CERPEN: Zombie Apocalypse [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Permintaan Yang Terburuk By : Havidz



Perkenalkan namaku Randi , aku adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Aku masih kelas 2 SMK. Tepatnya di salah satu SMK yang cukup terkenal di Surakarta. Kedua orangtuaku tinggal di Bandung bersama dengan kedua saudaraku. Dan aku memilih nge-kost di Surakarta karena ingin melanjutkan pendidikan disini. Yah, aku dan keluargaku memang hidup terpisah. Jadi aku sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri. ***** “Kring..kring” ada telepon dari keluargaku. Mereka menanyakan kabarku dan menanyakan bagaimana study ku disini. Seluruh anggota keluarga berebut untuk berbicara kepadaku lewat telepon. Hahaha, sungguh bahagia rasanya mempunyai keluarga yang sangat perhatian kepadaku. “Oiya nak, kami sekeluarga besok akan menjenguk mu. Ayah dan ibu kangen kepadamu. Apalagi adikmu itu yang sudah rewel minta ketemu kakak nya. Kami kesana naik pesawat sekitar jam 12 siang” Begitulah kata ibuku dalam telepon dan aku berjanji akan menjemputnya di bandara besok sepulang sekolah . Setelah telepon ditutup aku bergegas mandi dan berangkat ke sekolah. Saat aku berangkat ke sekolah aku bertemu dengan seorang kakek-kakek. Kakek itu memakai tongkat untuk berjalan dan mengenakan baju yang compang-camping. Kakek itu lalu menghampiriku dan mengatakan “Apa yang kau mau nak?” tanya kakek itu. “Seru juga kalau semua orang di kota ini berubah menjadi zombie.” Aku meminta pemintaan itu dengan maksud bercanda dan sedikit tertawa. “Baiklah, tunggulah keesokan hari dan apa yang akan terjadi.” Sebelum aku menanyakan pada kakek itu apa maksud dari kata-katanya barusan, dia sudah hilang entah kemana. Saat sampai di kost aku langsung tidur karena kecapekan disuruh membantu untuk persiapan HUT SMK ku yang ke-56. Keesokan harinya aku terbangun jam 06.30. Tepat setengah jam sebelum bel sekolah berbunyi. Aku langsung bergegas memakai baju dan langsung memanasi motor. Setelah memastikan semua pintu rumah terkunci, aku langsung berangkat. Aku baru tersadar “Badalah , aku rung adus” Langsung kuambil minyak wangi di rak meja dan kusemprotkan ke tubuhku secara membabi-buta. Alhasil aku keluar rumah dengan menyebarkan bau setaman. Saat perjalanan ke sekolahanku, aku melihat sesuatu yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Kecelakaan dan kericuhan dimana-mana. Banyak orang yang tergeletak di jalan, diantara nya ada yang masih hidup dan merintih kesakitan. Ada yang otak dan usus nya sudah berceceran di jalanan. Aku langsung tancap gas tanpa memedulikan orang-orang itu. Entah apa yang kupikirkan, dengan teganya meninggalkan orang-orang yang kecelakaan itu. Saat aku melihat spion, aku kaget bahwa orang yang otak dan ususnya berceceran tadi mengejarku seperti seekor harimau yang kelaparan. Dengan rasa ketakutan, aku langsung



tancap gas tanpa memedulikan yang ada didepanku. Dan “Braaak” aku menabrak sebuah tiang listrik “Sopo iki sing ndekek tiang listrik ning kene. Nyusahi uwong wae.” Gumamku sambil menahan sakit. Aku terjatuh dari motor dan orang-orang tadi masih mengejarku dengan air liur yang menetes dan langkah kaki yang sangat cepat. Aku langsung berlari mencari tempat untuk bersembunyi. Untungnya, aku menemukan sebuah minimarket. Tanpa pikir panjang aku langsung mendobraknya dan bersembunyi disana untuk sementara waktu. “Fiuh, akhirnya aku bisa sedikit lega. Apa itu tadi? Orang itu tanpa pikir panjang mulai menghabisi orang-orang di sekitarnya yang masih hidup.” Lalu aku teringat kata-kata kakek itu kemarin bahwa keinginanku akan terwujud. Jadi ini maksudnya. “Ahh, kakek sialan. Siapakah dia ? Bagaimana dia bisa mengabulkan permintaan bodohku itu dan menyebabkan kekacauan seperti ini?”. “Krauk...krauk” Aku mendengar suara seseorang yang sedang makan. Aku mencoba menghampirinya berniat untuk meminta sedikit makanan nya. Aku terkejut bahwa orang itu sedang memakan manusia yang telah dibunuhnya. “Klontang...” Aku menyenggol sebuah kaleng soda, sehingga orang itu menyadari bahwa ada orang selain dirinya di minimarket itu. Dia lalu mengejarku seakan-akan ingin menjadikanku santapan keduanya. Aku spontan mengambil pisau dan menusuk jantung orang itu. Darahnya muncrat kemana-mana hingga membasahi seluruh wajah dan bajuku. Orang itu berteriak kesakitan hingga akhirnya mati kehabisan darah. “Ah ternyata begini ya, rasa nya membunuh zombie.” Tanganku tidak henti-henti nya gemetaran. Aku lalu merebahkan badan di salah satu dinding minimarket untuk mengistirahatkan mental dan fisik ku. Tanpa kusadari aku tertidur karena kelelahan. Di dalam mimpi aku bertemu dengan seorang kakek-kakek yang tidak asing bagiku, Ya, itulah kakek aneh yang kutemui saat pulang sekolah kemarin. “Hahaha, apakah kau senang nak? Bahwa permintaan mu sudah terkabul ? “ kata kakek itu.“ Kembalikan semua seperti semula kakek sialan. Aku cuman bercanda waktu itu.” Kataku. “Hahaha, bercanda ? Mulut mu harimau mu nak. Waktu sudah tidak bisa diputar kembali. Sekarang nikmatilah permintaan bodohmu itu.” Aku terbangun dengan keringat bercucuran “Ahhh sial,sial,sial. Betapa bodohnya aku. Aku mengira bahwa membunuh zombie adalah hal yang menyenangkan. Kenyataan nya sangat mengerikan dan jauh dari kata menyenangkan.” Aku mencoba mengintip keluar lewat jendela minimarket , terlihat banyak sekali orang yang sudah menjadi seperti mayat hidup. “Ah, masihkah ada orang yang masih hidup selain aku?” lalu aku teringat kedua adikku dan kedua orang tuaku. “Seharusnya ini menjadi momen menyenangkan dimana seluruh keluargaku berkumpul di kost ku, kenapa malah jadi seperti ini?” Aku sangat menyesal meminta permintaan bodoh kepada kakek itu. Aku lalu mencoba meneguhkan hatiku “Tidak ada gunanya terus menyesali masa lalu, aku harus bertahan hidup disini sampai menemukan tempat pengungsian”. Yah, aku masih terjebak di minimarket ini ditemani dengan aroma busuk zombie yang aku bunuh tadi. Aku mencoba menutupi mayat zombie tadi dengan kain handuk yang ada di minimarket.“Kruk” perutku berbunyi dan aku mengambil beberapa buah roti di rak minimarket. Aku menyantap roti itu ditemani dengan bau busuk yang masih sedikit tercium.



Aku meraih radio yang ada di rak minimarket dan menyalakan nya untuk sedikit mengusir kesedihanku. “Srrrtt.. Kepada seluruh warga kota yang masih selamat, segera menuju ke shelter kota bagian barat untuk evakuasi dan pendataan warga yang selamat.” Berita radio tadi seakan memberiku secercah harapan. Aku langsung mengemasi barangku dan menuju ke shelter barat yang untungnya tidak jauh dari minimarket yang aku tempati . Aku mencoba memberanikan diriku untuk keluar dan menghadapi para zombie itu. Aku keluar minimarket dengan mengendap-endap laksana tentara yang sedang bergerilya. Aku pernah melihat sebuah film, zombie itu sangat peka terhadap suara, dimana ada suara dia akan mendatanginya. Aku lalu mendapatkan sebuah ide. “Traangg..” kulempar batu ke tong sampah yang agak jauh dariku dan benar saja para zombie itu berlari mendatangi tong sampah itu. Kesempatan itu kugunakan untuk berlari secepat mungkin menuju shelter kota bagian barat. “Tolong..tolong aku, akhh” aku mendengar suara teriakan seorang wanita. Wanita itu sedang berjuang sendirian untuk menghalau serangan zombie yang ada di depannya. “Persetan dengan cewek itu , aku tak mau menjadi santapan zombie hidup-hidup.” Aku lalu meninggalkan cewek itu dan tidak mempedulikan nya. “Yah, mungkin rasa kemanusiaanku sudah hilang. Aku yang sekarang mungkin sudah mirip binatang, ah tidak, bahkan binatang masih lebih baik dariku. Biarlah yang penting aku selamat.” Gumamku. Akhirnya aku sampai di shelter kota bagian barat, waktu saat itu menunjukan pukul 7 malam. “Aneh, tidak ada seorang pun disini. Petugas yang berjaga pun sudah tidak ada.” Lalu aku melihat mayat beberapa orang yang tergeletak di lantai. “Ada apa ini ? Kenapa banyak sekali mayat disini? Apakah daerah ini sudah terkena wabah zombie ? ”. Aku lalu mencoba mengecek mayat nya satu per satu, barang kali ada sesuatu petunjuk yang bisa aku dapatkan. Dalam samar-samar aku melihat sesosok wanita yang tak asing bagiku. Kucoba kusoroti bagian wajahnya menggunakan senter. “Ahh ibuu...”. Aku berteriak dan memanggil ibuku. Lalu ibuku memandangku dengan tatapan yang tajam. Satu hal yang belum kusadari, ibuku sudah berubah menjadi zombie. Ibuku berlari kearahku tapi bukan dengan tatapan kerinduan tetapi tatapan untuk membunuhku. “Ibuu, ada apa denganmu? Apa yang terjadi denganmu bu? Ini anakmu sendiri, Randi ! Apakah kau tak ingat akan anakmu sendiri? Apakah kau tidak ingat kenangan kita sebagai keluarga” tanpa kusadari air mataku mulai menetes saat mengatakan itu. “Argghh..” Ibuku yang sudah menjadi zombie itu menyerangku tanpa pikir panjang. Aku mencoba memberikan perlawanan namun tak bisa. Ketika aku melakukan perlawanan , aku selalu terbayang-bayang ibuku dulu yang penuh perhatian dan kasih sayang kepadaku. Ibuku menggigit leherku dan mulai menyerangku. Aku pasrah “Ahh jadi begini akhir hidupku, mungkin ini karma bagiku. Aku sayang padamu ibu. Terimakasih untuk selama ini.” kataku sambil memeluk erat ibuku yang sudah berubah menjadi zombie. TAMAT.