CJR Geografi  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL JURNAL REVIEW CRITICAL JURNAL RIVIEW MK. Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI SKOR NILAI :



NAMA



: Elinawati Ritonga



NIM



: 3183331034



KELAS



: C Stambuk 2018



DOSEN PENGAMPU



: Drs. Mbina Pinem, M.Si.



MATA KULIAH



: Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik



JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT tuhan yang maha esa karena dengan rahmad dan karunianya penulis dapat menyelesaikan critical jurnal review ini dengan baik, penulis juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si. sebagai dosen pengampu untuk mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik. Yang memberikan tugas critical jurnal review ini kepada kami. penulis berharap critical jurnal review ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam critical jurnal review ini masih banayak kekurangan, oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang membangun demi perbaikan critical jurnal review yang telah penulis buat di masa yang akan datang. Semoga critical jurnal review ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih.



Medan, April 2020



Elinawati Ritonga



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii



BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang............................................................................................................1 B. Tujuan penulisan CJR...............................................................................................2 C. Manfaat CJR................................................................................................................2



BAB. II RINGKASAN ISI JURNAL A. Identitsa jurnal utama..................................................................................................3 B. Indentitas jurnal pembanding......................................................................................3 C. Ringkasan isi jurnal utama......................................................................................3 D. Ringkasan jurnal pembanding................................................................................6



BAB. III PEMBAHASAN A. Kelebihan kedua jurnal............................................................................................9 B. Kekurangan kedua Jurnal.......................................................................................9



BAB. IV PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................................10 B. Saran..........................................................................................................................11



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12



BAB I PENDAHULUAN A.



latar belakang Penulisan sejarah Asia Tenggara yang dilakukan oleh sejarawan profesional sebenarnya



merupakan bidang kajian yang relatif baru jika dibandingkan dengan, misalnya, kajian sejarah Asia Selatan atau sejarah Asia Timur. Karya pertama tentang sejarah Asia Tenggara, sebagai suatu kajian yang bisa dikatakan lengkap mencakup periode dari masa prasejarah sampai kontemporer, baru muncul pada 1955 melalui buku D.G.E. Hall (1891-1979) A History of South-East Asia. Hall adalah pengajar di SOAS (School of Oriental and African Studies) dan merupakan profesor pertama dalam bidang kajian sejarah Asia Tenggara. kesultanan-kesultanan



Islam



di



kawasan



Nusantara



perlu



didekonstruksi



(deconstructed) yaitu dari sejarah Islam tentang peperangan menjadi sejarah Islam yang relevan dengan isuisu sosial kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. Isuisu seperti kemiskinan, pemberdayaan umat, etos kerja, entrepreneurship, networking (silaturahim) dan pengembalian kejayaan dunia maritim yang pernah dimiliki oleh kesultanan-kesultanan Islam merupakan isu-isu kontemporer yang sangat historis dan masih merupakan masalah yang dihadapi umat Islam di Indonesia dewasa ini dan lebih menarik dikaji dalam proses pembelajaran sejarah di kelas. Dekonstruksi sejarah perang dalam pedagogi sejarah menjadi lebih kontekstual sekaligus sebagai response terhadap tuduhan sebagian kalangan bahwa Islam, termasuk di Indonesia, adalah identik dengan kekerasan bahkan terorisme. Dalam suatu jurnal sudah pasti memiliki beberapa informasi penelitian yang dapat kita pelajari, di dalam tugas kali ini akan dibahas mengenai review jurnal/critical jurnal dalam mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik. Latar belakang dari pemilihan jurnal ini adalah karena ingin mereview jurnal yang menggunakan metode menganalisis suatu negara untuk dijadikan bahan penelitian. Topik yang dibahas pada jurnal ini adalah mengenai Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan tergantung pada setiap bidang yang membutuhkannya. Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik, review jurnal/critical jurnal ini juga dapat meng informasikan kepada kita semua mengenai kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut. Hal yang di review ataupun dikritisi dalam jurnal ini tidak hanya sebatas pada isi pembahasannya saja, tetapi sistematika



penulisan, penyajian, gaya bahasa, kecermatan ejaan, dan aspek perbandingan lainnya. Bahkan, ilustrasi, tata letak pun bisa dikomentari dan dinilai, selain menilai kelebihan dan kekuranganya. B.     Tujuan Penulisan CJR 1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik. 2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan membandingkan serta memberi kritik pada jurnal. 3. Memperkuat pemahaman pembaca terhadap pentingnya mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik dalam kehidupan sehari hari. C.    Manfaat CJR 1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah journal dan mencari sumber bacaan yang relevan. 2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal. 3. Untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara Dan Pasifik.



BAB II RINGKASAN REVIEW JURNAL A. Identitas Jurnal utama 



.Judul



: Perubahan Tema dan Perspektif dalam Historiografi Asia



Tenggara, 1955-2010 



Penulis



: Sugeng Prakoso







Nama Jurnal



: Jurnal Pendidikan Sejarah







Vol/No



: Volume 7, Nomor 2







ISBN/ISSN



: 2301 – 461X







E ISSN



: 2580 – 9180







Penerbit



: Universitas Negeri Jakarta







Tahun Terbit



: Juli 2018



B. Identitas jurnal pembanding 



Judul



: Dekonstruksi Sejarah Perang Kerajaan-Kerajaan Islam Di



Asia Tenggara Dalam Pedagogi Sejarah 



Penulis



: Nana Supriatna







Tahun Terbit



: Desember 2008







Penerbit



: Jurnal Pendidikan Sejarah







Volume



: IX







Nomor



:2







ISSN



:-



C. Ringkasan isi jurnal utama Pendahuluan Artikel ini mengkaji perubahan tema dan perspektif dalam penulisan sejarah Asia Tenggara pada periode 1955 sampai 2010. Historiografi dasawarsa 1950-an cenderung pada sejarah politik dan dominannya pandangan ihwal pengaruh eksternal India, Cina, Islam, dan Barat atas sejarah Asia Tenggara. Pada dasawarsa 1960-an fokus tematis bergeser ke aspek ekonomi dan sosial seiring dengan munculnya tren pendekatan ilmu-ilmu sosial yang dipengaruhi oleh Mazhab Annales. Pada dasawarsa 1980-an, dengan menguatnya kajian linguistik dan budaya, sejarawan di kawasan ini beralih ke studi diakronis tentang



pembentukan identitas, mentalitas, representasi, dan wacana pengetahuan lokal. Pergeseran perspektif juga terjadi dengan menguatnya perspektif Asia (Tenggara)-sentris yang melihat perubahan-perubahan di dalam masyarakat Asia Tenggara sebagai hasil interaksi dinamis antara kekuatan internal dan eksternal kawasan itu. Sejak akhir dasawarsa 1990-an, muncul kecenderungan pada ‘interstisi’, yaitu menghubungkan sejarah kawasan lokal Asia Tenggara dengan konteks historis globalnya, dan pada konektivitas disiplin sejarah dengan berbagai disiplin ilmu sosial-humaniora lainnya untuk membangun jembatan kajian transdisipliner. Metode Sebagai suatu kajian historiografis, metode penelitian ini mengikuti langkah-langkah dalam penelitian sejarah. Sumber atau data sejarah yang digunakan ada tiga kategori. Pertama adalah artikel-artikel mengenai penulisan sejarah Asia Tenggara yang sudah terlebih dahulu ditulis oleh sejarawan lain. Kedua adalah buku-buku sejarah Asia Tenggara yang diterbitkan sepanjang periode yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu 1955 hingga 2010. Tetapi, tidak semua buku sejarah Asia Tenggara dijadikan data penelitian karena ini tidak dimaksudkan sebagai semacam survei bibliografis. Hanya sebagian kecil yang dipilih sebagai sumber sejarah, tetapi merupakan karya-karya terpenting (ditulis oleh para sejarawan Asia Tenggara yang paling otoritatif) dan berisi kajian sejarah Asia Tenggara (atau sebagian besar wilayahnya) sebagai suatu kawasan. Ada lima buku yang menjadi data penelitian ini, masing-masing berupa kajian sejarah yang komprehensif dan terbit pada dasawarsa yang berbeda sehingga dapat menggambarkan perkembangan dalam penulisan sejarah Asia Tenggara. Kelimanya ialah (1) A History of Southeast Asia Ketiga adalah artikel resensi buku yang terbit di berbagai jurnal ilmiah yang mengulas kelima buku tersebut di atas yang menjadi data penelitian ini. Seringkali satu buku diresensi oleh begitu banyak orang, misalnya buku Southeast Asia in the Age of Commerce karya Reid. Data yang terkandung dalam sumber sejarah tersebut selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan tema-tema pokok dan perubahan-perubahan perspektif dalam penulisan sejarah Asia Tenggara. Selanjutnya, interpretasi perubahan-perubahan metodologis tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik utama dalam perkembangan penulisan sejarah Asia Tenggara pada periode 1955 sampai 2010. Hasil penelitian mengenai penulisan sejarah Asia Tenggara periode 1955 - 2010 ini dituliskan secara kronologis ke dalam dua subperiode yang didasarkan atas perubahan pendekatan (approach) yang digunakannya. Dua subperiode itu adalah 1955 - 1988 (1988 adalah tahun terbit Southeast Asia in the Age of Commerce yang mengindikasikan secara kuat



penggunaan pendekatan baru dalam kajian sejarah Asia Tenggara) dan subperiode 1988 2010 (2010 adalah tahun terbit A New History of Southeast Asia yang juga mengindikasikan penggunaan pendekatan baru yang lebih bersifat kultural-antropologis dan bersudut pandang pribumi). Hasil Historiografi Asia Tenggara Sebelum Karya D.G.E. Hall Perkembangan sejarah Asia Tenggara sebagian besar mengikuti tren dalam disiplin sejarah umum, meskipun seringkali dengan jeda waktu tertentu. Sebelum Perang Dunia II, sejarah non-Barat hanya diperlakukan sebagai perpanjangan dari sejarah Barat. Sejarah kolonial dhasilkan dalam jumlah besar dan kualitas yang bervariasi, yang sebagiannya untuk melayani kebutuhan pejabat kolonial untuk memperoleh kronologi dasar dari wilayah yang mereka kuasai. Mereka menekankan peran sentral orang Eropa sebagai agen perubahan dan mentransmisikan representasi simbolik superioritas Barat atas Timur. Dengan tekanan mereka pada kronologi dari peristiwa-peristiwa dan orientasi pada kepentingan kolonial, sejarah resmi ini terintegrasi secara kuat ke dalam historiografi Eropa pada saat itu Di Bawah Hegemoni Mazhab Annales (1988-2010) Setelah era D.G.E. Hall dan kemudian munculnya pendekatan ilmu sosial dalam kajian sejarah pada umumnya, bidang kajian sejarah Asia Tenggara menjadi semakin berkembang ke arah sejarah total ala Mazhab Annales. Perkembangan ini sebenarnya hanyalah sebuah konsekuensi logis dari perkembangan serupa di level sejarah global yang sudah dibahas pada subjudul sebelumnya. Arah Baru dalam Kajian Sejarah Asia Tenggara Pada tahun 1999, dua puluh satu sejarawan pribumi Asia Tenggara bertemu di Penang, Malaysia untuk mengidentifikasi arena baru bagi sejarah Asia Tenggara. Thongchai Winachakul, pakar sejarah Asia Tenggara asal Thailand, mengajak mereka yang hadir untuk meninggalkan format lama sejarah nasional karena konfigurasi spasial bangsa semakin terancam dan kehilangan daya tariknya sebagai subjek historis. Sebaliknya, para sejarawan didesak untuk mulai menulis sejarah di area ‘interstices’ (interstisi, atau celah-celah, atau marjin, atau pinggirin, atau perbatasan), yakni “local history at the margins of nation and at the local sites of cultural productions in an era of globalization”. Kesimpulan Selama lima puluh tahun terakhir, jumlah, kualitas, dan ragam buku-buku sejarah mengenai Asia Tenggara terus meningkat. Setelah Perang Dunia II banyak muncul literatur sejarah politik yang mencoba menjelaskan kebangkitan negara-negara Asia Tenggara yang



baru merdeka. Kemudian, sejak dasawarsa 1960-an, fokus tematis utama bergeser ke arah masalah ekonomi dan sosial yang melihat proses jangka panjang yang menjelaskan mengapa sebagian besar negara-negara Asia Tenggara masih belum berkembang, yang dicirikan oleh kesenjangan sosial yang besar di seluruh kawasan ini. Pada dasawarsa 1980-an, dengan timbulnya linguistik dan perubahan budaya dalam ilmu-ilmu sosial, sejarawan di wilayah ini semakin beralih ke studi tentang pembentukan identitas dalam kurun waktu yang berbedabeda, memulai analisis diakronis mengenai mentalitas, representasi, dan wacana pengetahuan lokal. Tidak hanya tema yang bergeser, cara pandang atau persepktif dalam penelitian sejarah Asia Tenggara juga telah bergeser. Jika studi sejarah pada 1950-an dan 1960-an mengutamakan kelanjutan atas kajian-kajian dari periode sebelumnya, sebelum Perang Dunia II, kini perspektifnya telah berbeda secara cukup mendasar. Memang periode yang dikaji masih relatif sama, yaitu Asia Tenggara masa pra-kolonial dan kolonial, tetapi cara melihat dinamikanya sekarang dirasakan dari perspektif Asia (Tenggara)-sentris yang menempatkan dinamika Asia Tenggara di depan, bukannya melihat perubahan-perubahan di dalam masyarakat Asia Tenggara sebagai berasal hanya dari stimulus India, Cina, Islam, dan Barat. Pergeseran tema dan perspektif penulisan sejarah di Asia Tenggara pada dasawarsa 1980-an tersebut juga disertai dengan peningkatan dalam penggunaan teori oleh para sejarawan yang mereka ambil dari disiplin ‘tetangga’ (ilmu politik, sosiologi, antropologi, sastra, dan kajian budaya). Pada saat yang sama, para sarjana yang menekuni studi Asia Tenggara yang berasal dari disiplin-disiplin di luar sejarah itu semakin banyak terlibat dalam pembuatan catatan sejarah untuk kepentingan studi mereka. Dengan demikian, secara yang tidak langsung para sejarawan dan mahasiswa dari disiplin lain secara bertahap berkumpul dan berkolaborasi untuk menghasilkan apa yang bisa disebut sebagai studi regional Asia Tenggara yang benar-benar bersifat transdisipliner dan komparatif. D. Ringkasan jurnal pembanding Pendahuluan Pada Permen Diknas RI No, 22, 23, dan 24 Tahun 2006 terdiri dari materi tantang perlawanan terhadap kekuatan asing dan dikembangkan oleh para penulis buku pelajaran sejarah untuk sekolah menjadi sejarah perang. Judul-judul pokok bahasan seperti Perang Nuku, Perang Padri, Pedang Aceh, Perang Diponegoro, Perang Banjarmasin, Perang Makassar, dan lain-lain yang berlangsung pada kurun waktu abad ke-18 sampai awal abad ke-20 berisi kisah tentang peran kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara dalam melawan



kekuasaan Barat serta persaingan di antara mereka sendiri dalam memperebutkan hegemoni di kawasan tersebut. Dalam pandangan teori kritis - yang kemudian diadopsi dalam pedagogi menjadi pedadogi kritis (critical pedagogy)- narasi tentang peperangan tidak hanya memenuhi hasrat dominant groups (terutama golongan elite) - serta sarat dengan muatan ideologis - melainkan juga menimbulkan pencitraan negatif bahwa Sejarah Islam di Asia Tenggara lebih banyak ditandai dengan kekerasan dan penaklukkan atau Islam identik dengan peperangan. Pemilihan materi tentang peperangan antarkekuasaan lebih banyak mengisahkan kebijakan dan kisah keberhasilan elite yang berkuasa dan sering kali mengabaikan peran ordinary people. Narasi tentang peperangan telah mengurangi pencitraan positif terhadap proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia dengan cara damai melalui perdagangan, dawah, gerakan tasawuf, diplomasi dan perkawinan antar pedagang. Dekonstruksi Memori Kolektif Sejarah Perlawanan Kesultanan Islam terhadap Kekuasaan Kolonial Melalui dekonstruksi sejarah Islam di Nusantara akan memiliki konstuksi baru dalam narasi (narrative) dan dalam pedagogi. Dalam narasi akan terjadi pergeseran dari sejarah perang atau perlawanan melawan Barat menjadi sejarah pertemuan dengan peradaban Barat; dari sejarah politik menjadi sejarah sosial; dari sejarah para sultan atau raja menjadi sejarah umat Islam, dan dari sejarah orang lain menjadi sejarah diri (the self) pembaca/pembelajar sejarah). Secara pedagogi, pembelajaran sejarah akan berubah dari sejarah untuk mengenang kejayaan Islam pada masa lalu menjadi sejarah untuk melihat persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat kontemporer; dan dari sejarah Islam yang memisahkan teks sejarah dengan pembaca/pembelajar sejarah menjadi sejarah yang memasukkan pembaca, termasuk para siswa, sebagai materi sejarah serta pelaku sejarah pada jamannya. Perilaku positif seperti semangat belajar dari kemajuan Barat dan memadukannya dengan kearifan lokal (local wisdom), toleransi terhadap kemajemukan, semangat menggali jiwa entrepreneurship para pedagang Islam merupakan aspek-aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam pedagogi sejarah Islam. Dekonstruksi dan Konstruksi Pedagogi Sejarah Islam di Nusantara dalam Konteks Sejarah Kontemporer Setelah melalui demonstruksi seperti di uraikan pada sujudul di atas, diperlukan konstruksi baru pedagogi sejarah Islam di Indonesia dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan paradigma kritis diperoleh konstruksi baru dalam pedagogi



sejarah yang dapat mengubah topik sejarah konvensional tentang perang menjadi sejarah Islam yang berorientasi pada masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini. Konstruksi tersebut diperoleh berdasarkan penelitian dalam pedagogi sejarah yang melibatkan tiga orang calon guru (mahasiswa tahun keempat peserta program pengalaman lapangan atau PPL) yang telah mengikuti matakuliah strategi belajar mengajar (SBM) sejarah yang dibina oleh penulis sebagai subjek di tempat PPL tersebut. Dengan menggunakan sarana dialog partisipatif antara semua partisipan sesuai dengan pedagogi kritis (critical pedagogy)



BAB III PEMBAHASAN A. Kelebihan kedua jurnal 



Kedua jurnal tersebut Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut







kesimpulan yang dibuat sudah terperinci dan dipaparkan secara jelas.







prosedur penelitian disusun dengan teratur, sehingga pembaca mudah untuk memahaminya, di lengkapi dengan diagram dan tabel bagaimana peningkatan aktifitas siswa tersebut.



B. Kekurangan kedua Jurnal  Sebenarnya jurnal ini cukup jelas pola penulisan yang runtut sehingga pembaca tidak kebingungan.



Namun,



pemilihan



katanya



terkadang



masih



ambigu



yang



mengakibatkan penalaran yang berbeda dari tiap pembaca  Bahasanya kurang jelas sehingga pembaca merasa bingung ketika membacanya dan terlalu bertele-tele



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan pada jurnal utama Penelitian ini berusaha untuk merangkum perkembangan penulisan sejarah yang mencirikan dan membentuk sejarah Asia Tenggara sejak terbtitnya buku D.G.E. Hall (A History of South-East Asia) pada 1955 hingga terbitnya buku pembaharu (A New History of Southeast) atas karya Hall itu. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perkembangan dalam kajian sejarah Asia Tenggara masih mengikuti tren dalam sejarah Barat, dan ini yang justru menjadi penyebab mengapa sejarah Asia Tenggara masih hanya menempati ceruk kecil dalam wacana sejarah global. Tetapi tren baru yang muncul pada akhir dasawarsa 1990-an mendorong penulisan sejarah Asia Tenggara pada area ‘interstisi’, yang menghubungkan sejarah kawasan lokal Asia Tenggara dengan konteks historis globalnya. Metodologi sejarah komparatif tampaknya paling sesuai untuk aplikasi dalam konteks ini. Oleh karena itu, masa depan sejarah Asia Tenggara terletak pada konektivitas disiplinnya sendiri dengan berbagai disiplin ilmu sosial-humaniora lainnya untuk membangun jembatan kajian transdisipliner yang melampaui batasan ruang-temporalnya.



Kesimpulan pada jurnal pembanding Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tentang kesultanan-kesultanan Islam di kawasan Nusantara perlu didekonstruksi (deconstructed) yaitu dari sejarah Islam tentang peperangan menjadi sejarah Islam yang relevan dengan isuisu sosial kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. Isuisu seperti kemiskinan, pemberdayaan umat, etos kerja, entrepreneurship, networking (silaturahim) dan pengembalian kejayaan dunia maritim yang pernah dimiliki oleh kesultanan-kesultanan Islam merupakan isu-isu kontemporer yang sangat historis dan masih merupakan masalah yang dihadapi umat Islam di Indonesia dewasa ini dan lebih menarik dikaji dalam proses pembelajaran sejarah di kelas. Dekonstruksi sejarah perang dalam pedagogi sejarah menjadi lebih kontekstual sekaligus sebagai response terhadap tuduhan sebagian kalangan bahwa Islam, termasuk di Indonesia, adalah identik dengan kekerasan bahkan terorisme. Dekonstruksi merupakan pencitraan baru terhadap sejarah Islam yang penuh dengan dinamika yang ditandai dengan kemajuan dan kemunduran serta pentingnya umat Islam meresponse berbagai tantangan yang sedang dihadapinya pada masa kini. Dalam tulisan ini, dekonstruksi dilakukan terhadap sejarah konvensional yang menekankan pada kisah kemajuan (progres) kesultanan Islam di Nusantara termasuk peperangan menjadi sebuah topik yang problematik dan kontekstual dengan dunia nyata para siswa. Hasil dekonstruski kemudian dikonstruksi kembali dengan menggunakan konstruksi



relasi antara topik, konsep, pertanyaanpertanyaan emansispatoris dan dihubungkan dengan masalah-masalah sosial kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat Islam.



B. Saran Untuk kedepannya atau selanjutnya kelemahan-kelemahan atau pun kekurangan setiap jurnal ini perlu diperbaiki supaya lebih baik lagi dimanfaatkan ataupun digunakan pembaca sebagai refrensi dalam penelitian-penelitian ataupun untuk kegunaan jurnal



DAFTAR PUSTAKA Prakoso, S. (2018). Perubahan Tema dan Perspektif dalam Historiografi Asia Tenggara, 1955-2010. Jurnal Pendidikan Sejarah, 7(2), 31-66. Supriatna, N. (2008). Dekonstruksi Sejarah Perang Kerajaan-Kerajaan Islam Di Asia Tenggara Dalam Pedagogi Sejarah. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 9(2), 103-120.