CBR - Ekonomi Moneter Adyanto A Purba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MANDIRI (Critical Book Review) EKONOMI SUMBER DAYA ALAM Dosen Pengampu: Dr. Dionisius Sihombing, SE., M,Si.,



OLEH :



NAMA MAHASISWA NIM



: ADYANTO ARMANDO PURBA 7213540015



PROGRAM STUDI S1 ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN SEPTEMBER 2022



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas karuniaNyalah Critical Book Report ini dapat terwujud. Critical Book Report ini disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa/i jurusan Ilmu Ekonomi untuk memahami tentang Ekonomi Moneter . Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah yang telah mengajarkan dan membimbing mahasiswa/I agar dapat memahami dalam pembelajaran Ekonomi Moneter. Sebagai penyusun makalah Critical Book ini menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi tambahan dibidang Ekonomi Moneter.



Medan, September 2022



(ADYANTO A PURBA)



DAFTAR ISI Kata Pengantar..........................................................................................................i Daftar Isi.....................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang…...................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan CBR...........................................................................................1 C. Latar Belakang.......................................................................................................1 D. Identitas Buku…....................................................................................................1



BAB II RINGKASAN BUKU A. Ringkasan Isi Buku Utama....................................................................................2



BAB III PEMBAHASAN Kelebihan dan Kekurangan Buku….........................................................................16



BAB IV Penutup A. Kesimpulan….....................................................................................................17 B. Rekomendasi Untuk Perbaikan Buku….............................................................17



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18



Bab I PENDAHULUAN



A. MANFAAT CRITICAL BOOK REVIREW 1. Secara tidak langsung pengetahuan mahasiswa bertambah terhadap materi yang dibahas karena buku tersebut telah dibaca dan di analisis. 2. Pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku ,sekaligus memberikan masukan terhadap buku tersebut. 3. Mengetahui lebih luas mengenai Ekonomi Moneter



B. TUJUAN PENULISAN CRITICAL BOOK REVIREW 1. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku 2. Mengulas isi buku sehingga memperdalam ilmu mengenai isi dari buku. 3. Untuk melatih mahasiswa berfikir kritis dalam mencari informasi yang disajikan dalam buku setiap babnya. 4. Melatih kemampuan mahasiswa untuk menganalisa sebuah buku 5. Mencari kelebihan dan kekurangan isi buku C. .LATAR BELAKANG Critical Book Report adalah bukan sekedar laporan atau tulisan tentang isi buku tetapi lebih menitikberatkan kepada evakuasi kita mengenai keunggulan dan kelemahan buku apa yang menarik dan bagaimana isi buku tersebut.membuat critical book report kita harus berpikir kritis D.IDENTAS BUKU Judul Pengarang Penerbit Kota terbit Tahun terbit ISBN Halaman



:Ekonomi Moneter : Prof. Dr. Haryo Kuncoro, S.E., M.Si. : Bumi Aksara : Jakarta : 2019 : 978-602-444-744-1 : 260 hlm



BAB II RINGKASAN ISI BUKU



Ringkasan Buku EKONMI MONETER Bab 1 PENDAHULUAN Pengertian sederhana ekonomi moneter merujuk pada bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari sifat,fungsi dan pengaruh uang dalam berbagai kegiatan uang . a. Pengertian Uang Dari zaman dahulu hingga hari ini, bentuk uang sudah mengalami banyak fase yang berbeda. Fase perubahan uang meliputi bentuk antara lain logam, kertas, hingga uang digital atau uang elektronik, dan nilai atau nominal. Perlu ditekankan sekali lagi, unsur kepercayaan dan penerimaan menjadi sangat fundamental dalam melandasi pemilihan "materi" yang bisa dijadikan sebagai uang. Jadi, materi apa pun bisa digunakan sebagai mata uang asal ada kepercayaan dan diterima oleh masyarakat sehingga bisa dilekatkan pada materi tersebut. Seperti paparan di atas, pada zaman dahulu, uang hanya terbuat dari logam, tetapi saat ini uang yang banyak digunakan adalah uang yang terbuat dari kertas dan mungkin nanti uang dapat berbentuk elektronik dan tidak terlihat bentuk fisiknya b. Fungsi Uang Setelah memahami apa itu uang, selanjutnya kita akan memahami fungsi dari uang itu sendiri. Ada empat (4) fungsi uang secara garis besar, yaitu alat tukar (medium of exchange); alat penyimpan nilai/daya beli (medium of keep wealth); satuan hitung (medium of account); dan ukuran bentuk pembayaran masa depan (medium of deffered payments). c. Bentuk-bentuk Uang 1. Uang dalam Arti Sempit (Narrow Money) 2. Uang dalam Arti Luas (Broad Money) (M2 : TD + SD + DD + Cek) 3. Uang dalam Arti Lebih Luas (Broader Money) (M3:M1 + M2 + Semua Aset Keuangan) Bab 2 UANG MODEREN a. Uang elektronik Masyarakat mengungkapkan keberatan atas tambahan biaya yang harus ditanggung oleh pengguna uang elektronik yang dijelaskan sebagai biaya administrasi bank. Polemik berawaldari pemberlakuan transaksi nontunai di seluruh gerbang tol di Jakarta yang dilakukan secara bertahap sejak September hingga akhir Oktober 2018. Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) seperti sudah bersepakat untuk tidak mengenakan biaya isi ulang uang elektronik. Di sisi lain, bank swasta tetap mengenakan tarif dengan argumenuntuk kepentingan pengembangan



infrastruktur jaringan, layanan teknologi, pemeliharaan, dan meningkatkan layanan kepada konsumen.



b. Era Komodifikasi Uang Secara konseptual, PADG masih menyisakan persoalan perihal 'keabsahan' atas pungutan itu sendiri. Sayangnya, diktum peraturan BI sama sekali tidak menyinggungnya. Tarif isi ulang ditujukan untuk menata struktur harga yang sangat bervariasi. Aturan itu juga memastikan perlindungan konsumen dan pemenuhan prinsip kompetisiyang sehat. Artinya, BI secara yuridis melegalkan eksistensi biaya isi ulang. c. Uang Digital Rupiah Bahkan BI hendak mengkaji kemungkinan penerapan uang digital rupiah dengan teknologi Blockchain. Walhasil, uang digital rupiah tampaknya menjadi resultan akhir dari proses metamorfosis panjang. Perbedaan preferensi ini membawa persoalan uang tunai, uang elektronik, dan uang digital rupiah masuk ke ranah substitusi. Kemampuan substitusi tiga jenis uang tersebut menuntut ekuivalensi daya belinya. d. Pembatasan Transaksi tunai Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah berupaya agar Rancangan UndangUndang Pembatasan Transaksi Uang Kartal bisa segera dibahas di parlemen untuk menjadi undang-undang e. Jalan berliku cashless Society Menurut Wakil Kepala PPATK, Dian Ediana Rae, ada tiga tujuan yang akan dicapai dari usulan RUU Pembatasan Transaksi Uang Kartal. Pertama, mencegah money laundering dan praktik suap. Kedua, mencapai efisiensi ekonomi. Ketiga, mencegah peredaran uang palsu dalam masyarakat. f. Arus Uang Panas dan Pajak Tobin Alirandana asing ke pasar domestik diprediksi bertambah kian tinggi.mengingat pamor surat utang Indonesia adalah instrumentencetak imbal hasil yang menarik. Masuknya uang panas (hot money)terbukti menambah pasokan valuta asing. Hasilnya, nilai tukar rupiah terapresiasi menjadi sekitarRp14.000 per dolar AS. Namun harus diakui, uang panas bersifat temporer yang sewaktuwaktu dan dalam tempo sekejap bisa keluar dari pasar. Bab 3 KEBIJAKAN MONETER a. Ujian Independensi Bank Indonesia Dari sisi perbanakan penggatian suku bunga acuan diumumkan pada saat proses penurunan suku bunga perbankan menuju single digit belum tuntas.Pemotongan BI rate tiga bulan berturut_turut belum belum secara propesonal diikuti oleh penurunan suku Bungan perbankan. b. Policy Berdasarkan Asumsi Perubahan suku bunga acuan semacam inisenantiasa meniad: fenomena yang sangat penting. Di satusisi, suku bunga acuan berdamna secara langsung dalam sektor finansial. Disisi lain,dia juga berimplikas; secara tidak langsung pada sektor riil. Di sektor finansial, perubahan iniditujukan agar lebih mengefektifkan transmisi kebijakan moneter. Selama ini, disparitas suku bunga antara special rate deposito, pasar uang antarbank,danlendingfacilityterpautcukuplebar Dengan demikian, proses pendalaman pasar keuangan akan maksimal.



c. Ujian Kredibilitas Bank Indonesia Pasar keuangan dunia terus diliputi suasana ketidakpastian. Pascapemilihan presiden AS, pelaku pasar finansial global masih menebak arah kebijakan Trump hingga pembentukan kabinet ekonominya. Mazhab ekonomi yang dianut Partai Republik pengusung Trump lebih mengutamakan ekspansi fiskal melalui pemotongan pajak. Di satu sisi, agresivitas fiskal untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi mendorong pelebaran defisit budget. d. Mengkritisi Skema Baru Operasi Pasar Terbuka BI mengubah skema penetapan suku bunga operasi pasar terbuka untuk mendorong penurunan suku bunga yang lebih mencerminkan kondisilikuiditas pasar. Kelangkaan likuiditas mulai terasa sejak setahun terakhir. Perlambatan dana pihakketiga yang disertai dengan rendahnya pertumbuhan distribusi kredit menjadi indikatornya. Pada kenyataannya, kinerja perbankan sepanjang 2016 menjadi kinerja yang terendah dalam 6 tahun terakhir. Kebijakan awal berupa pemangkasan suku bunga acuan belum optimal membuahkan hasil. Sepanjang 2016, suku bunga acuan telah dipangkas sebesar 150 basis poin. Sementara, sukubunga simpanan menyusut 122 basis poin dan suku bunga pinjaman hanya menyempit 75 basis poin. e. Menakar Kebijakan Bank Indonesia Agresivitas fiskal mendorong penerbitan obligasi yang menyerap dana dari pasar keuangan global. Untuk mengimbanginya, Gubernur bank sentral AS, Janet Yellen sudah memberi aba-aba akan menaikkan kembali suku bunganya dua sampai tiga kali pada tahun ini f. Menakar Calon Gubernur BI Masa jabatan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardoyo, akan habis pada Mei tahun ini. Akan tetapi, Presiden Joko Widodo hingga kini belum mengajukan nama calon Gubernur BI. Usulan nama definitif bakal calon Gubernur BI tampaknya baru diajukan ke DPR pada akhir Februari 2018. Rumor pun ramai bersahutan. Beberapa nama mulai beredar termasuk incumbent yang digadang bisa menakhodai bank sentral untuk lima tahun mendatang



Bab 4 SUKU BUNGA ACUAN a. Gonjang-ganjing BI Rate BIlebihmemil: strategi 'bermain cantik' melalui pengendalian aspekkuantitasdaripada mengubah harga. Dalam logika BI, permintaan berinteraksi dengan penawaran di pasar, Output dari interaksi tersebut adalah kuantitas dan harga keseimbangan. Penurunan GWM menggeser kurva penawaran ke kanan atas sehingga akan membawa perubahan pada harga keseimbangan yang lebih rendah dan kuantitas keseimbangan yang lebih tinggi. b. Antiklimaks Repo Rate Selang empat bulan diperkenalkan kepada publik, Bank Indonesia (BI) mulai 19 Agustus 2016 resmi menggunakan 7-Days Reverse Repo Rate sebagai suku bunga acuan yang baru menggantikan instrumenate. Di internal sektor perbankan sendiri, Repo Rate yang tidak berubah sejatinya sudah diantisipasi sebelumnya. Suku bunga simpanan dan pinjaman sudah berada dalam jalur pelandaian. Alhasil, perbankan tidak terlalu antusias merespons pengumuman Repo Rate di saat pertumbuhan kredit melambat dan risiko kredit macet meningkat.



c. Efektivitas Repo Rate Saat Fiskal Ketat Setelah resmi dipergunakan sebagai suku bunga acuan yang baru, Bank Indonesia (BI) September ini memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin hingga berada di posisi 5%. Posisi 5% dipandang masih cukup moderat sebagai biaya dana saat kondisi makro semakin kondusif. Pertama, pertumbuhan ekonomi sudah mulai menggeliat, tumbuh 4,91% pada triwulan I naik menjadi 5,18% pada semester awal. Kedua, laju inflasi masih dalam batas kendali otoritas moneter. Sampai Agustus, inflasi tahunan hanya 2,79%. d. Bunga Acuan dan Stabilisasi Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas kebijakan moneter tampaknya masih mencari-cari formula yang tepat untuk mengantisipasi kondisi ekonomi makro ke depan. Pada awal Januari ini,BI memberi sinyal untuk tidak lagi mengandalkan suku bunga acuan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara, instrumensuku bunga acuan bersama nilai tukar dan pengawasan (surveillance) lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan e. BI Repo Rate dan Momentum Pemulihan Pertumbuhan ekonomi dalam empat kuartal masih stagnan di level 5%. Kendati demikian, sinyalemen BI di atasmasih bisa dimaklumi. Menurut UU No. 23/1999 yang diubah sebagaimana UU No. 6/2009, tugasutama BI hanya satu, yakni memelihara stabilitas nilai rupiah. Kalaupun kebijakan moneter BI membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi itu menjadi tujuan sekunder. f. Setahun Penerepan BI Repo Rate g. Menyikapi Suku Bunga Acuan BI



Bab 5 SUKU BUNGA LUAR NEGERI a. Belajar Dari Ketidakpastian FED Rate Sudah berkali-kali sinyalemen pejabat Bank Sentral AS termasuk Gubernur TheFed, Janet Yellen akan menaikkan Fed rate, tetapi sekian kali pula tidak menyebutkan waktunya secara pasti. Ruang untuk menaikkan Fed rate sejatinya sangat terbuka. Sejak krisis finansial global 2008 hingga November 2015, Fed rate stagnan di level 0,25% untuk meredakan krisis. Barupada Desember 2015, Fed rate dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 0,5% yang berlaku hinggakini. b. Memerdekakan BI Repo Rate Pasar keuangan dunia terus diliputi suasana ketidakpastian. Pascapemilihan presiden AS, pelaku pasar uang global masih menebak-nebak arah kebijakan Trump hingga pembentukan kabinet ekonomi pada era pemerintahannya. Di satu sisi, belanja fiskal yang agresif mendorong pelebarandefisit bujet yang bersifat inflasioner. Di sisi lain, defisit anggaran diambil dari penerbitan obligasipemerintah. Trump diprediksi akan menyerap dana dari pasar keuangan internasional. Keduanya berakumulasi mengerek tingkat bunga. Tak pelak lagi, sentimen negatif kian merebak. Yield US Treasury bertenor 10 tahun naik 40 basis poin sejak pemilu, begitu juga dengan dolar AS menguat3,5% terhadap mata uang dunia. Alhasil, aliran modal lari ke AS yang dianggap aman dari ketidakpastian. c. Menunggu Keputusan The FED



Bank Indonesia (BI) terus mencari formula kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi kondisiekonomi makro ke depan. Pada akhir tahun lalu, BI mengumumkan pergeseran sikap (stance) kebijakan moneter dari 'bias longgar' menjadi bersifat 'akomodatif dengan kehati-hatian' . Berikutnya, BI mulai memberlakukan mekanisme operasi pasar terbuka (OPT) dengan harga variabel. OPT untuk tenor selain 1 minggudiserahkan pada mekanisme pasar melalui lelang. Target yang dibidik adalah suku bunga pasar dimungkinkan bervariasi sesuai ketersediaan likuiditas perbankan. d. Exit Strategy Kenaikan FED Rate Pascapelantikan Trump sebagai Presiden ke-45, perekonomian Amerika Serikat (AS) terus mengalami pancaroba. Dengan jargonnya saat kampanye America First and only America First', Trump cenderung lebih proteksionis dengan memberi ruang gerak yang lebih besar pada pelaku ekonomi domestik. e. Meraba BI 7DRRR Setelah Kenaikan FFR Pasar finansial global seketika panas dingin setelah mendengarkan pidato resmi perdana Jeromy Powell setelah dilantik menjadi Gubernur The Fed. Gubernur Bank Sentral negara PamanSam itu di Kongres Amerika Serikat (AS) pada akhir Februari lalu mengirim sinyal kuat perihal rentetan kenaikan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR) sepanjang tahun ini. Bab 6 SUKU BUNGA PERBANKAN a. Mengukur Daya Gravitasi BI Rate BI memangkas suku bunga deposit facility menjadi 5%, lending facility menjadi 7,5%, dan giro wajib minimum primer ke level 6,5%. Secarakonsisten era pelonggaran moneter telah dimulai. Kebijakan moneter BI ini disambut positif olehbanyak pihak. Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan dunia usaha berharap perbankan segera memangkas tingkat bunganya masing-masing. Objektif harus diakui bahwa BI rate masih menempati lima teratas di dunia di bawah Brasil (14,25%), Rusia (11%), Mesir (8,75%), dan Turki (7,5%). Konsekuensinya, Indonesia masuk ke jajaran negara- negara dengan suku bunga perbankan yang tertinggi.



b. Jalan Panjang Transmisi Moneter Perekonomian dunia masih dikungkung ketidakpastian. Tendensi kebijakan Trump yangproteksionis, perlambatan ekonomi Tiongkok, krisis utang di Eropa, fenomena Brexit, dan pelemahan harga komoditas unggulan di pasar internasional menjadi penanda prospek pemulihanekonomi global belum meyakinkan.



c. Menggapai Bunga Kredit Single Digit



Langkah awal berupa pemangkasan suku bunga penjaminan LPS dan tingkat bunga acuan Bank Indonesia (BI) belum sepenuhnya membantu. Sepanjang tahun berjalan, suku bunga acuan sudah menyusut 100 basis poin (bps). Namun, penurunan suku bunga kredit (turun 52 bps) lebih lambat daripada suku bunga simpanan (turun 100 bps). Alhasil, per akhir Agustus rata-rata suku bunga kredit (12,31%) jauh di atas suku bungadeposito (6,94%). Survei terbaru pada Oktober ini, BI memperkirakan rata-rata suku bunga kredit modal kerja, investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan IV 2016 hanya turun tipis masing-



masing 13, 8 dan 2 bps.



d. Bunga Kredit Pasca-Investment Grade



Penantian panjang berakhir sudah. Untuk kali pertama, Standard and Poor's (S&P) - sebuah lembaga pemeringkat utang global yang bereputasi besar - menaikkan peringkat surat utang berdenominasi rupiah dan valuta asing Indonesia ke dalam kategori layak investasi (investment grade). Dalam penilaian S&P, peningkatan peringkat surat utang Indonesia lantaran berkurangnyarisiko fiskal seiring lebih realistisnya postur APBN.



e. Kini ‘BOLA’ Ada Dilapangan OJK Proses panjang pemilihan Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berakhir. Ketua OJK dan enam anggota terpilih bersama dengan dua ex officio dari Bank Indonesia (BI) danKementerian Keuangan masingmasing akan dilantik oleh Presiden pada bulan Juli untuk mengelola OJK untuk lima tahun ke depan.



f. Menakar Relaksasi Capping Suku Bunga



Belum genap tiga tahun diberlakukan, aturan batas atas (capping) suku bunga deposito bakal dikaji ulang. Mengikuti ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga deposito untuk BankUmum Kelompol Usaha (BUKU) III dan IV masing-masing dibatasi maksimum 100 dan 75 basispoin di atas suku bunga acuan. Kebijakan di atas kemungkinan besar dalam waktu dekat akan dilonggarkan atau dihapus sama sekali. Dalam pandangan OJK, diktum yang mendasari kebijakancapping sudah tidak relevan lagi.



g. Mengenal Instrumen Indonia Instrumenindonia sejatinya masih tetap berbasis pada JIBOR overnight, tetapi mekanismenya yang diubah. JIBOR overnight berbasis pada kuota dari 24 bank kontributor. Dalam pandangan BI, penentuan suku bunga PUAB masih didominasi bank-bank tertentu, khususnya bank kelas.



Bab 7 RESTRURTURASI PERBANKAN a. Rencana aksi Bank Sistemik Industri perbankan Indonesia terus bertransformasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada awal April lalu menerbitkan tiga paket peraturan sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Paket pertama perihal kriteria bank sistemik ke dalam penetapan status pengawasan normal, pengawasan intensif, dan pengawasan khusus. Aturan kedua mengenai syarat dan mekanisme pendirian bank perantara (bridge bank). b. Buram, daya saing Perbankan Imbauan agar bank-bank kecil menggabungkan usaha, belakangan kembali berembus. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan PerhimpunanBankUmum Swasta Nasional (Perbanas) paling getol menyuarakan. Dalam logika OJK dan Perbanas, kompetisi yang semakin ketat dalam segmenbri sama membuat bank-bank kecil sulit berekspansi. c. Menuju Premi PRP Berbasis Risiko Industri perbankan nasional masih menunggu terbitnya peraturan resm; tentang premi Program Restrukturisasi Perbankan (PRP). Premi PRP menjadi konsekuensi dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentano Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). Problema restrukturisasi perbankan membawa ingatan pada krisis ekonomi 1997/1998 dan krisis finansial global 2008. Penyelamatan 16 bank pada 1998, misalnya, dilakukan pada saat krisis sedang terjadi.



Akibatnya, biaya yang dikeluarkan sangat mahal hingga 60% dari Produk DomestikBruto (PDB).



d. Konsolidasi Setengah Hati Dampakkebijakanotoritasfinansialterhadap postur perbankan nasional masih terus berproses. Diawali dengan pencanangan Arsitektur Perbankan IndonesiapadaJanuari2004,sektor perbankan mulai berbenah melakukan konsolidasi yang mengarah pada restrukturisasi modal dan aset. Postur perbankan yang memiliki kekuatan modal niscaya tangguh menetralisasirisiko likuiditasdan menyerap risiko kredit bermasalah.. e. Membaca Kinerja Bank BUMN Tingginya pertumbuhan laba perbankan sejatinya kontras dengan kondisi perekonomian yang sedang lesu. Perekonomian pada kuartal keempat 2017 tumbuh 5,07% yang tidak jauh beda dibandingkan dengan tiga kuartal sebelumnya vang stagnan di level 5%. Intinya, laporan kinerja perbankan menvisakan tanda tanya besar. Dalam hitungan matematika, laba adalah selisih pendapatan dikurang biava. Faktanya, pendapatan perbankan 80% didominasi dari transaks; kredit. Sementara pertumbuhan kredit masih lemah sebagai imbas perlambatan ekonomi domestik, pendapatan yang diraih perbankan niscaya juga akan berada di bawah ekspektasiMenimbang (Lagi) Dividen Perbankan. f. Menakar Arah Konsilidasi Perbankan Langkah persiapan sudah banyak ditempuh. Namun harus diakui pula, masih banyak pekerjaan rumah yang masih tersisa di industri perbankan nasional yang masih harus diselesaikan. Pekerjaan rumah yang paling mendesak adalah penuntasan proses konsolidasi perbankan. Konsolidasi perbankan sejatinya sudah diinisiasi sejak pencanangan Arsitektur Perbankan Indonesia pada Januari 2004. Industri perbankan nasional mulai berbenah yang mengarah pada efisiensi melalui restrukturisasi modal dan aset. Bab 8 SEKTOR KEUANGAN NONBANK a. Diversifikasi Portofolio IKNB Faktanya, porsi kepemilikan SBN khususnya untuk IKNB asuransi jiwa sejauh ini baru mencapai separuhnya. Tenggat waktu tiga bulan tersisa semakin mepet sebelum naik menjadi 30% pada tahun depan. Upaya IKNB asuransi mengejar kekurangannya menghadapi sejumlah kendala. SBN dijual dengan sistem tender. Artinya, perusahaan asuransi belum tentu bisa memperoleh SBN di pasar perdana Portofolio IKNB Pascasuksesi OJK Industri keuangan nonbank (IKNB) sektor asuransi sedang galau. Di satu sisi, perkembangan bisnis asuransi belum menunjukkan indikasi kebangkitan. Pendapatan premi memang meningkat selama kuartal pertama 2017, tetapi laba industri asuransi justru mengalami penurunan. Di sisi lain, peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 1/2016 mengamanatkan investasi IKNB pada Surat Berharga Negara (SBN) minimum 20% untuk asuransi umum dan 30% untuk asuransi jiwa. Mereka diberi batas waktu hingga akhir tahun ini untuk memenuhi kewajibannya. b. QUO Vadis Industri Asuransi Sisa waktu semakin mepet. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Lembaga Penjamin Polis (LPP) secara yuridis sudah harus terbentuk sebelum tenggat Oktober 2017. Kehadiran LPP tampaknya sangat dibutuhkan. Kasus pencabutan izin usaha



PT Bumi Asih Jaya dan PT Asuransi Jiwa Nusantara pada 2013, lalu PT Asuransi Jiwa Bakrie dan PT Asuransi Raya pada 2016, dan terakhir PT Asuransi Bumi Putra pada 2017 seolah menjadi bukti validnya. c. Reorientasi Industri Asuransi Tronisnya, dua kasus di atas terjadi justru pada saat Otoritas Jasa Keuangan (OK) dan Kementerian Keuangan tengah menggodog pembentukan Lembaga Penjamin Polis (LPP). Alhasil, keberadaan LPP diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan terhadap industri asuransi lantaran polisnya dijamin oleh regulator keuangan. Bagi industriasuransi, LPP menjadi jaring pengaman terakhir seandainva dalam kondisi yang sangat ekstrem mengalami kegagalan finansial. d. Penaikan SBN Ritel Munculkan Dilema Bila diperhatikan, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan defisit APBN senantiasa berubah bentuk. Pada semester kedua 2018 lalu, pemerintah mendorong lebih banyak dana dari investor ritel dengan mengaktifkan kembali Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Tabungan yang pada 2017 sempat dihentikan penerbitannya. Adanya penambahan alokasi SBN ritel sebenarnya dapat dimaklumi selama dalam batas tertentu. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China memunculkan ketidakpastian baru. Goncangan pasar finansial semakin besar lantaran Fed Rate akan naik dua kali lagi pada sisa tahun ini bersamaan dengan normalisasi neraca keuangan The Fed. e. Memedah Obligasi Daerah Penerbitanobligasidaerah menjadi diskursus publik dalam dua tahun terakhir.Di satu sisi, banyak pihak berpendapat obligasi daerah belum caatnyaditerapkan diIndonesia. Selain belum memiliki pengalaman, penerbitanobligasidaerah akan memberikan implikasi pada keuangan pemerintah daerah (Pemda) pada masa mendatang. Di sisi lain, penerbitan obligasi daerah sudah menjadi tuntutan dalam pembiayaan proyek Pemda. Faktanya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak cukup untuk mendanai belanja Pemda. Sementara, dana transter daerah dari pemerintah pusat sebagian besar tersalur pada belanja pegawai yang tidak produktif. Bab 9 PASAR MODAL a. Paradoks Pasar Modal Adasehimpun kegagalan yang patut dijadikan pelajaran berharga.Adapulasejumlah prestasi yang menumbuhkan krepercayaandiriuntuk menatap 2018. Walhasil, tahunini bisa dipandang sebagaiperiode pemulihan, tetapibisa pula menjadi periode yang sarat dengan tantangan. Di sektor keuangan, misalnya, hingga medio Desember 2017, nilai total dana yang berhasil dihimpun dari aksi korporasi di Bursa Efek Indonesia (BEI)mencapai Rp248,19 triliun yang melampaui target awal Rp217,02 triliun atau menanjak 27 persen dibanding tahun lalu. b. PR Pasar Modal 2018 Pasar modal Indonesia mencatatkan sejarah sepanjang tahun 2017. Tidak tanggung-tanggung dua hal ditorehkan dengan tinta emas. Untuk kali pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level 6.000. Dengan finish di posisi 6.355, Bursa Efek Indonesia menjadi salah satu pasar modal yang paling atraktif di dunia. c. Menimbang IPO Perbankan



Perkembangan agresif pasar modal juga terlihat dari besaran akumulasi Jana. Ororitas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total dana yang berhasil Chimpun dari aksi korporasi di Bursa Efek Indonesia mencapal Rp276,5 melampaui target awal sebesar Rp217.02 triliun. Angka realisasi itu menanjak 24%di bandingkan setahun sebelumnya. Tidak berhenti sampai di situ. Lagi-lagi, untuk kali pertama, laju pertumbuhanpembiayaan di pasar modal lebih tinggi daripada kredit perbankan.Sebagaisesamaajang transaksi dana, kredit perbankan nasional hanya tumbuh 8% year on year (y-o-y). Pertumbuhan kredit single digit 2017 menjadi pengulangan dari tahun sebelumnya. d. Selamat Bekerja Direksi Baru PT BEI DireksibaruPIBursaEfek Indonesia (BEI) untuk masa bakti 2018-2022 esmiditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sambil menunggu pelantikanpadaRUPS, harapan besar pun disematkan kepada mereka agar peran pasar modal sebagai pendorong ekonomi nasional bisa lebih optimal padamasa-masa mendatang. Ekspektasi tersebut sangat masuk akal. Kinerja pasar modal Indonesia naik-turun belakangan ini. Setelah sempat impresif berada di level 6355 sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi di triwulan kedua 2018 hingga sekarang masih bertengger di bawah batas psikologis 6000. e. Rivalitas Pasar Modal dan Kredit Menjelang tutup tahun, kontradiksi di sektor finansial tengahterjadi.D; satu sisi, penggalangan dana korporasi di lantai bursa melambat. Kend ... jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyentuh 50 unit yang menjadi rekor baru, nilai emisi yang dicatat terbilang kecil. Penghimpunan dana di pasar modal hingga November 2018 mencapai Rp156,27 triliun. Capaian itu berasal dari penawaran saham perdana (IPO) senilai Rp15,07 triliun, penawaran umum terbatas (rights issue) Rp32,84 triliun, dan penerbitan obligasi serta sukuk, termasuk penawaran umum berkelanjutan senilai Rp108,36 triliun. f. Menanti Tuah Indeks baru BEI Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berbenah diri menyongsong 2019. Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menembus kembali (rebound) di seputar level 6.000 seperti pada awal tahun, BEI mencatat sejarah dengan membukukan 50 perusahaan baru yang pada tahun ini masuk (initial public offering) di lantai bursa. Penambahan kuantitas pemain pasar juga terjadi pada sisi investor. Jumlah investor saham per Oktober 2018 mencapai 820.000 investor berdasarkan SID (Single Investor Identification). Pencapaian ini naik secara substansial jika dibandingkan dengan jumlah investor saham pada periode 2017 yang sebesar 628.000 investor saham. g. Menghitung Efektivitas Pasar Derivatif Produk derivatif tersebut sejatinya sudah ada di pasar modal sejak 1ama. Pada awal pembentukan BEI, Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek telah ditawarkan. Bahkan, kontrak tersebut merupakan produk utama keluaran Bursa Efek Surabaya, sebelum bergabung dengan Bursa Efek Jakarta menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2016, BEI juga meluncurkan Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) LQ45 atau IDX LQ-45 Futures. Namun, sejarah mencatat produkproduktersebut sepi peminat karena proses literasinya kurang agresif. Alhasil, tidak mengherankan apabila pasar derivatif Indonesia tertinggal dibanding negara lain seperti Korea, Singapura, Malaysia dan Thailand.



Bab 10



INDUSTRI KEUANGAN LAIN



Dukungan pemerintah terhadap perkembangan bank umum Syariah (BUS) menunjukan trend yang positif. Penambahan porsi SBSN diproyeksikan tidak hanya untuk menutup JefisitAPBNtetapi juga untuk membiayai proyek secara langsung. Tahun ini ada 587 proyek yang akan dibiayai SBSN senilai Rp22,53 triliun vangtersebardi 34 provinsi. Oleh karenanya, SBSN menjadi instrumen arktisinklusikeuangan dalam ikhtiar menuju pertumbuhan yang lebih berkualitas. SBSN dinilai lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dibandingkan surat utang konvensional. Hal ini karena. kepemilikan asing di sukuk masih relatif kecil sehingga SBSN bisa berfungsi sebagai katalisator kepemilikan surat utang yang sudah mencapai 41% dan termasuk kategori rawan bagi investor. Benang merah yang bisa ditarik dari beberapa regulasi di atas adalah ekspektasi kelebihan likuiditas BUS bisa terserap pada SBSN. Lagi pula, SBSN (Sukuk Ritel dan Sukuk Negara) bisa diperdagangkan di pasarsekundersehinggapenambahan porsi SBSN mendukung proses pendalamanpasarkeuangan (financial deepening). Dalam skala yang lebih spesifik, kelonggaran likuiditas BUS dapat dipinjamkan ke bank-bank kecil di pasar uang antarbank berprinsip syariah (PUAS) sehingga membantu penyaluran kredit. Alhasil, target pertumbuhan kredit 12% untuk mengejar sasaran pertumbuhan ekonomi 5,4% tahun ini bisa tercapai. Secara teoretis, harapan tersebut masuk ke koridor logika. Alurnya, penurunan GWM akan menggeser kurva penawaran akad kredit ke kanan. Dengan asumsi permintaan akad kredit untuk sementara tidak berubah, hasilinteraksinya adalah imbal hasil yang lebih rendah dengan kuantitas ckuilibrium yang lebih tinggi. Tabungan dan pinjaman koperasi dan LKM mengumpulkan dana dari anggota mereka dari pihak lain untuk menanbung dana.



Bab 11 NILAI TUKAR Pascakemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) November lalu, pasar finansial global seketika salah tingkah. Pelaku pasar Hangmasih wait and see dan menebak- nebak arah kebijakan ekonomi Trumphingga kabinet ekonomi pada era pemerintahannya nanti. Tensi ketidakpastian kian meninggi menyusul bank sentral AS, The Fed,memberi sinyal segera menaikkan suku bunga acuannya, Fed rate. Tak pelak lagi, arus modal mengalir deras menuju ke AS yang dipandang sebagai tempat paling aman dari ketidakpastian. Alhasil, dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Indonesia pun terkena imbasnya. Bank Indonesia (BI) mencatat arus dana asing yang keluar Rp7 triliun. Di pasar saham, sentimen AS agaknya telahdi-price-in ke dalam IHSG. Arus dana yang keluar dari lantai bursa senilai Rp2 triliun yang menjadi catatan tertinggi sejak Juni. Rupiah juga sempat kelimpungan hingga menyentuh level Rp13.800 per dolar AS. Untuk menstabilkan nilai tukar, BI melakukan intervensi di pasar valuta asing. Akibatnya, cadangan devisa menurun sangat signifikan, dari US$115 miliar per akhir Oktober merosot menjadi US$111 miliar hanya dalam satu bulan. Fenomena di atas adalah potret kecil yang meneguhkan kesan bahwa kinerja perekonomian domestik selalu bermasalah ketika mata uang negeri Paman Sam mengalami penguatan. Artinya, disadari atau tidak, ada semacam ketergantungan yang sangat kuat terhadap mata uang dolar AS.



Bab 12 INFLASI Kinerja ekonomi Indonesia juga harus sudah diakui dunia ,berupa presikat investment grade yang disematkan S&P dan derasnya capital inflow. Jalan panjang nan berlikusepertinya tidak menyurutkan hasrat bes.Bank Indonesia (BI) untukberupaya kembali meredenominasirupiah pada tahun ini. Dalam pandangan BI, kinerja perekonomian dewasa ini terutama stabilitas inflasi dan pertumbuhanekonomi-sangatmendukungpelaksanaan redenominasi. Kinerja ekonomi Indonesia juga sudah diakui dunia, berupa predikat investment grade yang disematkan S&P dan derasnya capital inflow. Perekonomian yang membesar butuh penyederhanaan besaran angka rupiah, baik untuk menciptakan sistem pembayaran yang efisien, mempercepat transaksi, maupun mempermudah sistem akuntansi.Redenominasi juga positif untuk mengangkat reputasi ekonomi dan martabat bangsa di kancah internasional. Per definisi, redenominasi ialah penyederhanaan pecahan mata uang menjadi pecahan yang lebih sedikit dengan menghapus digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang. Harus diakui, masyarakat masih terjebak dalam ilusi uang. Semakin besar angka yang tertera padauang dianggapnya semakin besar pula tenaga belinya. Anggapan ini bisa keliru tatkala dikonfrontasikan dengan harga Saat tingkat harga melaju lebih tinggi melebihi kenaikan besaran uang maka tenaga belinya akan susut. Jika setiap Rp1.000 uang lama nantinya disederhanakan menjadi Rp1 uang baru, hal ini tidak serta merta bisa diterima. Kendati masyarakat sudah sejak lama menghilangkan penggunaan tiga nol di belakang nominal harga yang ditulis pada menumenu di cafe dan restoran, tob tiga angka nol itu faktanya masih eksis. Suku bunga yang relative tinggi jelas tidak bebas resiko. Tingginya suku bunga acuan membawa pasar uang domestic ke rizim suku bunga yang tinggi. Bab 13 LINGKUNGAN STRATEGIS KEBIJAKAN MONETER Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan tingi kali berturut-turut sedikit mmebantu untuk menahan derasnya arus modal keluar.BI yang memiliki pengalaman Panjang mampu mengelola potensi perbedaan presepsi secara inti. Nada Pasar 2018 Kenaikan sisa memantik finansial tahun suku global bunga spekulasi terusa cuankuat bergejolak Amerika akan rentetan dalam Serikat kenaikan beberapa (AS) pada Fed bulan Maret rate terakhir dua dan kaliJuniini.lagi ini.Ireninidisikapi oleh para berdenominasinon dolar AS. pelaku pasar melepas aset Akibatnya, hampir semua mata uang dunia mengalami tekanan, tidak rerkecualirupiah.Selama Juni (month to date), nilai tukar rupiah melemah 1.2%sehingga akumulasi depresiasi terhadap dolar AS sejak awal tahun (yeartodate)tercatat5,72%. Tidak hanya itu, rupiah juga melemah terhadap beberapa mata uang kuat lainnya. Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan tiga kali berturut-turut sedikit membantu untuk menahan derasnya arus modal keluar. Per Juni 2018, arus modal asing sudah masuk kembali Rp13 triliun. Namun, uang panas (hot money) tetaplah uang panas yang setiap saat dan dalam tempo sekejap bisa keluar lagi. Kekhawatiran tersebut sangat masuk akal. Porsi kepemilikan asing pada surat utang negara, saham korporasi, dan obligasi pemerintah sangat dominan. Tendensi arus modal keluar (capital outflow) kian menguat sejalan dengan berakhirnya program stimulus bank sentral Eropa pada Oktober.



BAB III PEMBAHASAN Kelebihan Buku Utama Sangat Lengkap secara pembahasan yang di mana setiap babnya sangat jelas pemaparanya setiap bab nya . Pemaparan tentang uang elektronik sangat jelas di paparkan dalam buku tersebut Mudah dipahami oleh mahasiswa/I khusunya dalam pelajaran ekonomi moneter Tampilan dalam buku utama sangat bagus



Kelemahan Buku Utama Contoh tidak dipaparkan dalam buku tersebut Materi tentang inflasi kurang di jelaskan dalam buku ini Tidak adanya contoh soal dalam buku tersebut Terdapat penulisan kurang baku didalam pembahasan



BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Pengertian sederhana ekonomi moneter merujuk pada bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari sifat, fungsi, dan pengaruh uang dalam berbagai kegiatan ekonomi. Hematnya, ekonomi moneter berbicara mengenai bagaimana "uang" itu bekerja. Namun, secara substansial masih banyak sekali yang dipelajari dalam ekonomi moneter. Misalnya, cara pasar uang berjalan, tingkat bunga, inflasi, kebijakan moneter, permasalahan dalam kebijakan moneter hingga sistem moneter internasional, dan persoalan krisis keuangan. Kemudian muncul pertanyaan, "Mengapa kita perlu mempelajari ekonomi moneter?" Jawaban yang hampir ideal atas pertanyaan tersebut adalah kita dapat mengetahui secara mendalam tentang jalannya mekanisme pasar uang,pengaruh tingkat bunga dalam perekonomian, bagaimana negara mengatur persoalan inflasi, kebijakan negara dalam membuat kebijakan moneter, cara kerja sistem moneter internasional hingga krisis keuangan yang sempat melanda Indonesia dengan mempelajari ekonomi moneter. Selain itu, kita dapat menganalisis secara tajam beberapa fenomena moneter dalam kaitannya dengan kebijakan moneter terhadap perekonomian negara. kebijakan moneter akanmempengaruhi pasar uang dan pasar surat erharga, dan pasaruang dan surat terhargta itu akan menentukan tinggi rendahnyatingkat unga, dan tingkat uanga akan memperngaruhi tingkatagregat ijakan fskal akan mempunyai pengaruh terhadappermintaan dan pena.aran agregat, yang pada giliranyapermintaan dan pena.aran agregat itu akan menentukan keadaandi pasar arang dan jasa kondisi di pasar arang dan jasa ini akanmenentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukantingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan



REKOMENDASI UNTUK PERBAIKAN BUKU Ketiga buku sama-sama bagus dan dan memberi tambahan wawasan kepada pembacanya dan membantu pembaca dalam mata pelajaran kepemimpinan dan kedua buku tersebut sangat bagus dalam memaparkan materi-materinya. Dan kiranya untuk untuk edisi selanjutnya agar di perluas sehingga pembaca lebih mudah memahami serta lebih banyak menemukan informasi.



DAFTAR PUSTAKA Kuncoro Haryo (2019) ‘Ekonmi moneter, Marina Chimica Acta, Abdi, H. (2019). Von https://oretzz.com/gokil-dusun-di-mojokerto-inijadipercontohan-negara-di-asean/: Online. Diakses tangga Februari 2019 abgerufen Adishakti, L. T. (2019) Pengantar pelestarian pusaka. Yogyakrta. Ahmad, A., Sreedhar Reddy, S. and Rumana, G. (2019) ‘Model for bioavailability and metal reduction from soil amended with petroleum wastewater by rye-grass L’, Ekonomi Moneter Alam, S. (2007) ‘Pengarus dan dampak eknomi moneter di indonesia.