6 0 771 KB
Stenosis Ureter Pengertian Stenosis Ureter ditandai dengan penyempitan lumen Ureter, yang dapat menyebabkan obstruksi fungsional. Penyebab paling umum dari stenosis saluran kemih adalah obstruksi pada Ureteropelvic junction (UPJ), yang ditandai dengan penyempitan bawaan atau diperoleh pada tingkat UPJ
Anamnesis Nyeri pada saat buang air kecil (BAK) Aliran urin lemah Penurunan jumlah urin Darah dalam urin Nyeri pada abdomen Infeksi saluran kemih
Pemeriksaan fisik • Tidak ada pemeriksaan fisik yang khas untuk membantu diagnosa stenosis Ureter
Kriteria diagnosis Stenosis dapat dibagi berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan. Lokasi dibagi menjadi proksimal (UPJ sampai sakrum), mid (atas sakrum), dan distal (inlet panggul ke UVJ). Keparahan umumnya mengacu pada tingkat obstruksi pasien (yaitu, ringan, sedang, berat).
Diagnosis banding Stenosis Ureter dapat diklasifikasikan sebagai ekstrinsik atau intrinsik dan iatrogenik atau noniatrogenik. Stenosis ekstrinsik ganas termasuk yang disebabkan oleh kanker primer atau metastasis. Keganasan pada panggul primer, terutama kanker serviks, prostat, kandung kemih, dan usus besar, sering menyebabkan kompresi ekstrinsik Ureter distal. Limfadenopati retroperitoneal, yang disebabkan oleh berbagai keganasan, khususnya limfoma, karsinoma Testis, kanker payudara, atau kanker Prostat, dapat menyebabkan proksimal midureteral obstruksi. Kompresi ekstrinsik jinak akibat fibrosis retroperitoneal idiopatik juga dapat menyebabkan obstruksi Ureter unilateral atau bilateral Karsinoma sel transisional (TCC) dapat menyebabkan obstruksi intrinsik ganas.
Pemeriksaan penunjang Laboratorium: DPL, Urinalisis, Kultur urin, fungsi Ginjal, BTA urin, PCR TB urin Radiologi: USG, BNO-IVP, RPG, CT urografi dengan kontras bila perlu
Terapi Stent Ureter atau nefrostomi dapat digunakan untuk tatalaksana obstruksi penyakit ganas stadium akhir, dengan cara memberikan dekompresi proksimal, meskipun obstruksi ulang mungkin terjadi. Manajemen bedah terbuka memiliki berbagai pilihan teknik seperti psoas hitch, Boari flap, Ureteroneosistostomi, transureteroureterostomi, dan autotransplant. Semua prosedur terbuka memiliki peningkatan risiko morbiditas, waktu pemulihan lebih lama, dan peningkatan waktu rawat inap dibandingkan dengan pendekatan endoskopi. Laparoskopi atau laparoskopi dengan bantuan robot dapat digunakan sebagai alternatif operasi terbuka stenosis Ureter, dengan resiko morbiditas yang lebih kecil
Edukasi • Adanya stent Ureter insitu • Pemantauan produksi urin • Perawatan luka
Prognosis Prognosis tergantung dari penyebab dan derajat keparahan stenosis
Kepustakaan 1. Roberts WW, Cadeddu JA, Micali S, Kavoussi LR, Moore RG. Ureteral stricture formation after removal of impacted calculi. J Urol. Mar 1998;159(3):723-6. 2. Tas S, Tugcu V, Mutlu B, Karadag S, Bitkin A, Yücel M, et al. Incidence of ureteral stricture after ureterorenoscopic pneumatic lithotripsy for distal ureteral calculi. Arch Ital Urol Androl. Sep 2011;83(3):141-6. 3. Vakili B, Chesson RR, Kyle BL, Shobeiri SA, Echols KT, Gist R, et al. The incidence of urinary tract injury during hysterectomy: a prospective analysis based on universal cystoscopy. Am J Obstet Gynecol. May 2005;192(5):1599-604. 4. Wolf JS Jr, Elashry OM, Clayman RV. Long-term results of endoureterotomy for benign ureteral and ureteroenteric strictures. J Urol. Sep 1997;158(3 Pt 1):759-64. 5. Karod JW, Danella J, Mowad JJ. Routine radiologic surveillance for obstruction is not required in asymptomatic patients after ureteroscopy. J Endourol. Jul-Aug 1999;13(6):433-6.
6. Chung SY, Stein RJ, Landsittel D, Davies BJ, Cuellar DC, Hrebinko RL, et al. 15-year experience with the management of extrinsic ureteral obstruction with indwelling ureteral stents. J Urol. Aug 2004;172(2):592-5. 7. Grasso M, Li S, Liu JB, Beaghler M, Newman R, Bagley DH. Examining the obstructed ureter with intraluminal sonography. J Urol. Oct 1999;162(4):1286-90. 8. Hafez KS, Wolf JS Jr. Update on minimally invasive management of ureteral strictures. J Endourol. Sep 2003;17(7):453-64. 9. Goldfischer ER, Gerber GS. Endoscopic management of ureteral strictures. J Urol. Mar 1997;157(3):770-5. 10. Kwak S, Leef JA, Rosenblum JD. Percutaneous balloon catheter dilatation of benign ureteral strictures: effect of multiple dilatation procedures on long-term patency. AJR Am J Roentgenol. Jul 1995;165(1):97-100.
CLINICAL PATHWAY BATU URETER - URS
Jenis Aktivitas Tindakan
Kunjungan Pre operasi (Rawat Jalan) Hari 1
Kunjungan Pre operasi (Rawat Jalan) Hari 2
Kunjungan Pre operatif (Rawat Jalan) Hari 3
Penilaian Awal
Anamnesis Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital
Tanda vital
Pemeriksaan
Lab: DPL (Hb/Leu/Ht/Plt), Urinalisis + Kultur urine, PT/INR/APTT, BT/CT, Alb/Prot total, Urat, Ca/Mg/Ph/Cl/Na/K, Ur/Cr Asam
Radiologi: Evaluasi hasil pemeriksaan CT Urografi non-kontras dan radiologis laboratorium BNO-IVP USG Ginjal-Buli, APG, RPG, EKG/Thorax PA, Renogram- GFR(Bila CT Urografi/IVP tidak informatif) Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologis
Treatment medication
Terapi oral: NSAID, α-blocker, edukasi
Terapi oral: NSAID, α-blocker, edukasi
Diet
Cukup minum air mineral, makanan tinggi Cukup minum air mineral, makanan tinggi Cukup minum air mineral, makanan serat, makanan rendah garam, rendah serat, makanan rendah garam, rendah tinggi makanan rendah garam, serat, rendah protein protein protein
Penyuluhan
Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Rujuk/konsultasi
Persiapan perioperative/sesuai kondisi komorbid (bila diputuskan tindakan)
Outcome Rencana perawatan
Informed-consent Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Penegakkan diagnosis
Tanda vital
URS
Informed-consent Kurangi obesitas, hindari stres, exercise Persiapan perioperative/sesuai kondisi (bila diputuskan tindakan) komorbid
-
-
Penegakkan diagnosis
Penentuan tindakan
Jenis Aktivitas Tindakan
Perawatan H1 (H-1 Operasi)
Perawatan H2 (Operasi)
Perawatan H3 (Operasi H+1)
Penilaian Awal
Tanda vital
Tanda vital
Tanda vital
Pemeriksaan
Tanda vital
Tanda vital Post-op: analisis batu
Tanda vital Post-op: BNO
Treatment medication
IVFD, Antibiotik, Analgetik
IVFD, Antibiotik, Analgetik Operasi: URS (ureterorenoskopi) ± DJ Stent
IVFD, Antibiotik, Analgetik, aff foley kateter
Diet
Cukup minum air mineral, makanan tinggi serat, makanan rendah garam, rendah protein
Puasa
cukup minum air mineral, makanan tinggi serat, makanan rendah garam, rendah protein
Penyuluhan
Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Informed-consent, puasa
Mobilisasi duduk (24 jam pasca operasi) Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Rujuk/konsultasi
Persiapan perioperative/sesuai kondisi komorbid
-
-
Outcome
Persiapan perioperative baik
Bebas batu ureter
Rencana perawatan
Masuk ruang rawat Persiapan operasi
Operasi
Ruang rawat biasa
Perawatan H4 (Operasi H+2)
Jenis Aktivitas Tindakan Penilaian Awal
Kunjungan Pasca operasi (Rawat jalan)
Perawatan H5 (Operasi H+3)
Pemeriksaan
Tanda vital Tanda vital Post-op: BNO
Tanda vital Tanda vital
Tanda vital Pemeriksaan fisik, tanda vital
Treatment medication
IVFD, Antibiotik, Analgetik, aff foley kateter
Aff IVFD, aff drain Terapi oral: antibiotic, analgetik, α-blocker
-
Diet
cukup minum air mineral, makanan tinggi serat, makanan rendah garam, rendah protein
Cukup minum air mineral, makanan tinggi serat, makanan rendah garam, rendah protein
Cukup minum air mineral, makanan tinggi serat, makanan rendah garam, rendah protein
Penyuluhan
Mobilisasi berdiri sampai jalan Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Mobilisasi : jalan-jalan Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
Informed-consent Kurangi obesitas, hindari stres, exercise
-
-
-
Rujuk/konsultasi Outcome
Bebas batu ureter Ruang rawat biasa
Rencana perawatan
Rawat jalan Rencana kontrol poliklinik
Rawat jalan Bila batu sisa tatalaksana sesuai ukuran dan lokasi batu sisa Rencana aff DJ stent (maksimal