Cerpen Karma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARMA Aguste dan Renatei merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suatu hari ketika keluarga Renatei jatuh miskin, Aguste pun tak ingin lagi bersahabat dengan Renatei. Suatu siang ketika Renatei, Aguste, Inoel, Yuni dan Hadisan sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Renatei dengan berat hati mengatakan kepada Aguste untuk membantunya. Karena menurutnya Aguste lah yang bisa menolongnya dan Aguste merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Aguste balik menghina Renatei. “Aguste, bisakah kau menolong ku sedikit saja?”, ucap Renatei “Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?” jawab Aguste dengan nada yang sedikit ketus. “Kenapa dengan mu Aguste? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?”, Renatei kembali mencoba membujuk sahabatnya tersebut. Namun sepertinya sang sahabat benar-benar telah berubah. Ia bahkan dengan terang-terangan mengatakan sesuatu yang sangat melukai. “Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.”, ucap Aguste dengan kasar Pada saat yang genting tersebut teman lain mencoba melerai sebuah pertengkaran yang mungkin saja akan terjadi di antara mereka. “Kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu??” ucap Inoel. Renatei mencoba menengkan suasana dengan mengatakan bahwa mereka baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun yang perlu di ributkan. “Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Aguste?”, lanjut Renatei. “Baik-baik saja? Gini ya Noel, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.” Ucap Aguste dengan lebih tak sopan. Mendengar apa



yang telah di katakan olah sahabatnya tersebut, tak pelak dan tak perlu waktu yang lama, Renatei pun pergi karena mendengar perkataan Aguste seperti itu. “Jangan begitu Aguste. Bukannya kau dan Renatei memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Renatei dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.”, Inoel mencoba memberikan nasehat kepada temannya itu. Ia tidak ingin sama sekali persahabatan mereka semua hancur gara-gara ulah yang tidak benar tersebut. Bukan hanya Inoel yang menasehati Aguste, Hadisan juga membenarkan apa yang telah dikatakan oleh Inoel. “Betul itu kata Noel. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.” Lanjut Hadisan. Seperti tidak ada reaksi apapu, Aguste masih tetap diam mendapati nasehat dari kedua rekannya tadi. Ini jelas sekali membuat Yuni lebih geram dari Biasanya. Ia yang biasanya pendiam pun ikut berbicara di tengah kejadian tersebut. “Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?”, bentak Yuni. Bukannya sadar, Aguste malah melakukan hal yang sama terhadap mereka. Entah apa sebenarnya yang sedang ada dalam pikirannya saat itu. Dengan begitu kasarnya ia membantah semua nasehat yang secara tulus telah diberikan. Malang, Aguste seperti sedang di kuasai roh jahat. “Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.” Baca juga cerpen singkat pendidikan benci geografi Hadisan mencoba mengingatkan apa yang sebenarnya mereka katakan. “Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kita dan Renatei berakhir seperti ini.” Ucapnya dengan nada sedikit lembut. Bukannya mereda, Aguste tetap berkelakuan bak sedang dirasuki setan. Aguste pun langsung pulang meninggalkan mereka semua.



“Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Renatei. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Renatei ketika ada masalah?” ucap Yuni ketika sahabatnya tersebut telah menjauh pergi. “Ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Aguste hanya mau berteman dengan orang yang Kaya.” Inoel pun ikut menimpali perkataan temannya tadi. Ya, bukan hanya merka yang heran, Hadisan pun merasakan hal yang aneh dengan tingkah dan kelakuan temannya tersebut. Yuni, Hadisan dan Inoel akhirnya beranjak. Keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Renatei. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Renatei di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas. “Hey bukannya itu Renatei?” ucap Inoel kepada rekannya. “Ia benar itu Renatei. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.” Jawab Hadisan singkat. Percakapan mereka pun berlanjut, bagaimana tidak, ini adalah sesuatu yang sangat menarik perhatian mereka. “Ia benar. (Inoel pun langsung menarik Aguste yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?” ucap Inoel. Aguste menjawab dengan nada yang sangat menyakitkan, menyindir, mengolok seperti tak pernah mengenalnya sebelumnya. “Haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin” ucapnya keras. Yuni : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia. Inoel : Renatei, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini? Renatei : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat. Aguste : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian pekerjaan orang miskin.



Hadisan : sudahlah Aguste, begitu-begitu Renatei itu sahabatmu. Inoel : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Renatei? Renatei : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup. Yuni : Mulia betul hati mu sobat. Aguste : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia. Renatei : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Aguste. (Renatei pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk) Inoel : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Aguste, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Renatei rasakan sekarang. Yuni dan Hadisan : Betul itu. Aguste : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha...sambil tertawa Aguste pun jalan meninggalkan mereka bertiga Yuni : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.



Inoel : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita "Ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Renatei." jawab Hadisan. Mereka bertiga akhirnya melanjutkan perjalanan ke sekolah. Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Renatei. Dan ketika semuanya telah terjadi, Aguste pun merasakan apa yang dulu Renatei rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Aguste tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Renatei.