ’ ๐Ÿ•) Dari prs.(7.b) : ๐๐Ÿ ๐ฒ



๐„๐ˆ ๐๐ฑ๐Ÿ = ๐Œ(๐ฑ) = ๐Ÿ’, ๐Ÿ๐Ÿ•๐’™ โˆ’ ๐Ÿ๐ŸŽ(๐’™ โˆ’ ๐Ÿ•) Sehingga : ๐’…๐’š ๐‘ฌ๐‘ฐ ๐’…๐’™ = 12(4,17)๐‘ฅ 2 โˆ’ 12(10)(๐‘ฅ โˆ’ 7)2 + ๐ถ2 = ๐Ÿ, ๐ŸŽ๐Ÿ–๐’™๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ“(๐’™ โˆ’ ๐Ÿ•)๐Ÿ + ๐‘ช๐Ÿ (c) Serta : ๐‘ฌ๐‘ฐ. ๐’š = 13(2,08)๐‘ฅ 3 โˆ’ 13(5)(๐‘ฅ โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 ๐‘ฅ + ๐ถ3 = ๐ŸŽ, ๐Ÿ”๐Ÿ—๐’™๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ“๐Ÿ‘(๐’™ โˆ’ ๐Ÿ•)๐Ÿ‘ + ๐‘ช๐Ÿ ๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ‘ (d) 4. Kondisi Batas yang harus dipenuhi adalah sbb. : (a) Di titik A : x = 0 nilai lentur, y = 0. Maka nilai prs.(b) harus sama dengan nol atau, 0 = 0,69๐‘ฅ 3 + ๐ถ0 ๐‘ฅ + ๐ถ1 0 = 0,69(0)3 + ๐ถ0 (0) + ๐ถ1 โ‡’ ๐‘ช๐Ÿ = ๐ŸŽ (b) Di titik 1 : x = 7 m nilai ฮธ = dy/dx harus sama artinya prs.(a) = prs.(c) sehingga : 2,08๐‘ฅ 2 + ๐ถ0 = 2,08๐‘ฅ 2 โˆ’ 5(๐‘ฅ โˆ’ 7)2 + ๐ถ2 2,08(7)2 + ๐ถ0 = 2,08(7)2 โˆ’ 5(7 โˆ’ 7)2 + ๐ถ2 โ‡’ ๐‘ช๐ŸŽ = ๐‘ช๐Ÿ (c) Di titik 1 : x = 7 m besar lenturan juga harus sama atau prs.(b) = prs.(d) sehingga : 0,69๐‘ฅ 3 + ๐ถ0 ๐‘ฅ = 0,69๐‘ฅ 3 โˆ’ 53(๐‘ฅ โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 ๐‘ฅ + ๐ถ3 0,69(7)3 + ๐ถ0 (7) = 0,69(7)3 โˆ’ 53(7 โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 (7) + ๐ถ3 โ‡’ ๐‘ช๐Ÿ‘ = ๐ŸŽ (d) Di titik B : x = L = 12 m, besar lendutan y =0 sehingga dari prs.(d) diperoleh : 0 = 0,69๐‘ฅ 3 โˆ’ 53(๐‘ฅ โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 ๐‘ฅ + ๐ถ3 = 0,69๐ฟ3 โˆ’ 53(๐ฟ โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 ๐ฟ + 0 0,69(12)3 โˆ’ 53(12 โˆ’ 7)3 + ๐ถ2 (12) = 0 โ‡’ ๐‘ช๐Ÿ = ๐Ÿ–๐Ÿ = ๐‘ช๐ŸŽ 5. Simpulan (a) Untuk ๐ŸŽ โ‰ค ๐’™ โ‰ค ๐’‚ = ๐Ÿ•๐’Ž : Prs. Sudut lentur : ๐‘‘๐‘ฆ ๐๐ฒ ๐ธ๐ผ ๐‘‘๐‘ฅ = 2,08๐‘ฅ 2 + 82 atau ๐›‰ = ๐๐ฑ = (๐Ÿ, ๐ŸŽ๐Ÿ–๐ฑ ๐Ÿ + ๐Ÿ–๐Ÿ)/(๐Ÿ•๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ) Prs. Garis elastis : ๐ธ๐ผ. ๐‘ฆ = (0,69)๐‘ฅ 3 + 82๐‘ฅ atau ๐ฒ = [(๐ŸŽ, ๐Ÿ”๐Ÿ—)๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐Ÿ–๐Ÿ๐ฑ]/(๐Ÿ•๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ) (b) Untuk ๐Ÿ•๐’Ž โ‰ค ๐’™ โ‰ค ๐Ÿ๐Ÿ๐’Ž : Prs. Sudut lentur : ๐‘‘๐‘ฆ ๐๐ฒ ๐ธ๐ผ ๐‘‘๐‘ฅ = 2,08๐‘ฅ 2 โˆ’ 5(๐‘ฅ โˆ’ 7) + 82 atau ๐›‰ = ๐๐ฑ = [๐Ÿ, ๐ŸŽ๐Ÿ–๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ“(๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ•) + ๐Ÿ–๐Ÿ]/(๐Ÿ•๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ) Prs. Garis elastis : ๐ธ๐ผ. ๐‘ฆ = 0,69๐‘ฅ 3 โˆ’ 53(๐‘ฅ โˆ’ 7)3 + 82๐‘ฅ atau ๐ฒ = [๐ŸŽ, ๐Ÿ”๐Ÿ—๐ฑ ๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ“๐Ÿ‘(๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ•)๐Ÿ‘ + ๐Ÿ–๐Ÿ๐ฑ ]/(๐Ÿ•๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ๐ŸŽ)



SOAL LATIHAN 02. Console (balok kantilever) seperti pada gambar ini dengan ukuran tampang melintang: Lebar b = 200 mm, tinggi h = 250 mm. Modulus elastisitas material-nya, E = 175 GPa. P = 15 kN A MA



B yB



x VA



250 mm



L=4m 200 mm



Tentukan : (a) Prs. sudut lendutan, dy/dx = โ€ฆ (b) Prs. garis elastic, y = โ€ฆ (c) Besar lenturan di titik B, yB = โ€ฆ SOLUSI : ๏ƒผ Persamaan momen lentur balok kantilever AB : ๐‘€๐‘ฅ = โˆ’๐‘ƒ(๐ฟ โˆ’ ๐‘ฅ) = ;0 โ‰ค ๐‘ฅ โ‰ค๐ฟ = 4๐‘š ๐๐Ÿ ๐ฒ



๏ƒผ ๐„๐ˆ ๐๐ฑ๐Ÿ = ๐Œ(๐ฑ) = โˆ’๐‘ƒ(๐ฟ โˆ’ ๐‘ฅ) = โˆ’15(4 โˆ’ ๐‘ฅ) = 15๐‘ฅ โˆ’ 60 ๏ƒผ Jika diintegralkan terhadap x maka : 4 ๐‘‘๐‘ฆ ๐ธ๐ผ ๐‘‘๐‘ฅ = โˆซ0 15๐‘ฅ โˆ’ 60 ๏ƒผ Kondisi Batas yang harus dipenuhi : ๐‘‘๐‘ฆ Di titik A : ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ฅ = 0 ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž ๐œƒ๐ด = ๐‘‘๐‘ฅ = 0 Selanjutnya akan diperoleh, nilai konstanta integral, Co = 0โ€ฆ ๏ƒผ Momen Inersia : 1 ๐ผ = 12 (200)(250)3 = 260.416.666,7๐‘š๐‘š4 = โ‹ฏ (10)โˆ’6 ๐‘š4 ๐ธ = 175 ๐บ๐‘ƒ๐‘Ž = 175(10)6 ๐‘˜๐‘/๐‘š2 ๏ƒผ Persamaan sudut lentur : dy/dx = โ€ฆ rad 4



๏ƒผ Persamaan garis elastic : y = โˆซ0 (7,5๐‘ฅ 2 โˆ’ 60๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ/[๐ธ๐ผ]โ€ฆ 7,5 3 = ๐‘ฅ โˆ’ 30๐‘ฅ 2 /[๐ธ๐ผ] 3 ๏ƒผ Besar lenturan di titik B : yB = 0,007 m โ€ฆ



TATAP MUKA : 2



DEFORMASI ELASTIS STRUKTUR CBM:MIG 3. METODE INTEGRASI GANDA (M I G) ๏ƒ˜ Guna menentukan besarnya deformasi lentur (lendutan) dan sudut putar di sembarang titik pada suatu struktur balok dapat diterapkan MIG. ๏ƒ˜ MIG didasarkan pada persamaan hubungan antara deformasi lentur dan momen lentur seperti pada persamaan (7). ๏ƒ˜ Jika prs.(7.a) dintegralkan maka persamaan sudut putar atau sudut lentur menjadi : ๐’…๐’š



๐Ÿ



๐œฝ(๐’™) = ๐’…๐’™ = ๐‘ฌ๐‘ฐ โˆซ ๐‘ด(๐’™) ๐’…๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ



(8)



๏ƒ˜ Selanjutnya untuk mendapatkan persamaan garis elastis sumbu netral, y(x) maka prs.(8) diintegralkan lagi dan hasilnya sbb. : ๐Ÿ



๐’š(๐’™) = ๐‘ฌ๐‘ฐ โˆฌ ๐‘ด(๐’™) ๐’…๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ ๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ



(9)



dimana : EI = kekuatan lentur M(x)= persamaan momen lentur dan C1, C2 = konstanta integral yang diperoleh berdasarkan kondisi batas. Ex. 01 : Console (balok kantilever) seperti pada gambar ini dengan ukuran tampang melintang: Lebar b = 200 mm, tinggi h = 250 mm. Modulus elastisitas material-nya, E = 175 GPa. q = 10 kN/m A MA



x VA



x



B



250 mm



L=4m



200 mm Tentukan : (a) Prs. sudut lentur (b) Prs. garis elastis dan (c) Besar lenturan di titik B, dengan MIG. SOLUSI : 1. Reaksi di jepit : โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 โˆถ โˆ’๐‘€๐ด + ๐‘ž๐ฟ(12)๐ฟ = 0 โ‡’ ๐‘€๐ด = โˆ’12๐‘ž๐ฟ2 = โˆ’12(10)(4)2 ๐‘€๐ด = โˆ’80 ๐‘˜๐‘๐‘š โˆ‘ ๐‘‰ = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด โˆ’ ๐‘ž๐ฟ = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด = 10(4) = 40 ๐‘˜๐‘ 2. Persamaan Momen untuk ๐ŸŽ โ‰ค ๐ฑ โ‰ค ๐Ÿ’ ๐ฆ ๐‘ด(๐’™) = ๐‘ฝ๐‘จ . ๐’™ โˆ’ ๐‘ด๐‘จ + ๐Ÿ๐Ÿ๐’’๐’™๐Ÿ = ๐Ÿ’๐ŸŽ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ + ๐Ÿ“๐’™๐Ÿ = ๐Ÿ“๐’™๐Ÿ + ๐Ÿ’๐ŸŽ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ



Maka : (a) Persamaan Sudut Lendutan : ๐’…๐’š ๐Ÿ ๐œฝ(๐’™) = ๐’…๐’™ = ๐‘ฌ๐‘ฐ โˆซ ๐‘ด(๐’™) ๐’…๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ ๐๐ฒ



๐Ÿ



๐Ÿ’



๐›‰(๐ฑ) = ๐๐ฑ = ๐„๐ˆ โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ“๐’™๐Ÿ + ๐Ÿ’๐ŸŽ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ) ๐๐ฑ ๐๐ฒ



Atau :



๐๐ฑ



๐Ÿ



= ๐„๐ˆ [๐Ÿ“๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐Ÿ’๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ] ๐Ÿ



(a)



(b) Persamaan Garis Elastis : 1 4 ๐’š = โˆซ ๐’…๐’š = ๐ธ๐ผ โˆซ0 [๐Ÿ“๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐Ÿ’๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ] ๐‘‘๐‘ฅ ๐Ÿ ๐Ÿ



๐Ÿ“ ๐Ÿ’ Atau : ๐’š = ๐„๐ˆ [๐Ÿ๐Ÿ ๐ฑ + ๐Ÿ’๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ + ๐‚๐Ÿ ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ] (b) ๐Ÿ” ๐Ÿ 3. Syarat Batas : ๐๐ฒ Di titik A ; x =0 maka ๐๐ฑ = ๐ŸŽ sehingga dari prs.(a) nilai ๐‚๐Ÿ = ๐ŸŽ dan juga, x = 0 nilai lenturan, y = 0 sehingga dari prs.(b) didapat nilai, ๐‚๐Ÿ = ๐ŸŽ. 4. Jadi : (a) Prs. sudut lentur : ๐๐ฒ ๐Ÿ = ๐›‰(๐ฑ) = [๐Ÿ“๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐Ÿ๐ŸŽ๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ–๐ŸŽ๐ฑ] ๐๐ฑ ๐„๐ˆ (b) Prs. garis elastic : ๐Ÿ ๐Ÿ“ ๐Ÿ’ ๐’š = ๐„๐ˆ [๐Ÿ๐Ÿ ๐ฑ + ๐Ÿ๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ’๐ŸŽ๐ฑ ๐Ÿ ] ๐Ÿ‘



5. Besar Lenturan di titik B dihitung berdasarkan persamaan garis elastis untuk x = L = 4 m dan hasilnya adalah : ๐Ÿ ๐Ÿ“ ๐’š = ๐„๐ˆ [๐Ÿ๐Ÿ (๐Ÿ’)๐Ÿ’ + ๐Ÿ๐ŸŽ (๐Ÿ’)๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ’๐ŸŽ(๐Ÿ’)๐Ÿ ] = โ‹ฏ ๐’Ž ๐Ÿ‘



SOAL LATIHAN (start 3, 05.09.2016) 02. Simple Beam memikul beban merata q = 12 kN/m dengan nilai modulus elastisitas bahan, E = 200 GPa dan momen inersia tampang melintang, I = 45000 cm 4 . x



q = 12 kN/m=20



A



B 0,5 L L = 15 m=25



VA



VB



Tentukan : (a) Prs. sudut lentur (b) Prs. garis elastis dan (c) Besar lenturan di tengah bentang dengan MIG. SOLUSI : ๏ƒ˜ 1. REAKSI TUMPUAN โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; VA . L โˆ’ q. L(12L) = 0 โ‡’ VA = 12qL kN = 90 kN = VB Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ๏ƒ˜ 2. Persamaan Momen untuk ๐ŸŽ โ‰ค ๐ฑ โ‰ค ๐‹ = ๐Ÿ๐Ÿ“ ๐ฆ ๐‘ด(๐’™) = ๐‘ฝ๐‘จ . ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ๐’’๐’™๐Ÿ = ๐Ÿ๐Ÿ๐ช๐‹. ๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ๐’’๐’™๐Ÿ = ๐Ÿ—๐ŸŽ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ”๐’™๐Ÿ (a) Persamaan Sudut Lendutan : ๐’…๐’š ๐Ÿ ๐œฝ(๐’™) = ๐’…๐’™ = ๐‘ฌ๐‘ฐ โˆซ ๐‘ด(๐’™) ๐’…๐’™ + ๐‘ช๐Ÿ ๐‹



๐๐ฒ



๐Ÿ



๐๐ฒ



๐Ÿ ๐Ÿ



๐Ÿ๐Ÿ“



๐Ÿ



๐›‰(๐ฑ) = ๐๐ฑ = ๐„๐ˆ โˆซ๐ŸŽ [๐Ÿ๐Ÿ๐ช๐‹. ๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ๐’’๐’™๐Ÿ ]๐’…๐’™ = ๐„๐ˆ โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ—๐ŸŽ๐’™ โˆ’ ๐Ÿ”๐’™๐Ÿ ) ๐๐ฑ ๐Ÿ



๐Ÿ



= ๐„๐ˆ [๐Ÿ’ ๐ช๐‹๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ” ๐ช๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐‚๐Ÿ ] = ๐„๐ˆ [๐Ÿ—๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ”๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐‚๐Ÿ ] ๐Ÿ ๐๐ฑ



Atau :



(a)



(b) Persamaan Garis Elastis : ๐Ÿ



๐‘ณ ๐Ÿ



๐Ÿ



1



15



๐’š = โˆซ ๐’…๐’š = ๐„๐ˆ โˆซ๐ŸŽ [๐Ÿ’ ๐ช๐‹๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ” ๐ช๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐‚๐Ÿ ] ๐๐ฑ = ๐ธ๐ผ โˆซ0 [๐Ÿ—๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ”๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ + ๐‚๐Ÿ ] ๐‘‘๐‘ฅ ๐Ÿ ๐Ÿ



๐Ÿ



๐Ÿ



๐Ÿ



๐Ÿ” ๐Ÿ’ Atau : ๐’š = ๐„๐ˆ [๐Ÿ๐Ÿ ๐ช๐‹๐ฑ ๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ’ ๐ช๐ฑ ๐Ÿ’ + ๐‚๐Ÿ ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ] = ๐„๐ˆ [๐Ÿ—๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ‘ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ๐ฑ + ๐‚๐Ÿ ] (b) ๐Ÿ”



๏ƒ˜ 3. Syarat Batas : Di titik A ; x = 0 maka ๐ฒ = ๐ŸŽ sehingga dari prs.(b) nilai ๐‚๐Ÿ = ๐ŸŽ dan juga, ๐๐ฒ ๐ฑ = ๐Ÿ๐Ÿ๐‹ maka nilai ๐›‰(๐ŸŽ,๐Ÿ“๐‹) = = ๐ŸŽ sehingga dari prs.(a) diperoleh : ๐Ÿ



๐Ÿ



๐๐ฑ



๐Ÿ



๐ช๐‹(๐Ÿ๐Ÿ๐‹)๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ” ๐ช(๐Ÿ๐Ÿ๐‹)๐Ÿ‘ + ๐‚๐Ÿ = ๐ŸŽ โ‡’ ๐‚๐Ÿ = โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ’ ๐ช๐‹๐Ÿ‘ ๐Ÿ’ Coba nyatakan persamaan sudut lentur dan garis elastic untuk simple beam dengan beban merata q [FL-1] sepanjang bentang, L. TO BE CONTINUE : ๐‚๐Ÿ = โˆ’๐Ÿ—๐ŸŽ ๐ฑ ๐Ÿ + ๐Ÿ”๐Ÿ‘๐ฑ ๐Ÿ‘ = โˆ’๐Ÿ—๐ŸŽ (๐Ÿ•, ๐Ÿ“)๐Ÿ + ๐Ÿ”๐Ÿ‘(๐Ÿ•, ๐Ÿ“)๐Ÿ‘ = โˆ’๐Ÿ๐Ÿ”๐Ÿ–๐Ÿ•, ๐Ÿ“ ๐Ÿ ๐Ÿ SO THAT : (a) (b) (c)



LEMBAR TUGAS I 01. Simple Beam memikul beban merata segitiga, q = 15 kN/m dengan nilai modulus elastisitas bahan, E = 210 GPa dan momen inersia tampang melintang, I = 45730 cm4 . Dengan menggunakan MIG, q = 15 kN/m



A



B 0,5 L L = 10 m



Tentukan : (a) Prs. sudut lentur (b) Prs. garis elastis (c) Besar lenturan di tengang bentang dan (d) Lenturan maksimum yang terjadi dan posisi-nya. 02. Tentukan persamaan lendutan di titik C dan sudut rotasi di titik B jika kekuatan lentur, EI dianggap konstan. Gunakan MLM untuk soal ini. P q



A



B



C 0,5 L



0,5 L L



TATAP MUKA : 3



DEFORMASI ELASTIS STRUKTUR CBM:MLM 4. METODE LUAS MOMEN (MLM) ๏ƒ˜ Berdasarkan system struktur dan beban luar yang harus dipikulnya maka kita dapat menghitung dan menggambarkan diagram atau bidang momen lentur struktur tersebut. ๏ƒ˜ Jika luas bidang momen dibagi dengan nilai kekuatan lentur EI maka akan diperoleh ๐Œ diagram seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini. ๐„๐ˆ



A



1



๐Œ



1โ€™



๐„๐ˆ



A



B



2



2โ€™



1



2 x



B



dx Diagram



๐Œ ๐„๐ˆ



Garis Netral



A



1



2



B โˆ†๐Ÿ/๐Ÿ



โˆ†๐Ÿ/๐Ÿ



๐›‰๐Ÿ/๐Ÿ



Gambar Sudut Lentur dan Lenturan Vertikal GAMBAR METODE LUAS MOMEN ๏ƒ˜ Persamaan sudut lentur seperti pada prs.(5) dapat dinyatakan lagi dalam bentuk : ๐‘ด ๐’…๐œฝ = ๐‘ฌ๐‘ฐ ๐’…๐’™ (10) ๏ƒ˜ Perubahan sudut lentur ๐‘‘๐œƒ sama dengan luas daerah A11โ€™ dan B22โ€™ dalam diagram ๐‘€ . Jika prs.(10) dintegralkan mulai dari titik 1 hingga ke titik 2 maka diperoleh nilai ๐ธ๐ผ perubahan sudut lentur sbb. : ๐Ÿ ๐‘ด ๐œฝ๐Ÿ/๐Ÿ = โˆซ๐Ÿ (๐‘ฌ๐‘ฐ) ๐’…๐’™ (11) dimana : ๐œฝ๐Ÿ/๐Ÿ = nilai perubahan sudut lentur antara dua titik pada garis elastis. = sudut potong garis singgung di titik 1 dan garis singgung di titik 2.



๏ƒ˜ Guna menentukan besarnya deformasi lentur vertikal di suatu titik dengan MLM maka : ๐Ÿ ๐Œ โˆ†๐Ÿ/๐Ÿ = ๐– โˆซ๐Ÿ (๐„๐ˆ) ๐๐ฑ (12) dimana : โˆ†๐Ÿ/๐Ÿ = deformasi lentur di titik 2 yang diukur dari garis singgung di titik 1. ๐‘ด



= luas diagram ๐‘ฌ๐‘ฐ dikalikan dengan jarak titik beratnya terhadap titik 2. ๐‘ด



๐– = jarak titik berat luas diagram ๐‘ฌ๐‘ฐ ke titik 2. ๏ƒ˜ M L M tidak dapat menyatakan secara langsung besar sudut lentur dan lendutan vertical pada suatu titik yang kita inginkan dan hanya dapat digunakan untuk menentukan basar sudut dan lentur vertical antara dua garis singgung pada dua titik yang berada pada garis elastis struktur balok. Ex. 01 : Console (balok kantilever) seperti pada gambar ini dengan nilai E = 200 GPa dan I = 3200 cm4 yang konstan. Gunakan MLM untuk menentukan besarnya : (a) Sudut lentur di titik 2 dan 3. P = 10 kN (b) Lentur vertical di titik 3. 1 EI, Konstan 2 M1 M2=5 kNm 3 SOLUSI : V1 3m 3m (1) Reaksi Jepit * โˆ‘ ๐‘ด๐Ÿ = ๐ŸŽ M1 โˆ’ M2 โˆ’ P(6) = 0 M1 = 5 + 10(6) = 65 kNm *โˆ‘๐‘ฝ = ๐ŸŽ M ๐Ÿ‘๐ŸŽ โˆ’ V1 โˆ’ L2 โˆ’ P = 0 โ‡’ V1 = 1123 kNm ๐„๐ˆ โˆ’



๐Ÿ‘๐Ÿ“



M23 = โˆ’P. 3 = โˆ’10(3) = โˆ’30 kNm M21 = โˆ’M23 โˆ’ M2 = โˆ’30 โˆ’ 5 M21 = โˆ’35 kNm



๐„๐ˆ



๐Œ



โˆ’



Diagram ๐„๐ˆ



๐Ÿ”๐Ÿ“



M12 = โˆ’65 kNm



๐„๐ˆ



1



COBA GBR.KAN BID. MOMEN-NYA. 2



๐›‰๐Ÿ ๐’š๐Ÿ‘



3 ๐Œ (2) Setelah nilai momen diperoleh gambarkan Diagram ๐„๐ˆ. (3) Perhitungan sudut lentur : 30



5



1 30



Di Titik 2 : ฮธ2 = โˆ’ EI (3) โˆ’ EI (3) โˆ’ 2 ( EI ) (3) = โˆ’ ๐›‰๐Ÿ = โˆ’



๐Ÿ๐Ÿ“๐ŸŽ



(๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ.



๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐ค๐ )(๐Ÿ‘๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ.๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ– ๐ฆ๐Ÿ’ ) ๐ฆ๐Ÿ



30



5



150 EI



๐›‰๐Ÿ‘



(luasan yang mana ? ; 2 ke 1)



= โˆ’๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐Ÿ๐Ÿ‘๐Ÿ’ ๐ซ๐š๐๐ข๐š๐ฅ = 1,334 o 1 30



1 30



Di Titik : ฮธ3 = ฮธ3/1 = โˆ’ EI (3) โˆ’ EI (3) โˆ’ 2 ( EI ) (3) โˆ’ 2 ( EI ) (3) = โˆ’ ๐›‰๐Ÿ‘ = โˆ’



๐Ÿ๐Ÿ—๐Ÿ“



(๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ.



๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐ค๐ )(๐Ÿ‘๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ.๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ– ๐ฆ๐Ÿ’ ) ๐ฆ๐Ÿ



= โˆ’๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐Ÿ‘๐ŸŽ๐Ÿ“ ๐ซ๐š๐๐ข๐š๐ฅ = โ€ฆ o



195 EI



(4) Perhitungan Lentur Vertical di titik 3 : 90



15



45



45



y3 = โˆ’ EI (4,5) โˆ’ EI (4,5) โˆ’ EI (5) โˆ’ EI (2) = โˆ’



787,5 EI



๏ƒ˜ Dari mana munculnya persamaan ๐ฒ๐Ÿ‘ ini ? ๐‘ด LUAS DIAGRAM ๐‘ฌ๐‘ฐ DIKALI JARAK LUASAN INI KE TITIK 3. ๐Ÿ‘๐ŸŽ



๐Ÿ“



๐Ÿ ๐Ÿ‘๐ŸŽ



๐Ÿ ๐Ÿ‘๐ŸŽ



Jadi : y3 = โˆ’ ๐„๐ˆ (๐Ÿ‘)(๐Ÿ’, ๐Ÿ“) โˆ’ ๐„๐ˆ (๐Ÿ‘)(๐Ÿ’, ๐Ÿ“) โˆ’ ๐Ÿ ( ๐„๐ˆ ) (๐Ÿ‘)(๐Ÿ“) โˆ’ ๐Ÿ ( ๐„๐ˆ ) (๐Ÿ‘)(๐Ÿ) (LUAS (M/EI) x JARAK LUASAN INI KE TITIK 3) ๐ฒ๐Ÿ‘ = โˆ’



๐Ÿ•๐Ÿ–๐Ÿ•,๐Ÿ“ ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐ค๐ (๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ. ๐Ÿ )(๐Ÿ‘๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ.๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ– ๐ฆ๐Ÿ’ ) ๐ฆ



= โˆ’๐ŸŽ, ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ‘ ๐ฆ



(5) CATATAN ๏ƒผ Lenturan bertanda negative karena arahnya ke bawah. ๏ƒผ 1 GPa = 1 x 106 kN/m2. Jadi : E = 200 GPa = 200 x 106 kN/m2. ๏ƒผ Momen Inersia, I = 3200 cm4 = 3200 x 10-8 m4 ๏ƒผ Besaran sudut, ๐Ÿ ๐ซ๐š๐๐ข๐š๐ฅ =



๐Ÿ‘๐Ÿ”๐ŸŽ๐จ ๐Ÿ๐›‘



= ๐Ÿ“๐Ÿ•, ๐Ÿ๐Ÿ—๐Ÿ“๐Ÿ–๐จ = ๐Ÿ“๐Ÿ•๐จ ๐Ÿ๐Ÿ•โ€ฒ ๐Ÿ’๐Ÿ’, ๐Ÿ–๐Ÿโ€ฒโ€ฒ



SOAL LATIHAN 01. Simple Beam Console memikul beban P = 40 kN dengan nilai EI konstan. Gunakan MLM untuk menghitung panjang console LC agar sudut lentur di B = 0 P = 40 kN P = 40 kN A 4m



SOLUSI :



B



1 6m



C LC



TATAP MUKA : 4 (start)



DEFORMASI ELASTIS STRUKTUR CBM:MBK 4. METODE BALOK KUNJUGASI (MBK) ๏ƒ˜ Balok konjugasi (conjugate beam) ialah suatu balok khayal/fiktif dengan panjang yang sama dengan balok sesunguhnya /nyata (real beam). ๏ƒ˜ Metode Balok Konjugasi (MBK) atau Conjugate Beam Method berdasar pada prinsip ๐‘ด statika struktur yang dibebani dengan diagram ๐‘ฌ๐‘ฐ yang diperoleh dari analisis balok nyata guna menentukan hubungan antara beban, gaya geser (gaya lintang), momen ๐‘ด lentur serta ๐‘ฌ๐‘ฐ , sudut lentur dan lenturan. ๏ƒ˜ Hubungan antara gaya geser dan momen lentur dapat diperoleh dengan mengkaji satu elemen kecil, dx dari suatu balok sejauh x dari ujung tumpuan-nya seperti pada gambar berikut ini. q



M



M+dM Q Q+dQ



dx Gambar : Diagram Beban pada Suatu Elemen Balok ๏ƒ˜ Maka keseimbangan gaya arah vertical ialah : Q = (Q + dQ) + q dx dan dQ/dx =-q Atau hubungan antara gaya geser dan beban q adalah : ๐๐ = ๐ช ๐๐ฑ (a) ๏ƒ˜ Persamaan keseimbangan momen ke sudut kanan bawah ialah : M + Q dx = (M + dM) + 0,5 q (dx)2 Jika dx cukup kecil maka nilai (dx)2 menjadi amat sangat kecil dan dapat diabaikan sehingga persamaan tersebut menjadi : ๐‘‘๐‘€ ๐‘‘๐‘€ = ๐‘„๐‘‘๐‘ฅ atau ๐‘‘๐‘ฅ = ๐‘„ atau ๐๐Ÿ ๐Œ



=๐ช (b) Integrasi kedua prs.(a) dan prs.(b) untuk mendapatkan gaya geser, Q dan momen lentur, M secara berurut ialah : ๐ = โˆซ ๐ช๐๐ฑ (13) dan ๐Œ = โˆฌ ๐ช๐๐ฑ ๐Ÿ (14) ๐๐ฑ ๐Ÿ



๏ƒ˜ Jika prs.(5) diintegralkan maka diperoleh nilai sudut lentur, ฮธ sbb. : ๐Œ



๐›‰ = โˆซ ๐„๐ˆ ๐๐ฑ dan juga nilai lentur, y menjadi :



(15)



๐Œ



โˆ†= ๐ฒ = โˆฌ ๐„๐ˆ ๐๐ฑ ๐Ÿ



(16)



๏ƒ˜ Jika dianalisa prs.(13) s/d prs.(16) jelas ada hubungan antara gaya geser dengan sudut lentur, ฮธ momen lentur, M dengan deformasi lentur, y dan beban, q dengan ๐‘€ diagram ๐ธ๐ผ . Dari hubungan ini diperoleh dua teorema dalam MBK sebagai berikut : Teorema 1 : ๏ƒผ Sudut lentur di satu titik pada real beam secara numeric sama dengan gaya geser di titik itu pada conjugate beam. Teorema 2 : ๏ƒผ Besar lenturan di satu titik pada real beam secara numeric sama dengan besarnya momen di titik tersebut pada conjugate beam. ๏ƒ˜ Dalam MBK maka real beam harus ditransformasi menjadi conjugate beam dengan ๐‘€ panjang yang sama. Beban yang dipikul conjugate beam adalah diagram ๐ธ๐ผ dari hasil pembebanan pada real beam. Apabila diagram momen real beam nilainya positif ๐‘€ maka diagram beban ๐ธ๐ผ pada conjugate beam bernilai negative, demikian pula sebaliknya. ๏ƒ˜ Dalam penerapan MBK harus dilakukan konversi jenis tumpuan yang sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.1.



Tabel 4.1 : Konversi Tumpuan Real Beam Menjadi Conjugate Beam Tumpuan Real Beam



Tumpuan Conjugate Beam



Sendi



Sendi



Rol



Rol



Jepit



Bebas



Bebas



Jepit



Sendi Interior



Sendi Dalam



Rol Interior



Sendi Dalam



Sendi Dalam



Rol



Ex. 04 : Simple beam dengan beban seperti tergambar dan nilai EI konstan. Tentukan besar sudut rotasi dan besar lenturan di titik 3 dengan MBK. P = 8 kN q = 2 kN/m 0



2



1 0,5 L= 5 m



0,5L = 5 m



(1) REAL BEAM



3 LC = 5m



P = 8 kN



Kondisi 1



V0 Bid. M akibat P + 20



Kondisi 2



V0 25 _ Bid. M akibat q (2) CONJUGATE BEAM 20/EI



TRANSFORMASI TUMPUAN DAN BEBAN



_ I 0



3 2



III



II + 20/EI



25/EI



QI 5m 0



2 ๐Ÿ๐ŸŽ ๐Ÿ‘



๐ฆ



๐•๐Ÿโ€ฒ ๐•๐Ÿโ€ฒ



QII 25/EI 2



๐Ÿ‘ ๐Ÿ’๐‹๐œ



3 ๐‘ดโ€ฒ๐Ÿ‘



QIII ๐‘ธโ€ฒ๐Ÿ‘ 25/EI



SOLUSI : 1. Hitung dan gambarkan bidang momen REAL BEAM secara superposisi. Kondisi 1 : โˆ‘ ๐‘€2 = 0: V0 . L โˆ’ P(12L) = 0 โ‡’ V0 = 12P = 4kN M1 = V0 (12L) = 12P(12L) = 14PL = 20 kNm Kondisi 2 : โˆ‘ ๐‘€2 = 0: โˆ’V0 . L + qLC (12LC ) = 0 โ‡’ โˆ’V0 (10) + 5.2(2,5) = 0 โ‡’ V0 = 2,5 kN M2 = โˆ’V0 (L) = โˆ’2,5(10) = โˆ’25 kNm = โˆ’๐Ÿ๐Ÿ๐ช๐‹๐Ÿ๐‚ 2. Tranformasi Real Beam menjadi Conjugate Beam ๏ถ (a) Tumpuan : SENDI_0 ke SENDI_0 SENDI ITERIOR_2 ke SENDI DALAM_2 dan Tumpuan BEBAS_3 ke JEPIT_3. (b) Beban : Bidang MOMEN menjadi Diagram beban M/(EI). 3. Ubah beban terdistribusi M/(EI) menjadi beban terpusat dan cari titik berat-nya. ๏‚ท Beban segitiga : 20 20 100 QI = 12L ( ) = 12(10) ( ) = ; jarak titik berat-nya = 5 m dari titik 0 EI



EI



25



EI



25



QII = 12L ( EI ) = 12(10) ( EI ) = ๏‚ท



125 EI



; jarak titik beratnya =



๐Ÿ๐ŸŽ ๐Ÿ‘



๐ฆ dari titik 0



Beban parabola : ๐Ÿ ๐๐ˆ๐ˆ๐ˆ = ๐Ÿ‘ (๐€๐ฅ๐š๐ฌ ๐ฑ ๐“๐ข๐ง๐ ๐ ๐ข) Koreksi . 1



25



1



25



QIII = 3 LC ( EI ) = 3 (5) ( EI ) =



125



๐Ÿ‘



; jarak titik beratnya = ๐Ÿ’ ๐‹๐‚ = 3EI



๐Ÿ๐Ÿ“ ๐Ÿ’



๐ฆ dari titik 3.



4. Reaksi Tumpuan ๏ถ (a) Bentang 02. 20 โˆ‘ ๐‘€0โ€ฒ = 0 โˆถ โˆ’V2โ€ฒ (10) + QII ( ) โˆ’ QI . 5 = 0 V2โ€ฒ



1



125



EI 20



100



= 10 [( EI ) ( 3 ) โˆ’ ( EI ) 5] =



100 3EI



kNm2



๏ถ (b) Bentang 23. Reaksi ๐•๐Ÿโ€ฒ menjadi aksi pada bentang 23 sehingga diperoleh besarnya, Sudut lentur di titik 3 : 100 125 ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ“ ๐›‰๐Ÿ‘ = ๐โ€ฒ๐Ÿ‘ = โˆ’V2โ€ฒ โˆ’ QIII = โˆ’ EI โˆ’ 3EI = โˆ’ ๐Ÿ‘๐„๐ˆ ๐ค๐๐ฆ๐Ÿ Lenturan di titik 3 : ๐Ÿ‘



100



125 3



๐Ÿ‘๐Ÿ–๐Ÿ•๐Ÿ“



๐ฒ๐Ÿ‘ = ๐Œ๐Ÿ‘โ€ฒ = โˆ’V2โ€ฒ LC โˆ’ QIII (๐Ÿ’ ๐‹๐‚ ) = โˆ’ 3EI (5) โˆ’ 3EI (4 x5) = โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ๐„๐ˆ ๐ค๐๐ฆ๐Ÿ‘



ANALISIS STRUKTUR I INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA UJIAN I SMT GANJIL TA : 2015/2016 PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL SENIN, 16 NOVEMBER 2015 WAKTU : 110 MENIT JUR. : TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR dan KEWILAYAHAN DOSEN : Ir. G. Perangin-angin, M.T. TUGAS TAKE HOME No. : 01 Tentukan besar sudut lentur dan besar lenturan di titik 4 dengan MBK jika diketahui nilai E = 200 GPa dan I = 70 . 106 mm4 q = 2 kN/m P = 10 kN 0



1



2



3m



5m



3 4m



4 3m



No. : 02 Tentukan besarnya lendutan di titik 1 dengan menggunakan MBS jika nilai E = 200 GPa dan I = 360(10)6 mm4. P = 90 kN q = 5 kN/m 0



1 2m



2 4m



QUIZ TAKE HOME : ISI BEBAN DENGAN BIL. DESIMAL NO NPM AKHIR. O1 ARYA 09 JAKA RAMADHONA 02 RIJULI NADEAK 03 CINDY 04 AISYAH 05 FERRI 06 M. HABIBUR R 07 YOGI 08 NADYA



TATAP MUKA : 4 (START)



PRINSIP DASAR METODE ENERGI C B M : PRINSIP DASAR METODE ENERGI



6. PRINSIP METODE ENERGI STRUKTUR A. PRINSIP DASAR KONSERVASI ENERGI (PDKE) ๏ถ PDKE ialah kerja beban luar yang timbul pada struktur sama dengan kerja internal yang berupa energi regangan atau energi dalam yang ada tersimpan pada saat struktur mengalami deformasi. ๏ถ Andaikata beban ditiadakan dan batas elastic material struktur tidak terlewati maka energi regangan pasti melakukan pemulihan struktur ke kondisi awal-nya.



B. PERSAMAAN DASAR KERJA DAN ENERGI STRUKTUR ๏ถ Beikut ini akan dijelaskan relasi antara kerja beban luar dengan energi dalam pada suatu struktur simple beam seperti pada Gambar di bawah ini . dL



S



S



y M



dx



N



1



C โˆ†๐Ÿ



2



Garis Netral



3 โˆ†๐Ÿ



โˆ†



โˆ†๐Ÿ‘ Garis Elastis



A



B P1



P2 P3 Gambar 6(a) Lendutan Balok Akibat Beban Luar. dl



u



u



y M



dx



N



1



C



๐››๐Ÿ



โˆ‚



2



Garis Netral



3 ๐››๐Ÿ



๐››๐Ÿ‘



Garis Elastis



A



1[F]



B



Gambar 6(b) Lendutan Balok Akibat Beban Satuan, 1[F]. P1



1[F]



1



C



โˆ†๐Ÿ + ๐››๐Ÿ



P2 2



โˆ†+โˆ‚



โˆ† ๐Ÿ + ๐››๐Ÿ



P3 3



Garis Netral



โˆ† ๐Ÿ‘ + ๐››๐Ÿ‘ Garis Elastis



A



B Gambar 6(c) Lendutan Balok Akibat Beban Luar dan Beban Satuan, 1[F].



๏ถ Himpunan gaya luar P1, P2 dan P3 menimbulkan tegangan dalam yang tersimpan dalam struktur; katakan dengan tekanan total sebesar S di serat MN dengan luas penampang dA (Gbr.6a). Jika serat MN sepanjang dx mengalami perpendekan sebesar dL maka : ๐Ÿ ๐„๐ง๐ž๐ซ๐ ๐ข ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ = ๐Ÿ โˆ‘ ๐’ ๐๐‹ (17) ๏ถ Gegaya luar itu, tentu juga menyebabkan lendutan di sepanjang balok, katakan sebesar โˆ†1, โˆ†2 dan โˆ†3 secara berurut di P1, P2 dan P3. Jika gegaya luar diberikan sedikit demi sedikit maka : ๐Ÿ ๐Š๐ž๐ซ๐ฃ๐š ๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ = ๐Ÿ (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ ) (18) Menurut PDKE maka kerja luar sama dengan energi dalam atau prs.(17) = prs.(18) se hingga : ๐Ÿ ๐Ÿ (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ ) = โˆ‘ ๐’ ๐๐‹ (19) ๐Ÿ ๐Ÿ ๏ถ Jika pada simple beam AB, di titik C lebih dulu diberi satu beban satuan [1F] sedikit demi sedikit maka terjadi defleksi sebesar โˆ‚ di titik C, โˆ‚1, โˆ‚2 dan โˆ‚3 secara berurut di titik 1, 2 dan 3 (Gbr.6b). Walaupun bebeban luar P ditempatkan secara mandiri pada bentang AB akan menyebabkan lendutan yang sama sebesar โˆ† di titik C, โˆ†1 di titik 1 โˆ†2 di titik 1 dan โˆ†3 di titik 3 (Gbr.6a). ๏ถ Jika sekarang gegaya P ditambah secara perlahan dimana beban satuan di C sudah diberikan, maka secara superposisi besarnya lendutan menjadi โˆ‚+โˆ† di titik C, โˆ‚1+โˆ†1 di titik 1, โˆ‚2+โˆ†2 di titik 2 dan โˆ‚3+โˆ†3 di titik 3. ๏ถ Hubungan antara kerja luar beban satuan di titik C dengan energi dalam yang terjadi ialah : ๐Ÿ ๐Ÿ (๐Ÿ)๐›› = โˆ‘ ๐ฎ ๐๐ฅ (20) ๐Ÿ ๐Ÿ dimana : u = tekanan total pada setiap serat MN dengan dL = total perpendekan akibat beban satuan. ๐Ÿ Kerja luar tambahan di sepanjang balok = ๐Ÿ (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ ) + ๐Ÿ(โˆ†) ๐Ÿ



Energi dalam yang tersimpan pada balok = ๐Ÿ โˆ‘ ๐’ ๐๐‹ + โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ ๏ถ Maka pada struktur akan terjadi : ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Š๐ž๐ซ๐ฃ๐š ๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ ๐ญ๐จ๐ญ๐š๐ฅ = ๐Ÿ (๐Ÿ)๐›› + ๐Ÿ (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ ) + ๐Ÿ(โˆ†) ๐Ÿ



(21)



๐Ÿ



๐„๐ง๐ž๐ซ๐ ๐ข ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐ญ๐จ๐ญ๐š๐ฅ = ๐Ÿ โˆ‘ ๐ฎ ๐๐ฅ + ๐Ÿ โˆ‘ ๐’ ๐๐‹ + โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ (22) ๏ถ Kembali berdasarkan hukum kekekalan energi maka prs.(21) = prs.(22) atau : ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ (๐Ÿ)๐›› + (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ ) + ๐Ÿ(โˆ†) = โˆ‘ ๐ฎ ๐๐ฅ + โˆ‘ ๐’ ๐๐‹ + โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ (23) ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ ๐Ÿ ๏ถ Jika prs.(23) dikurangi dengan prs.(17) dan prs.(18) maka diperoleh bahwa : ๐Ÿ(โˆ†) = โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ (24) Prs.(24) merupakan rumus dasar dalam Metode Beban Satuan (MBS) atau Unit Load Method untuk menghitung besarnya sudut rotasi dan lendutan pada suatu struktur balok, portal atau rangka batang.



C. TERAPAN MBS PADA SIMPLE BEAM (1) PERHITUNGAN LENDUTAN ๏ถ Akibat gegaya luar P yang bekerja pada suatu simple beam akan dicari besarnya lendutan, โˆ† di sembarang titik C pada bentang AB (Gbr.7a). dL



S



S M



dx



N



y



1



C



2



3



Garis Netral Garis Elastis



โˆ† A



P3 P1



B



P2 Gambar 7(a) Lendutan Balok Akibat Beban Luar. dL



u



u 1[F] M



dx



N



y Garis Netral



C A



B Gambar 7(b) Beban Satuan 1[F] Bekerja di titik C.



๏ถ Jika balok AB hanya dibebani dengan satu beban satuan, 1[F] maka belaku prs.(24) : ๐Ÿ(โˆ†) = โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ ๐š๐ญ๐š๐ฎ โˆ†= โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ (24) ๏ถ Andaikan : M = momen lentur di serat MN akibat gegaya luar P dan m = momen lentur di serat MN akibat beban satuan 1[F]. Maka : ๐ฆ๐ฒ ๐ฎ = ๐ˆ ๐๐€ (25) dan S 1 My dL = dA E dx dimana S = I dA sehingga ๐Œ๐ฒ ๐๐‹ = ๐„๐ˆ ๐๐ฑ (26) Masukkan nilai prs.(25) dan prs.(26) ke prs.(24) maka hasilnya adalah : ๐ฆ๐ฒ



โˆ†= โˆ‘ ๐ฎ ๐๐‹ = โˆ‘ ( ๐‹ ๐Œ ๐ฆ ๐๐ฑ



= โˆซ๐ŸŽ



๐„ ๐ˆ๐Ÿ



๐ˆ



๐‹



๐Œ๐ฒ



๐€ ๐Œ ๐ฆ ๐ฒ ๐Ÿ ๐๐€ ๐๐ฑ



) ( ๐„ ๐ˆ ) ๐๐ฑ = โˆซ๐ŸŽ โˆซ๐ŸŽ [



๐„ ๐ˆ๐Ÿ



]



๐€



โˆซ๐ŸŽ ๐ฒ ๐Ÿ ๐๐€



Jadi besanya lendutan,



๐‹ ๐Œ ๐ฆ ๐๐ฑ



โˆ†= โˆซ๐ŸŽ (



๐„๐ˆ



Langsung saja cermati persamaan ini.



)



(27.a)



(2) PERHITUNGAN SUDUT LENTUR Untuk menghitung sudut lentur dapat digunakan prs.(27.a) dengan mengacu pada Gambar 8. dL



S



S



y M



dx



N



1



C



2



โˆ†๐Ÿ



Garis Netral



3 โˆ†๐Ÿ



A



โˆ†๐Ÿ‘ Garis Elastis



Cโ€™ ฮธ P1



B



P2 P3 Gambar 8(a) Sudut Lentur,ฮธ Akibat Beban Luar. dl



u



u



y M



dx



1



N



1[FL]=Momen satuan, m



C Cโ€™



๐››๐Ÿ



2



Garis Netral



3 ๐››๐Ÿ



๐››๐Ÿ‘ Garis Elastis



ฯ† A



B Gambar 8(b) Sudut Lentur ฯ† Akibat Momen Satuan, 1[FL]. P1



P2



P3



1[FL]=Momen satuan, m



1



C



2



โˆ†๐Ÿ + ๐››๐Ÿ



3 โˆ† ๐Ÿ + ๐››๐Ÿ



Garis Netral



โˆ† ๐Ÿ‘ + ๐››๐Ÿ‘ Garis Elastis



A



B Cโ€™



ฮธ+ฯ†



Gambar 8(c) Sudut Lentur Akibat Beban Luar dan Beban Satuan, 1[FL]. Jadi besarnya sudut lentur adalah :



๐‹ ๐Œ ๐ฆ ๐๐ฑ



๐›‰ = โˆซ๐ŸŽ (



๐„๐ˆ



)



(27.b)



dimana M sama seperti pada persamaan (27.a) dan m = momen lentur di setiap bagian akibat bekerjanya satu momen satuan 1[FL].



SOAL LATIHAN Ex. 01 : Cari besar lenturan dan besanya sudut lentur di titik B dengan Metode Beban Satuan MBS atau UNIT LOAD METHOD pada Struktur ini. Nilai EI dianggap konstan. SOLUSI : q[FL-1] A B x โˆ†๐



L ๐›‰๐



1[F] A



B Gaya Satuan di B



1[F] A 1[FL]



B 1[FL]=m Momen satuan si B



๏ƒ˜ Hitungan bermula di titik B ; xB = 0 menuju titik A ; xA = L Lenturan di titik B ; (โˆ†B ) 1 Momen lentur beban luar, q[FL-1] : ๐‘€ = โˆ’ 2 ๐‘ž ๐‘ฅ 2 dengan batas: 0 โ‰ค x โ‰ค L Momen beban satuan 1[F]di titik B : ๐‘š = โˆ’(1)(๐‘ฅ) Maka dari prs.(27.a) : โˆ†๐ =



๐‹ ๐Œ ๐ฆ ๐๐ฑ โˆซ๐ŸŽ ( ๐„ ๐ˆ )



=



๐Ÿ ๐Ÿ ๐‹ (โˆ’๐Ÿ๐ช๐ฑ )(โˆ’๐ฑ)๐๐ฑ โˆซ๐ŸŽ ๐„๐ˆ



๐‹ ๐ช๐ฑ ๐Ÿ‘ ๐๐ฑ



= โˆซ๐ŸŽ



Sudut lentur di titik B ; (ฮธB ) 1 Momen lentur beban luar, q[FL1] : ๐‘€ = โˆ’ 2 ๐‘ž ๐‘ฅ 2 Momen beban satuan 1[FL]di titik B : ๐‘š = โˆ’(1) Maka dari prs.(27.a) : ๐‹ ๐Œ ๐ฆ ๐๐ฑ



๐›‰๐ = โˆซ๐ŸŽ (



๐„๐ˆ



๐Ÿ ๐Ÿ ๐‹ (โˆ’๐Ÿ๐ช๐ฑ )(โˆ’๐Ÿ)๐๐ฑ



) = โˆซ๐ŸŽ



๐„๐ˆ



๐‹ ๐ช๐ฑ ๐Ÿ ๐๐ฑ



= โˆซ๐ŸŽ



๐Ÿ๐„๐ˆ



๐Ÿ๐„๐ˆ



๐ช๐‹๐Ÿ’



= ๐Ÿ–๐„๐ˆ (ke bawah)



dengan batas: 0 โ‰ค x โ‰ค L



=



๐ช๐‹๐Ÿ‘ ๐Ÿ”๐„๐ˆ



; searah jarum jam



Ex. 02 : Pada struktur simple beam AB cari besar lenturan di titik D dan besanya sudut lentur di titik A. Gunakan Metode Beban Satuan MBS. Nilai E = 210 GPa dan I = 70x106 mm4. SOLUSI : P = 24 kN 6m 12 m A D B ฮธA C โˆ†D VA 9m 18 m 1[F]=1kN A D B C Gaya satuan di D ๐Ÿ ๐Ÿ ๐•๐€๐ = ๐Ÿ ๐ค๐ ๐•๐๐ = ๐Ÿ ๐ค๐ A 1[FL]=m



D C



๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ–



๐ค๐



VBm



B Momen satuan di A ๐Ÿ = ๐Ÿ๐Ÿ– ๐ค๐



VAm =



1. REAKSI TUMPUAN ๏ƒ˜ Akibat bebal luar P = 24 kN โˆ‘ MB = 0 โˆถ VA (18) โˆ’ P(12) = 0 โ‡’ VA = 16 kN โˆ‘ MA = 0 โˆถ โˆ’VB (18) + P(6) = 0 โ‡’ VB = 8 kN ๏ƒ˜ Akibar beban satuan, P = 1[F] = 1 kN 1 โˆ‘ MB = 0 โˆถ VAP (18) โˆ’ P(12) = 0 โ‡’ VAP = kN = VBP 2 ๏ƒ˜ Akibat momen satuan, m = 1[FL] 1 โˆ‘ MB = 0 โˆถ โˆ’VAm (18) + m = 0 โ‡’ VAm = kN = โˆ’VBm 18 2. PERSAMAAN MOMEN ๏ƒ˜ Akibat beban luar Bentang AC titik awal di A : M = VA . x = 16x ; untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 6 m Bentang CD titik awal di A : M = VA . x โˆ’ P(x โˆ’ 6) = 16x โˆ’ 24(x โˆ’ 6) ; 6m โ‰ค x โ‰ค 9m Bentang DB titik awal di B : M = VB . x = 8x ; untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 9m ๏ƒ˜ Akibat beban satuan, P = 1[F] = 1 kN Bentang AC titik awal di A : m = VAP . x = 12x ; Bentang CD titik awal di A : m = VAP . x = 12x ; Bentang DB titik awal di B : m = VBP . x = 12x ;



untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 6 m untuk 6m โ‰ค x โ‰ค 9m untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 9m



๏ƒ˜ Akibat momen satuan, m = 1[FL) 1 Bentang AC titik awal di A : m = 1 โˆ’ VAm . x = 1 โˆ’ 18 x 1 m Bentang CB titik awal di B : m = VB . x = 18x



untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 6 m untuk 0 โ‰ค x โ‰ค 12 m



3. TABEL PERHITUNGAN UNTUK LENTURAN Bentang Balok Titik awal Kondisi batas M m



AC A 0 โ‰ค x โ‰ค 6m 16x 1 x 2



CD A 6m โ‰ค x โ‰ค 9m 16x โˆ’ 24(x โˆ’ 6) 1 x 2



DB B 0 โ‰ค x โ‰ค 9m 8x 1 x 2



Jadi besar lenturan di titik D dapat dihitung sbb. : ๐Ÿ”



๐Ÿ—



๐Ÿ



๐Ÿ



๐Ÿ—



๐Ÿ



๐„๐ˆโˆ†๐ƒ = โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ) ( ๐ฑ) ๐๐ฑ + โˆซ๐Ÿ” [๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ’(๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ”)]( ๐ฑ)๐๐ฑ + โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ–๐ฑ) ( ๐ฑ)๐๐ฑ ๐Ÿ



= 576 + 936 + 972 = 2484 ๐‘˜๐‘๐‘š โˆ†๐ƒ = 0,169 m



๐Ÿ



3



4. TABEL PERHITUNGAN UNTUK SUDUT LENTURAN Bentang Balok Titik awal Kondisi batas M m



AC A 0 โ‰ค x โ‰ค 6m 16x 1 1โˆ’ x 18



CD B 0 โ‰ค x โ‰ค 12m 8x 1 x 18



Jadi besar sudut lentur di titik A menjadi : ๐Ÿ”



๐„๐ˆ๐›‰๐€ = โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ) (๐Ÿ โˆ’



๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ–



๐Ÿ๐Ÿ



๐ฑ) ๐๐ฑ + โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ–๐ฑ)(



= 224 + 256 = 480 ๐‘˜๐‘๐‘š2 ๐›‰๐€ = 0,0327 rad.



๐Ÿ



๐Ÿ๐Ÿ–



๐ฑ)๐๐ฑ



๐Ÿ



D. TEOREMA CASTIGLIANO (start 5) Teorema Castigliano dapat dinyatakan sebagai berikut : ๏ƒผ Lendutan atau defleksi di suatu titik tertentu pada struktur statis tertentu sama dengan turunan parsial dari kerja luar total atau energi dalam total terhadap sebuah beban yang diberikan di titik tersebut searah dengan lendutan itu. Mari kita perhatikan struktur simple beam pada gambar berikut ini. P1



P2 1



P3



2 โˆ†๐Ÿ



Pn



3 โˆ†๐Ÿ



n โˆ†๐Ÿ‘



โˆ†๐ง



x Gambar 6(d) Lendutan Balok Akibat Beban Luar. ๏ƒ˜ Kerja luar yang dilakukan pada balok : ๐Ÿ ๐Š๐ž๐ซ๐ฃ๐š ๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ, ๐– = ๐Ÿ (๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ โˆ†๐Ÿ + ๐๐Ÿ‘ โˆ†๐Ÿ‘ + โ‹ฏ + ๐๐ง โˆ†๐ง ) = ๐‘ผ๐’Š (28) Ui = energy dalam atau energy regangan yang tersimpan dalam struktur. Misalkan variable โˆ†1 dapat ditulis dalam bentuk, โˆ†๐Ÿ = ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ‘ ๐๐Ÿ‘ + โ‹ฏ + ๐š๐Ÿ๐ง ๐๐ง (29.a) Atau secara umum, โˆ†๐ข = ๐š๐ข๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐ข๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐ข๐Ÿ‘ ๐๐Ÿ‘ + โ‹ฏ + ๐š๐ข๐ง ๐๐ง (29.b) Dimana : aij = koefisien fleksibilitas pada i akibat beban luar yang bekerja di j. ๏ƒ˜ Substitusi nilai prs.(29) ke prs.(28)menghasilkan : ๐Ÿ ๐Ÿ ๐– = ๐Ÿ ๐๐Ÿ [๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + โ‹ฏ ] + ๐Ÿ ๐๐Ÿ [๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + โ‹ฏ ] + โ‹ฏ + ๐Ÿ ๐Ÿ



๐๐ง [๐š๐ง๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐ง๐Ÿ ๐๐Ÿ + โ‹ฏ ]



๏ƒ˜ Berdasarkan hukum resiprokal Maxwell-Betti ; aij = aji sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi ๐Ÿ ๐– = ๐Ÿ ๐๐Ÿ [๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ๐Ÿ + โ‹ฏ + ๐š๐ง๐ง ๐๐ง๐Ÿ ] + [๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ‘ ๐๐Ÿ ๐๐Ÿ‘ + โ‹ฏ + ๐š๐ข๐ง ๐๐ข ๐๐ง ] (30) Maka misalnya turunan W terhadap P1 adalah : ๐๐‘พ โˆ†๐Ÿ = ๐๐‘ท = ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ ๐๐Ÿ + ๐š๐Ÿ๐Ÿ‘ ๐๐Ÿ‘ + โ‹ฏ + ๐š๐Ÿ๐ง ๐๐ง ๐Ÿ



Yang sama dengan W1 dalam prs.(28) dan prs.(29). ๏ƒ˜ Jadi secara umum teorema Catigliano dapat dinyatakan sbb. : ๐๐‘พ โˆ†๐’ = ๐๐‘ท ๐’



dan untuk sudut rotasi, ๐๐‘พ ๐œฝ๐’ = ๐๐‘ด ๐’



dimana Mn adalah momen lentur di titik n.



(31.a) (31.b)



๏ƒ˜ Cara ini disebut juga Metode Turunan Parsial (MTP). Kerja luar, W sama dengan energi dalam, 12 โˆ‘ ๐‘† ๐‘‘๐ฟ yang tersimpan di dalam balok atau, ๐‘Š = 12 โˆ‘ ๐‘† ๐‘‘๐ฟ (17) ๏ƒ˜ Jika dimasukkan nilai ๐‘† = ๐Ÿ



๐Œ๐ฒ



๐– = ๐Ÿโˆ‘(



๐ˆ



๐‘€๐‘ฆ ๐ผ



๐‘‘๐ด dan ๐‘‘๐ฟ =



๐Œ๐ฒ



๐Ÿ



๐‹



๐‘€๐‘ฆ ๐ธ๐ผ ๐Œ๐Ÿ



๐€



๐‘‘๐‘ฅ ke prs.(17) maka : ๐Ÿ



๐‹ ๐Œ๐Ÿ ๐๐ฑ



๐๐€) ( ๐„๐ˆ ๐๐ฑ) = ๐Ÿ โˆซ๐ŸŽ โˆซ๐ŸŽ ๐ฒ ๐Ÿ ๐๐€ ๐„๐ˆ๐Ÿ = ๐Ÿ โˆซ๐ŸŽ



๐„๐ˆ



๐Ÿ



๐‹



= ๐Ÿ๐„๐ˆ โˆซ๐ŸŽ ๐Œ๐Ÿ ๐๐ฑ



๏ƒ˜ Dengan memasukkan prs.(32) ke prs.(31) maka diperoleh nilai, Lendutan : โˆ†๐ง =



๐››๐– ๐››๐๐ง



=



๐Ÿ ๐‹ ๐Ÿ โˆซ ๐Œ ๐Ÿ๐„๐ˆ ๐ŸŽ



๐››(



๐๐ฑ)



๐››๐๐ง



๐››๐Œ



=



๐‹ ๐Œ๐››๐ ๐๐ฑ โˆซ๐ŸŽ ๐„๐ˆ๐ง



(33.a)



Dan sudut rotasi : ๐››๐–



๐›‰๐ง = ๐››๐Œ = ๐ง



๐Ÿ ๐‹ ๐Ÿ โˆซ ๐Œ ๐Ÿ๐„๐ˆ ๐ŸŽ



๐››(



๐››๐Œ๐ง



๐๐ฑ)



๐››๐Œ



=



๐‹ ๐Œ๐››๐Œ๐ง ๐๐ฑ โˆซ๐ŸŽ ๐„๐ˆ ๐๐Œ ๐ง



(33.b)



(32)



SOAL LATIHAN Ex. 02 : Pada struktur simple beam AB cari besar lenturan di titik D dan besanya sudut lentur di titik A. Gunakan Metode Turunan Parsial MTP. Nilai E = 210 GPa dan I = 70x106 mm4. SOLUSI : 24 kN 6m 12 m A D B ฮธA C โˆ†D VA=16 kN VB= 8 kN 9m 18 m 24 kN P=1[F] A D B C Gaya P[F] di D ๐ ๐ ๐“ ๐“ ๐•๐€ = ๐Ÿ๐Ÿ” + ๐Ÿ ๐ค๐ ๐•๐ = ๐Ÿ– + ๐Ÿ ๐ค๐ 24 kN A MA[FL] D B C MA[FL] di A ๐Œ๐€ ๐Œ T T VA = 16 โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ– ๐ค๐ VB = ๐Ÿ– + ๐Ÿ๐Ÿ–๐€ ๐ค๐ 3. TABEL PERHITUNGAN UNTUK LENTURAN Bentang Balok AC CD Titik awal A A Kondisi batas 0โ‰ค xโ‰ค 6m 6mโ‰คxโ‰ค9m 1 1 M (16 + 2P)x (16 + 2๐‘ƒ)๐‘ฅ โˆ’ 24(x โˆ’ 6)



DB B 0โ‰คxโ‰ค9m 1 (8 + 2P)x



Jadi besar lenturan di titik D dapat dihitung, pertama berdasarkan prs.(32) sbb. :



W=



6



1



1



1



2



9



+ 2EI โˆซ0 [ (8 + 12P)x] dx



โˆ†๐ƒ =



9



โˆซ [ (16 + 12P)x]2 dx + 2EI โˆซ6 [(16 + 12P)x โˆ’ 24(x โˆ’ 6)]2 dx 2EI 0



๐››๐– ๐››๐๐ง



=



dan



6



1



1



9



1



[ (16 + 12P)x]1 (12x)dx + โˆซ6 [(16 + 12P)x โˆ’ 24(x โˆ’ 6)] (12x)dx โˆซ 0 EI EI 1



9



1



+ EI โˆซ0 [ (8 + 12P)x] (12x)dx



Jika dimisalkan P = 0 maka : ๐Ÿ— ๐Ÿ— ๐Ÿ ๐Ÿ” โˆ†๐ƒ = โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ)(๐Ÿ๐Ÿ๐ฑ)๐๐ฑ + โˆซ๐Ÿ” [๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ’(๐ฑ โˆ’ ๐Ÿ”)](๐Ÿ๐Ÿ๐ฑ)๐๐ฑ + โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ–๐ฑ) (๐Ÿ๐Ÿ๐ฑ)๐๐ฑ ๐„๐ˆ



= 576 + 936 + 972 = 2484 ๐‘˜๐‘๐‘š3 =



๐››๐– ๐››๐๐ง



Yang tepat sama hasilnya dengan cara MBS sebelumnya, โˆ†๐ƒ = 0,169 m



4. TABEL PERHITUNGAN UNTUK SUDUT LENTURAN Bentang Balok AC CD Titik awal A B Kondisi batas 0โ‰คxโ‰ค6m 0 โ‰ค x โ‰ค 12 m M MA M A MA + (16 โˆ’ )x (8 + )x 18 18 Jadi besar sudut lentur di titik A dapat dihitung, pertama berdasarkan prs.(32) sbb. :



W=



6 1 โˆซ [MA 2EI 0



+(16 โˆ’ M18A)x]2 dx +



12 1 โˆซ [(8 2EI 0



+ M18A)x]2 dx



dan



๐››๐– 1 6 x M ๐›‰๐€ = = โˆซ [MA +(16 โˆ’ 18A)x]1 [1 โˆ’ ] dx ๐››๐Œ๐€ EI 0 18 1 12 MA 1 x + โˆซ0 [(8 + 18 )x] [ ]dx EI



18



Jika dimisalkan MA = 0 maka : ๐›‰๐€ =



๐››๐– ๐››๐Œ๐€



=



1



๐Ÿ”



๐ฑ



๐Ÿ๐Ÿ



๐ฑ



โˆซ (๐Ÿ๐Ÿ”๐ฑ) (๐Ÿ โˆ’ ๐Ÿ๐Ÿ–) ๐๐ฑ + โˆซ๐ŸŽ (๐Ÿ–๐ฑ)(๐Ÿ๐Ÿ–)๐๐ฑ EI ๐ŸŽ



= 224 + 256 = 480 ๐‘˜๐‘๐‘š2 Yang juga tepat sama hasilnya dengan cara MBS sebelumnya, ๐›‰๐€ = 0,0327 rad.



LEMBAR TUGAS



TATAP MUKA : 7



VIRTUAL WORK C B M : PRINSIP PERPINDAHAN MAYA A. PRINSIP KERJA VIRTUAL ๏ƒ˜ Virtual dalam bahasa Latin, โ€œvirtusโ€ artinya kemungkinan (maya), kemampuan yang mengandung maksud perpindahan ke sembarang jurusan harus dimungkinkan asal saja hubungan antara setiap bagian struktur tidak boleh terusakkan. ๏ƒ˜ Analisis struktur dengan metode kerja virtual dapat dikaji dengan memperhatikan suatu struktur simple beam yang dalam kondisi setimbang akibat bebeban luar, P seperti pada Gambar 7.1 berikut ini. P1



P2



1



P3



2 โˆ†๐Ÿ



Pn



3 โˆ†๐Ÿ



n โˆ†๐Ÿ‘



โˆ†๐ง



x PEMBEBANAN I REAL Gambar 7.1(a) Lendutan Balok Akibat Beban Real. โˆ‚P1



โˆ‚P2



1



2 ๐››โˆ†๐Ÿ



โˆ‚P3



โˆ‚Pn



3 ๐››โˆ†๐Ÿ



n ๐››โˆ†๐Ÿ‘



๐œ•โˆ†๐ง



x PEMBEBANAN II VIRTUAL Gambar 7.1(b) Lendutan Balok Akibat Beban Virtual ๏ƒ˜ Pembebanan I Real Akibat bebeban luar, Pi terjadi lenturan sebesar, โˆ†I di setiap titik kerjanya yang akan menimbulkan tegangan internal real, ฯƒij dan regangan dalam real, ฮตij di dalam balok. ๏ƒ˜ Pembebanan II Virtual Akibat bebeban virtual, โˆ‚P dimana simple beam dalam kondisi setimbang maka terjadi lenturan sebesar, โˆ‚โˆ†I yang menyebabkan tegangan internal virtual, โˆ‚ฯƒij dan regangan internal virtual, โˆ‚ฮตij di dalam balok. ๏ƒ˜ Jika system pembebanan I diaplikasikan pada balok yang terlebih dahulu telah berdeformasi akibat pembebanan II maka bebeban luar, Pi dengan tegangan internal, โˆ‚ฯƒij melakukan kerja virtual berupa perpindahan sebesar, โˆ‚โˆ†I dan โˆ‚ฮตij. Jelas bahwa : Kerja virtual eksternal = โˆ‘ ๐‘ท๐’Š ๐โˆ†๐’Š tidak mencerminkan prinsip kerja luar karena ๐œ•โˆ†๐‘– tidak dihasilkan oleh ๐‘ƒ๐‘– . Dengan asumsi yang sama maka : Kerja virtual internal = โˆ‘ ๐ˆ๐’Š๐’‹ ๐๐œบ๐’Š๐’‹ .



๏ƒ˜ Untuk kondisi setimbang maka kerja virtual eksternal sama dengan kerja virtual internal atau dapat ditulis menjadi : โˆ‘ ๐‘ƒ๐‘– . ๐œ•โˆ†๐‘– = โˆ‘ ๐œŽ๐‘–๐‘— . ๐œ•๐œ€๐‘–๐‘— = โˆซ ๐œŽ๐‘–๐‘— . ๐œ•๐œ€๐‘–๐‘— (1) Secara analog maka : โˆ‘ ๐œ•๐‘ƒ๐‘– . โˆ†๐‘– = โˆซ ๐œ•๐œŽ๐‘–๐‘— . ๐œ€๐‘–๐‘— (2) dimana : ๐œ•๐‘ƒ๐‘– = beban virtual โˆ†๐‘– = lenturan real akibat Pi ๐œ•๐œŽ๐‘–๐‘— = tegangan virtual akibat โˆ‚Pi ๐œ€๐‘–๐‘— = regangan real akibat Pi. ๏ƒ˜ Besarnya beban virtual biasanya 1[F] sehingga persamaan umum dalam metoda kerja virtual adalah : ๐Ÿ(โˆ†) = โˆ‘ ๐Ÿ. ๐๐‹ (3) dimana : ๐Ÿ = beban virtual eksternal 1[F] searah โˆ† โˆ† = lenturan eksternal akibat beban real eksternal ๐Ÿ = beban virtual internal dan ๐๐‹ = deformasi internal akibat beban real. Dengan cara yang sama guna mencari sudut rotasi di suatu titik pada elemen struktur maka : ๐Ÿ(๐›‰) = โˆ‘ ๐Ÿ๐›‰ . ๐๐‹ (4) dimana : ๐Ÿ = momen virtual eksternal 1[FL] searah ฮธ ๐›‰ = sudut rotasi eksternal akibat beban real eksternal ๐Ÿ๐›‰ = beban virtual internal dan ๐๐‹ = deformasi internal akibat beban real. Metode ini disebut Metode Keban Virtual (MKV) guna menentukan besarnya lendutan dan sudut rotasi pada suatu struktur akibat beban luar.



B. TERAPAN MKV PADA BALOK DAN PORTAL MBV akan diterapkan guna mencari lendutan di titik C pada suatu simple beam AB seperti pada Gambar 7.2. M



A x



C โˆ†C



dx



VA



B



A



Q



x Frebody Beban Luar



1[F] m A



C ๐•๐€๐ฆ



B



A



q ๐•๐€๐ฆ Frebody beban Virtual



Gambar 7.2 : Terapan MKV pada Simple Beam



๏ถ Anggap struktur berprilaku elastic. Berdasarkan prs.(5) Bab I maka akibat beban luar elemen dx akan berdeformasi atau berotasi sebesar : ๐Œ ๐๐›‰ = ๐„๐ˆ ๐๐ฑ (5) Dalam hal ini M = momen internal pada tampang dx akibat beban luar. ๏ถ Sesuai dengan prinsip Metode Kerja Virtual, maka di titik C diberi satu beban satuan 1[F] yang akan menimbulkan momen virtual, m pada elemen dx sejauh x dari A. Kerja virtual eksternal akibat beban satuan 1[F] = 1 (โˆ†), sedangkan kerja virtual internal ๐‘š๐‘€ yang dilakukan oleh m adalah ๐‘‘๐œƒ = ๐ธ๐ผ ๐‘‘๐‘ฅ sehinga : ๐‹๐ฆ๐Œ



๐Ÿ(โˆ†๐‚ ) = โˆซ๐ŸŽ



๐„๐ˆ



๐๐ฑ



(6)



dimana : 1 = beban virtual 1[F] di titik C โˆ†C = lendutan di titik tinjau C m = momen virtual internal akibat beban virtual 1[F] dan M = momen internal akibat beban real. ๏ถ Sudut rotasi, ฮธ pada sembarang titik dapat dihitung dengan memberi momen virtual, sebesar 1[FL] pada titik itu sehingga momen virtual internal, mฮธ dapat ditentukan persamaannya. Selanjutnya kerja virtual eksternal dan internal disamakan maka diperoleh relasi persamaan kerja virtual sbb. : ๐‹ ๐ฆ๐›‰ ๐Œ



๐Ÿ(๐›‰) = โˆซ๐ŸŽ



๐„๐ˆ



๐๐ฑ



(7)



SOAL LATIHAN Ex. 01 : Simple beam memikul beban luar q = 3 kN/m seperti tergambar. Nilai E = 230 GPa dan I = 78 x 106 mm4. Gunakan MKV untuk mencari besar lendutan di titik C dan sudut rotasi di titik A. SOLUSI : q = 3 kN/m A



B



C



12 m



4m q = 3 kN/m



A



B



C



12 m VA = 2 kN



4m V B = 14 kN M2 q = 3 kN/m



M1 A



C x1



x2



2 kN Frebody beban real 1 kN A



B 12 m ๐Ÿ



๐•๐€๐•๐‘ = ๐Ÿ‘ ๐ค๐



๐•๐๐•๐‘ m1



m2



A x1 ๐Ÿ ๐Ÿ‘



C



4m ๐Ÿ’ = ๐Ÿ‘ ๐ค๐ 1 kN C x2



๐ค๐ Frebody beban virtual P = 1 kN di C



M = 1 kNm A



B 12 m



๐•๐€๐•๐‘



๐Ÿ



= ๐Ÿ๐Ÿ ๐ค๐ mฮธ1



A x1 ๐ค๐ ๐Ÿ๐Ÿ



C



4m = ๐Ÿ๐Ÿ ๐ค๐ mฮธ2 = 0 C x2 ๐•๐๐•๐‘



๐Ÿ



๐Ÿ



Frebody beban virtual M = 1 kNm di A



๏ƒผ (I) Beban Real 1. Reaksi Tumpuan : โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ด (12) + (3)(4)(2) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด = 2 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ต (12) + (3)(4)(14) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต = 14 ๐‘˜๐‘ ( ) 2. Selalu check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 3. Prs. Momen Real : ๐‘€1 = โˆ’2๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 12 ๐‘š 1 1 3 2 2 2 ๐‘€2 = โˆ’ 2 ๐‘ž๐‘ฅ2 = โˆ’ 2 (3)๐‘ฅ2 = โˆ’ 2 ๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 4 ๐‘š ๏ƒผ (II) Beban Virtual, P = 1 kN di C guna mencari โˆ†C 1. Reaksi Tumpuan : 1 โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… (12) + ๐‘ƒ(4) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) 3 4



โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… (12) + ๐‘ƒ(16) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ 3 2. Selalu check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 3. Prs. Momen Virtual : 1 ๐‘š1 = โˆ’ 3 ๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 12 ๐‘š ๐‘š2 = โˆ’1๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 4 ๐‘š ๏ƒผ (III) Momen Virtual, M = 1 kNm di A guna mencari ฮธA 1. Reaksi Tumpuan : 1 โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; ๐‘€ โˆ’ ๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… (12) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ 12



( )



( )



1



โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… (12) + ๐‘€ = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) 12 2. Selalu check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 3. Prs. Momen Virtual : 1 ๐‘š๐œƒ1 = 1 โˆ’ 12 ๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 12 ๐‘š ๐‘š๐œƒ2 = 0 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 4 ๐‘š ๏ƒผ Besarnya lendutan, berdasarkan prinsip kerja virtual dari prs.(6) : 12



4



1



3



โˆ†๐ถ (๐ธ๐ผ) = โˆซ0 (โˆ’ 3 ๐‘ฅ1 ) (โˆ’2๐‘ฅ1 ) ๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ0 (โˆ’๐‘ฅ2 ) (โˆ’ 2 ๐‘ฅ22 )๐‘‘๐‘ฅ2 12 2



4 3



= โˆซ0 (3 ๐‘ฅ12 ) ๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ0 (2 ๐‘ฅ23 )๐‘‘๐‘ฅ2 = 384 + 96 = 480 ๐‘˜๐‘๐‘š3 โˆ†๐‘ช =



๐Ÿ’๐Ÿ–๐ŸŽ ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐’Œ๐‘ต (๐Ÿ๐Ÿ‘๐ŸŽ. ๐Ÿ )(๐Ÿ•๐Ÿ–.๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” .๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ๐Ÿ ๐’Ž๐Ÿ’ ) ๐’Ž



= ๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐Ÿ๐Ÿ”๐Ÿ– ๐’Ž



๏ƒผ Besar sudut rotasi, berdasarkan prinsip kerja virtual dari prs.(7) : 12



1



๐œƒ๐ด (๐ธ๐ผ) = โˆซ0 (1 โˆ’ 12 ๐‘ฅ1 ) (โˆ’2๐‘ฅ1 ) ๐‘‘๐‘ฅ1 + 0 = โˆ’48 ๐‘˜๐‘๐‘š3 ๐œฝ๐‘จ =



โˆ’๐Ÿ’๐Ÿ– ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐’Œ๐‘ต (๐Ÿ๐Ÿ‘๐ŸŽ. ๐Ÿ )(๐Ÿ•๐Ÿ–.๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” .๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ๐Ÿ ๐’Ž๐Ÿ’ ) ๐’Ž



= ๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐ŸŽ๐Ÿ๐Ÿ• ๐’“๐’‚๐’…



Ex. 02 : Portal bidang memikul bebal luar seperti tergambar. Nilai E = 200 GPa dengan tampang melintang bujur sangkar 200 mm x 200 mm. Cari besarnya deformasi horizontal di tititk 2 dan sudut rotasi di titik 1 dengan MKV. SOLUSI : 20 kN 20kN 20kN 40kN 1,5 m 1,5 m 90kNm 0 30 kN 2 3 30kN 2 3 5 5 90kNm x2 1,5 m 20kN 40kN 4 4 1,5 m V4=40kN 1 V1=20kN



5



40kN



M1 1



30kN Frebody Beban Real 20kN



H1=30kN



PH=1kN 2



x1



3



1kN 3kNm 1kN 2 3kNm x2 1kN



1kN 3



5



1kN 4



4 ๐•๐Ÿ’๐•๐‘ = ๐Ÿ๐ค๐



x1 m1 1 1kN



1 ๐‡๐Ÿ๐•๐‘ = ๐Ÿ๐ค๐ ๐•๐Ÿ๐•๐‘ = ๐Ÿ๐ค๐



1kN ๐Ÿ ๐Ÿ‘



2



5



3



๐ค๐ 2



1kNm



1kN



Frebody Beban Virtual PH = 1 kN di Titik 2 ๐Ÿ



1kNm 5



๐Ÿ‘



๐ค๐



3



x2 ๐ค๐ ๐Ÿ‘ ๐Ÿ



๐Ÿ ๐Ÿ‘



๐ค๐



4 4 ๐Œ



๐•๐‘



= ๐Ÿ๐ค๐๐ฆ



1 ๐Ÿ ๐•๐Ÿ๐•๐‘ = ๐Ÿ‘ ๐ค๐



๐•๐Ÿ’๐•๐‘



๐Ÿ



= ๐Ÿ‘ ๐ค๐ 1kNm



๐Ÿ



x1 1 ๐Ÿ ๐Ÿ‘



๐Ÿ‘



Frebody Beban Virtual ๐ค๐



M = 1 kNm di Titik 1



๐ค๐



๏ƒผ 1. Beban Real o Reaksi Tumpuan โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐ป1 = 30 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€4 = 0 ; ๐‘‰1 = 20 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; ๐‘‰4 = 40 ๐‘˜๐‘ ( ) Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘œ๐‘˜๐‘’ o Persamaan Momen Real ๐‘€21 = ๐‘€23 = 30(3) = 90 ๐‘˜๐‘๐‘š ๐‘€12 = 0 + 30๐‘ฅ1 = 30๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 3 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 12 ๐‘€25 = 90 โˆ’ 20๐‘ฅ2 = 30๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 1,5 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 25 ๐‘€53 = 90 โˆ’ 20๐‘ฅ2 โˆ’ 20(๐‘ฅ2 โˆ’ 1,5) = 120 โˆ’ 40๐‘ฅ2 ; 1,5 ๐‘š โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 3๐‘š ; ๐‘๐‘ก๐‘” 53 ๏ƒผ 2. Beban Virtual PH = 1 kN di titik 2 o Reaksi Tumpuan โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐ป1๐‘‰๐‘… = 1 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€4 = 0 ; ๐‘‰1๐‘‰๐‘… = 1 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; ๐‘‰4๐‘‰๐‘… = 1 ๐‘˜๐‘ ( ) Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘œ๐‘˜๐‘’ o Persamaan Momen Virtual ๐‘š21 = ๐‘š23 = 1(3) = 3 ๐‘˜๐‘๐‘š ๐‘š12 = 1๐‘ฅ1 = ๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 3 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 12 ๐‘š25 = 3 โˆ’ ๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 1,5 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 25 ๐‘€53 = 3 โˆ’ ๐‘ฅ2 ; 1,5 ๐‘š โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 3 ๐‘š ; ๐‘๐‘ก๐‘” 53 Jadi deformasi horizontal di titik 2 : 3



1,5



3



๐ธ๐ผโˆ†2๐ป = โˆซ 30๐‘ฅ1 (๐‘ฅ1 )๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ (90 โˆ’ 20๐‘ฅ2 )(3 โˆ’ ๐‘ฅ2 )๐‘‘๐‘ฅ2 + โˆซ (120 โˆ’ 40๐‘ฅ2 )(3 โˆ’ ๐‘ฅ2 )๐‘‘๐‘ฅ2 0



0



3



1,5



1,5



3



= โˆซ0 30๐‘ฅ12 ๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ0 (270 โˆ’ 150๐‘ฅ2 + 20๐‘ฅ22 )๐‘‘๐‘ฅ2 + โˆซ1,5(360 โˆ’ 240๐‘ฅ2 + 40๐‘ฅ22 )๐‘‘๐‘ฅ2 = 270 + 258,75 + 360 โˆ’ 315 = 573,75 Nilai, I =



1 (200)(200)3 = 133,33 . 106 mm4 dan E = 200 . 106 kN/m2 12



Deformasi Horizontal di titik 2, โˆ†๐Ÿ๐‘ฏ =



๐Ÿ“๐Ÿ•๐Ÿ‘,๐Ÿ•๐Ÿ“ ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐ค๐ [๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ . ๐Ÿ ][๐Ÿ๐Ÿ‘๐Ÿ‘,๐Ÿ‘๐Ÿ‘ .๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ” ๐ฆ๐Ÿ’ ] ๐ฆ



= ๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ“ ๐’Ž



๏ƒผ 2. Momen Virtual M = 1 kNm di simpul 1 o Reaksi Tumpuan โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐ป1๐‘‰๐‘… = 0 ๐‘˜๐‘ 1 โˆ‘ ๐‘€4 = 0 ; ๐‘€ โˆ’ ๐‘‰1๐‘‰๐‘… (3) = 0 โ‡’ ๐‘‰1๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) 3 1



โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; ๐‘€ โˆ’ ๐‘‰4๐‘‰๐‘… (3) = 0 โ‡’ ๐‘‰4๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘œ๐‘˜๐‘’ 3 o Persamaan Momen Virtual ๐‘š12 = ๐‘š21 = ๐‘š23 = 1 ๐‘˜๐‘๐‘š ๐‘š๐œƒ12 = 1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 3 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 12 1 ๐‘š๐œƒ25 = 1 โˆ’ 3 ๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 1,5 ๐‘š ; ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” 25 1



๐‘š53 = 1 โˆ’ 3 ๐‘ฅ2



; 1,5 ๐‘š โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 3 ๐‘š ; ๐‘๐‘ก๐‘” 53



Jadi sudut rotasi di simpul 1 : 3 1,5 1 ๐ธ๐ผ๐œƒ1 = โˆซ 1(30๐‘ฅ1 )๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ (90 โˆ’ 20๐‘ฅ2 )(1 โˆ’ ๐‘ฅ2 )๐‘‘๐‘ฅ2 3 0 0 3 1 + โˆซ (120 โˆ’ 40๐‘ฅ2 )(1 โˆ’ ๐‘ฅ2 )๐‘‘๐‘ฅ2 3 1,5 3



1,5



3



20



40



๐ธ๐ผ๐œƒ1 = โˆซ0 30๐‘ฅ1 ๐‘‘๐‘ฅ1 + โˆซ0 (90 โˆ’ 50๐‘ฅ2 + 3 ๐‘ฅ22 )๐‘‘๐‘ฅ2 + โˆซ1,5(120 โˆ’ 80๐‘ฅ2 + 3 ๐‘ฅ22 )๐‘‘๐‘ฅ2 = 135 + 86,25 + 120 โˆ’ 105 = 236,25



Sudut Rotasi di titik 1, ๐œฝ๐Ÿ =



๐Ÿ๐Ÿ‘๐Ÿ”,๐Ÿ๐Ÿ“ ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ”๐ค๐ [๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ . ๐Ÿ ][๐Ÿ๐Ÿ‘๐Ÿ‘,๐Ÿ‘๐Ÿ‘ .๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ” ๐ฆ๐Ÿ’ ] ๐ฆ



= ๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐ŸŽ๐Ÿ–๐Ÿ— ๐’“๐’‚๐’….



C. TERAPAN MKV PADA STRUKTUR RANGKA BATANG ๏ถ MKV dapat digunakan untuk mencari besarnya deformasi pada suatu struktur rangka batang akibat beban luar, perubahan tempratur atau kesalahan fabrikasi. (1) DEFORMASI AKIBAT BEBAN LUAR o Simaklah struktur rangka batang pada Gambar 7.3 yang mengalami deformasi akibat beban luar. PV PH C D



A



E



F



B



โˆ† Gambar 7.3 : Deformasi Struktur Rangka Batang Akibat Beban Luar. o Akibat beban luar PV dan PH dianggap terjadi deformasi elastis linier. Deformasi panjang batang sebesar, โˆ†L = SL/(AE) dimana S = gaya batang aksial (tekan, + atau tarik, -). Berdasarkan prs.(3) maka persamaan kerja virtual dapat dinyatakan sbb. : ๐Ÿ . โˆ†= โˆ‘



๐ฌ๐’๐‹ ๐€๐„



(8)



dimana : 1 = beban virtual eksternal 1[F] pada titik buhul yang dicari deformasinya โˆ† = perpindahan titik buhul akibat beban luar s = gaya batang virtual akibat beban satuan virtual S = gaya batang akibat beban real L = panjang batang A = luas tampang melintang batang E = modulus elastisitas batang.



(2) DEFORMASI AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR o Akibat perubahan tempratur maka perubahan panjang batang dapat dinyatakan dengan โˆ†L = ฮฑ . โˆ†T . L dan selanjutnya persamaan kerja virtual pada struktur rangka batang dapat ditulis menjadi, ๐Ÿ . โˆ†= โˆ‘ ๐ฌ. ๐›‚. โˆ†๐“. ๐‹ (9) dimana : 1 = beban virtual eksternal 1[F] pada titik buhul yang dicari deformasinya โˆ† = deformasi titik buhul akibat perubahan temperatur s = gaya batang virtual akibat beban satuan virtual ๐›‚ = koefisien muai panjang dari elemen batang L = panjang batang. (3) DEFORMASI AKIBAT KESALAHAN FABRIKASI o Di lapangan bisa terjadi kesalahan fabrikasi ; elemen batang dipotong tidak sesuai dengan panjangnya, terlalu pendek atau terlalu panjang dan dipaksakan pemasangannya. Namun kadangkala suatu batang memang harus diperpendek atau dibuat lebih panjang guna membuat lawan lendutan (camber) bagi struktur tersebut. Apabila hal ini yang dibutuhkan maka persamaan kerja virtual adalah sbb. : ๐Ÿ . โˆ†= โˆ‘ ๐ฌ. โˆ†๐‹



(10) dimana : 1 = beban virtual eksternal 1[F] pada titik buhul yang dicari deformasinya โˆ† = deformasi titik buhul akibat kesalahan fabrikasi s = gaya batang virtual akibat beban satuan virtual โˆ†L = beda panjang batang akibat kesalahan fabrikasi.



EX : Gunakan MKV guna mencari deformasi vertikal di buhul 2 dan 6 pada struktur rangka ini dengan beban luar seperti tergambar dimana A = 400 mm2 dan E = 210 GPa. SOLUSI :



15kN 4



I



60kN 5



II



d15



60kN 7



6



8



d25 1,5 m



1



I 1,5m V1=60Kn



II 1,5m



2



3 1,5m



1,5m V3=60kN



๏ƒผ I. PERHITUNGAN GAYA BATANG AKIBAT BEBAN REAL o Reaksi Tumpuan โˆ‘ ๐‘€3 = 0 ; ๐‘‰1 (6) โˆ’ 60(4,5) โˆ’ 60(1,5) = 0 โ‡’ ๐‘‰1 = 60 ๐‘˜๐‘ โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; โˆ’๐‘‰3 (6) + 60(4,5) + 60(1,5) = 0 โ‡’ ๐‘‰3 = 60 ๐‘˜๐‘ Check selalu : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 o Gaya Batang Real, (S) Pot.I โ€“ I : โˆ‘ ๐‘€5 = 0 ; ๐‘‰1 (1,5) โˆ’ ๐‘†12 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘†12 = 60 ๐‘˜๐‘(+) โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; ๐‘‰1 (0) โˆ’ ๐‘†45 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘†45 = 0 โˆ‘ ๐‘€4 = 0 ; ๐‘‰1 (0) โˆ’ ๐‘†12 (1,5) + ๐‘†15 ๐‘‘15 = 0 โ‡’ ๐‘†15 = 84,853 ๐‘˜๐‘(โˆ’) Buhul 1 : S14=0 S15= 84,853 kN 1



ฮฑ



S12=60 kN



ฮฑ = 45o โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘‰1 โˆ’ ๐‘†15 . sin ๐›ผ + ๐‘†14 = 0 60 โˆ’ 84,853. sin 45๐‘œ + ๐‘†14 = 0 ๐‘†14 = 0



V1= 60 kN Pot.IIโ€“II : โˆ‘ ๐‘€2 = 0 ; ๐‘‰1 (3) โˆ’ 60(1,5) โˆ’ ๐‘†56 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘†56 = 60 ๐‘˜๐‘(โˆ’) โˆ‘ ๐‘€6 = 0 ; ๐‘‰1 (3) โˆ’ 60(1,5) โˆ’ ๐‘†12 (1,5) โˆ’ ๐‘†25 . ๐‘‘25 = 0 60(3) โˆ’ 60(1,5) โˆ’ 60(1,5) + ๐‘†25 (1,5. sin 45๐‘œ ) = 0 โ‡’ ๐‘†25 = 0 Buhul 6 : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘†26 = 0 6 โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐‘†56 โˆ’ ๐‘†67 = 0 S56 S67 60 โˆ’ ๐‘†67 = 0 โ‡’ ๐‘†67 = 60 ๐‘˜๐‘(โˆ’) S26 o Karena beban luar bekerja secara simetris maka dengan cara yang sama diperoleh : ๐‘†14 = ๐‘†38 = 0 ๐‘†45 = ๐‘†78 = 0 ๐‘†12 = ๐‘†23 = 60 ๐‘˜๐‘(+) ๐‘†26 = 0 ๐‘†15 = ๐‘†37 = 84,853 ๐‘˜๐‘(โˆ’) ๐‘†25 = ๐‘†27 = 0 ๐‘†56 = ๐‘†67 = 60 ๐‘˜๐‘(โˆ’)



๏ƒผ II. PERHITUNGAN GAYA BATANG AKIBAT BEBAN VIRTUAL 1 kN di Buhul 2. 4



I



5



II



d15



6



7



8



d25 1,5 m



1



I 1,5m v1=0,5kN



II 1,5m



2



3 1,5m 1kN



1,5m v3=0,5kN



o Reaksi Tumpuan โˆ‘ ๐‘€3 = 0 ; ๐‘ฃ1 (6) โˆ’ 1(3) = 0 โ‡’ ๐‘ฃ1 = ๐‘ฃ3 = 0,5 ๐‘˜๐‘ o Gaya Batang Virtual, (s) Pot.I โ€“ I : โˆ‘ ๐‘€5 = 0 ; ๐‘ฃ1 (1,5) โˆ’ ๐‘ 12 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘ 12 = 0,5๐‘˜๐‘(+) โˆ‘ ๐‘€1 = 0 ; ๐‘ฃ1 (0) โˆ’ ๐‘ 45 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘ 45 = 0 โˆ‘ ๐‘€4 = 0 ; ๐‘ฃ1 (0) โˆ’ ๐‘ 12 (1,5) + ๐‘ 15 ๐‘‘15 = 0 โ‡’ ๐‘ 15 = 0.707 ๐‘˜๐‘(โˆ’) Buhul 1 : s14=0 s15= 0,707 kN ฮฑ



1



s12=60 kN



ฮฑ = 45o โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘ฃ1 โˆ’ ๐‘ 15 . sin ๐›ผ + ๐‘ 14 = 0 0,5 โˆ’ 0,707. sin 45๐‘œ + ๐‘ 14 = 0 ๐‘ 14 = 0



v1= 0,5 kN Pot.IIโ€“II : โˆ‘ ๐‘€2 = 0 ; 0,5(3) โˆ’ ๐‘ 56 (1,5) = 0 โ‡’ ๐‘ 56 = 1 ๐‘˜๐‘(โˆ’) โˆ‘ ๐‘€6 = 0 ; 0,5(3) โˆ’ ๐‘ 12 (1,5) โˆ’ ๐‘ 25 . ๐‘‘25 = 0 05(3) โˆ’ 0,5(1,5) + ๐‘ 25 (1,5. sin 45๐‘œ ) = 0 โ‡’ ๐‘ 25 = 0,707๐‘˜๐‘(โˆ’) Buhul 6 : 6 s56



o



s67



โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘ 26 = 0 โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐‘ 56 โˆ’ ๐‘ 67 = 0 1 โˆ’ ๐‘ 67 = 0 โ‡’ ๐‘ 67 = 1 ๐‘˜๐‘(โˆ’)



s26 Beban virtual bekerja secara simetris maka dengan cara yang sama diperoleh : ๐‘ 14 = ๐‘ 38 = 0 ๐‘ 45 = ๐‘ 78 = 0 ๐‘ 12 = ๐‘ 23 = 0,5 ๐‘˜๐‘(+) ๐‘ 26 = 0 ๐‘ 15 = ๐‘ 37 = 0,707 ๐‘˜๐‘(โˆ’) ๐‘ 25 = ๐‘ 27 = 0,707 ๐‘˜๐‘(โˆ’) ๐‘ 56 = ๐‘ 67 = 1 ๐‘˜๐‘(โˆ’)



TABEL PERHITUNGAN DEFORMASI VERTIKAL DI BUHUL 2 Batang s (kN) S(kN) L(m) s.S.L(kN2m) 1-2 0,5 60 3,000 +90,000 1-4 0 0 1,500 0 1-5 -0,707 -84,853 2,121 +127,241 4-5 0 0 1,500 0 5-6 -1 -60 1,500 +90,000 6-7 -1 -60 1,500 +90,000 2-3 0,5 60 3,000 +90,000 2-5 -0,707 0 2,121 0 2-6 0 0 1,500 0 2-7 -0,707 0 2,121 0 3-7 -0,707 -84,853 2,121 +127,241 3-8 0 0 1,500 0 7-8 0 0 1,500 0 = ๐Ÿ”๐Ÿ’๐Ÿ, ๐Ÿ’๐Ÿ–๐Ÿ โˆ‘ ๐ฌ. ๐’. ๐‹ ๏ƒผ Maka berdasarkan prs.(8), deformasi vertical di buhul 2 : โˆ†๐Ÿ๐• = โˆ‘



๐ฌ๐’๐‹ ๐€๐„



=



๐Ÿ”๐Ÿ๐Ÿ’,๐Ÿ’๐Ÿ–๐Ÿ (๐Ÿ’๐ŸŽ๐ŸŽ.๐Ÿ๐ŸŽโˆ’๐Ÿ” ๐ฆ๐Ÿ )(๐Ÿ๐Ÿ๐ŸŽ.



๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ” ๐ค๐ ) ๐ฆ๐Ÿ



= ๐ŸŽ, ๐ŸŽ๐ŸŽ๐Ÿ•๐Ÿ‘ ๐ฆ = ๐Ÿ•, ๐Ÿ‘ ๐ฆ๐ฆ



TATAP MUKA :



FORCE METHOD C B M : PRINSIP METODE GAYA A. INTRO ๏ถ Pada umumya proses analisis struktur statis tak tentu lebih rumit dari pada struktur statis tertentu. Persoalan ini terjadi karena sturktur statis tak tentu memilki jumlah reaksi tumpuan yang melebihi jumlah persamaan kesetimbangan statika yang ada. Reaksi tumpuan yang lebih ini sering disebut reaksi redundan. ๏ถ Guna mencari besarnya reaksi redundan biasanya dipakai Force Method (Metode Gaya) dan Displacement Method (Metode Perpindahan) misalnya Slope Deflection Method, Metode Distribusi Momen dan Metode Matriks. ๏ถ Dalam Force Method, gaya merupakan variable utama yang akan dicari. Guna mendapatkan besaran gaya ini maka harus dicari terlebih dahulu persamaan kompatibilitas yang berasal dari persamaan lendutan atau sudut rotasi sehingga pada akhirnya akan diperoleh reaksi redundan dari struktur tersebut. Gambar 8.1 menunjukkan suatu ilustrasi untuk mencari reaksi redundan dengan Force Method. P MA A HA VA



B VB



= โˆ†โ€ฒ๐๐ = ๐•๐ . ๐Ÿ๐๐



PV A



A



B โˆ†B



+



A



B VB



fBB B 1[F] Gambar 8.1 : Reaksi VB sebagai Reaksi Redundan



๏ถ Ada 4 reaksi tumpuan, sedangkan persamaan keseimbangan hanya ada 3 yaitu : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; โˆ‘ ๐ป = 0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐‘€ = 0 sehingga struktur dengan tumpuan jepit dan rol seperti gambar di atas adalah struktur statis tak tentu derajat satu. Guna menyelesaikan masalah ini dibutuhkan satu persamaan tambahan yang diperoleh dari persamaan kompatibilitas lendutan misalnya di tumpuan B yaitu : โˆ’โˆ†๐‘ฉ + โˆ†โ€ฒ๐‘ฉ๐‘ฉ = ๐ŸŽ ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘ข โˆ’ โˆ†๐‘ฉ + ๐‘ฝ๐‘ฉ . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ = ๐ŸŽ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฝ๐‘ฉ = โˆ†๐‘ฉ /๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ (1) dimana : ๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ = koefisien fleksibilitas lendutan. Notasi BB dalam โˆ†โ€ฒ๐‘ฉ๐‘ฉ dan ๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ artinya sbb. : B pertama mengacu pada tumpuan yang ditinjau yaitu tumpuan B dan notasi B yang kedua menyatakan posisi atau letak reaksi redundan.



๏ถ Sturktur statis tak tentu seperti pada Gambar 8.1, juga dapat diselesaikan dengan mengambil reaksi momen di jepit A sebagai reaksi redundan (Gambar 8.2). P MA A HA VA



B VB



= PV A



MA B



+



A



B ๐›‰โ€ฒ๐€๐€



ฮธA



= ๐Œ๐€ . ๐›‚๐€๐€



A 1 ๐›‚๐€๐€



B



Gambar 8.2 : Reaksi Momen di A sebagai Reaksi Redundan ๏ถ Konsekuensi dari sikap pengambilan ini ialah : ๏‚ท Jepit A diubah menjadi tumpuan sendi dengan sudut rotasi sebesar ฮธA. ๏‚ท Sekarang di sendi A harus diberi momen sebesar MA yang menimbulkan sudut rotasi sebesar ๐›‰โ€ฒ๐€๐€ . Jadi persamaan kompatibilitas sudut rotasi di titik A adalah sbb. : ๐œฝ๐‘จ + ๐‘ด๐‘จ . ๐œถ๐‘จ๐‘จ = ๐ŸŽ



(2)



dimana : ๐œถ๐‘จ๐‘จ = koefisien fleksibilitas sudut rotasi. Karena ๐Œ๐€ = โˆ’๐›‰๐€ /๐›‚๐€๐€ artinya MA berlawanan arah dengan momen satuan yang diberikan.



B. TERAPAN FORCE METHOD PADA BALOK STATIS TAK TENTU EX. 01 : Cari persamaan kompatibilitas pada balok statis tak tentu derajat dua dengan beban luar seperti tergambar. SOLUSI : o Pilih reaksi VB dan VC sebagai reaksi redundan yang berarah ke bawah. o Cari besar lenturan, โˆ†B dan โˆ†C masing-masing di titik B dan C. o Tempatkan beban satuan di titik B dan hitung nilai lendutan (koefisien fleksibilitas) fBB dan fCB masing-masing lendutan di titik B dan C. o Lanjutkan dengan penempatan beban satuan di C guna mendapatkan nilai f BC dan fCC masing-masing juga merupakan lendutan di titik B dan C. o Maka dengan cara superposisi diperoleh persamaan kompatibilitas di titik B dan C sebagai berikut : โˆ†๐‘ฉ + ๐‘ฝ๐‘ฉ . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ + ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ช = ๐ŸŽ โˆ†๐‘ช + ๐‘ฝ๐‘ฉ . ๐’‡๐‘ช๐‘ฉ + ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ช๐‘ช = ๐ŸŽ ๏ƒผ Jika dua persamaan ini diselesaikan akan diperoleh besaran VB dan VC. ๏ƒผ Gambar tahapan solusinya sebagai berikut :



P1 A



P2 B



C



D



C



D



= P1 A



P2 B โˆ†B



โˆ†C โˆ“



VB A



B



C



D โˆ†โ€ฒ๐‘ช๐‘ฉ = ๐‘ฝ๐‘ฉ . ๐’‡๐‘ช๐‘ฉ



โˆ†โ€ฒ๐‘ฉ๐‘ฉ = ๐‘ฝ๐‘ฉ . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ฉ โˆ“ VC A



B โˆ†โ€ฒ๐‘ฉ๐‘ช = ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ช



C



D โˆ†โ€ฒ๐‘ช๐‘ช = ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ช๐‘ช



Gambar 8.2 : Stuktur Statis Tak Tentu Derajat Dua



Ex. 02 : Struktur statis tak tentu dengan beban luar seperti tergambar. E = 200 GPa, IAB = 200 x 106 mm4 dan IBC = 0,5 IAB . (a) Hitung reaksi tumpuan dengan FORCE METHOD (b) Hitung dan gambarkan Bending Moment Diagram (BDM) dan Shear Force Diagram (SFD). SOLUSI : 10 kN 5 kN/m A



F



B



2m



C



2m



2m



= 10 kN



5 kN/m x3



x1



x2



A



ฮธA



F



B



2m



2m



VA



C 2m



VB +



MA A ๐›‰โ€ฒ๐€๐€ 1 kNm A



F = ๐Œ๐€ . ๐›‚๐€๐€ +



x1



B



C



B



x3 C



x2 F



๐•๐€๐•๐‘



๐•๐๐•๐‘ 10 kN



MA



x1



5 kN/m x3 x2



A



F



B



2m



C



2m



VA



2m VB 10



2,5



0,55 F + 3,75



0,80



BMD 10



3,125 +



+ SFD 6,875



๏ƒผ Pilih reaksi momen di A, MA sebagai reaksi redundan. ๏ƒผ Jepit A diubah menjadi tumpuan sendi. ๏ƒผ (I) BEBAN LUAR Reaksi Tumpuan : โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; ๐‘‰๐ด (4) โˆ’ 10(2) + 5(2)(1) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด = 2,5 ๐‘˜๐‘ ( ) โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; โˆ’๐‘‰๐ต (4) + 5(2)(5) + 10(2) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต = 17,5 ๐‘˜๐‘ ( ) Check : โˆ‘ ๐‘‰ = 2,5 + 17,5 โˆ’ 10 โˆ’ 5 โˆ— 2 = 0(๐‘œ๐‘˜๐‘’) ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 Persamaan Momen Real : ๐‘€1 = ๐‘‰๐ด . ๐‘ฅ1 = 2,5๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 2 ๐‘š ๐‘€2 = ๐‘‰๐ด (2 + ๐‘ฅ2 ) โˆ’ 10๐‘ฅ2 = โˆ’7,5๐‘ฅ2 + 5 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 2 ๐‘š 1 ๐‘€3 = 2 (5)(๐‘ฅ32 ) = 2,5๐‘ฅ32 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ3 โ‰ค 2 ๐‘š ๏ƒผ (II) MOMEN VIRTUAL, 1kNm di A 1 โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; 1 โˆ’ ๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… (4) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ด๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) 4 1



โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; 1 โˆ’ ๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… (4) = 0 โ‡’ ๐‘‰๐ต๐‘‰๐‘… = ๐‘˜๐‘ ( ) 4 Persamaan Momen Virtual : 1 ๐‘š๐›ผ1 = 1 โˆ’ 4 ๐‘ฅ1 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ1 โ‰ค 2 ๐‘š 1



1



1



๐‘š๐›ผ2 = 1 โˆ’ 4 (2 + ๐‘ฅ2 ) = 2 โˆ’ 4 ๐‘ฅ2 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ2 โ‰ค 2 ๐‘š ๐‘š๐›ผ3 = 0 ; 0 โ‰ค ๐‘ฅ3 โ‰ค 2 ๐‘š (III) SUDUT ROTASI, ฮธA 2



1



ฮธA = EI



AB



1



โˆซ0 M1 . m1 dx1 + EI



AB



2



2



2



1



โˆซ0 M2 . m2 dx2 + EI



BC



โˆซ0 M3 . m3 dx3



2



2



1 1 1 1 1 1 ฮธA = โˆซ 2,5x1 (1 โˆ’ 4x1 )dx1 + โˆซ(โˆ’7,5x2 + 5)(2 โˆ’ 4x2 )dx2 + โˆซ 2,5x32 (0)dx3 EIAB EIAB EIBC 0



0



2



0



2



2



1 1 1 2,5 20 7,5 ฮธA = โˆซ(2,5x1 โˆ’ 4 x12 )dx1 + โˆซ(2,5 โˆ’ 4 x2 + 4 x23 )dx2 + โˆซ 2,5x32 (0)dx3 EIAB EIAB EIBC 0



๐›‰๐€ =



๐Ÿ‘,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘ ๐„๐ˆ๐€๐



0



0



๐Ÿ‘,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘



+ ๐ŸŽ + ๐ŸŽ =



๐„๐ˆ๐€๐



(IV) KOEFISIEN FLEKSIBILITAS SUDUT ROTASI, ฮฑAA 2



ฮฑAA



2



2



1 1 1 = โˆซ mฮฑ1 . mฮฑ1 dx1 + โˆซ mฮฑ2 . mฮฑ2 dx2 + โˆซ mฮฑ3 . mฮฑ3 dx3 EIAB EIAB EIBC 0



0



2



ฮฑAA



0



2



1 1 1 1 1 = โˆซ(1 โˆ’ 4x1 )2 dx1 + โˆซ(2 โˆ’ 4x2 )2 dx2 + 0 EIAB EIAB 0



0



๐›‚๐€๐€ =



๐Ÿ,๐Ÿ๐Ÿ”๐Ÿ” ๐„๐ˆ๐€๐



+



๐ŸŽ,๐Ÿ๐Ÿ”๐Ÿ• ๐„๐ˆ๐€๐



+๐ŸŽ=



๐Ÿ,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘ ๐„๐ˆ๐€๐



๏ƒผ Persamaan Kompatibiltas di titik A : ๐œฝ ๐Ÿ‘,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘ ๐œฝ๐‘จ + ๐‘ด๐‘จ . ๐œถ๐‘จ๐‘จ = ๐ŸŽ โ‡’ ๐‘ด๐‘จ = โˆ’ ๐œถ ๐‘จ = โˆ’ ๐Ÿ,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘ = โˆ’๐Ÿ, ๐Ÿ“ ๐’Œ๐‘ต๐’Ž ๐‘จ๐‘จ



Artinya MA berlawanan arah dengan momen satuan yang diberikan di titik A. Jadi reaksi momen di jepit A adalah ๐Œ๐€ = ๐Ÿ, ๐Ÿ“ ๐ค๐๐ฆ beralawanan dengan jarum jam. ๏ƒผ REAKSI TUMPUAN YANG LAIN โˆ‘ ๐‘€๐ต = 0 ; โˆ’๐‘ด๐‘จ + ๐‘‰๐ด (4) โˆ’ 10(2) + 5(2)(1) = 0 โ‡’ ๐•๐€ = ๐Ÿ‘, ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ“ ๐ค๐ ( ) โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; โˆ’๐Ÿ, ๐Ÿ“ โˆ’ ๐‘‰๐ต (4) + 5(2)(5) + 10(2) = 0 โ‡’ ๐•๐ = ๐Ÿ๐Ÿ”, ๐Ÿ–๐Ÿ•๐Ÿ“ ๐ค๐ ( ) Check selalu : โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐‘‰๐ด + ๐‘‰๐ต โˆ’ 10 โˆ’ 5(2) = 0 (๐‘œ๐‘˜๐‘’) ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โˆ‘ ๐ป = 0 MOMEN ๐Œ๐€ = โˆ’๐Ÿ, ๐Ÿ“ ๐ค๐๐ฆ Mx1 = โˆ’2,5 + VA (x1 ) = โˆ’2,5 + 3,125x1 ; 0 โ‰ค x1 โ‰ค 2 m MF = Mx1=2m = โˆ’2,5 + 3,125(2) = 3,75 kNm Mx2 = โˆ’MA + VA (2 + x2 ) โˆ’ 10x2 = 3,75 โˆ’ 6,875x2 ; 0 โ‰ค x2 โ‰ค 2 m MB = Mx2=2m = 3,75 โˆ’ 6,875(2) = โˆ’10 kNm = 12๐‘ž๐‘ฅ32 = 12(5)(2)(2) = 10 ๐‘˜๐‘๐‘š GAYA LINTANG DAF = DFA = VA = 3,125 kN DFB = DFA โˆ’ 10 = 3,125 โˆ’ 10 = โˆ’6,875 kN = VFB DBC = DBF + VB = โˆ’6,875 + 16,875 = 10 kN DCB = DBC + q(2) = 10 โˆ’ 5(2) = 0 STOP 08.10.2016



B. TERAPAN FORCE METHOD PADA PORTAL STATIS TAK TENTU ๏ถ Force Method dapat juga digunakan untuk mengkaji portal bidang statis tak tentu tingkat satu (juag portal) atau portal gable pada struktur gudang baja. Portal bidang yang lebih dari satu lantai akan lebih mudah diselesaikan dengan metode yang lain seperti slope deflection method, distribusi momen atau metode matriks. EX. 01 : Portal statis tak tentu tingkat satu menerima beban luar seperti tergambar. E = 200 GPa ; IAB =1250(10)6 mm4 dan IBC = 625(10)6 mm4. (a) Hitung reaksi di tumpuan A dan C (MA, VA, HA dan VC)dengan Force Method. (b) Hitung dan gambarkan BMD, SFD dan NFD.



SOLUSI :



x1 8 kN/m



B



330kNm 2kN A



A



8 kN/m B



3m 72kN



x3 2kN x2



2 kN 3m Rol C dilepas C



โˆ†C



C



9m



x1 78kNm 2kN A



8 kN/m



B



9kNm A



B



3m 44kN



1kN



x3



2 kN 3m



Perolehan Hasil Reaksi Tumpuan



C 9m



x2 Beban satuan 1 kN di C fCC C 1kN



28kN 78 kNm 0,12m



6kNm A



B



2,22m 5,50 m



43 kNm



BMD



44 kN +



2 kN



B



A



2 kN A



B



+ 28 kN 2 kN SFD



NFD 28 kN



C



C



๏ƒผ ๏ƒผ ๏ƒผ ๏ƒผ



Pilih reaksi vertical di C, VC sebagai reaksi redundan. Rol C dilepas sehingga portal ABC menjadi statis tertentu. I. BEBAN LUAR Reaksi Tumpuan : โˆ‘ ๐‘€๐ด = 0 ; MA + [(8)(9)](4,5) + 2(3) = 0 โ‡’ MA = โˆ’330 kNm [ ] โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; VA โˆ’ (8)(9) = 0 โ‡’ VA = 72 kN ( ) โˆ‘ ๐ป = 0 ; HA = 2 kN ( ) Persamaan Momen Real : M1 = โˆ’330 + 72x1 โˆ’ 4x12 ; 0 โ‰ค x1 โ‰ค 9 m M2 = 0 ; 0 โ‰ค x2 โ‰ค 3 m M3 = โˆ’2x3 ; 0 โ‰ค x2 โ‰ค 3 m



๏ƒผ II. BEBAN VIRTUAL, 1kNm di C mA = 1(9) = 9 kNm [ ] VAvr = 1 kN ( ) Persamaan Momen Virtual : m1 = x1 โˆ’ 9 ; 0 โ‰ค x1 โ‰ค 9 m m2 = 0 ; 0 โ‰ค x2 โ‰ค 3 m m3 = 0 ; 0 โ‰ค x3 โ‰ค 3 m ๏ƒผ Persamaan Kompatibiltas di titik C : โˆ†๐‘ช + ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ช๐‘ช = ๐ŸŽ (III) LENDUTAN, โˆ†C 9



1



โˆ†C = EI



AB



1



โˆซ0 M1 . m1 dx1 + EI



BC



3



1



โˆซ0 M2 . m2 dx2 + EI



9



BC



3



โˆซ0 M3 . m3 dx3 3



3



1 1 1 โˆ†C = โˆซ[ โˆ’330 + 72x1 โˆ’ 4x12 ](x1 โˆ’ 9)dx1 + โˆซ(0)(0)dx2 + โˆซ โˆ’2x3 (0)dx3 EIAB EIBC EIBC 0



0



0



9



1 โˆ†C = โˆซ(โˆ’4x13 + 108x12 โˆ’ 978x1 + 2970)dx1 EIAB 0



โˆ†๐‚ =



1 EIAB



9



[โˆ’x14 + 36x13 โˆ’ 489x12 + 2970x1 ] =



๐Ÿ”๐Ÿ–๐ŸŽ๐Ÿ’ ๐„๐ˆ๐€๐



0



(IV) KOEFISIEN FLEKSIBILITAS LENDUTAN, fCC 1



fCC = EI



AB



9



9



fCC



1



โˆซ0 m1 . m1 dx1 + EI



BC



3



1



โˆซ0 m2 . m2 dx2 + EI 3



BC



3



โˆซ0 m3 . m3 dx3 3



1 1 1 = โˆซ(x1 โˆ’ 9)(x1 โˆ’ 9)dx1 + โˆซ(0)(0)dx2 + โˆซ(0)(0)dx3 EIAB EIBC EIBC 0



0



0



9



fCC



1 = โˆซ(x12 โˆ’ 18x1 + 81)dx1 EIAB 0



๐Ÿ๐‚๐‚ =



1



1 3 [ x EIAB 3 1



9



๐Ÿ๐Ÿ’๐Ÿ‘



โˆ’ 9x12 + 81x1 ] = ๐„๐ˆ



๐€๐



0



๏ƒผ Masukkan nilai โˆ†๐‚ dan ๐Ÿ๐‚๐‚ ke persamaan kompatibilitas guna mendapatkan nilai VC sbb. : โˆ†๐‘ช + ๐‘ฝ๐‘ช . ๐’‡๐‘ช๐‘ช = ๐ŸŽ ๐Ÿ”๐Ÿ–๐ŸŽ๐Ÿ’ ๐„๐ˆ๐€๐



๐Ÿ๐Ÿ’๐Ÿ‘



+ ๐•๐‚ . ๐„๐ˆ



๐€๐



= ๐ŸŽ โ‡’ ๐•๐‚ = โˆ’๐Ÿ๐Ÿ– ๐ค๐



Nilai VC negative artinya arah reaksi ini berlawanan dengan asumsi semula. Jadi : ๐•๐‚ = ๐Ÿ๐Ÿ– ๐ค๐ ( ) , arah ke atas. ๏ƒผ REAKSI TUMPUAN YANG LAIN โˆ‘ ๐‘‰ = 0 ; ๐•๐€ + VC โˆ’ 72 = 0 โ‡’ ๐•๐€ = 44 kN ( ) โˆ‘ ๐ป = 0 ; ๐‡๐€ โˆ’ 2 = 0 โ‡’ ๐‡๐€ = 2 kN ( ) โˆ‘ ๐‘€๐ถ = 0; ๐Œ๐€ + HA (6) โˆ’ 72(4,5) โˆ’ 2(3) + VA (9) = 0 โ‡’ ๐Œ๐€ = โˆ’44 kN [ ] ๏ƒผ (V) HITUNGAN BMD, SFD dan NFD dapat dilanjutkan sendiri.



C. TERAPAN FORCE METHOD PADA RANGKA BATANG STATIS TAK TENTU ๏ƒผ Katagori struktur rangka batang statis tak tentu ialah : ๐’ + ๐’“ > 2๐’‹ dimana : n = jumlah batang r = jumlah reaksi tumpuan dan j = jumlah buhul (titik simpul) ๏ƒผ Guna mengkaji struktur rangka batang statis tak tentu dapat digunakan FORCE METHOD. Mari kita simak contoh soal berikut ini. EX. 01 : Dengan menggunakan FORCE METHOD, hitung besarnya gaya batang pada struktur rangka batang statis tak tentu seperti pada gambar berikut ini. Nilai AE dianggap konstan. 2 kN



B



C



SOLUSI : Jumlah batang, n=6 Jumlah reaksi tumpuan, r = 3 3 m Jumlah buhul, j=4 Maka : ๐ง + ๐ซ > 2๐‘— sehingga dapat disimpulkan rangka batang ini adalah D Struktur Rangka Batang Statis Tak Tentu



A 5 kN 4m



2 kN



B



REAKSI TUMPUAN โˆ‘ MA = 0; 2(3) โˆ’ HC (3) + 5(4) = 0 HC HC = 8,667 kN



C



3m



A



D



HA



5 kN



โˆ‘ H = 0; 2 โˆ’ HC + HA = 0 HA = 6,667 kN โˆ‘ MC = 0; VA (4) โˆ’ HA (3) = 0 VA = 5 kN



VA HITUNGAN GAYA BATANG DENGAN METODE KESETIMBANGAN TITIK BUHUL Batang BD dipotong sehingga struktur menjadi statis tertentu. 2 kN B 2 kN C HC = 8,667 kN Batang BD dipotong, SBD = 0 0 8,337 kN SAB = 0 0 +5 kN 3 m SBC = โˆ’ 2 kN SAD = 0 SCD = + 5 kN A 0 D SAC = โˆ’ 8,337 kN HA = 6,667 kN 5 kN Nilai ini bukan gaya batang sebenarnya. VA = 5 kN



๏ƒผ KERJAKAN GAYA AKSIAL (+) SEBESAR 1[F] PADA BATANG BD 2 kN



B



C



B



C 1kN fBD



โˆ†๐๐ƒ



1 kN



3m



A



D



A



D



5 kN 4m HITUNGAN GAYA BATANG dengan sBD = 1 kN B 0,8 kN sBD = + 1 kN 1kN sBA = โˆ’ 0,6 kN 1 kN sBC = โˆ’ 0,8 kN 0,6 kN sAC = + 1 kN 1 kN sAD = โˆ’ 0,8 kN sCD = โˆ’ 0,6 kN A 0,8 kN



C



0,6 kN



D



๏ƒผ Persamaan kompatibilitas batang BD : โˆ†๐‘ฉ๐‘ซ + ๐‘บ๐‘ฉ๐‘ซ . ๐’‡๐‘ฉ๐‘ซ = ๐ŸŽ dimana : (โˆ’๐Ÿ)(โˆ’๐ŸŽ,๐Ÿ–)(๐Ÿ’)+(๐Ÿ“)(โˆ’๐ŸŽ,๐Ÿ”)(๐Ÿ‘)+(๐Ÿ)(โˆ’๐Ÿ–,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ•)(๐Ÿ“) ๐ฌ๐’๐‹ โˆ’๐Ÿ’๐Ÿ’,๐Ÿ๐Ÿ–๐Ÿ• โˆ†๐๐ƒ = โˆ‘ = = ๐€๐„



๐€๐„



๐€๐„



dan ๐ฌ๐Ÿ ๐‹



๐Ÿ๐๐ƒ = โˆ‘ ๐€ ๐„ =



(โˆ’๐ŸŽ,๐Ÿ”)๐Ÿ (๐Ÿ‘)(๐Ÿ)+(โˆ’๐ŸŽ,๐Ÿ–)๐Ÿ (๐Ÿ’)(๐Ÿ)+(๐Ÿ)๐Ÿ (๐Ÿ“)(๐Ÿ) ๐€๐„



=



๐Ÿ๐Ÿ•,๐Ÿ๐Ÿ– ๐€๐„



Sehingga : โˆ’๐Ÿ’๐Ÿ’,๐Ÿ๐Ÿ–๐Ÿ• ๐€๐„



+ ๐’๐๐ƒ [



๐Ÿ๐Ÿ•,๐Ÿ๐Ÿ– ๐€๐„



] = ๐ŸŽ ; ๐’๐๐ƒ = +๐Ÿ, ๐Ÿ“๐Ÿ” ๐ค๐



Dengan demikian gaya batang yang lain dapat dicari dengan metode yang di sarankan.



KAMI SELALU BERSERAH PENUH KEPADA TUHAN



ANALISIS STRUKTUR I INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA UJIAN AKHIR SMT GANJIL TA : 2015/2016 PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL SENIN, 07 DESEMBER 2015 WAKTU : 120 MENIT JUR. : TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR dan KEWILAYAHAN DOSEN : Ir. G. Perangin-angin, M.T. No.01 : Gunakan MKV guna mencari deformasi vertikal di buhul 2 pada struktur rangka ini dengan beban luar seperti tergambar dimana A = 400 mm2 dan E = 210 GPa. 50kN 4



50kN



5



6



7



8



1,5 m



1



2 1,5m



1,5m



3 1,5m 20 kN



1,5m



No. 02 : Portal statis tak tentu tingkat satu menerima beban luar seperti tergambar. E = 200 GPa ; IAB =1250(10)6 mm4 dan IBC = 625(10)6 mm4. (a) Hitung reaksi di tumpuan A dan C (MA, VA, HA dan VC)dengan Force Method. (b) Hitung dan gambarkan BMD, SFD dan NFD. 10 kN/m



B



A 3m 4 kN 3m C 9m



ANALISIS STRUKTUR I INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA UTS, SMT GANJIL TA : 2016/2017 PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL SENIN, 10 OKTOBER 2016 WAKTU : 120 MENIT JUR. : TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR dan KEWILAYAHAN DOSEN : Ir. G. Perangin-angin, M.T. No.01 : Gunakan MKV guna mencari deformasi vertikal di buhul 5 pada struktur rangka ini dengan beban luar seperti tergambar dimana A = 400 mm2 dan E = 210 GPa. 2



4



6



4m



1



3



5



7



10 kN



3m 40 kN



3m 10 kN



3m



8 3m



No.02 : Struktur statis tak tentu dengan beban luar seperti tergambar. E = 200 GPa, IAB = 200 x 106 mm4 dan IBC = 0,5 IAB . (a) Hitung reaksi tumpuan dengan FORCE METHOD (b) Hitung dan gambarkan Bending Moment Diagram (BDM) dan Shear Force Diagram (SFD). 10 kN 5 kN/m A



F 3m



B 3m



C 3m



Baca soal ini dengan teliti baru dijawab dengan benar.