COC Ibu Berkebutuhan Khusus (Kel 7) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Continue Of Care Pada Ibu Berkebutuhan Khusus



DosenPengampu :Bd.VitrilinaHutabaratSST,M.Keb Kelompok 7 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.



Rani Mariana PintaMeilaniMendrofa Urnilasari VitaliaKrisnawatiGiawa RehmaArihtaSitepu Reni LorensiaGinting RindiAndini Rosa LiyaniSihotang Salsa Julia Tamara SantianiHasibuan Sefira Indah Khairunisa KhatyFlorenSanuloBalakiDaeli Wardiana Yayang Ramada Devi Sijabat



PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA 2021



KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliahwajib. Adapun makalah ini mengenaiContinue Of Care PadaIbuBerkebutuhanKhusus. kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Terumata pada dosen mata kulaih yaitu IbuBd.VitrilinaHutabaratSST,M.Keb. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa/mahasiswi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua. Akhir kata, melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.



Deli Tua, 1 Maret 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI Kata pengantar.............................................................................................. ii Daftar isi........................................................................................................ iii



BAB I......................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4 1.1



latar belakang........................................................................................................................4



1.2 rumusan masalah........................................................................................................................5 1.3 tujuan penulis..............................................................................................................................5 BAB II.....................................................................................................................................................6 PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6 2.1 Pengertian Asuhan Continue Of Care (Coc).................................................................................6 2.2 Pengertian Psikologi Kebidanan Depresi Saat Kehamilan............................................................7 2.3 Depresi Dalam Kehamilan............................................................................................................8 2.4 Bentuk Perubahan Psikologis Ibu Hamil......................................................................................9 2.5 Pengaruh Psikologis Pada Ibu Hamil..........................................................................................11 2.6 Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Selama Kehamilan.............................................................14 2.7 Macam Macam Gangguan Psikologi Kehamilan........................................................................15 2.8 Cara MengatasiKondisi Perubahan Psikologi Pada Saat Kehamilan...........................................17 BAB III..................................................................................................................................................20 PENUTUP.............................................................................................................................................20 3.1 Kesimpulan................................................................................................................................20 3.2 Saran..........................................................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya penurunan AKI &AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Maryuani, 2011;105). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014).Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup. Menurut World Health Organization (WHO) di dunia pada tahun 2016 Angka KematianIbu (AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2016). Di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per 100.000 jiwa. berdasarkan hasil Sementara Survei Penduduk Antar Sensus(SUPAS) tahun 2016 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, AKI Provinsi JawaTimur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan AKB di Jawa Timur pada tahun 2015 sebanyak 25,3 per 1.000 KH.(Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2015).Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan yaitu melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity of care). Hal ini merupakan rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010).



4



1.2 rumusan masalah 1. Apakah definisi asuhan continue of care (coc) ? 2. Apakah psikologi kebidanan ? 3. Apakah yang dimaksud depresi saat kehamilan ? 4. Apa sajakah pengaruh psikologis pada ibu hamil ? 5. Apa sajakah perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan ? 6. Apa sajakah macam-macam ganguan psikologi kehamilan ? 7. Apakah cara mengatasi kondisi perubahan psikologi pada saat kehamilan ?



1.3 tujuan penulis 1. Mengetahui definisi asuhan contineu of care (coc) 2. Mengetahui psikologi kebidanan 3. Mengetahui tentang depresi saat kehamilan 4. Mengetahui pengaruh psikologi pada ibu hamil 5. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan 6. Mengetahui macam-macam gangguan psikologi kehamilan 7. Mengetahui cara mengatasi kondisi perubahan psikologi pada saat kehamilan



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Asuhan Continue Of Care (Coc) Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya penurunan AKI &AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayananan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Maryuani, 2011;105). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014).Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup. Menurut World Health Organization (WHO) di dunia pada tahun 2016 Angka KematianIbu (AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2016). Di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per 100.000 jiwa. berdasarkan hasil Sementara Survei Penduduk Antar Sensus(SUPAS) tahun 2016 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, AKI Provinsi JawaTimur mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan AKB di Jawa Timur pada tahun 2015 sebanyak 25,3 per 1.000 KH. (Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2015).Komplikasi persalinan dengan kasus mempunyai riwayat SC, riwayat vacuum ekstraksi, ibu dengan resiko tinggi (primi tua), kala II lama akibat panggul sempit, KPD, hipertensi dan sungsang. Ada beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan 42%, eklampsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%, penyebab lain 15%, dan faktor tidak langsung kematian ibu karena kurangnya pengetahuan, sosial ekonomi dan sosial budaya yang masih rendah, selain 6



itu faktor pendukung yaitu “4 Terlalu” terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak dan terlalu sering hamil (WHO, 2015). Faktor penyebab kematianbayi tidak bisa hanya satu. Untuk faktor geografis sendiri menentukan bagaimana cara mencapai akses ke pusat kesehatan, bagaimana kesehatan lingkungan serta bagaimana tingkat ekonomi masyarakat. Dari data Dinas Kabupaten Ponorogo, AKI pada tahun 2016 sebesar 119 per 100.000 kelahiran hidup (kh). Sedangkan AKB tahun 2016 sebesar 17,1 per 1.000 kelahiran hidup (kh). Penyebab langsung kematian ibu 90% terjadi pada saat proses persalinan dan setelah proses persalinan, penyebab langsung ibu adalah eklamsi (24%), perdarahan (28%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung ibu anemiapadasaatkehamilan 24%, KEK (KurangEnerniKronik) 37%. Sedangkanpenyebabkematianbayiadalahberatbayilahirrendah asfeksia



(22%),



(BBLR)



46%,



penyebablainnyaadalahkarenainfeksidankelainanbawaan



(32%).



(DinkesKabupaten



Ponorogo,2016)Sebagaitolokukur



digunakanuntukmewujudkanderajatkesehatanibumeliputicakupan



yang K1



dan



K4.Untukcakupan K1 di kabupatenPonorogopadatahun 2016 mencapai 11.573 (94.1 %) dari target sebesar 100%, cakupan K4 mencapai 10.435 (84,8%) dari target 95%. PelayananNeonatusatau



KN,



untuk



KN1



(95,8%)



danuntukcakupan



KN



Lengkapsebesar (95,1%). Untukjumlahpeserta Kb baruberjumlah (89,5%) dan Kb aktifberjumlah



(98,5%)



Adanyakesenjanganantaracakupan



(DinkesKabupatenPonorogo). K1



dan



bisadiartikankarenamasihbanyakibuhamil telahmelakukankunjunganpertamapelayanan tidakmeneruskanhinggakunjungan



K4 yang antenatal ke-4



padatriwulanketigasehinggakehamilanlepasdaripemantauanpetugaskesehatan.Kondisit ersebutdapatmengakibatkankematianpadaibudanbayi yang dikandungnya.



2.2 Pengertian Psikologi Kebidanan Depresi Saat Kehamilan Psikologisibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat terjadinya gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis merupakan ketidakseimbangan psikologi yang disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan. Awal perubahan psikologi ibu hamil yaitu periode syok, menyangkal, bingung, dan sikap menolak. Persepsi wanita bermacam-macam ketika mengetahui dia hamil, seperti kehamilan suatu penyakit, kejelekan atau sebaliknya yang memandang kehamilan sebagai masa kreatifitas dan 7



pengabdian kepada keluarga. Faktor penyebab terjadinya perubahan psikologi wanita hamil



ialah



meningkatnya



produksi



hormon



progesteron.



Hormon



progesteronmemengaruhi kondisi psikisnya, akan tetapi tidak selamanya pengaruh hormon progesteron menjadi dasar perubahan psikis, melainkan kerentanan daya psikis seorang atau lebih dikenal dengan kepribadian. Wanita hamil yang menerima atau sangat mengharapkan kehamilan akan lebih menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Berbeda dengan wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan. Mereka menilai kehamilan sebagai hal yang memberatkan ataupun menganggu estetika tubuhnya seperti gusar, karena perut menjadi membuncit, pinggul besar, payudara membesar, capek dan letih. Tentu kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis ibu menjadi tidak stabil (Pieter & Namora, 2010).



2.3 Depresi Dalam Kehamilan Depresi atau Major Depressive Disorders, juga dikenal sebagai depresi unipolar, merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Depresi adalah penyebab utama terjadinya kecacatan pada penderita yang berusia lima tahun dan ke atas (Michael-Titus, 2007). Insidensi seumur hidup terjadinya depresi pada wanita hampir mencapai 20% dan hanya 12% pada lelaki. Dan prevalensinya di Amerika mencapai 10% pada pasien yang diobservasi secara medikal (Halverson et. al, 2011). Dan untuk kebanyakan pasien, depresi adalah suatu kelainan yang menetap dan terdiri daripada beberapa episode rekuren, dipisahkan oleh beberapa interval remisi (Michael-Titus, 2007).Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama seperti halnya pada depresi yang terjadi pada orang awam secara umum, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Setiap trimester pada kehamilan memiliki resiko gangguan psikologis masing-masing. Antenatal care berperanan sangat penting bagi keselamatan ibu dan janin, meminimalkan resikoresiko kehamilan, dan menekan angka kematian pasca persalinan. Hendaknya pelayanan keperawatan antenatal harus berjalan sesuai dengan standard minimal agar ibu hamil memperoleh proses persalinan yang aman dan memuaskan. Jumlah kasus depresi pada masa antenatal pula tidak bisa dipandang ringan. Ini karena jumlah kasus yang terjadi semakin meningkat kian hari. Diperkirakan tingkat kasus depresi pada masa kehamilan antenatal hampir 7-15% di negara membangun, dan 19-25% di negara yang lain, berbanding 10% pada masa pascapersalinan dan 7% pada masa diluar perinatal. Di samping itu, tingkat terjadinya rekuren pada wanita 8



hamil dengan riwayat depresi juga sangat tinggi, yaitu hampir 50% (O‟Keane, 2007).Depresi kehamilan ini disebabkan oleh pelbagai etiologi. Dari aspek biologis maupun psikologis, semuanya menyumbang kepada terjadinya depresi. Ketidaksediaan untuk menjadi seorang ibu, halangan hidup dan ketidakseimbangan sosioekonomi, perubahan hormon, atau adanya komplikasi selama kehamilan bisa menyumbang kepada terjadinya depresi kehamilan. Namun begitu, kejadian rekuren pada wanita yang pernah ada riwayat depresi masih lagi menjadi tanda tanya. Tidak ada bukti yang bisa mendukung kejadian tersebut namun dalam suatu penelitian, wanita dengan riwayat depresi dijumpai 68% rekuren adalah yang tidak mengambil obat antidepressant dengan teratur berbanding 26% yang mengambil obat antidepressant secara teratur (O‟Keane, 2007). Kesimpulannya, mungkin bisa dikatakan adanya hubungan antara penanganan depresi kehamilan dengan terjadinya kasus depresi yang rekuren.



2.4 Bentuk Perubahan Psikologis Ibu Hamil Menurut (Pieter & Namora, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa macamperubahan psikologi ibu pada masa kehamilan, antara lain; 



Perubahan Emosional Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual.Perubahan emosional trimester II (Kesehatan yang baik) terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga ibu mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat. Rasa cemas pada ibu hamil akan terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya. Perubahan emosional trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan) terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilannyatelah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti apa yang akan terjadi pasa saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat, dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan perasaan seperti ini sangat sering terjadi pada ibu hamil. Sebaiknya kecemasan seperti ini dikemukakan istri kepada suaminya.







Cenderung Malas 9



Penyebab ibu hamil cenderung malas karena pengaruh perubahan hormon dari kehamilannya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan tersebut yang membuat ibu hamil cenderung menjadi malas. 



Sensitif Penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif ialah karena faktor hormon. Reaksi wanita menjadi peka, mudah tersinggung, dan mudah marah. Apapun perilaku ibu hamil dianggap kurang menyenangkan. Oleh karena itu, keadaan seperti ini sudah sepantasnya harus dimengerti suami dan jangan membalas kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi.







Mudah Cemburu Penyebab mudah cemburu akibat perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas perubahan penampilan fisiknya. Ibu mulai meragukan kepercayaan terhadap suaminya, seperti ketakutan ditinggal suami atau suami pergi dengan wanita lain. Oleh sabab itu, suami harus memahami kondisi istri dengan melakukan komunikasi yang lebih terbuka dengan istri.







Meminta Perhatian Lebih Perilaku ibu ingin meminta perhatian lebih sering menganggu. Biasanya wanita hamil tiba-tiba menjadi manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit dapat memicu tumbuhnya rasa aman dan pertumbuhan janin lebih baik.







Perasaan Ambivalen Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga, masyarakat, dan masalah keuangan. Perasaan ambivalen akan berakhir seiring dengan adanya sikap penerimaan terhadap kehamilan.







Perasaan Ketidak nyamanan Perasaan ketidak nyamanan sering terjadi pada trimester pertama seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi.



10



2.5 Pengaruh Psikologis Pada Ibu Hamil 



Ambivalen Pertama yang akan terjadi pada ibu hamil yaitu Ambivalen. Dimana ambivalen merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan suatu konflik atau permasalahan perasaan yang dirasakan oleh ibu hamil. Umumnya seperti cinta dan benci yang batasannya sangat tipis dalam perasaan manusia, beberapa ibu hamil seringkali mengalami ambivalen ini. Uniknya, hampir setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Misalnya saja membenci makanan A menjadikan ibu hamil tiba-tiba menyukai makanan A tersebut dan hal lainnya.







Perubahan Seksual Selanjutnya adalah perubahan psikologis dari sisi seksualnya. Banyak wanita yang mengalami penurunan gairah seksual dari awal semester atau 3 bulan pertama. Bukan tanpa sebab selain karena anjurannya tidak diperbolehkan untuk melakukan seks kasar ibu yang baru hamil juga merasa khawatir akan bayi atau janinnya yang baru dikandungnya. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain., tidak berarti semua wanita hamil memiliki perubahan seksual menurun.







Fokus pada Diri Sendiri Beberapa ibu hamil sangat senang ketika mendapatkan kehamilan, namun kesenangan ini seringkali disalahgunakan. Dimana ketika awal kehamilan beberapa ibu terlalu berfokus untuk dirinya sendiri dan bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu, namun meskipun maksudnya baik tentu anda dan janin merupakan dua bagian yang terpisah.







Stress Merasa stress atau tertekan bisa saja terjadi pada ibu hamil, terutama mereka yang sedang melewati trimester pertama. Hal ini bisa jadi memberikan dampak yang baik atau buruk. Karena stress cukup mempengaruhi aktifitas kegiatan dan juga  bersifat intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha untuk membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya, dan ini banyak terjadi pada ibu hamil masa sekarang. Stress ekstrinsik timbul karena factor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.







Sering melamun



11



Beberapa ibu hamil seringkali mengalami hal seperti istirahat terlalu lama karena tubuhnya lelah dan juga kegiatan yang sudah tidak banyak bisa dilakukan. Namun karena hal ini menjadikan ibu hamil tidak memiliki kegiatan dan mengerjakan apapun. Sehingga seringkali melamun dan juga menjadikan ibu hamil memiliki banyak waktu. Informasi buruknya, melamun sangat tidak baik untuk janin maupun psikologis sang ibu. 



Sensitif Ibu hamil seringkali merasa sensitif dan juga merasa bahwa apa yang dilakukan orang menyinggung. Padahal banyak orang yang tidak bermaksud begitu. Sifat sensitif ini bukan hanya mempengaruhi banyak orang namun juga mood ibu tersebut.







Bahagia Kehamilan merupakan hal yang paling ditunggu oleh banyak ibu, terutama jika itu kehamilan pertama sehingga tak ada salahnya jika sang ibu akan selalu merasa bahagia. Apalagi jika mereka yang sudah menantikan kehamilan anak sejak lama atau mengalami (kosong) kehamilan sejak lama. Maka pengaruh psikologis yang akan dirasakan sang ibu akan selalu bahagia, meskipun beberapa hal mungkin cukup menyakitkan dan merepotkan. Misalnya sakit pada perut, kelelahan, mual dan sebagainya. Namun perasaan bahagia yang lebih utama dan tidak mengganggu apapun.







Sering merasa khawatir Ibu hamil seringkali mendapatkan bayangan akan hal buruk kehamilannya, sehingga sangat alamiah bila seorang ibu hamil mengkhawatirkan segala hal yang ada, bahkan kegiatan normal seperti minum, duduk, berdiri dan sebagainya. Bagi mereka jangan sampai apa yang dilakukan menyebabkan kesalahan dan menjadikan kehamilannya bermasalah apalagi sampai kehilangan janin dan lainnya. Namun jangan takut jika ibu hamil mengalami kekhawatiran, dimana sangat normal ketika ibu mengkhawatirkan sang buah hati dengan baik.







Ketakutan berlebih Ketakutan berlebih bisa menjadi hal yang paling sering dialami oleh ibu hamil. Terkadang, ibu mengalami beberapa hal yang tidak tahu alasannya apa. Namun tibatiba seperti mengalami mengalami gejala serangan panik tertentu, seperti jantung berdebar kencang, pusing, gemetar, dada terasa nyeri, maupun sulit bernapas.



12



Ketakutan berlebih ini akan menjadi masalah jika benar-benar mengganggu kegiatan dan juga mengganggu pandangan ibu akan kehamilan. 



Melakukan hal yang tidak disukai Hampir sama seperti yang ambivalen tadi, ibu hamil seringkali memiliki perasaan seperti halnya melakukan hal A yang jelas tidak ia sukai ketika tidak hamil namun berubah ketika hamil. Atau paling sering terjadi adalah makanan dimana ia sangat membencinya namun ketika hamil berkebalikan menjadi suka atau favorit.







Apapun serba salah Banyak ibu hamil kewalahan dengan pengaruh psikologis yang satu ini. Mereka tidak tahu apa yang salah atau tidak tahu apa yang buruk, namun dalam berbagai kegiatan, masakan dan juga penampilan rasanya apapun serba salah. Jika sudah seperti ini sang suami harus bisa sabar dan memberikan pengertian besar. Mengingat itu terjadi bukan karena keinginan melainkan hormon dari sang ibu.







Mimpi buruk Ketika hamil sang ibu seringkali merasakan hal yang mungkin terlihat berlebihan namun psikologis mereka memang sedang rapuh tanpa keinginan. Maksudnya mereka merasakan tersebut bukan karena ibu hamil ingin namun mereka memang karena hormon. contoh kecilnya adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan kemudian sang ibu tidak mungkin berhenti bekerja atau menghentikan aktifitas, namun di sisi lain ia mengkhawatirkan dapat membahayakan janin.Bisa jadi rasa khawatirnya itu terbawa kedalam mimpi dan menjadi ketakutan tersendiri. Mimpi yang muncul saat tidur, bukan tak mungkin merupakan representasi dari kekhawatiran dan ketakutan tersebut, atau bahkan muncul sebagai mimpi buruk. Memimpikan ketakutan memang hal yang wajar, dimana setiap manusia memang mendapatkan atau mengalami hal tersebut.







Sebal pada suami Kondisi lucu namun menyedihkan ini sebenarnya tidak terjadi pada semua ibu hamil, hanya beberapa saja. Namun, jika ibu mengalami perubahan perasaan terhadap suami, bisa jadi alasan utamanya adalah adanya perubahan emosi yang bergejolak dan berdampak pada orang lain, dan yang paling dekat adalah suami. Perlu diingat ayah harus bisa menjadi suami yang sigap meskipun mereka seringkali membenci anda.Terkadang mereka hanya merasa  kurang percaya diri ibu karena perubahan fisik yang dialami, sehingga muncul keraguan apakah suami masih tertarik padanya dan



13



berbuah rasa marah atau kesal. Implementasi dari perubahan dan gejolak emosi ini bisa beragam dan salah satunya adalah benci.



2.6 Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Selama Kehamilan 



Trimester I Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penentuan untuk menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil. Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya (Kamariyah dkk, 2014:39)







Trimester II Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy serta pikirannya secara konstruktif (Kumalasari, 2015:8)







Trimester III Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Dewi dkk, 2011:110)Dalam mencapai tugas perkembangan pada masa kehamilan, perempuan melalui tiga fase adaptasi berdasarkan pembagian trimester kehamilan.







Pada awal kehamilan, seorang perempuan akan beradaptasi terhadap peran barunya untuk menerima kehamilan dan meyesuaikan diri terhadap peran barunya ke dalam kehidupan kesehariannya. Ia harus bisa merubah konsep diri menjadi calon orang tua. Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan fokus pada diri sendiri, menjadi seorang yang berkomitmen untuk memberi kasih sayang pada individu lain. Pada tahap ini, ia memiliki tugas perkembangan untuk menerima kehamilannya meskipun belum ada tanda yang pasti, mengidentifikasi peran baru, dan mengatur kembali hubungannya dengan lingkungan sekitar karena kehamilannya (Bobak et al, 2005; Leifer, 2015; Varney et al, 2007).



14







Setelah perempuan merasakan quickening pada trimester kedua, ia mulai mengalihkan perhatiannya ke dalam kehamilannya. Ia menerima janin yang ada dalam kandungannya, sebagai bagian yang tumbuh dan terpisah dari dirinya yang memerlukan asuhan. Waktu dimana perempuan sudah mampu membedakan dirinya dengan janin yang dikandungnya, merupakan awal hubungan peran ibu dan anak yang melibatkan sebuah tanggungjawab.







Pada fase akhir kehamilan, seorang perempuan mulai realistis menerima peran sebagai seorang ibu yang mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya. Perempuan yang positif dalam menerima perannya, akan secara aktif mempersiapkan diri dengan melakukan kunjungan antenatal, berkomunikasi dengan ibu hamil lain untuk memperoleh info yang terbaik tentang peran barunya (Bobak et al, 2005; Leifer, 2015; Varney et al, 2007). Pencapaian peran sebagai seorang ibu melalui perubahan psikologis dalam kehamilan ini, merupakan tugas seorang perempuan yang harus tercapai, karena jika mengalami kegagalan, dapat memberikan dampak negatif. Depresi dalam kehamilan merupakan salah satu dampak kegagalan pencapaian peran. Kehamilan dengan depresi, selain berpengaruh terhadap ibu, juga mempengaruhi kesejahteraan janin dalam kandungan dengan meningkatkan risiko terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan kecacatan. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh gaya hidup, pemenuhan nutrisi dan aktifitas ibu hamil dengan depresi (Charmichael et al, 2014: 338-344; Burns et al, 2015: 247-251).



2.7 Macam Macam Gangguan Psikologi Kehamilan 



Infertilitas Infertilitas adalah suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan. Pada wanita yang mengalami infertil, membuatnya menjadi rendah diri, kehilangan percaya diri, dan mengalihkan perhatiannya pada hobi, pekerjaan, adopsi anak, dan yang lainnya.







Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)



15



Kehamilan palsu adalah suatu keadaan seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan, tetapi sesungguhnya tidak benarbenar hamil. 



Kehamilan di Luar Nikah Umumnya, kehamilan di luar pernikahan dialami oleh remaja dengan rentang usia 1219 tahun yang memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Remaja wanita yang hamil di luar nikah mengalami perasaan takut, bingung, cemas, dan timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilannya dengan aborsi.







Kehamilan yang tidak Dikehendaki Kehamilan yang tidak dikehendaki tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung. Peada kondisi ini, wanita merasa bahwa janin yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan aborsi. Selain itu, beberapa wanita bersikap aktif-agresif serta bayinya dianggap beban dan malapetaka bagi dirinya.







Kehamilan dengan Keguguran Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan saat fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400-1000gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Rustam, M., 1998). Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri. Kehamilan dengan keguguran menimbulkan sindrom pasca abortus yang meliputi menangis terus-menerus, depresi berkepanjangan, perasaan bersalah, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, masalah atau kelainan seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri, penyalahgunaan alcohol dan obatobatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan bunuh diri, kesulitan dalam relasi, serangan gelisah dan panic, serta selalu melakukan kilas balik.







Kehamilan dengan Janin Mati 16



Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, dan akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati (Saifudin, A. B., 2007). Pada kondisi ini, wanita akan melalui beberapa tahapan proses berduka yaitu menolak, marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima. 



Kehamilan dengan Ketergantungan Obat Kehamilan dengan ketergantungan obat didefinisikan sebagai kondisi suatu kehamilan terdapat pola penggunaan zat psikoaktif dan zat lain yang memiliki implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bayi baru lahir (varney, 2007). Wanita hamil dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi, kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria, merasa tidak layak untuk hamil, enggan berinteraksi dengan pelayanan kesehatan, dan merasa berdosa terhadap janin yang dikandungnya .



2.8 Cara MengatasiKondisi Perubahan Psikologi Pada Saat Kehamilan Sebagai seorang bidan, tugas utama dalam mengatasi gangguan psikologi pada masa kehamilan yaitu dengan cara pendekatan terapeutik/ konseling dan kolaborasi dengan psikolog.Pencapaian peran seorang ibu dalam masa kehamilan ini, perlu dukungan keluarga, sosial dan tenaga kesehatan yang luas. Ibu hamil perlu diberikan akses asuhan yang terintegrasi antara fisik dan psikologis, yaitu penerimaan perilakunya, partnership dan konseling. Asuhan yang terintegrasi ini, dapat mendeteksi



adanya penyimpangan perilaku psikologis ibu dalam pencapaian



perannya, sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan penapisan penyimpangan untuk menentukan jenis asuhan psikologis mana yang perlu diberikan. Berdasarkan evidence based, asuhan terintegrasi yang diberikan mulai awal kehamilan, memberikan pengaruh yang positif terhadap kelangsungan kehamilannya di trimester akhir, bahkan sampai proses persalinannya (Lancaster et al, 2010: 5-14; Modh et al, 2011: 1-11). Beberapalangkahmengatasikondisi perubahan psikologi pada saat kehamilan : 1. Dapatkan informasi dari berbagai sumber tentang perubahan kondisi fisik dan psikologis pada saat kehamilan, terutama ibu hamil untuk anak pertama. 2. Komunikasi dengan suami segala hal yang dialami oleh ibu hamil, agar terjadi saling pengertian dan dukungan dari keluarga tentang perubahan yang dialami. 3. Untuk menjaga kesehatan dan perkembangan janin yang normal, rajin chek up / periksa kehamilan. 17



4. Makan makanan yang sehat, bergizi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. 5. Tetap menjaga penampilan. 6. Kurangi kegiatan yang bisa membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin. 7. Dengarkan music agar lebih rileks menghadapi setiap perubahan yang ada. 8. Melakukan senam hamil untuk dapat membantu ibu hamil menormalkan perubahan psikologis. 9. Latihan pernapasan yang teratur untuk mempersiapkan fisik pada waktu melahirkan. 



PengelolaanGangguanPsikologispadaInfertilitas Penanganannyadapatdilakukandengankonselingpasangan, mengingatkondisiinimelibatkankeduabelahpihak, yaitusuamidanistri







PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilanPalsu Konselingpsikoanalisis.Perankonselordalamhaliniadalahmenciptakansuasanasenyama nmungkin agar klienmerasabebasuntukmengekspresikanpikiran-pikiran yang sulit







PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilan di LuarNikah Penatalaksanaan



yang



bisadilakukangunamenanganipermasalahaniniadalahdengankonselinghumanistik,



di



manamanusiasebagaiindividuberhakmenentukansendirikeputusannyadanselaluberpan danganbahwapadadasarnyamanusiaituadalahbaik



(Rogers,



1971).Sebagaikonselor



yang inginmemberikankonselingperlumemilikitigakaraktersepertiberikutini. 1.



Empati,



adalahkemampuankonseloruntukmerasakanbersamadenganklien,



usahaberpikirbersamatentang, danuntukmereka (klien). 2. Positive regard (acceptance), yaitumenghargaikliendenganberbagaikondisidan keberadaannya. 3. Congruence(genuineness), adalahkondisitransparandalamhubungan terapeutik. 



PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilan Yang TidakDikehendaki Penanganandalampermasalahaninitidakjauhberbedadenganpenangananpadakehamilan di



luarnikah.Perbedaannyahanyapadateknikkonselingnya-



karenakehamilaniniterjadipadawanita



yang



yaitudengankonselingpasangan 



PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilandenganKeguguran



18



telahmenikah-



Konselingkejiwaandanpsikologis.Padadasarnyaterapikonselinnguntukwanita



post-



aborsitidakjauhberbedadengankonselingkarenakehilangan, di manadalamkonseling in harusmemperhatikansetiapfasedalampenerapannya. 



PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilandenganJaninMati Dalammemberikanbantuandankonselingpadaibudenganjaninmatiharusdisesuaikanden ganfase di manaiaberada. Denganmemperhatikanhalitudiharapkanbantuan yang diberikanadalahbantuan



yang



tepat,



bukanbantuan



yang



justrumembuatkeadaansemakinkacau. 



PengelolaanGangguanPsikologispadaKehamilandenganKetergantunganObat Dalampenangananpermasalahaniniperludilakukankonselingdenganpendekatanbehavio ristik,



di



manakonselormembantuklienuntukbelajarbertindakdengancara-carayang



barudanpantas, ataumebantumerekauntukmemodifikasiataumengeliminasitingkahlaku yang



berlebihataumaladaptif.Tujuandarikonseling



yang



diberikanadalahuntukmengubahtingkahlaku yang maladaptifdanbelajartingkahlaku yang



lebihefektif.Memfokuskanpadafaktor-faktor



mempengaruhitingkahlakudanmenemukancarauntukmengatasitingkahlaku



yang yang



bermasalah. Dalamhalinibidanharusmampumembantuklienuntukmengubahtingkahlakumaladaptifn ya, yang tentunyamelaluitahapan-tahapandan proses yang kontinu.



19



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) yaitu pemberian asuhan kebidanan sejak kehamilan, bersalin, nifas dan neonatus hingga KB dengan tujuan sebagai upaya untuk membantu memantau dan mendeteksi adanya kemungkinan timbulnya komplikasi yang menyertai ibu dan bayi dari masa kehamilan sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi.Psikologisibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat terjadinya gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis merupakan ketidakseimbangan



psikologi



yang



disebabkan



oleh



situasi



atau



tahap



perkembangan.Depresi atau Major Depressive Disorders, juga dikenal sebagai depresi unipolar, merupakan suatu kelainan psikiatri yang sering dijumpai.Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual.Perubahan emosional trimester II (Kesehatan yang baik) terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga ibu mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehatPerubahan emosional trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan) terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilannyatelah mendekati persalinan. Pencapaian peran seorang ibu dalam masa kehamilan ini, perlu dukungan keluarga, sosial dan tenaga kesehatan yang luas. Ibu hamil perlu diberikan akses asuhan yang terintegrasi antara fisik dan psikologis, yaitu penerimaan perilakunya, partnership dan konseling. Asuhan yang terintegrasi ini, dapat mendeteksi adanya penyimpangan perilaku psikologis ibu dalam pencapaian perannya, sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan penapisan penyimpangan untuk menentukan jenis asuhan psikologis mana yang perlu diberikan.



20



3.2 Saran Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kata sempurna ,maka demi kesempurnaan makalah ini dibutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sehingga dapat meningkatkan kualitas isi dari makalah ini.



21



DAFTAR PUSTAKA http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31394/Chapter%20I.pdf? sequence=5&isAllowed=y http://eprints.umm.ac.id/41855/3/jiptummpp-gdl-syoifarahm-47576-3-babii.pdf http://fik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/11.-MODUL-PSIKOLOGI.pdf http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-mardliyahg-6020-2-babii.pdf https://dosenpsikologi.com/pengaruh-psikologis-pada-ibu-hamil http://eprints.umpo.ac.id/4191/2/BAB%20I%20pendahuluan%20LB%20NEW.pdf



22