CBR Pedagogi Danang Dwi Noprianda 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW MK.PAEDAGOGI OLAHRAGA PRODI S1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA



Skor Nilai :



REVITALISASI PENGAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI



(Dr. ADANG SUHERMAN.)



NAMA MAHASISWA : Danang Dwi Noprianda NIM



: 6191121002



DOSEN PENGAMPU



: Dr. Albadi Sinulingga,M. Pd.



MATA KULIAH



: PAEDAGOGI OLAHRAGA



PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN OKTOBER 2020



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas makalah matakuliah Paedagogi yang berjudul “Critical Book Review”.Penulis berterimakasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bias menambah pengetahuan bagi pembaca



Medan, 10 Oktober 2020



Danang Dwi Noprianda



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................1 DAFTAR ISI......................................................................................................................2 BAB I PENGANTAR A. Identitas Buku..........................................................................................................3 B. Tujuan Kritikan........................................................................................................3 BAB II RINGKASAN ISI BUKU A. Buku Pertama..........................................................................................................4 B. Buku Kedua.............................................................................................................25 BAB III PEMBAHASAN A. Keunggulan Buku....................................................................................................36 B. Kelemahan Buku.....................................................................................................36 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................................37 B. Saran........................................................................................................................37 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENGANTAR



A. IDENTITAS BUKU IDENTITAS BUKU I Judul buku



: PREVITALISASI PENGAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI



Penulis



: Dr. Adang Suherman



Tahun Terbit : September 2009 Tebal Buku : 215 halaman



IDENTITAS BUKU II Judul buku : MODEL PEMBELAJARAN TAKTIKAL GAME DALAM PENDIDIKAN JASMANI Penulis



: Y. Touvani Juni Samodra, S.Pd, M.Pd



Editor



: Indra Safari, M.Pd



Penerbit



: CV. Bintang WarliArtika



B. TUJUAN KRITIKAN Untuk melatih mahasiswa dalam mengkritisi isi buku atau bab buku yang digunakan dalam mata kuliah paedagogi olahraga atau buku relevan lainnya (menentukan critical position mahasiswa). Dan dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan dari suatu buku yang telah di kritisi.



BAB II RINGKASAN ISI BUKU



A. RINGKASAN BUKU 1 BAB 1 A. Pengertian Paedagogi Olahraga Pengertian paedagogi olahraga dikemukakan beberapa ahli seperti yang diuraikan berikut ini : siedentop (1991) mengemukakan bahwa paedagoogi dapat diartikan sebagai kemampian merekayasa lingkungan dengan teramiol sehingga siswa dapagt meraih tujuan pembelajara. Haag (1994:1) mengemukakan bahwa konsep paedagogi olahraga diikembangkan dari siatu bidang gilmu yang pada tahun 1970 a, khususnya di Erpoa sei g disebut sebagai “teori pendidikan jasmani”. Istilah paedogi olahraga kini sudah cukup diakui dan diterima oleh komuntias internosional olahraga olahraga yang dibuktikan dengan diselenggarakannya program konferensi internasional oleh aliane American for Health, Physycal Education, Recreation and Dance (AAHPERD) dengan fokuskajian utamanya adalah disipiln ilmu kurikulum dan pembelajaran. B. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinnya adalah physical education is education of and through movement. Terdapat tiga kata kunci dalam defenisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direfleksikan dengan kompertensi ang ingin diraih siswa 2) melalui tenntang (through and of), sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidakn langsung dan 3) gerak (movement) merupakan bahan kkajian sevagaimana tertera dalam kurukulum pendidikan jasmani. Beradasarkan definisi tersebut cukup jelas bahwa posisi movement atau dalam kurukulum disebut bahan kajian yang terdiri dari tujuh bahan kajian (altivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri/senam, aktivitas ritmik, aktivitas air/aquatic, aktivitas luar kelas, dan kesehatan), dapat ditempatkan sebagai alat atau tujuan. C. Tujuan Pendidikan Jasmani Empat katagori tujuan sepeti yang dikemukakan oleh Bucher (1964), yaitu: 1. Perekbangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (phsysycal fitness). 2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengasn kemampuan melakukan gerak secara efektif, efesien, halus, indah, sempurna (skillfull).



3. Perkembanganmental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang penddidikan jasmani ke dalam lingkungannya. 4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan denga kembampuan siswa dalm menyesuaikan diri pada suatu kemlompok atau masyarakat. D. Pertimbangan Pelaksanaan Program Pendidikan Jasmani Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan program pendidkan jasmani dikemukakan oleh Graham, dkk (1993) sebagai berikut. 1. Premis Program Pendidikan Jasmani. Tiga premis program pendidikan jasmani meliputi: a. Program pendidikan jasmani dan program olahraga mempunyai tujuan yang berbeda b. Anak-anak bukanlah “miniature” orang dewasa c. Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak akan menjadi dewasa sekarang 2. Karakteristik Program Pendidkan Jasmani Beberapa karakteristik program pendidkan jasmani dikemukan oleh graham, dkk (1993), sebagai berikut: memliki komponen kurikulum, Perkembangan motor skills dan movement concepts, konsep kesegaran jasmani, perkembangan aspek kognitif. Perkembangan asepek offective, rata-rata keberhasilan, jumlah siswa, keikutsertaan siswa, proporsi aktif belajar E. Keberhasilan Program Salah satu defenisi keberhasilan mengajar yang dapat kita jadikan rujukan dikemukakan oleh Graham (1992). Ia mengemukakan bahwa defenisi keberhasilan mengajar tidak hanya sekedar memelihara siswa aktif berolahraga, senang, dan segar pada saat dan setelah melakukan pengajaran. Ada tiga karakteristik keberhasilan mengajar yang menonjol, yaitu siswa, guru, dan sekolah. F. Pedagogi Olahraga Kaitannya dengan PBM pendidikan Jasmani Dari uraian tentang pengertian paedagogi olahraga tersebut diatas didapatlah dikatakan bahwa dalam istilah paedagogi olahraga terkandung juga istilah kurikulum dan pengajaran. Kurikulum pada dasarnya adalah seperangkat pengalaman belajar untuk para siswa yang disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara pengajaran di dalamnya mengandung istilah mengar dan belajar. Paedagogi olahraga meliputi ilmu yang mempelajari tentang keterampilanketerampilan penting dalam proses mengajar, belajar, dan melatih olahraga secara umum termasuk didalamnya pendidkan jasmani sehingga siswa dapat belajar sesuatu seperti yang diharapkan dari belajarnya. G. Beberapa Penelitian di Bidang Paedagogi Olahraga



Penemuan-penemuan yang merupakan hasil dari penelitian-penelitian baik yang bersifat deskriptif, eksperimen, maupun kualitatif. Anderson dan Baretta (1978) mengungkapkan tentang aktivitas guru dan siswa dalam PBM pendidikan Jasmani di sekolahsekolah mengembangkan instrument observasi untuk keperluan penelitian dalam PBM pendidikan Jasmani yang sampai sekarang instrument tersebut banyak digunakan oleh lembaga-lembaga persiapan guru Pendidikan Jasmani di Amerika.



BAB II INSTRUMEN PENILAIAN PENAMPILAN MENGEJAR PENJAS A. metode tradisional A intitute judgement Megandung arti bahwa supervisor atau orang yang ahli dalam mengajar mengobservasi seorang guru yang sedang ,engajar dan selanjutnya membuat penilian tentang apa yang dilihatnya B. Eye baling Mengamati seorang guru yang sedang mengajar selama periode tertentu C. cacatan anekdot Metode yang lebih intensif dan seliable. Pengamatan cacatan apa yang terjadi dalam PBM. Pencacatan ii dimaksudkan agar informasi penting pada waktu mengajar dapat dinrekam dengan baik. D. checklis dan rating scales Metode yang paling umum digunakan untuk menilai penampilan mengajar sekarang ini adalah checkist B. metode observasi sistematis Even recording Even recording atau pencacatan kejadian merupana dalah satu metode observasi yang sistematis melauli pancacatan frekuensi terhadap kejadin-kejadin yang terjadi selama berlangsugnya PBM penjas 1. Duration recording Yang dijelaskan diatas akan menghasilkan data berupa frekuensi beberapa kali guru memberikan misalnya: feedback kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Dengan menggunakan alat tersebut, pbserver tidak diketahui data tentang berapa lama sisawa misalnya, bepartisipasi dalam kegiatan belajar.



C. orientasi penilian penampilan mengajar penjas 1. teacher process variables Proses pada guru berhubungan dengan penilaian guru pada waktu mengajar dan diukur secara berlangsung dengan observasi pada saat guru sedang mengajat beberapa keterampilan proses pada guru tersebut antara lain adalah sebagai beriut :      



Ketepatan menejemen (siswa, perilaku, aktivitas) Reaksi perilaku (negatif dan positif) Menyatakan harapan Pemberian Pola pengembangan isi Kejelasan pernyataan tugas belajar



2. student process variables Proses pada siswa berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa dan secara potensial memberi distribusi atau menghambat terhadap hasil belajar. Beberapa contoh variable proses oada siswa tersebut antara lain:     



Menunggu giliran Partisipasi siswa selama instruksi Respon terhadap aktivitas belajar Analisis respon skill Perilaku meyimpang



BAB III EFEKTIVITAS MEEGAJAR PENJAS A. Analogi mengajar Mengajar adalah kompleks, sehingga banyak para ahli mengumpamakannya ke dalam istilah-istilah lain. Seperti; 1. mengajar adalah sebuah seni (art) yang tidak bisa dipelajari; guru yang baik adalah pembawaaan sejak lahir dan bukannya dibuat. 2. mengajar cukup dibekali oleh motivasi/ keinginan membantu siswa yang kuat dan penguasaan materi yan ghebat. Pandangan banyak dianut oleh orang-orang non keguruan. 3. megngajar merupakan kemampuan artistik yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah Beberapa perumpamaan mengajar lainnya yang juga semarak diantara para guru antara lain 1. mengajar seolah-olah guru “in the eye of hurricane”



2. mengajar diumpamakan dengan tiga sirkus. 3. mengajar diumpamakan seperti hal nya tugas komposer atau konduktor dalam symphoni 4. Gunter (1995) mengumpamakan mengajar seperti mengisi “puzzle saw” 5. Graham (1992) menganggap guru penjas yang berhasil sebagai artis. Guru mampu menyusun, menata keterampilan –keterampilan mengajar dan mengembangkan pelajaran. B. perubahan dan dinamika mengajar Mengajar terlalu suli untuk diramalkan. Guru yang baik mengikuti pendekatan seperti halnya seorang artis. Mereka mendapatkan segudang ilmu, keterampilan, dan teknik yang selanjutnya dikembangkan dan diterapkan sehingga sangat berarti dan bernilai bagi siswa. C. Tantangan mengajar penjas Kegiatan mengajar adalah menantang. Beberapa alsannya adalah sebagai berikut: 1. keadaan siswa - siswa bergerak dilapangan dari pada hanya sekedar duduk dibangku 2. isi pelajaran meliputi semua spektrum aktivitas: kognitif, afektif, dan fisik. 3. fisilitas dan alat serinng kali dibawah standar kebutuhan: sedikit 4. terkadang guru harus melatih diluar jam pelajaran. 5. guru harus membina pramuka 6. guru harus memegang urusan kesiswaan D. tahapan perkembangan keterampilan mengajar Penetapan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. tahapan awal yang tidak menyenangkan tahapan awal yang tidak menyenangkan adalah tahapan dimana anda marasa kaku, malu, atau tidak nyaman karena anda tidak biasa melakukannya. 2. tahapan belajar menerapkan macam-macam teknik Belajar macam-macam teknik maksudnya adalah belajar menggunakan teknik yang berbeda-berbeda untuk mengekspresikan hal yang sama. 3. tahapan belajar melakukan sesuatu lebih dari satu pada waktu yang bersamaan Belajar melakukan sesuatu lebih dari satu pada waktu yang bersamaan maksudnya adalah belajar memelihara, paling tidak, satu teknik yang sudah berjalan atau diterapkan pada saat belajar menguasai teknik lain yang belum berjalan dengan baik.



4. tahapan belajar bagaimana menerapkan teknik mengajar agar lebih sesuai Tahapan ini maksudnya adalah belajar meningkatkan kemampuan penerapan teknik agar lebih sesuai lagi. Setelah calon guru mampu menerapkanj teknik, misalnya, pemberian feedback dan pujian dengan berbagai variasi. E. sumber peningkatan kemampuan mengajar Pengalaman sendiri dalam mengajar, baik dalam PBM yang sebenarnya maupun dalam “peer eaching” tidak akan menjamin adanya peningkatan kemamouan mengajar. Berikut ini beberapa cara yang mungkin berguna dalam meningkatkan kemampuan mengajar 1. pendekatan yang sistematis 2. bantuan diri sendiri 3. instruktur atau guru 4. bantuan teman 5. belajar mengajar disekolah F. proses belajar mengajar pendidikan jasmani Pemahaman guru terhadap esensi proses pembelajaran merupakan faktor penting agar guru dapat melakukan inovasi pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan menuju pada target sosok pembelajaran yang komprehensif dan efktif. Secara garis besar proses ini dapat dibagi kedalam tiga kategori pengelolaan yaitu pengelola rutinitas, pengelolaan ini proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi pembelajaran.



BAB IV PERENCANAAN PENGAJARAN A. pentingnya perencanaan pembuatan perencanaan mengajar sangat penting mengingat beberapa alasan.   



Waktu mengajar yang relatif terbatas Jumlah waktu yang relatif terbatas untuk mengajar penjas disekolah merupakan salah satu faktor pentingnya membuat perencanaan mengajar. Jumlah siswa dan fasilitas Lingkungan mengajar seperti jumlah siswa, peralatan, dan fasilitas merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi pentingnya membuat perencanaan. Latar belakang guru Walaupun kemungkinan besar semua guru penjas adalah lulusan dari lembaga persiapan guru penjas, namun tidak menutup kemungkinan guru penjas harus







mengajar pelajaran yang tidak diperolehnya waktu mengikuti pendidikan misalnya, olahraga, dansa, dan jenis olahraga yang baru muncul. Karakteristik siswa Alasan ke empat pentinya guru membuat perencanaan adalah karena siswa mempuyai karakteristik berbeda-beda.



B.Kecenderungan tidak membuat perencanaan Beberapa alasan mengapa guru penjas tidak membuat perencanaan mengajar atau membuatnya tidak teliti adalah:   



Minat siswa. Aktivitas penjas biasanya diminati siswa sehingga aktivitas penjas apapun yang diberikan guru akan tetap disegani siswa. Persepsi guru. Manakalah guru meyepelekan penjas, guru akan enggan membuat perencanaan kerena pembuatan perencanaan tersebut hanya akan membuang-buang waktu. Persepsi pihak luar. Banyak orang tua siswa atau pekerja administrasi dan bahkan kepala sekolah dan guru kelas tidak mengerti akan pentingnya penjas bagi siswa.



C.Bentuk dan komponen umum perencanaan pengajaran 1. perencanaa periodik Walaupun perencanaan periodik jenjang pendidikan tertentu misalnya tiga tahun untuk jenjang pendidikan smp, namun para guru, sebagai pelaksana perencanaan tersebut harus betul-betul mengetahui dan memahaminya. 2. perencanaan tahunan Pertimbangan pembuatan perencanaan tahunannya pada prinsipnya sama dengan pertimbangan pembuatan perencanaan periodik, yaitu antara lain: merumuskan tujuan dan menetapkan program yang konsisten dengan program tahunan sebelum dan setelahnya. Seperti hanya perencanaan periodik perencanaan tahunan juga sudah tercakup di dalam kirikulum penjas. 3.Perencanaan harian Sebelum menejelaskan lebih jauh tentang rencana mengajar, lihatlah dua contoh rencana mengajar berikut ini: Contoh satu I.



Topik : dribling



II.



Kelas : III sd



III.



Waktu : 30menit



IV.



Target siswa : mampu mengontrol bola pada waktu dribling sambil bergerak



BAB V MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN PENGELOLAAN KELAS



Beberapa tahap yang dapat dilakukan antara lain: pertama guru menyatakan harapannya tentang perilaku siswa yang bagaimana yang diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh gurunya terutama selama BPM berlangsung, berikutnya mengidentifikasi dan mengelola harapan dalam PB lpenjas, selanjutnya mengajar danmelatihnya kepada siswa. A.Harapan Guru Harapan guru pada dasarnya merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan belajar yang dicita-citakan gurunya dan diharapkan bisaterwujud dalam kenyataan. Harapan ini biasanya unatuk einginan positif yang apabila terwujud dapat membantu mencapai tuujuan yang lebih ideal. B. identifikasi Peraturan (rules) Peraturan padadasarnya merupakan harapan-harapan yang bersifat umum ; yang berhubungan dengan tingkahlaku yang terjadi pada macam-macam situasi proses belajarmengajar yang selanjutnya dirangkum dan dituangkan dalam bentuk pernyataan. Peraturan ini selanjutnya harus diberikan dan dijelaskan kepada siswa, serta kepada guru juga harus memberikan contoh-contoh perilaku yang sesuai dan tidak sesuai dengan peraturan secara jelas dan dimengerti oleh siswa. Siswa yang perilakunya sesuai dengan peraturan harus diberi penghargaan, misalnya dengan perkataan, bahasa isyarat, mimik muka, nilai, dan sebagainya yang mempunyai artipenghargaan bagi anak didik. C Identifikasi dan Pengelolaan Aktivitas Rutin dalam PBM Penjas Beberapa jenis aktivitas rutin dalam PBM Penjas tersebut, antara lain:     



Memasuki dan meninggal kan ruangan atau lapangan olahraga Memulai dan berhenti aktivitas Mengambil dan mengumpulakan alat olahraga Memilih pasangan, regu, atau kelompok Aktivitas rutin lainnya



D. Mengajar Bentuk Pengelolaan Aktivitas Rutin Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa harapan guru tidak terwujud dengan sendirinya akan tetapi melalui proses ajar yang langsung secara konsisten dan terusmenerus melalui beberapa tahap penyadaran, pembentukan sikap, dan pembiasaan sehingga tanpa merasa canggung, resah, atau terpaksa untuk melaksanakannya pada setiap mengikuti PBM Penjas dan bahkan lebih jauh akan membawa dampak positif terhadap perilaku sehari-hari baik diantara temannya, keluarga maupun masyarakat. BAB VI MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN DISIPLIN SISWA



A. Meningkatkan Aktivitas Belajar Walaupun satu strategi tidak bisa menjamin seratus persen, namun para guru sangat perlu untuk mengetahui beberpa strategi untuk mengurangi kemungkinan siswa pasif dalam belajar. Guru yang baik mempunyai segudang strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah, kadang-kadang disadari dan kadang-kadang tidak. Beberapa di antara macammacam teknik pengawasan tersebut adalah: -Berdiri di pinggir lapangan -Mendekati siswa -Pengawasan melekat -Mengabaikan kasus tertentu -Secara terpadu -Mengingat nama -Pemodelan (pinpointing) B. Meningkatkan Disiplin Siswa Hampir sudah bisa dipastikan bahwa setiap guru Penjas menghadapi siswa yang kurang disiplin. Lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, guru sebaiknya bersiapsiap "sedia payung sebelum hujan" untuk menghadapi dan memecahkan masalah disiplin tersebut melalui pembinaan disiplin siswa sejak dini. Dari hasil penelitian (Graham, 1992) menunjukkan usaha pembinaan disiplin yang baik dilakukan dengan cara terintegrasi dengam PBM Penjas pada setiap kali mengajar dari semenjak awal hingga akhir tahun ajaran. Sebagai bahan literature, beberapa model pembinaan disiplin tersebut adalah sebagai berikut. 1. Modifikasi Perilaku Teori modifikasi perilaku ini didasarkan pada pandangan B.F. Skinner yang menyatakan bahwa: tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi tingkah laku itu sendiri. Konsekuensi yang baik (positif) mengakibatkan pengulangan tingkah laku itu. Fokus pendekatan ini menekankan pada tingkah laku baik dan mengabaikan tingkah laku tidak baik. Salah satu contoh penerapan pendekatan ini misalnya guru segera memberikan pujian, dorongan, atau penghargaan kepada siswa yang berperilaku atau berpenampilan baik. Sebaliknya guru membiarkan atau tidak memberi penghargaan pada siswa yang tidak berperilaku baik.



2. Psikoanalitis



Tokoh dari teori ini adalah Carl Rogers, Ia mempunyai pandangan bahwa penyatuan antara emosional, sikap, dan intelektualnya akan menambah kesadaran tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini guru bertindak selaku pendengar aktif, menerima dan terbuka tanpa mempertimbangkan isi pesan yang dikemukakan siswa.



3. Model Disiplin Asertif Orang pertama yang mengembangkan model ini adalah Canter (1976). Ia membuat model pembinaan disiplin nama Canter's Assertive Discipline Model. Pendekatan ini didasarkan pada beberapa pandangan sebagai berikut: a. Semua siswa dapat berperilaku baik b. Pengawasan yang ketat atau tokoh akan tetapi tidak pasif dan tidak menakutkan wajar yang diberikan pada siswa c. Harapan-harapan guru yang rasional terhadap perilaku siswa yang sesuai dengan perkembangannya (seperti tercermin dalam peraturan) harus diberitahukan kepada siswa C. Bentuk-bentuk latihan levels of affective development Seperti halnya pembinaan disiplin melalui pendekatan model disiplin melalui pendekatan model Hellison pun harus dilakukan secara pelajaran penjas yang berlangsung secara terus menerus semenjak awal ajaran.beberapa bentuk latihan dalam levels of affeective development messer (1990) sebagai berikut :



center, pembinaan terintegrasi dengan hingga akhir tahun dikemukakan oleh



1. Siswa disuru mengambil peralatan olahraga,kemudian guru menanyakan bagaimana perilaku seseorang mengenai level 0,level 1,2,3 dan 4 pada waktu mengambil peralatan itu. 2. Pada saat ketrampilan baru(new skill),siswa disuru bekerja pada level yang paling baik. 3. Pada saat siswa berperilaku menyimpang,siswa tersebut mendapat “ toime out”dan diberi tugas untuk memikirkan mengapa perilaku penyimoang ada pada level 0. D. Ciri-ciri sistem pembiaan disiplin yang efektif Pertanyaan yang dilontarkan pada pendidikan penjas adalah sistem pembinaan disiplin yang didasarkan pada motifasi ekstrinstrik (assertive discipline) atau motivasi instrinstik (levels of effective development)? Pertanyaan yang sulit dijawab karena keberhasilan pembinaan disiplin bukan terletak pada bagaimana karakteristik sistem pembinaan disiplin yang digunakan akan tetapi terletak bagaimana karakteristik sistem pembinaan disiplin yang digunakan tersebut.



E. Menghadapi kenyataan



Pembahasan sebelumnya lebih banyak menyoroti bagaimana mengurangi masalah disiplin siswa, namun kebanyaakan guru bahkan dalam situasi yang ideal sekalipun,mungkin harus merasakan dirinya terpaksa menerima kenyataan mendapatkan seorang atau beberapa siswa yang kurang disiplin. Sehubungan dengan itu ada beberapa strategi yang dilakukan oleh para guru untuk mengurangi rasa kecewa atau marah sehingga bisa menguntungkan baik bagi guru maupun siswanya.



BAB VII MEMULAI PELAJARAN Aktivitas Pengenalan Aktivitas pengenalan sering juga disebut sebagai pemanasan yang istilahnya diambil dari tujuan aktivitas pengenalan itu sendiri, yaitu pemanasan. A. Bentuk Aktivitas Pengenalan Dalam menentukan bentuk latihan untuk aktivitas pengenalan terdapat beberapa pertimbangan di antaranya ; 1. Selalu merujuk pada tujuan aktivitas pengenalan 2. Usahakan agar tidak mengakibatkan siswa merasa jenuh atau bosan untuk melakukannya 3. Mempunyai nilai tambah. B. PENYAMPAIAN TUJUAN PELAJARAN Cara-cara menyampaikan tujuan pelajaran kepada siswa akan sangat membantu sikap dan motivasi siswa dalam belajarnya atau dalam melakukan isi pelajaran, bahkan dapat mempengaruhi sikap dan motivasi belajar.oleh karena itu, dalam menyampaikan penjelasan tujuan pelajaran hendaknya mempertimbangkan selera anak didik yang akan belajar KRITIK TERHADAP MEMULAI PELAJARAN DENGAN CARA TRADISIONAL 1. Stretching atau senam calisthenics, senam dan stertching diperlukan oleh siswa dengan tujuan sebagai persiapan dalam melakukukan aktivitas tertentu. 2. Lari keliling lapangan, kritik yang dilontarkan terhadap penggunaan lari keliling lapangan sebagai bentuk aktivitas pengenalan berbunyi bahwa lari keliling lapangan tidak hanya membosankan bagi siswa tetapi juga membuang-buang waktu ( Graham, 1992) sehubungan dengan itu Graham (1992 ) menganjurkan untuk menggunakan bentuk aktivias lain yang selain dapat meningkatkan suhu tubuh juga mempunyai nilai tambah misalnya : tag games, mendribbling, listening games. Nilai tambah dari bentuk latihan di atas akan meningkatkan body management



BAB VIII INSTRUKSI DAN DEMONSTRASI A. Instruksi (instruction) Instruksi pada dasarnya adalah proses pemberian informasi kepada anak, biasanya disampaikan dengan penjelasan. Ada dua macam instruksi yang biasanya disampaikan oleh guru Pendidikan Jasmani kepada siswa yaitu : pertama adalah instruksi yang berhubungan dengan mengorganisasi siswa (instruksi organisasi) dan kedua adalah instruksi yang berhubungan dengan informasi isi pelajaran (instruksi informasi) B. Demonstrasi Demonstrasi pada dasarnya adalah peragaan baik yang dilakukan oleh guru maupun siswanya yang bertujuan untuk memperjelas konsep atau instruksi yang baru saja di berikan oleh gurunya. Demonstrasi hendaknya dilakukan dengan mengikuti beberapa pertimbangkan sebagai berikut:    



Lokasi untuk demonstrasi Keseluruan/bagian (Whole/part) Normal/ pelan Fokus verbal



C. Mengetahui Pemahaman Siswa (checking for understanding) Setelah guru memberikan instruksi dan demonstrasi selanjutnya guru ingin mengetahui apakah instruksi dan demonstrasi yang diberikan tersebut dapat dimengerti siswa. Untuk itu maka guru mengeceknya (checking for understanding). Beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut:  



Memilih jawaban benar atau salah dan menjelaskan alasannya Menyuruh siswa



D. Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana siswa menghabiskan waktu dalam pelajaran Penjas adalah dengan cara menganalisi waktu (time anaysis). Cara ini digunakan antara lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:berapa lama siswa menghabiskan waktu untuk mendengar penjelasan dari gurunya, melakukan aktivitas belajar, atau menunggu giliran? Untuk mengetahui pemanfaatan waktu dalam PMB Penjas, maka perlu ditetapkan dan di ketahui terlebih dahulu defenisi kategori aktivitas dalam PMB itu senderi.



E. Pemodelan (pinpointing) Dalam pinpointing, guru memilih salah satu atau beberapa siswa yang mampu mendemonstrasi aspek keterampilan yang diajarkan dan menyuruh memperagakannya kepada siswa lainnya. Beberpa diantaranya keuntungan pinpointing adalah apabila dilakukan oleh lebih dari satu siswa akan memungkinkan siswa tidak merasa engan atau malu menankan rasa percaya diri pada merka yang melakukan peragaan dan memberi standar pedoman bagi yang melihatnya untuk melakukan serupa. F. Play-Teach-Play Untuk alasan siswa yang tidak senang mendengar penjelasan konsep dari gurunya, tidak senang latihan untuk meningkatkan keterampilan, dan tidak punya perhatiannyang cukup terhadap materi yang diberikan, teknik lainnya yang bisa digunakan adalah: “playteach-paly” atau bermain-mengajar-bermain. G. Videotapes, Slides, Movies Teknik lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran yang di berikan adalah penanyaan videotape, slide, dan movies. Yang harus di perhatikan adalah kesesuaikannya dengar pokok bahasan dan tingkat kemampuan siswa. Adalahnya teknik yang di tunjukan dalam rekaman terlalu tinggi untuk tingkat anak-anak yang akan mempelajarinya sehingga malah akan menurunkan minat siswa. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah jam penayangan dari masing-masing komponen keterampilan jangan sampai terlalu lama mengingat hal tersebut dapat menyita waktu belajar siswa. Waktu penayangan yang logis dari masing-masing aspek keterampilan adalah sama dengan lamanya waktu yang diperlukan appabila guru menjelaskan secara langsung aspek keterampilan tersebut.



BAB IX MEMOTIVASI SISWA BERLATIH A.Tiga Kunci Memotivasi Siswa Berlatih Tantangan berat bagi guru penjas pada waktu mengajar adalah bagaimana mengaktifkan semua sisiwa yang bervariasi tingkat kemampuannya tersebut mempelajari suatu keterampilan secara serempak dalam waktu yang bersamaan. jawaban sementara atas tantangan tersebut adalah menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga aktifitas belajar yang ada di dalamnya mempunyai karakteristik : berorientasi pada keberhasilan, memotivasi secara intrinsik,dan sesuai dengan tingkat perkembangan.



B. Enak Teknik Memotivasi Siswa Belajar Terdapat beberapa teknik memotivasi siswa dalam mengajar penjas yang memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan dan usia dapat berpartisipasi secara aktif mempelajari aktivitas belajar yang diberikan oleh guru, enam diantarnya adalah sebgai berikut : 1. Teaching by Invitation 2. intratask variation 3. Task Sheet (kertas tugas) 4. Station atau Learning centers 5.Child Designed Activites 6.Videotaping BAB X MENGEMBANGKAN ISI PELAJARAN A. BEBERAPA PILIHAN DALAM MENGEMBANGKAN ISI PELAJARAN Tugas guru penjas dalam mengajar pada dasarnya adalah mengajar dan memberi kesempatan belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan terjadinya : 1. Proses belajar yang lebih cepat dari pada hanya sekedar akibat dari trial and eror 2. Perkembangan runtun pelajaran yang bertahap dan berurutan yang menyebakan adanya kemampuan siswa meningkat 3. Penanaman pemahaman mengenai cara – cara melakukan ketrampilan dengan benar sehingga siswa tidak membuang – buang waktu pada tahun – tahun berikutnya untuk memperbaiki “bad habit” yang terbentuk akibat pembalajaran yang salah 4. Pembelajaran berbagai keterampilan yang memungkinkan siswa memilihnya pada tahun – tahun berikutnya siswa tidak merasa asing dengan ketrampilan yang akan di pelajarinya Selanjutnya, Rink (1985), Gusthart (1985), dan Masser (1987), memberi pandangan – pandangan penting dalam pengembangan konten pengajaran pendidikan jasmani yang meliputi : pembritahuan (informing), pengembangan (extending), perbaikan (refining), dan penerapan (applying) B. POLA PENGEMBANGAN ISI PELAJARAN Salah satu aspek yang harus menjadi pertimbangan pada guru dalam mengembangkan isi pelajaran adalah kapan guru harus merubah aktivitas belajar dari aktivitas pengembangan, kepenyempurnaan, dan ketantangan. Guru yang baik tentu saja akan melakukan perubahan ini berdasarkan pada perkembangan kemajuan ketrampilan yang dilakukan oleh siswanya



dari pada berdasarkan pada jumlah waktu yang tersedia atau jumlah aktivitas ketrampilan yang akan diberikan. Terdapat beberapa pola pengembangan yangs sering dilakukan oleh para guru pada waktu mengajar olahraga, antara lain sebagai berikut : 1. Pola satu penuh (pengembangan penuh) Pola ini sering digunakan terutama pada awal pertemuan yang kebanyakan siswanya belum begitu mengenal ketrampilan yanh diberikan oleh gurunya. 2. Pola satu dua satu dua Pola satu dua satu dua atau pola pengembangan – penyempurnaan pengembangan – penyempurnaan ini dapat dilihat dari perilaku guru yang merubah aktivitasnya dari aktivitas pengembangan ke penyempurnaan dan kembali lagi kepengambangan selanjutnya ke penyempurnaan lagi. 3. Pola satu dua dua tiga Pola ini diawali oleh pemberian aktivitas belajar diikuti oleh penyempurnaan beberapa kali dan diakhiri oleh tantangan. C. MENAFSIRKAN POLA PENGEMBANGAN ISI PELAJARAN Walapun pola pengembangan isi pelajaran beraneka, ini tidak berarti bahwa pola yang satu lebih bagus atau sebaliknya. Pola – pola pengembangan tersebut akan meberi informasi kepada guru tentang kuantitas dan kualitas pengembangan, penyempurnaan, dan tantangan aktivitas belajar yang diberikan kepada siswa.



BAB XI PEMBERIAN UMPAN BALIK -



Untuk Apa Feedback Beberapa keuntungan penggunaan feedback antara lain sebagai berikut: - Mendorong siswa terusberlatih - Mencerminkan perilaku guru yang efektif. - Membantu anak didik untuk menilai penampilan yang tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh dirinya sendiri - Mendorong guru untuk menilai seberapa relevan dan seberapa cepat setiap anak sudah belajar keterampilan seperti yang diinginkan oleh gurunya.



-



Jenis Feedback 1. General dan specific feedback Feedback dikatakan general apabila merujuk pada, misalnya: gerakan umum, tingkah laku siswa, atau pakaian yang digunakan. Feedback ini sering digunakan guru untuk mendorong siswa terus belajar dan mencobanya.



Feedback dikatakan specific apabila berisiinformasi yang menyebabkan anak mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui bagaimana seharusnya mereka berlatih. 2. Congruent dan Incongruent Feedback Congruent feedback adalah feedback yang terfokus pada aktivitas belajar yang sedang dipelajarinya. Sementara itu, feedback yang berhubungan dengan stroke disebut sebagai incongruent feedback. 3. Simple Feedback Somple feedback adalah feedbcak yanghanya terfokus pada satu komponen keterampilan dalam suatu saat. 4. Positif, Netral dan Negatif feedback Contoh positif feedback sudah dikemukakan sebelumnya, misalnya dengan menggunakan kata-kata: bagus, menyenangkan, pintar, menarik dan hebat. Negaatif feedback adalah lawan dari positif feedback. -



Siapa yang Mendapat Feedback? Seringkali guru bersifat subjektif dalam pemberian feedback misalnya cenderung lebih sering diberikan kepada: - Siswa yang pintar saja - Siswa yang kurang saja - Siswa yang tampan atau cantik saja - Siswa laki-laki saja - Siswa perempuan saja



BAB XII PROBLEM SOLVING Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengajar penjas kepada siswa salah satunya adalah Problem solving. Problem solving adalah siswa memcahkan masalah baik secara individu maupun kelompok, problem solving memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan fisik dan cognitive siswa secara bersama – sama (Pangrazi & dauer, 1992; Graham, 1992, Susan, 1993; Pica, 1995, dan Cleland, 1995). Dalam lingkup problem solving itu sendiri dikenal pula istilah divergent problem solving, convergen problem solving, dan guided discovery, yang ketiganya sama – sama menuntut siswa untuk memecahkan masalah baik secara kognitif ,maupun secara fisik. Adapun langkah – langkah problem solving dibawah ini dapat digunakan sebagai model yang mungkin dimodifikasi sesuai keadaan lingkungan tempat mengajar. Salah satu langkah penerapan problem solving (Pangrazi dan Dauer, 1992) antara lain : 1. Menetapkan masalah 2. Meningkatkan variasi dan kedalaman gerakan 3. Mengembangkan kualitas gerak



4. Membuat urutab dan kombinasi pola gerak 5. Memasukkan aktifitas fatner dan aktivitas kelompok. Keterampilan yang harus dimiliki oleh para guru penjas dalam menerapkan problem solving yaitu 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Keterampilan bertanya Keterampilan mengidentifikasi masalah yang akan diberikan pada siswa Sabar Menguasai konten Menganalisa perkembangan siswa Menerima secara positif.



BAB XIII MENGEMBANGKAN SIKAP POSITIF PADA SISWA A.Tindakan Guru Banyak cara yang dapat dilakukan guru melalui tindakannya untuk siswa tanpa membedakan kemampuan (yang pintar, yang terampil, dan yang kurang) B. Pemilihan Aktivitas Selain tindakan guru diatas, cara guru menyeleksi team dan aktivitas belajar yang dipilih juga sangat potensial menjadi penyebab tumbuhnya sikap negative pada diri sendiri C. Kompetisi Kompetisi merupakan salah satu aktivitas belajar yang apabila kurang tepat pemberiannya, hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya sikap negative pada diri siswa. Namun demikian ada beberapa cara untuk mengurangi keadaan ini, antara lain sebagai berikut : 1. Pilihan Permainan 2. Memodifikasi system penskoran 3. Aktivitas yang dibuat oleh siswa D. Pengetesan Situasi lainnya yang dapat menyebabkan siswa merasa inferior dan bodoh adalah situasi pengetesan. Dalam situasi ujian tes tulis dikelas, hasil tes hanya diketahui oleh yang dites dan gurunya saja.



E. Memahami Perasaan Siswa



Setelah guru berusaha agar lingkungan PBM yang diciptakan mengembangkan perasaan positif dari pada diri siswa, maka guru ingin mengetahui bagaimana perasaan siswa terhadap pelajaran penjas.



BAB XIV MENILAI KEMAJUAN BELAJAR A.Pendahuluan Pertama adalah jumlah siswa yang cukup banyak.Lain halnya dengan guru kelas,Guru penjas ,misalnya di SD,terkadang menghadapi jumlah siswa yang cukup banyak mulai dari kelas satu sampai kelas enam ditambah dengan karakter kemampuan fisik yang berbedabeda,belum lagi jumlah kelas yang paralel. Kedua adalah alokasi waktu pelajaran penjas yang relatif sedikit untuk mengadakan pengetesan.Alokasi waktu pelajaran penjas di sekolah rata-rata satu kali seminggu dengan waktu pertemuan nya adalah 2x30 atau 40 menit dan setiap caturwulannya kurang lebih tiga bulan atau kurang lebih 12 minggu. B.Tes Kesegaran Jasmani Salah satu tes yang sering digunakan oleh para guru penjas disekolah adalah tes kesegaran jasmani.Lepas dari versi tersebut,ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh para guru untuk menghemat waktu dan lebih bermanfaat bagi para siswa. 1.Mengetes sendiri dan dengan partner 2.Rentang Katagori hasil tes(skor) yang lebih luas 3.Melibatkan orang lain C.Tes Keterampilan Gerak Perkembangan keterampilan gerak merupakan salah satu tujuan dari diadakaanya program Pendidikan Jasmani disekolah-sekolah. Namun,Tes-tes tersebut pada umumnya lebih sulit digunakan karena memerlukaan penjabaraan yang lebih rinci. Namun demikian,para guru tetap masih mungkin dapat melakukan pengukuran terhadap perkembangan keterampilan gerak tanpa harus menggunakan semua waktu yang tersedia pada jam pelajaran penjas. D.Tes kognitif Banyak informasi kemampuan kognitif yang ingin diketahui dan dinilai oleh guru dari siswa.Pada saat tersebut guru harus menentukan:informasi apa,kapan dan bagaimana mengetesnya. E.Tes Sikap



Selain tes-tes yang sudah diuraikan di atas,guru juga seharusnya mengadakan tes sikap untuk mengetahui sikap anak didiknya terhadap aktivitas belajar yang diberikan dan sikap terhadap diri nya sendiri. F.Grading(Penentuan nilai) Penentuan nilai merupakan bagian yang penting dalam proses evaluasi.Tanpa penentuan,skor maupun informasi yang diperoleh melalui pengukuran terkadang kurang mempunyai makna. Sebaliknya ,Penilaian Acuan Patokan adalah membandingkan kemampuan seseorang dengan tingkat penguasaan dan materi .



BAB XV IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI A. Episode Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pengetahuan dan pemahaman tentang keterampilan mengajar dan pengelolaan proses pembelajaran yang efektif harus dilanjutkan dengan usaha penerapannya manakala guru berharap ingin meningkatkan kemampuan mengajarnya. Perencanaan pengimplementasi pembaharuan pembelajaran harus dibuat sesuai dengan kebutuhannya. Suatu model perencanaan yang cocok untuk tujuan yang lainnya. Untuk itu diperlukan pemahaman yang memadai mengenai episode dan keterampilan mengajar pendidikan jasmani secara komprehensif sehingga kita dapat secara spesifik menentukan episode dan target pembaharuan yang akan dilakukannya. B. Implementasi Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Untuk bisa melakukan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani pada model pembelajaran tertentu, maka guru tersebut hendaknya menguasai terlebih dahulu secara garis besar model pembelajaran paling tidak mulai dari kerangka dasar model, kerangka oprasional, dan pengembangannya. Untuk itu, berikut ini penulis berikan contoh pengimplementasiannya dalam model pembelajaran cooperative learning: Time Games Tournmentt (TGT) pada siswa kelas satu sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Namun demikian untuk selanjutnya para mahasiswa dapat mengembangkan pembelajaran pada bebbagai jenjang dan karakteristik yang berbeda-bedea.



BAB XVI PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN(RPP) A. PENGEMBANGAN SILABUS



DAN



RENCANA



PELAKSANAAN



Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian. B. pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Setelah selesai membuat silabus, para guru berikutnya harus menjabarkan program yang yang ada dalam silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang dietpkan dalam standar isi dan di jabarkan dalam silabus.satu kompetensi dasar di capai dalam satu pertemuan atau lebih sesuai dengan alokasi waktu sebagai mana telah di tetapkan dalam silabus. 1. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembeajaran (RPP), lihat contoh RPP berikut ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah :................................................... Mata pembelajaran :................................................... Kelas/semester :................................................... Standar Kompetensi :................................................... Kompetensi Dasar :................................................... Indikator :................................................... .................................................... .................................................... Alokasi Waktu :............x 40 menit (...pertemuan) A. B. C. D.



Tujuan pembelajaran Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran Langkah-Langkah kegiatan pembelajaran Pertemuan 1: Pertemuan 2: E. Sumber belajar F. Penialain 2. Langkah-Langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Mencantumkan identitas b. Mencantumkan tujuan pembelajaran c. Mencantumkan Materi pembelajaran d. Mencantumkan Metode Pembelajaran e. Mencantumkan Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran f. Mencantum Sumber Belajar



g. Mencantumkan Pilaian



3. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A. Tujuan Pembelajaran B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran D. Langkah-Langkah kegiatan pembelajaran E. Sumber Belajar F. Penilaian 1. Penilaian proses 2. Penilaian pengetahuan 3. Penilaian praktek



B. RINGKASAN BUKU II BAB I MODEL PEMBELAJARAN 1. Model Pembelajaran dalam Penjas Model pembelajaran dalam penjas ada 6, yaitu 1. Direct Teaching 2. Personalized system for instructional (cara belajar mandiri) 3. Cooperative training 4. Sport education 5. Peer teaching 6. Tactical game Perkembangan TGFU Model pembelajaran ini mengalami modifikasi dari bentuk yang pertama. Modifikasi yang terjdi tidak jauh dari apa yang ttelah di bentuk oleh yang mencetuskn model ini. Demikian juga nama dari model ini.ada yang menyebut pembelajaran game,pembelajaran basis pada kompetisi,yang pada prinsipnya mengadopsi dari tactical game.prinsip pelaksanaan TGFU ini pada prinsipnya tidak mengalami perubahan yang berarti dalam pakem yang pertama,hal yang ada adalah memperjelas bagaimana pelaksanaan dengan keterangan yang lebih mudah untuk pedoman oprasional pemakai adalah sebagai berikut: 1. Pemain. Disajikan yang semua siswa dapat menyajikan permainan,tiap anak untuk berpartisipasi, dengan memodifikasi berbagai hal sperti peraturan,peralatan,area bermain,da besarya kelompok. 2. Apresiasi permainan. Siswa belajar memahami dan mematuhi kebutuhan akan peraturan disusun,mengimplementasikan dan memahami peraturan tersebut .



3. Kesadaran taktik. Siswa diharapkan memahami pemasalahan dalam permainan dan berusaha memecah masalh yang telah dimainkan 4. Pemngambilan keputusan. Siswa belajar untuk membuat keputusan sesuai dengan tingkat pemahaman dengan dibantu dengan pemahaman guru 5. Eksekusi keterampilan. Siswa termotivasi untuk mempelajari keterampilan karna mereka dibelajarkan dalam konteks dan berlatih setelah permainan dimainkan. 6. Penampilan. Dengan siklus ini diharapkan siswa penampilanya meningkat sesuai dengan jalanya siklus berulang Model pembelajaran taktik pada pengajaran permainan.butler(2002)mengadaptasinya dengan menambahkan materi yang terkait dengan empat langkah pengembangan permainan yang dikemukakan oleh rink: Langkah 1 pengembangan control objek Langkah 2 kontrol komplek dan kombinasi keterampilan Langkah 3 mengawali strategi ofensif dan defensive Langkah 4 permainan konfleks dalam kontek mode pembelajaran pendekatan taktik Dalam tataran pelaksanaan pembelajaran ada dua macam rencana pembelajaran yang berbeda, perbedaan ini menurut analisa penulis berdasarkan pada tingkat keterampilan siswa trutama skill dikecabangan dan pemahaman scara kognitif. Jika dalam metzler plaksanaan tacikal game menggunakan krangka: 1 game 2 sesi pertanuyaan 3 teach(sesi latihan) 4 game(aplikasi teach ke aplikasi pemecahan masalah game)



Tahap pembelajaran menurut metzler ini kelihatanya scara oprasional lebih mudah dilaksanakan ,bagian kedua yang tidak kalah penting adalah sesi pertanyaan. Pertanyaan dan bagaimana bertanya merupakan kunci dari berjalanya model pembelajaran ini. Mengembangkan pertanyaan yang efektif dalam TGFU Pendekatan TGFU untuk memahamkan agar siswa memahami kebutuhan ketrampilan tertentu dalam stuasi game tertentu, sehingga berdasarkan kesadaran pemahaman terhadap game adalah pemikiran yang akirnya membutuhkan tehnik Agar pertanyaan pertanyaan ini menjadi efektif dibuthkan perencanaan yang efektif dan hasil yang kusus yang diharapkan oleh guru dari siswa. Pertanyaan pertanyaan disusun pada setiap daftar dari bagian bagianyang telah didaftar Prosedur berikut dapat dipergunakan sbagai dasar untuk menyusun pertanyaan yang efektif menurut phil pearson,paul webb(2008)



1 jenis permainan. Prinsip dari pengelompokan game tersebut serta prinsip bermain bertahan dan menyerang 2 komponen apa saja yang terpenting dari olahraga tersebut Analisis komponen dari setiap game (target,invasion,net/wall, tetiorial game yang dapat dijadikan dasar untuk menganalisa kebutuhan agar dapat dalam proses pembelajaran efektif 3 penempatan analisis bagian bagian dalam olahraga pada sub bagian dalam olahraga Contohnya dalam game sepak bola 4 daftar beberapa permainan yang dapat digunakan untuk mengembangkan setiap bagian atau kombinasi dari setiap sup bagian dalam game 5 dalam setiap bagian daftar pertanyaan apa yang akan dikemabangkan dalam olahraga. Sebagian contoh pertanyaan ada empat jenis recal,convergent,divegent,dan value Contoh 1.:kemana seharusnya padangan mata ketika menggiring bola ? 2.Mengapa kamu harus berdiri di antara dua lawan basket dengan cara apa kamu memulai fast break untuk mencuri 3.perilaku dan pendapat seperti bagaimna kamu bersaksi Penggunaan pertanyaan sepeti(apa?kemana?bagaimana?kapan?mengapa? dengansiapa?merupakan kunci dan alat untuk melaksanakan TGFU Bagian-bagian ini di tentukan dengan manganalisi semua keterampilan taktik dan karateristik siswa.dalam pelaksanaan bertanya di lapangan kejdianya tidak akan sama persis dengan yang di rencanakan .hal ini mengingat dalam aktifitas jasmani kejadian di luar dugaan akan terjadi pertanyaan yang baik merypakan pertanyaan yang rill berdasarkna kejadian yang sebenarnya meskipun kejadian hal-hal kemungkinan akan terjadi harus di siapkan h.pembagian game pembagian permainan olahraga ini telah dikelompokkan.pengelompokan ini bedasarkan pada pembagian manajemen tubuh,keterampilan gerak,peralatan yang dibutuhkan.dapat dikatakan juga pembagian gameii scara berurutan merupakan tingkatan dari tingkat kesulitan paling mudah sampe paling sulit.sehingga pembagian game ini scara berurutan adalah target,field,net dan invation game. Brdasarkan pada pembagian game tersebut diharapkan pembelajaran dari game yang mudah sampe yang tersulit.pada kenyataanya dalam pembagian game tersebut masih terdapat bagian



taktik bertahan dan menyerang.dalam pembagian tersebut masih di pecah peecah lagi kedalam taktik yag lebih kecil berdasarkan tingkatan (level)masing masing kecabangan



BAB II A. Hal yang diutamakan dalam proses belajar mengajar Dalam model tactical ini hal yang diutamakan adalah bagaimana siswa memecahkan permasalahan taktik yang disusun. Dalam memecahkan permasalahan ini siswa harus berfikir secara bersama-sama. Ketika siswa telah melaksanakan diskusi dan memecahkan masalah guru menganalisa dan menentukan apakah permasalahan dapat ditingkatkan atau masih harus memecahkan permasalahan yang baru saja diberikan.



B. Syarat pengetahuan guru terhadap game yang dipergunakan Berkaitan dengan pengetahuan taktik dan teknik guru harus menguasai dan dapat menganalisa kebutuhan latihan apa yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan dalam game secara kontektual. C. Tanggung jawab guru dalam kontek taktical game. Hal ini berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh guru tentang beberapa hal. Dalam hal ini metzler menunjuk ada tujuh (7) hal yang menjadi tanggung jawab guru: 1. membuka kelas 2. presentasi tugas 3. memulai dengan permasalahan taktik 4. memecahkan permasalahan taktik 5. berhubungan dengan peralatan 6. struktur tugas 7. penilaian Sesuai dengan tujuan utama adalah permasalahan taktik. Maka memulai setiap pembelajaran dengan permasalahan taktik. Permasalahan ini harus selalau dipertimbangkan tingkat kemampuan siswa agar dapat menyelesaikan. Sehingga pengetahuan terhadap tingkat pemahaman taktik. D. perkembangan TGFU



Pada bagian perkembangan ini menjelaskan sebagai berikut. 1. permainan. Disajikan yang semua siswa dapat memainkan permainan, tiap anak untuk berpartisipasi, dengan memodifikasi beberapa hal seperti peraturan, peralatan,area permainan, dan besarnya kelompok. 2. apresiasi permainan. Siswa belajar untuk memahai dan mematuhi kebutuhan dan peraturan yang telah disusun, mengimplementasikan, dan memahami peraturan tersebut. 3. kedasaran taktik. Siswa diharapkan memahami permasalahan dalam permainan dan berusaha memecahkan masalah yang telah dimainkan. 4. pengambilan keputusan. Siswa belajar untuk membuat keputusan sesuai denga tingkat pemahaman dengan dipandu oleh pertanyaan guru. Yang akan mengindentikasi permasalahan taktik dan keterampilan yang dibutuhkan seperti bagaimana mengantisipasi lawan, bagaimana membantu teman-team, bagiamana mengimplementasikan skill yang telah dipilih. 5. eksekusi keterampilan. Siswa termotivasi untuk mempelajari keterampilan karena mereka dibelajarkan dalam konteks dan berlatih setelah permainan dimainkan. Keterampilan tersebut kemudian meningkatkan penampilan bermain dan membantu siswa dalam mengimplementasikan strategi terpilih. 6. penampilan. Dengan siklus ini diharapkan siswa penampilannya meningkat sesuai dengan jalannya siklus berulang. Mengembangkan pertanyaan yang efektif dalam TGFU Pendekatan TGFU yang memahamkan agar siswa memahami kebutuhan keterampilan tertentu dalam situasi game tertentu, sehingga berdasarkan kesadaran dan pemahaman terhadap game adalah pemikiran yang akhirnya membutuhkan teknik, cue, skill. Agar pertanyaan-pertanyaan ini menjadi lebih efektif dibutuhkan perencanaan dan hasil yang khusus yang diharapkan oleh guru dan siswa. Prosesnya termasuk didalamnya menganalisa jenis dari (game-invasion, striking/fielding, net/court, target). D. Dasar Selama bertahun-tahun pembelajaran teknik dengan latihan yang terfokus sangat merata dipergunakan hampir semua guru pendidikan jasmani. Persepsi awal adalah bahwa dengan penguasahan teknik yang baik maka siswa akan lebih mudah untuk bermain. Ketika pelajaran permainan sepak bola misalnya, siswa akan diajarkan bagaimana menendang, mengontrol bola, menggiring bola dengan berbagai variasinya. Setiap model lahir berpijak pada teori belajar sebagai pondasi model pembelajaran. TGFU lahir dari teori kognisi. Model ini berisi pembelajaran konstruktif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dalam konteks gerak. Kontek gerak yang dimaksudkan adalah bagaimana melaksanakan keterampilan gerak dalam memecahkan permasalahan taktik yang disusun oleh guru.



Guru meyediakan permasalahan taktik kepada siswa dalam bentuk permainan dan siswa terlibat dalam pengambilan keputusan. Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sementara guru menjadi fasilator. Dengan melalui pembelajaran dengan permainan, siswa akan berpikir secara taktik, membuat keputusan dan memecahkan pemersalahan permainan dengan taman sebaya dalam setting pembelajaran.



E. Hal yang diutamakan dalam proses belajar mengajar Dalam model tactical ini hal yang utumakan adalah bagaimana siswa memecahkan permasalahan taktik yang disusun. Dalam memecahkan permasalahan siswa harus berpikir secara bersama-sama. Guru memberikan permasalahan dengan berbagai peraturan dan hasil akhir yang harus dicapai. Permasalahan ini disampaikan sampai siswa mengerti titik permasalahan yang harus dipecahkan. Ketika siswa telah melaksakan diskusi dan memecahkan masalah guru menganalisis dan menentukan apakah permasalahan dapat ditingkatkan atau masih harus memecahkan permasalahan yang baru saja diberikan. Dalam pelaksanaan game, guru mengamati keterlaksanaan permainan apakah berjalan lancar, atau cepat berakhir. Ketika cepat berakhir maka dibutuhkan modifikasi lain seperti penambahan anggota salah satu team atau pengurangan tergabtung dari kebutuhan. Jika team penjaga yang kewalahan maka penjaga dapat peyerang atau membawa bola tambahan. F. Syarat pengetahuan guru terhadap game yang dipergunakan Melihat sejarah awal pengembangan model ini adalah untuk mengembangkan metode berlatih melatih sepak bola. Maka diharapkan guru setiidaknya menguasai kecabangan yang dipergunakan dalam pembelajaran. Dalam upaya agar siswa dapat menggunakan model ini maka guru disamping menguasi olahraga sebagai induk kedua harus memahami impelementasi latihan sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan anak. Sehingga pembelajaran buku sekedar melaksanakan apa yang telah direncanakan tetapi lebih pada bagaimana memperbaiki kinerja siswa agar meningkat. Berdasarkan pada skenario diatas maka dibutuhkan kemampuan guru untuk mengamati beberapa hal yang berhubungan dengan kemampuan siswa, keterampilan motorik yang telah dikuasai, repom kognitif dan penampilan dalam permainan sebagai respon tingkat kepahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan keterampilan mengajar mulai dari perencanaan mendisain permainan, menetukan level pemahaman taktik, menentukan keterampilan yang harus diajarkan, bagaimana meyusun pertayaan, pengamatan untuk melihat pemahaman siswa ataupun observasi.



BAB III VARIASI TGFU Ada beberapa variasi yang telah dikembangkan berkaitan dengan model pembelajaran TGFU. Beberapa variasi ini oleh pengembangan tetap menginduk pada model TGfu yang asli. Yang menjadi perbedaan adalah beberapa padadanya latihan teknik atau tidak,guru yang merancang atau dirancang oleh siswa atau dirancang bersama-sama. Beberapa variasi tersebut adalah sebagai berikut a. Game sense (Richard light) Varian ini menekankan pada game sebagai focus pembelajaran. Game selalu dipresentasikan, modifikasi ditekankan pada peraturan menekankan masalah taktik yang spesifik (lingkungan yang panjang dan sempit, tujuan yang sempit atau luas). Fungsi guru atau pelatih menjadi fasitator dan kerator situasi permasalahan taktik. Teknik bertanya dalam varian ini adalah menyangkut : waktu (kapan kamu akan.. ?, space/ruang (kemana seharusnya ….? Risk/resiko/pilihan (apa yang harus dilakukan, apa saja pilihannya jika…?) Jenis varian ini dikembangkan disingapore. Guru menggunakan beberapa permainan yang konstruktuf dan dikemas dalam konsep konsep permainan agar siswa mengetahui bagaimana seharusnya bermain. b. Tactical game approach Merupakan varian dari TGFU yang menitik beratkan pada pemahaman taktik dalam olahraga dengan mengunakan kerangka taktik dalam permainan olahraga. Hal berikutnya dengan melihat level /tingkat perkembangan latihan yang seharusnya menurut umur ataupun tingkat keterampilan. Beberapa factor yang harus dijadikan talahaan dalam pendekatan taktik dan strategi (level) yang berkaitan dengan bertahan dan penyerangan serta bagaimana membuat skor ? berikutnya siswa berada pada level (tingkatan) keterampilan (skill), pemahaman (kognitif), pengalaman siswa yang dikerjakan. Play practice (launder,2001) Mengemukakan bahwa kinerja dalam permainan merupakan hasil dari kemampuan taktik dan game sense. Sehingga dirumuskan play practice=games sense+tecqnique. Game sense menggunakan permasalaahan taktik dan strategi dan bagaimana menyelesaikannya. Hal kedua dalam game sense pengambilan keputusan dengan dan tanpa bola menjadi perhatian. Dalam play practice ada istilah transfer of training (progressivepractice) hal ini dimaksudkan bahwa pembelajaran dilakukan adalah dengan pemberian game yang secara progresif makin sulit. Play practice pada dasarnya sama dengan tgfu, ide dasarnya adalah memulai perjalanan dengan memberikan kesempatan siswa untuk bermain dan menimati olahraga dengan modifikasi. Sementara itu membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dipergunakan untuk ke olahraga yang seharusnya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkakan kinerja dalam melaksanakan permainan



dan meningkatkan kesenangan partisipasi dalam permainan yang bermaksud dapat dilanjutkan menjadi gaya hidup aktif. Pada prinsipnyaplay practice disusun oleh orang dewasa atau anak-anak karena keterbatasan peralatan,tempat,pemain dan tidak adanya pelatih atau ofisial sehingga memberikan kempatan pengalaman untuk mencoba teknik dan gerakan baru.



c. Tactical decision learning model (grahaigne,Godbout & bouthier 2001) Focus pada ekplorasi pada game mini dari olahraga beregu. Sehingga pembelajaran ini lebih memfokuskan pada penyusunan atau pembuatan /revisi mini game sebagai pengantar untuk ke game olahraga yang sebenarnya. Dengan format pembelajarn ini maka siswa dihadapkan pada permasalahaan bagaimana bermain untuk menciptakan game yang baru, sehingga tujuan utama dalam pembelajaran ini secara dominan adalah kognitif,efektif baru psikomotor.



BAB IV FRAMEWORK BEBERAPA OLAHRAGA Untuk menganalisis pertanyaan dalam pembelajaran TGFU dibutuhkan kerangka bertanya Grifin memberikan dua dasar pertanyaan :a) permasalahan apa saja yang ketika akan mencetak skor,mencegah mencetak skor,dan memulai kembali permainan b) gerak apa saja yang dibutuhkan ketika dengan bola dan tidak dengan bola? Analisa terhadap permasalahan dalam kecabangan olahraga sangat dibutuhkan agar perencanaanpembelajaran dapat dilakukan dengan mudah .tingkatan kesulitan setiap umur juga menjadi pertimbangan ,ini akan menghindarkan dari kesalahan latihan yang seharusnya untuk orang dewasa diterapkan kepada anak-anak .dalam pemaparan berikut akan disajikan dalam bentuk tabel Framwork beberapa kecabang olahraga yang biasa dipergunakan melalui pendidikan. Hal yg perlu diperhatikan kembali adalah adanya kiraki game yang terdiri dari atas tiga tingkatan jenis game.organisasi rendah(lower-organization),lead-up dan formal.  Lower organization yaitu keterampilan gerak dasar (berlari,berhenti,keseimbangan),kerampilan yang menggunakan peralatan melempar ,memukul,menerima,menangkap membawa mendrible.  Lead up yaitu permainan terorganisasi rendah yang berfokus pada berbagai keterampilan plahraga tanpa benar-benar bermain olahraga.  Formal Olahraga yang masuk dalam tabel Framwork olahraga tersebut adalah bola basket ,sepak bola,bola basket ,bola voly ,tenis lapangan ,bulu tangkis ,dan base ball menurut (Thorpe and Bunker,1989,Griffin,Mitchell,&Oslin,1997.) bahwa isi pembelajaran dibagi atas beberapa bagian yang secara progresif meningkat yang berkaitan dengan permasalahan pemahaman taktik dan sesuai dengan penguasaan keterampilan.dengan adanya pembagian ini diharapkan guru pendidikan jasmani dapat memahami hubungan antara keterampilan dasar untuk bermain ,kemudia berdasarkan permainan yg dilakukan dapat mengembangakan keterampilan dan memberikan tantangan kepada siswa untuk bermain.keterampilan di bagi



atas fase-fase dalam gerak dengan dan tanpa bola. Kesadaran taktis merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana menipu pemain bertahan?bagaimana membuat umpan yang cepat .sehingga kesadaran ini dapat dibedakan atas dua kelompok situasi yaitu ketika tanpa bola(berlari,berhenti,mengubah arah,melompat )dan ketika menguasai bola (mengumpan ,menerima ,mengoper,menipu). Olahraga terebut adalah bola basket ,bola voley ,tenis lapangan dan bulu tangkis .bahwa isi pembelajaran dibagi diatas secara progresif meningkatkan yang berkaitan dengan permasalahan pemahaman taktik dan sesuai pembagian ini



penguasaan



keterampilan dengan adanya



diharapkan guru pendidikan jasmani memahami hubungan antara



keterampilan dasar ,dan dapat mengembangankan keterampilan dan memberikan tantangan kepada siswa untuk bermain



BAB V PENYUSUNAN RPP TGFU Pedoman untuk memulai TGFU a. Berfikirlah kecil. Hal ini dimaksudkan mulai dengan pilihan pada pembagian kelompok agar bekerja sama. b. Pilihlah olahraga yang disenangi. Hal ini akan mempermudah terhadap modal awal pengetahuan siswa. c. Buat game- mu sendiri. Dalam framework telah disediakan apa yang dibutuhkan untuk memulai pembelajaran. Hal yang penting dalam hal ini adalah dengan : a). Kenali game apa yang akan dipergunakan, b). Permasalahan taktik apa yang akan diberikan, apakah bertahan, menyerang (membuat skor, penguasaan), dan c). Memisahkan latihan dengan bola atau tanpa bola. d. Lakukan latihan game secara bertahap. Mulai kelas dengan game atau bentuk game. Kemudian latihan untuk memecahkan permasalahan taktik, simpulkan pelajaran dengan bentuk game. e. Berfikir seperti dalam pemain sebenarnya. Berikan pembelajaran taktik sesuai dengan irama dan tempo sama seperti dalam permainan sebenarnya. f. Diskusi dengan pihak lain. Pihak luar yang lebih menguasai kecabangan yang akan dipergunakan akan lebih baik sebagai tukar pendapat permasalahan yang akan digali dalam taktik permainan. Dalam penyusunan rencana pembelajaran ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan agar tidak keluar dari apa yang telah dikemukakan oleh pencetus model pembelajaran ini. Kerangka yang pertama adalah dengan game- teach-game atau play- teachplay. Telah dibahas sebelumnya bahwa game pertama dapat berupa game apersepsi ataupun game yang harus dipecahkan permasalahan taktiknya oleh siswa. Game kedua dapat



mengulang game pertama sebagai jawaban atas permasalahan ataupun game kedua adalah game progresif yang merupakan game dengan peningkatan atau penurunan tingkat kesulitan. Guru pendidikan jasmani kelas atas dapat menggunakan TGFU dalam pembelajaran. TGFU dapat dipergunakan secara parsial sebagai salah satu model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajar, tetapi dapat juga dipergunakan sebagai kurikulum dalam pembelajaran. Sebagai salah satu model yang dipergunakan untuk pembelajaran, model ini dipandang sebagai salah satu variasi yang menjadi pilihan dalam pendidikan jasmani. Ketika menggunakan sebagai kurikulum maka, seluruh pembelajaran dalam pendidikan jasmani dirancang dan dipergunakan model dan pendekatan TGFU. Sebagai salah satu pilihan model pembelajaran akan diberikan beberapa contoh dari beberapa kecabangan olahraga. Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa familier dengan prinsip bermain, strategi, taktik dan jenis game untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dalam kontek sosial. Sehingga pembelajaran ini memiliki beberapa langkah untuk memulainya: Langkah pertama pemilihan game. Telah dibahas bahwa game terbagi atas lower game, lead up game, dan formal game. Formal game terbagi atas (a) invasion games, (b) net/wall games, (c) fielding/runscoring games, and (d) target games. Untuk menyusun rencana pembelajaran harus dilihat game ini untuk siapa, siswa (sekolah dasar, SITP,SMU) sehingga perlu diperhatikan karakteristik siswa. Dalam tulisan ini akan diberikan beberapa kerangka untuk beberapa cabang olahraga dengan beberapa kelas. Langkah kedua bermain game. Salah satu prinsip dalam TGFU adalah modifikasi dan bermain. Modifikasi diperuntukkan agar semua siswa dapat bermain dengan game yang sederhana dan dapat memahami kebutuhan akan taktik dan strategi. Game harus dimainkan dengan jumlah yang sedikit dengan memodifikasi peraturan, atau ukuran lapangan. guru memberikan bimbingan kepada siswa terhadap pengambilan keputusan yang telah dilakukan. Contoh lain dalam permainan sepak bola untuk kelas sekolah dasar. Siswa kelas 2 sekolah dasarketika tidak memiliki pengalaman bermain bola di luar jam sekolah akan mengalami kesulitan menendang bola. Setelah bermain beberapa saat dengan team yang berhadapan guru memiliki pilihan untuk meningkatkan kemampuan menendang siswa dengan latihan drill atau tetap dalam bentuk bermain. Latihan drill dapat dilakukan dengan berpasangan dengan peraturan siswa yang tentu tidak mudah, atau memilih siswa tetap dibagi dua team dan diberi bola minimal setengah jumlah siswa. Lapangan dibagi menjadi dua dan siswa diminta untuk saling menempatkan bola di area lawan dalam kurun waktu tertentu. Dengan cara ini siswa sudah dengan sendirinya akan mencari bola dan saling menendang bola ke lapangan lawan.



Langkah ketiga menciptakan game sendiri



Dalam tahapan ini siswa dibebaskan untuk memilih game-nya sendiri. Dengan membuat peraturan sendiri dan bermain dengan menggunakan peraturan yang telah disepakati. Untuk kali yang pertama guru memberikan contoh bagaimana membuat game. Hal ini akan membebaskan siswa unutk berfikir dan bermain dengan gamenya sendiri, dengan peraturan, jumlah pemain, lama waktu. Proses siswa berfikir membuat game bersama sama setelah bermain game game sebelumnya merupakan proses pemecahan masalah kreatif yang dapat merangsang siswa menjadi semakin memiliki kesadaran yang tinggi terhadap permainan. BAB VI ASESSMENT DALAM TGFU Penilaian dalam TGFU yang harus menjadi penyadaran bersama adalah bukan semata pada bagaimana siswa melakukan teknik tertentu. Penilaian dalam TGFU adalah penilaian kemampuan bermain, sehingga kemampuan bermain merupakan representasi dari keseluruhan pemahaman siswa terhadap penggunaan teknik, taktik dan afektif. Penguasaan siswa terhadap penggunaan teknik merupakan hasil dari proses berfikir secara kognitif dan kemudian dilihat dalam unjuk kerja mengkoordinasikan tubuh untuk melakukan gerakan. Hasil akhir dari GPAI dapat dipresentasikan dalam bentuk laporan statistik, akan tetapi penilaian ini bukanlah penentu merata tingkat pemahaman siswa. Hal yang terpenting dalam penilaian ini adalah untuk memberikan gambaran kemampuan bermain anak dan bukan untuk memfonis siswa seperti dalam evaluasi belajar. Ketika guru pendidikan jasmani menginginkan untuk melakukan pengamatan lebih teliti maka pengembangan instrumen dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat melihat lebih terperinci apa yang telah dilakukan siswa.misalnya untuk pergunaan keterampilan masih terbagi lagi posisi pemain, melakukan tendangan, operan, takling, bertahan zone, bertahan man to man, lemparan kedalam, berapa kali penyerang melakukan sprint, pemain bertahan overlap kedepan atau sebaliknya a. GPAI bola volley Category – criteria for Appropriate/efficient rating: 1. Kriteria pembuatan keputusan : Pemain berusaha menempatkan bola ketempat yang tidak terjadi Pemain berusaha untuk menempatkan bola untuk membuat skor jika memungkinkan 2. Motor-skill execution criteria: Menerima kontrol bol untuk proses selanjutnya Menempatkan bola dekat dengan sasaran. Menempatkan bola dekat dengan net sehingga berkesempatan membuat angka 3. Kriteria memberikan dukungan: Pemain menempatkan diri untuk memberikan dukungan kepada teman yang membawa bola dengan bergerak ketempat yang cocok untuk menerima bola



BAB III PEMBAHASAN A. Keunggulan Buku Pada buku Dr. Adang Suherman M.A., materi yang dibahas dalam buku sesuai dengan yang tertera dibagian daftar isi, pembahasannya juga relevan dengan judul materi. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan sudah menggunakan bahasa indonesia yang disempurnakan. Sehingga pembaca lebih memahami isi buku dan pembahasannya dibahas dengan satu-persatu dan pembaca juga bisa memilah-milah satu persatu dari materi tersebut, susunan kata ataupun kalimatnya sudah cukup rapi, memiliki rangkuman di setiap bab nya memudahkan si pembaca untuk mengatahui inti dari bab tersebut dan nyaman dilihat sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Sedangkan pada buku Y. Touvani Juni Samodra S.Pd, M.Pd, buku ini menjelaskan proseses tentang belajar, model pembelajaran, tujuan pembelajaran. Buku ini juga menampilkan tabel-tabel dalam pembahasannya sehingga mempermudah penjelasan dalam isi buku. Dan juga buku ini memiliki bahasa yang mudah dipahami dan sudah menggunakan bahasa indonesia yang disempurkan. Jadi kedua buku ini bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman untuk menambah pengetahuan dalam pendidikan olahraga. Kedua buku ini juga bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan disemester selanjutnya.



B. Kelemahan Buku Pada buku Dr. Adang Suherman, M.A., tidak memiliki cover yang menarik dalam setiap pembuatan buku seharsunya memiliki cover yang menarik agar si pembaca tertarik untuk membaca buku tersebut. Pembahasanny memang di bahas satu-persatu, akan tetapi terlalu bertele-tele dalam menjelaskan isi buku sehingga terkadang membingungkan pembaca dan memiliki tabel yang sulit di mengerti oleh si pembaca.ukuran buku pertama ini limayan besar, tebal dan berat sehingga kurang praktis untuk di bawa kemana-mana. Sedangkan pada buku Y. Touvani Juni Samodra S.Pd, M.Pd, buku ini kurang menarik minat pembaca karena pembahasan dalam buku hanya menjelaskan secara luas dan kurang mencantumkan contoh- contoh yang nyata dalam dunia paedagogi. Dan dilihat dari segi



kualitas, buku ini kurang memadai karena buku ini sangat mudah rusak dan perancang kurang rapi dalam menata buku. Jadi, penulis berharap dari kedua buku yang sudah dikritik penulis buku ataupun perancang buku agar lebih meningkatkan kualitas dan memperluas pembahasan dalam buku serta mencantumkan berbagai macam contoh-contoh yang terkait dengan materi. Sehingga dengan itu pembaca lebih tertarik untuk membaca buku dan nyaman memakainya.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kedua buku yang sudah di kritik memiliki keunggulan dalam hal isi materi yang dibahas sesuai dengan yang tertera dibagian daftar isi, pembahasannya juga relevan dengan judul materi. Bahasa yang digunakan juga sama-sama mudah untuk dipahami oleh pembaca dan sudah menggunakan bahasa indonesia yang disempurkan. Sehingga pembaca lebih memahami isi buku. Kedua buku ini bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman untuk menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan olahraga. Kedua buku ini juga bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan disemester selanjutnya.



B. Saran Didalam dua buku yang telah saya kritik ini saya berharap dalam percetakan buku selanjutnya lebih baik dan materi yang digunakan lebih mendalam, agar pembaca mudah mengerti dan pengetahuan yang didapat lebih banyak lagi.