Coc Nurul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY.”N” USIA 27 TAHUN DI PMB RAHMI DWIYATI Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan Prodi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Disusun Oleh : NURUL WIDYASTUTI 2210106105



PROGRAM STUDI PENDINDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2023



i



ii



HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY.”N” USIA 27 TAHUN DI PMB RAHMI DWIYATI Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Sebagai Tugas Mataka Kuliah Praktik Kebidanan Prodi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Disusun Oleh : NURUL WIDYASTUTI 2210106105 Mungkid, Juni 2023 Oleh :



Pembimbing



: Dita Kristiana,S.ST.,MH Kes



Tanggal



:



Tanda tangan



:



iii



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam dan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan benar hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, sehingga penulis



dapat



menyelesaikan



Laporan



Hasil



Asuhan



Kebidanan



Berkelanjutan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. “N” Masa Hamil, Bersalin, Nifas, Neonataus dan Keluarga Berencana di PMB Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn”. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2. Moh. Ali Imron, M. Fis, SKM., S.SiT., MPH., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. 3. Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH, Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta 4. Dita Kristiana, S.ST., MH .Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan maluangkan waktu serta memberikan motivasi dalam penyusunan laporan ini. 5. Rahmi Dwiyati, S.ST.,Bdn. selaku Pembimbing lahan yang telah memberikan arahan dan dukungan semangat untuk dapat menyusun laporan stase Asuhan Kebidan Berkelanjutan Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini kedepannya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Mungkid,



Juni 2023



(Nurul Widyastuti)



iv



DAFTAR ISI



HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii KATA PENGANTAR.................................................................................iii DAFTAR ISI................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1 A. Latar Belakang.....................................................................................1 B.



Rumusan Masalah................................................................................2



C.



Tujuan..................................................................................................2



D. Manfaat................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6 A. Kehamilan...........................................................................................6 B. Persalinan..........................................................................................27 C. Nifas..................................................................................................36 D. Bayi Baru Lahir................................................................................41 E. Keluarga Berencana..........................................................................47 BAB III METODELOGI PENELITIAN.................................................51 A. Rancangan Laporan...........................................................................51 B.



Tempat dan Waktu Pelaporan............................................................51



C.



Subjek Laporan..................................................................................51



D. Jenis Data...........................................................................................52 E.



Alat Dan Metode Pengumpulan Data................................................53



F.



Analisi Data.......................................................................................54



G. Etika Studi Kasus...............................................................................54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................54 A. Hasil...................................................................................................54 B.



Pembahasan.......................................................................................84



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................72 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan perencanaan program KB merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan. Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan dimulai konsepsi sampai lahirnya janin lamanya 40 minggu dihitung dari HPHT. Pemeriksaan secara komperehensif sejak masa kehamilan mutlak diperlukan untuk deteksi dini adanya gangguan pada maternal dan neonatal. Namun, pada kenyataannya pelayanan ante natal belum dilakukan secara komprehensif (Adriaansz,2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa klimakterium, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. Asuhan kebidanan Komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari mulai masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan penggunaan Kb yang bertujuan untuk memeberikan pelayanan yang berkualitas untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu dan anak. Peran Bidan dalam asuhan komprehensif adalah mendampingi wanita



1



2



selama masa siklus hidup dimuali dari memberikan pelayanan antenatal care yang berkualitas untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu hamil, memberikan pelayanan asuhan persalinan normal yang aman yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kematian ibu, memberikan perawatan BBL untuk mencegah terjadinya kematian bayi maupun komplikasi yang terjadi perdarahan setelah persalinan, memberikan koneling tentang keluarga berencana dan pelayanan untuk penggunaan alat



kontrasepsi,untuk



meningkatkan



keluarga



yang



sejahtera



(MENKES/320/2020). Untuk mengukur kesejahteraan suatu Negara yaitu dengan menentukan perbandingan tingginya angka kematian perinatal.World Health Organization (WHO) sebanyak 99 %, kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika disbanding kan dengan ratio kematian ibu disembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran (Sariana,2012). Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1000 KH, adapun target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 adalah AKI mencapai



70/100.000



(MENKES/320/2020).



KH,



sedangkan



AKB



12/1000



KH



3



Di Asia Tenggara AKI dan AKB pun masih tinggi seperti: Asia Pasifik dan Asia Selatan. Pada tahun 2005 di Thailand AKI mencapai 129 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian ibu (AKI) mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka



Kematian



Bayi(AKB)



26,9



per



1000



kelahiran



hidup



(Zainudin,2012). Kementerian



Kesehatan



meluncurkan



program



“Expanding



Maternal and Neonatal Survival” (EMAS) kerjasama antara USAID (United States Agency for International Development) dan pemerintah Indonesia yang akan berlangsung dari tahun 2012-2016 dan bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga, dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara: 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah



4



Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Mengenai hal untuk memberikan asuhan komperhensif atau Continuity



of



Care



(COC)



tertuang



No.2562/MENKES/PER/XII/2011.



dalam



Peraturan



PERMENKES



tersebut



RI



memberikan



program pelayanan jaminan persalinan yang diantaranya terdapat pemeriksaan ANC (Antenatal Care) terpadu, yang terdiri dari 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Pelayanan ini dilakukan untuk mendeteksi dini adanya permasalahan pada kehamilan (Menkes, 2014). Peraturan Kementrian Kesehatan 564 tahun 2006 tentang pengembangan



desa



siaga,



juga



diharapkan



dapat



membantu



meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Selain itu masyarakat dan petugas kesehatan diharapkan mampu bekerjasama membentuk desa siaga dimana ketika terjadi kegawatdaruratan masyarakat, petugas kesehatan



5



dapat bergerak cepat menuju pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang lebih memadai (Menkes, 2016). Upaya lain untuk mewujudkan asuhan yang komprehensif yaitu dengan melakukan kolaborasi dengan kader desa sehingga tenaga kesehatan dapat mendeteksi masalah kesehatan yang ada di desa tersebut. Tidak hanya sampai asuhan pada hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir tapi juga sampai pada program keluasrga berencana. Program ini bertujuan agar dapat menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera, selain itu juga meminimalisir pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambahtambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melaui sabda Rasulullah saw yang artinya,”…wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid…” (HR. Ahmad) Untuk itu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal diperlukan tenaga kesehatan yang professional dan terampil, sebagai upaya penurunan AKI. Bidan mempunyai peran yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan melalui profesionalisme seorang bidan.(Manuaba,2010). Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menyusun laporan “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N Di Wilayah Kerja PMB Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn.”.



2



B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny



N dengan pendekatan Continum Of Care



( COC ) ” ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan komprehensif pada Ny. N dimulai dari masa hamil, melahirkan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan penggunaan kontrasepsi (KB). 2. Tujuan Khusus a. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa kehamilan di PMB Rahmi Dwiyati. b. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa persalinan di PMB Rahmi Dwiyati. c. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa nifas di PMB Rahmi Dwiyati. d. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa bayi baru lahir dan neonatus di PMB Rahmi Dwiyati. e. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada pelayanan Keluarga Berencana di PMB Rahmi Dwiyati. D. Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan



2



3



penanganan asuhan komperhensif 2. Bagi PMB Hasil studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi bidan untuk meningkatkan pelayanan dan standar kebidanan yang berkualitas, agar profesi bidan dapat lebih mengembangkan asuhan kebidanan komprehensif berdasarkan evidence based yang sudah ada. 3. Bagi Klien Memberikan asuhan kebidanan komprehensif bagi responden dan memberikan informasi pada keluarga dalam memberikan perawatan pada ibu pada masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah hasil dari pertemuan antara sperma dan sel telur. Dalam proses perjalanan sperma menemui sel telur (ovum), hanya sedikit yang berhasil mencapai tempat sel telur dari 20-40 juta sperma yang dikeluarkan. Dari jumlah yang sudah sedikit itu, cuma 1 sperma saja yang biasa membuahi sel telur. Bila dihitung dari penyatuan (fertili sasi) hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Savira & Suharsono, 2017). Kehamilan didefinikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalendar internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke28 hingga ke-40) (Fauzia dkk, 2021). 2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Ibu Hamil Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh



6



7



dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam trimester. a. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester I Perubahan Fisik pada Trimester I Menurut Kurnia (2019, p. 185- 189), perubahan fisik pada trimester I adalah : 1) Pembesaran Payudara Payudara akan membesar dan mengencang, karena terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui. 2) Sering buang air kecil Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. 3) Konstipasi Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik saat



8



hamil. 4) Morning Sickness, mual dan muntah Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. 5) Merasa lelah Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan.



Juga



peningkatan



hormonal



yang



dapat



mempengaruhi pola tidur. 6) Sakit Kepala Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala. 7) Kram Perut Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya



9



pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim. 8) Meludah Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness 9) Peningkatan Berat Badan Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua



karena



pengaruh



hormon



estrogen



yang



menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air. Perubahan



Psikologis



Penyesuaian)



Menurut



pada



Trimester



Sulistyawati



(2019,



I



(Periode p.



76-77),



perubahan psikologis pada trimester I adalah : 1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan kehamilannya 2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja 3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benarbenar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya 4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama



10



5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya. b. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II Perubahan Fisik pada Trimester II Menurut Kurnia (2018, p. 190-194), perubahan fisik pada trimester II adalah : 1) Perut semakin membesar Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu. 2) Sendawa dan buang angin Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman. 3) Pelupa Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran. 4) Rasa panas di perut Rasa panas diperut adalah keluhan yang



11



paling



sering



terjadi



selama



kehamilan,



karena



meningkatnya tekanan akibat rahim yang membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas. 5) Pertumbuhan rambut dan kuku Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir. 6) Sakit perut bagian bawah Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap. 7) Pusing Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan



menekan



pembuluh



darah



besar



sehingga



menyebabkan tekanan darah menurun. 8) Hidung dan Gusi berdarah Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena



12



adanya perubahan hormonal. 9) Perubahan kulit Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi dapat diobati setelah persalinan. 10) Payudara



Payudara



akan



semakin



membesar



dan



mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit. 11) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerakgerakkan jarijari kaki ke arah atas. 12) Sedikit Pembengkakan Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil



13



mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama. Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik) Menurut Sulistyawati (2013, p. 76-77), perubahan psikologis pada trimester II adalah : 1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi 2) ibu sudah bisa menerima kehamilannya 3) Merasakan gerakan anak 4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran 5) Libido meningkat 6) Menuntut perhatian dan cinta 7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya 8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu 9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru. c. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia



14



(2009,p. 194- 197), perubahan fisik pada trimester III adalah : 1) Sakit bagian tubuh belakang Sakit pada bagian tubuh belakang



(punggung-pinggang),



karena



meningkatnya



beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi



postur



tubuh



sehingga



menyebabkan



tekanan ke arah tulang belakang 2) Payudara Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya colostrum. 3) Konstipasi Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon progesteron. 4) Pernafasan Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih 18 mudah, dan rasa panas



diperut



berkurangnya



biasanya tekanan



juga



bagian



ikut



hilang,



tubuh



bayi



karena dibawah



15



diafragma / tulang iga ibu. 5) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil. 6) Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak. 7) Varises Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan. 8) Kontraksi perut Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. 9) Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki 19 ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. 10) Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan kalsium.



16



11) Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair. Perubahan Psikologis pada Trimester III Menurut Sulistyawati (2009,p. 76-77), perubahan psikologis pada trimester III adalah : 1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik 2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu 3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya 4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi



yang



mencerminkan



perhatian



dan



kekhawatirannya 5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya 6) Merasa kehilangan perhatian 7) Perasaan mudah terluka (sensitif) 8) Libido menurun 3. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Kebutuhan



dasar



kaitannya



dengan



kebutuhan



fisik



diantaranya oksigenasi, nutrisi, personal, hiegienitas, pakaian, eliminasi, seksual, mobilisasi/body mekanik, dan istirahat/tidur.



17



Kebutuhan



dasar



selama



kehamilan



sangat



mempengaruhi



kesehatan ibu maupun bayi dalam kandungannya. Tidak terpenuhi kebutuhan dasar selama kehamilan, akan berdampak pada kesehatan ibu dan bayi dan secara langsung akan mempengaruhi proses persalinannya kelak (Ersila et al., 2019). a. Nutrisi Kebutuhan



energi



pada



kehamilan



trimester



1



memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal per hari. (Walyani, 2015). Baik buruknya nutrisi ibu hamil dapat dilihat dari Indeks Masa Tubuh (IMT), IMT dapat diinterpretasikan dalam kategori berat kurang dengan IMT kurang dari 19,8 kg kategori normal dengan IMT 19,8 - 26 kg, kategori berat lebih atau tinggi dengan IMT 26 - 29 kg dan kategori obesitas dengan IMT lebih dari 29 kg. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1 - 2,5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya ratarata



0,5



kg



setiap



minggu



(Rukiah.A.Y., dkk, 2013). b. Oksigen



sampai



akhir



kehamilan



18



Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung (Walyani, 2015). Kebutuhan oksigen berkaitan dengan perubahan sistem pernafasan



pada



masa



kehamilan.



Kebutuhan



oksigen



meningkat sesuai respons tubuh terhadap akselerasi laju metabolisme, untuk menambah masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan amsa uterus, dan lainnya. Ibu hamil bernapas lebih dalam karena peningkatan volume tidal paru dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali bernapas (Mandriwati., dkk, 2016). Ibu hamil perlu latihan nafas selama hamil, tidur dengan bantal yang lebih tinggi, makan tidak terlalu banyak, kurangi atau berhenti merokok, untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Walyani, 2015). c. Personal Hygiene Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit, ketiak dengan cara membersihkan dengan air dan keringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena sering sekali mudah terjadi gigi berlubang,



19



terutama dengan ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi (Romauli, 2014). Ibu hamil harus melakukan gerakan membersihkan dari depan ke belakang ketika selesai berkemih atau defekasi dan harus menggunakan tisu yang bersih, lembut, menyerap air, berwarna putih, dan tifak mengandung parfum, mengelap dengan tisu dari depan ke belakang (Mandriwati., dkk, 2016). d. Pakaian Meskipun pakaian bukan hal yang barakibat langsung terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamanan dalam pakaian. Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang mengganggu fisik dan psikologis ibu (Romauli, 2015). e. Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah sering buang air kecil dan konstipasi. Konstipasi



terjadi



karena



adanya



pengaruh



hormon



progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos salah satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi (Walyani, 2016). Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan



20



mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung kosong. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama yang dirasakan terutama pada trimester 1 dan 3. Ini terjadi karena pembesaran uterus yang mendesak kandung kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi (Walyani, 2017). f. Mobilisasi Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara berirama dengan menghindari gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan tubuh dan kelelahan (Romauli, 2018). g. Istrirahat Romauli (2019) Tidur Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/ tidur yang cukup. Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan tidur siang lebih kurang 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susah tidur kerena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal paha diganjal dengan satu



21



bantal. Bagian punggung hingga pinggang juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan. h. Seksualitas Selama kehamilan normal koitus boleh sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat tidak lagi berhubungan selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus berulang, abortus, ketuban pecah sebelum waktunya. Pada saat orgasme dapat dibuktikan adanya fetal bradichardya karena kontraksi uterus dan para peneliti menunjukkan bahwa wanita yang berhubungan seks dengan aktif menunjukkan insidensi fetal distress yang lebih tinggi (Romauli, 2020). 4. Kebutuhan Psikologi Pada Ibu Hamil Menurut (Megasari et al, 2015) kebutuhan psikologis ibu hamil antara lain: a. Support Keluarga Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih sayang pada wanita dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah mempunyai anak dan keluarga-keluarga dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil. b. Support Tenaga Kesehatan



22



Memberikan



pendidikan,



pengetahuan



dari



awal



kehamilan sampai akhir kehamilan yang berbentuk konseling, penyuluhan, dan pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Contoh: keluhan mual dan muntah, bidan akan menyarankan sering makan tapi porsi sedikit, konsumsi biscuit pada malam hari, sesuatu yang manis (permen, dan jus buah), hindari makanan yang beraroma tajam, yakinkan bahwa situasi ini akan berakhir saat bulan ke-4. c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah suami. Wanita hamil yang diberi perhatian dan kasih sayang oleh suaminya menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil antara lain: menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai, merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak yang dikandung ibu sebagai keluarga baru. d. Persiapan menjadi orang tua Menurut (Romauli,



2011) mengungkapkan



bahwa



persiapan orang tua harus dipersiapkan karena setelah bayi lahir banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama



23



mempunyai anak, persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasihat mengenai persiapan menjadi orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Selain persiapan mental, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena bertambah anggota maka bertambah pula kebutuhannya. 5. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Dan Penanganannya a. Ngidam Sejak awal kehamilan, dorongan untuk ngemil atau makan-makanan tertentu (ngidam) sering muncul pada ibu hamil. Keinginan untuk ngemil mungkin saja muncul karena kebutuhan tubuh untuk makan sedikit demi sedikit tetapi sering.biasanya



terjadi



pada



trimester



I.



Cara



Menangani/mengatasi : a) Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asalkan cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan yang sehat b) Menjelaskan tentang bahaya makanan-makanan yang tidak baik b. Keputihan Selama kehamilan keputihan akan bertambah dan tidak berwarna. Jika tidak ada rasa gatal dan tidak tercium bau yang



24



kurang sedap maka ibu tidak perlu cemas. Jagalah kebersihan alat kelamin dan gunakan selalu celana dalam yang bersih dan kering. Jika keputihan berbau dan terasa gatal segera meminta pertolongan kepada petugas kesehatan. Biasanya terjadi pada trimester I dan III, Penatalaksanaan : a) Menjaga kebersihan vagina b) Mengeringkan bagian vagina dengan handuk setelah dibersihkan c) Menggunakan celana dalam dari katun d) Hindarilah melakukan douche vagina c. Rasa Mual Muntah Keadaan ini lebih sering terjadi di pagi hari walaupun keadaan yang dirasakan oleh sekitar 50% ibu hamil ini dapat muncul kapan saja. Dapat terpicu hanya karena mencium bau makanan atau parfum tertentu (yang pada kondisi normal tidak membuat mual). Hal ini terjadi karena perubahan hormone dalam tubuh. Biasanya, hanya berlangsung selama 3 bulan pertama kehamilan, dan berhenti begitu masuk bulan ke-4. Fisiologi: Perubahan hormon dan faktor psikologis, refleksi kebahagian atau bisa juga karena rasa penolakan terhadap kehamilan. Biasanya terjadi pada minggu ke 5-12 bisa terjadi lebih awal (2-3 minggu setelah hpht). Penatalaksanaan : 1) Ubah kebiasaan makan 2) Konsumsi gizi seimbang



25



3) Bergerak perlahan 4) Mengkonsumsi suplemen d. Pusing/Sakit Kepala Biasa terjadi pada trimester II dan III. Ini Akibat kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan penegangan pada kepala), serta keletihan. Selain itu, Tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang berubah. Fisiologi: Sakit kepala yang sering lebih dari biasa, hal ini mungkin karena keadaan rasa mual, kelelahan,lpar, tekanan darah rendah, dan dapat juga karena perasaan tegang/depresi. Merasa pusing karena pada awal kehamilan ini karena adanya peningkatan tuntutan darah ketubuh, sehingga sewaktu berubah posisi dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sistem sirkulasi darah kesulitan untuk beradaptasi. Penatalaksanaan : a) Mencari tahu apa yang memicu rasa sakit kepala b) Menghindari makanan memicu migren ketika rasa sakit terasa c) Gunakan kompres pada bagian dahi menggunakan air hangat atau air dingin d) Menghindari kelelahan e. Kelelahan Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk



26



bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah. Fisiologi : Peningkatan kadar estrogen progesteron serta merupakan respon fisiologi dari kehamilan. Biasanya terjadi pada trimester I. Penatalaksanaan : a) Meluangkan waktu untuk beristirahat b) Mengkonsumsi makanan sehat c) Menjaga kadar gula darah tetap stabil d) Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi untuk mencegah anemia f. Insomnia Pada ibu hamil, gangguan tidur umunya terjadi pada trimester I dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing (dibahas pada sub bahasan sebelumnya yaitu sering buang air kecil/nokturia), gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu. Penatalaksanaan : a) Hindari situasi stres sebelum tidur b) Hindari minuman yang mengandung kafein c) Hindari makanan yang berbumbu 2 jam sebelum tidur\ d) Minum susu hangat sebelum tidur e) Lakukan relaksasi g. Sering buang air kecil



27



Begitu haid terlambat 1-2 minggu, biasanya ada dorongan untuk buang air kecil yang sering. Hal ini terjadi karena meningkatnya peredaran darah ketika hamil dan tekanan pada kandung kemih akibat membesarnya rahim. Biar pun sering buang air kecil, ibu harus tetap banyak minum agar tidak mengalami kekurangan cairan tubuh. Sering buang air kecil juga dirasakan saat kehamilan sudah mencapai umur 9 bulan, saat kepala bayi masuk ke rongga panggul dan menekan kandung kemih. sudah Supaya tidak mengganggu waktu tidur sebaiknya ibu menghindari waktu minum pada malam hari dan diperbanyak pada siang hari. Hal ini dimaksudkan agar ibu tidak sering kencing pada malam hari oleh karena itu ibu dapat tidur dengan nyenyak. Penatalaksanaan : a) Meningkatkan



asupan



cairan



untuk



mengganti



kekurangan cairankecuali sebelum tidur untuk mencegah nokturia yang dapat mengganggu tidur b) Gunakan pad perineum jika tidak dapat mengontrol pengeluaran urin c) Latihan kegel untuk mengontrol kandung kemih d) Selesai BAK, letakkan tangan pada perut bagian bawah dan angkat untuk mengeluarkan urin yang tertahan. F. Persalinan 1. Pengertian Persalinan



28



Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto, 2021). WHO mendefinisikan persalinan normal seperti spontan pada saat bersalin, beresiko rendah pada awal persalinan dan apa yang tersisa hingga seluruh persalinan selesai. Bayi lahir spontan diposisi titik antara 37 dan 42 minggu hingga selesai proses kehamilan. Setelah kelahiran ibu dan bayi berada dalam kondisi baik (Ahira, 2020). Bentuk persalinan berdasarkan teknik : a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria c. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2019) Persalinan berdasarkan umur kehamilan : a. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau



29



usia kehamilan di bawah 28 minggu. b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan 2836 minggu. Janin dapat hidup, tetapi prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram. c.



Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.



d. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur. e. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya. f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic Disproportion (CPD). (Rohani; dkk, 2018) 2. Tanda-Tanda Persalinan Tanda dan gejala a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan.



30



Bloody show adalah pengeluaran dari mukus. c. Kadang-kadang



ketuban



pecah



dengan



sendirinya.



Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam. d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan multipara. 1) Nulipara Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi pembukaan. 2) Multipara Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan. 3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) 3. Tahapan Persalinan (Kala I-IV) Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh



31



karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani; dkk, 2019). a. Kala I (Kala Pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. 1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam. 2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase. a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2



32



jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/ jam. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akanmembuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama. b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II : 1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit. 2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.



33



3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina. 4) Perineum terlihat menonjol. 5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. 6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan: 1) Pembukaan serviks telah lengkap. 2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina. c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III 1) ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya. 2) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah. 3)



Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.



4) Menaruh perhatian terhadap plasenta d. Kala IV (Kala Pengawasan) Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :



34



1) Tingkat kesadaran. 2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan. 3) Kontraksi uterus. 4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc. Asuhan dan pemantauan pada kala IV a) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi. b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. c) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. d) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi). e) Evaluasi kondisi ibu secara umum. f) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera setelah



asuhan



diberikan



atau



setelah



penilaian



dilakukan. 4. Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek



35



sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan : a. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam. c. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.



5. Kebutuhan dasar ibu dalam masa persalinan Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan. 6. Faktor – Faktor yang berpengaruh dalam persalinan a. Power Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dan uterus. b. Passageway



36



Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut c. Passanger Penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beebrapa factor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi kepala, letak, sikap, dan posisi janin.



G. Nifas 1. Pengertian Masa Nifas



Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2017). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Kemenkes RI, 2018). Pembagian Masa Nifas. Pembagian tahapan masa nifas menurut Mochtar (2018) terbagi menjadi tiga, yakni : a. Puerperium Dini



37



Masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium Intermedial Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi yang berlangsung kurang lebih 6-8 minggu. c. Remote Puerperium Waktu yang diperlukan ibu untuk pulih secara menyeluruh dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama pada ibu yang mengalami komplikasi. 2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas a. Perubahan Fiologis Setelah melewati persalinan ibu berada pada masa nifas yang sewajarnya mengalami perubahan-perubahan pada bagian fisiknya (Prawirohardjo, 2017). Perubahan fisiologis pada masa nifas sebagai berikut : 1) Involusi Uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi (Bobak et al, 2018). Pemulihan



lengkap



tempat



perlekatan



plasenta



memerlukan waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder (Kemenkes RI, 2018). 2) Lochea



38



Menurut (Bobak et al, 2018) selama masa nifas, lochea terbagi menjadi 4 tahapan : a) Lochea rubra/merah (cruenta) keluar pada hari ke 1-3 masa nifas, berwarna merah yang berisi darah segar, jaringan sisa- sisa plasenta,dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium. b) Lochea sanguinolenta keluar pada hari ke 4-7 masa nifas, berwarna merah kecokelatan dan berlendir (Bobak et al, 2018). c) Lochea serosa keluar pada hari ke 7-14 masa nifas, berwarna kuning kecokelatan. d) Lochea alba/putih keluar pada minggu ke 2-6 masa nifas. Mengandung leukosit, sel desidua, epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati. 3) Payudara Selama masa nifas payudara bagian alveolus mulai optimal memproduksi ASI (Kemenkes RI, 2015). Air susu ibu dibagi menjadi 3 jenis yaitu : Kolostrum keluar pada hari ke 1-3, berwarna kuning keemasan, kental, dan tinggi protein. ASI transisi, keluar dari hari ke 4-10, kadar protein menurun, lemak dan karbohidrat tinggi. ASI matur, keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya (Manuaba, 2017).



39



4) Serviks Ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui 1 jari saja (Bobak et al, 2018). 5) Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan mengalami penurunan tonus dan traktus pencernaan dalam beberapa jam setelah melahirkan, nafsu makan meningkat, dan ibu sering mengalami konstipasi (Kemenkes RI, 2018). 6) Tanda-Tanda Vital Suhu tubuh naik kurang lebih 0,50 C dari keadaan normal dan stabil dalam 24 jam. Nadi kembali normal setelah persalinan. Tekanan darah kembali normal dalam 24 jam setelah setelah persalinan. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi (Bobak et al, 2017). b. Perubahan Psikologi Perubahan psikologis mempunyai peranan sangan penting pada ibu nifas. Adaptasi psikologis pada ibu nifas terbagi menjadi tiga menurut (Kemenkes, 2014) yakni : 1) Fase Taking In Fase ini periode ketergantungan yang berlangsung di hari pertama sampai hari kedua pasca bersalin. Pada



40



fase ini ibu sering menceritakan pengalaman selama proses persalinan, ibu mudah tersinggung. 2) Fase Taking Hold Fase ini berlangsung pada hari ke-3 sampai ke-10 pasca bersalin.



Ibu



merasa



khawatir



akan



ketidakmampuannya dalam merawat bayi, perasaannya sangat sensitif dan mudah tersinggung. 3) Fase Letting Go Fase ini berlangsung pada hari ke-10 pasca bersalin . Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan perannya, keinginan untuk merawat bayi dan dirinya mulai meningkat serta menerima tanggung jawab barunya. 3. Kebutuhan Dasar Nifas a. Nutrisi dan Cairan Kebutuhan gizi ibu nifas akan meningkat 25% karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu. Menu makanan seimbang ibu nifas yaitu porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Ibu nifas juga dianjurkan untuk menjaga kebutuhan hidrasi minimal 3 liter setiap harinya, konsumsi tablet besi minimal sampai 40 hari postpartum, dan vitamin A (200.000) untuk mempercepat proses penyembuhan pascasalin (Maritalia 2021).



41



b. Ambulasi Dini Ibu yang melahirkan secara normal, biasanya satu atau dua jam sudah diperbolehkan ke kamar mandi dengan dibantu yang sebelumnya sudah latihan mobilisasi. Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari miring ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Mobiliasi setiap ibu berbeda tergantung dari ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas, dan status kesehatan ibu (Maritalia, 2021). c. Eliminasi Buang air kecil pada masa nifas sebaiknya dilakukan secepatnya yaitu setiap 3-4 jam. Jika terdapat kesulitan BAK akibat kandung kemih yang oedema dapat dilakukan kateterisasi. Sedangkan apabila mengalami kesulitan BAB sekitar 3-4 hari postpartum dapat diatasi dengan konsumsi makanan yang berserat (Marmi, 2020). d. Kebersihan Diri Menjaga kebersihan diri pada masa nifas sangat penting karena untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri masa nifas meliputi perawatan perineum yang sehabis BAK/BAB dibersihkan secara rutin dengan sabun yang lembut dan perawatan payudara dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu serta BH yang menyokong payudara (Marmi, 2020). e. Istirahat



42



Gangguan pola tidur sering muncul pada masa nifas. Hal tersebut



disebabkan



karena



kelelahan



akibat



proses



persalinan, timbulnya rasa nyeri pada luka perineum, dan sering bangun malam untuk meneteki. Kurang istirahat dapat membuat produksi ASI berkurang, meningkatkan perdarahan, serta menyebabkan depresi. Oleh sebab itu, sarankan ibu untuk tidur siang atau istirahat ketika bayi tidur (Maritalia, 2021). H. Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi Baru Lahir a. Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram (Sastrawinata, 2017). b. Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm) dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500 – 4000 gram (Prawirohardjo, 2016). c. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yangaterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 25004000 gram. d. Bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2017). 2. Adaptasi Bayi Baru Lahir a. Perubahan Sistem Pernafasan Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling



43



tertantang ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah placenta. Paru – paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34 minggu. Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama



kali,



diantaranya;



peristiwa



mekanis



seperti



penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan



44



paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran,



kompresi



dinding



dada



akan



membantu



pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini. b. Perubahan Sirkulasi Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasentajanin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir. Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada



45



sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung



oksigen



melewati



duktus



arteriosus



menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang meninggalkan



jantung



neonatus



menjadi



sepenuhnya



mengandung oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain. Penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran. c. Termogulasi Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan suhu di dalam rahim. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui



46



empat mekanisme yaitu : 1) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. 2) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi



ditempatkan



di



dekat



benda-benda



yang



mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). 3) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. 4) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan



47



cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. d. Glukosa Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan



luar



rahim



seorang



janin



yang



sehat



mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III. Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan. Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak pada jam–jam pertama kelahiran. I. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB



48



Keluarga berencana merupaakan usaha suami istri untuk emngukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang di maksud termasuk kontrasepsi atau pencegah kehamilan dan perencanaan keluarga (Purwoastuti dan Walyani, 2018). Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki keluarga yang sejahtera. Salah satu cara yang mereka tempuh itu dengan memperkecil jumlah anak sehingga mereka merasa cukup dan sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun faktor ekonomi yakni banyak masyarakat yang merasa jika banyak anak maka kebutuhan ekonomi mereka meningkat sehingga mereka harus bekerja keras lagi. Maka dari itu mulai muncul anggapan orang untuk melakukan program keluarga berecana yang memang merupakan salah satu program pemerintah. Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan kehamilan agar terciptanya suatu keluarga yang sejahtera. Adapun menurut Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa



49



Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan



kelahiran,



pembinaan



ketahanan



keluarga,



peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Namun dalam islam , keluarga berencana menjadi persoalan yang polemik karena ada beberapa ulama yang menyatakan bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat al-qur’an yang mendukung program keluarga berencana . Dalam al-qur’an dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana , diantaranya : ‫ض َعافًا خَ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬ ِ ً‫ش الَّ ِذينَ َلوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬ y‫َس ِدي ًدا‬ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan endaklah



mereka



mengucapkan



perkataan



yang



benar”.



(Qs.AnNisa : 9). Ayat-ayat



al-quran



diatas



menunjukan



bahwa



islam



mendukung adanya keluarga berencana karena dalam QS. AnNissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah



50



generasi penerus yang lemah agama , ilmu , pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang Sakinah. Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam. Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan



kelahiran



atau



usaha



pencegahan



kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat



51



nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB. Terlepas dari larangan untuk ber-KB , kita harus mengetahui dan memperhatikan jenis dan kerja alat kontrasepsi yang akan digunakan. Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah yang sifatnya pemandulan.Vasektomi (sterilisasi bagi lelaki) berbeda dengan khitan lelaki dimana sebagian dari tubuhnya ada yang dipotong



dan



dihilangkan,



yaitu



kulup



(qulfah



bhs.



Arab,praeputium bhs. Latin) karena jika kulup yang menutupi kepala



zakar



(hasyafah/glans



penis)



tidak



dipotong



dan



dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral disease). Karena itu, khitan untuk laki-laki justru sangat dianjurkan.Tetapi kalau kondisi kesehatan isteri atau suami yang terpaksa seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir atau terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau melahirkan



52



bayi,maka sterilisasi dibolehkan oleh Islam karena dianggap dharurat. Hal ini diisyaratkan dalam kaidah : ‫الضرورة تبيح المحظورات‬ “Keadaan darurat membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang agama.” Majlis Ulama Indonesia pun telah memfatwakan keharaman penggunaan KB sterilisasi ini pada tahun 1983 dengan alasan sterilisasi bisa mengakibatkan kemandulan tetap. Menurut Masjfuk Zuhdi bahwa hukum sterilisasi ini dibolehkan karena tidak membuat kemandulan selama-lamanya. Karena teknologi kedokteran



semakin



canggih



dapat



melakukan



operasi



penyambungan saluran telur wanita atau saluran pria yang telah disterilkan. Meskipun demikian, hendaknya dihindari bagi umat Islam untuk melakukan sterilisasi ini, karena ada banyak cara untuk menjaga jarak kehamilan. Cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Jenis Jenis Kontrasepsi sebagai berikut : NO 1



Jenis Kontrasepsi Suntik



Keuntungan



Kerugian



Dapat digunaka oleh ibu menyusui, tidk perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual,



Dapat mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita, tidak



53



2



Kondom



3



Pil



4



Implant



5



darah mentruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat menstruasi. Bila digunakan secara tepat kondom dapat mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual, tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan jangka panjang, kondom mudah di dapat dan tersedia dengan harga terjangkau Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium, untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat atau hirsutism



melindungi terhadap penyakit menular seksual, harus mendatangu klinik setiap 3 bulan sekali. Kondom mudah robek jika disimpan tidak sesuai aturan, dapat menimbulkan alergi, mengganggu kenikmatan hubungan seksual.



Tidak terlindungi dari penyakit menular seksual, harus ruin diminum setip hari, saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting, efeksamping yang mungkin drasakan sakit kepala , depresi, letih. Mempengaruhi siklus mentruasi, tidak melindungi dari penyakit menular seksual, dapat menyebabkan kanaikan berat badan



Dapat mencegah kehamilan dengan jangka waktu 3 tahun, dapat dgunakan oleh wanita menyusui, tidak perlu mengkonsumsi setiap hari IUD Dapat digunakan Tembaga pada IUD dengan jangka waktu dapat meningkatkan 5-10 tahun, tingkat darah menstruasi dan keefektifannya tinggi kram Pada intinya Keluarga berencana dalam pandangan islam diperbolehkan apabila dilakukan dengan cara yang sesuai syariat islam , dilakukan dalam konteks pengaturan keturunan bukan



54



pembatasan keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang darurat yang dapat mengancam keselamatan masyarakat itu sendiri. J. Standar Asuhan Kebidanan Dan Kewenangan Bidan 1. Standar Asuhan Kebidanan Standar asuhan kebidanan diatur dalam KEPMENKES No. 938/MENKES/SK/VII/2007. Standar tersebut adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan ruang lingkupnya. Standar asuhan kebidanan yaitu : a. Standar I (Pengkajian) Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. b. Standar



II



(perumusan



Diagnosa



dan



atau



Masalah



Kebidanan) Bidan menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan suatu diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. c. Standar III (Perencanaan) Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah ditegakkan. d. Standar IV (Implementasi)



55



Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. e. Standar V (Evaluasi) Bidan



melakukan



evaluasi



secara



sistematis



dan



berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang



sudah



diberikan,



sesuai



dengan



perubahan



perkembangan kondisi klien. f. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan) Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang disediakan (rekam medis/ KMS/ status pasien/ buku KIA), ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan). 2. Kewenangan Bidan Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga



56



berencana. Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi : a. Konseling pada masa sebelum hamil. b. Antenatal pada kehamilan normal. c. Persalinan normal. d. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal. e. Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui. f. Konseling pada masa antara dua kehamilan. Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dijelasakan pada Pasal 19 ayat (3), bidan berwenang melakukan: a. Efisiotomi dan pertolongan persalinan normal. b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. c. Memberikan



penanganan



kegawatdaruratan,



dilanjutkan



dengan perujukan. d. Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil. e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. f. Memfasilitasi atau membimbing dalan Inisiasi Menyusu Dini dan promosi ASI eksklusif.



57



g. Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum. h. Memberikan penyuluhan dan konseling. i. Memberikan bimbingan pada kelompok inu hamil, serta berwenang memberikan keterangan hamil dan kelahiran. Bidan juga berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak yang dijelaskan pada Pasal 20, meliputi : a. Memberikan pelayanan neonatal esensial. b. Penanganan



kegawatdaruratan,



dialnjutkan



dengan



perujukan. c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah. d. Memberikan konseling dan penuyuluhan. Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan wewenang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, meliputi: a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. b. Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan Selain wewenang yang telah dijelaskan pada Pasal 18, bidan juga memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan sencara mandat dari dokter.



58



K. Manajemen Kebidanan Dan Dokumentasi 1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah, 2018). 2. Tahap Dalam Manajemen Kebidanan Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses asuhan kebidanan ada 7 langkah, yaitu : a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar Pada



langkah



pengumpulan



semua



ini



dilakukan data



yang



pengkajian



dengan



diperlukan



untuk



mengevaluasi keadaan klien secara lengkap seperti, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya, meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study (Rukiah, 2013). Data yang diperoleh untuk kasus



59



anemia dilakukan dengan cara mengumpulkan data lengkap dari klien dengan menilai keadaan klien melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Laboratorium). Data subjektif yaitu data yang didapatkan dari ibu seperti ibu mengeluh sering merasa lelah dan sering mengantuk, merasa pusing dan lemah, merasa tidak enak badan, mengeluh sakit kepala. Data objektif yaitu merupakan data dari hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti, tampak kuku pada tangan pucat, konjungtiva pucat dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb. b. Langkah 2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah actual Mengidentifikasi



data



dengan



cepat



untuk



mengidentifikasi diagnose atau masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar, menguraikan bagaimana suatu data pada kasus diinterpretasikan menjadi suatu diagnose atau secara teori data apa yang mendukung untuk timbulnya diagnose tersebut. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang di alami oleh klien (Rukiah, 2018). Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan pada saat pengkajian data maka diagnosa yang ditegakkan. c. Langkah



3. Mengidentifikasi



diagnosis



atau



masalah



60



potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis



yang



telah



di



identifikasi,



langkah



ini



membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benarbenar terjadi. Adapun Masalah potensial anemia pada ibu hamil dimasa kehamilan, dapat mengakibatkan abortus, dapat menyebabkan persalinan prematur, dapat menyebabkan pertumbuhan



dan



perkembangan



janin



dalam



rahim



terganggu (Bothamley, 2017). d. Langkah 4. Penetapan kebutuhan/ tindakan Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan aggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah



keempat mencerminkan



kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus misalnya pada waktu tersebut dalam persalinan (Jannah, 2018). e. Langkah



5. Intervensi/



Perencanaan



tindakan



asuhan



61



kebidanan Pada menyeluruh,



langkah



ini



ditentukan



dilakukan



perencanaan



langkah-langkah



yang



sebelumnya.



Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat di lengkapi (Jannah, 2018). f. Langkah 6. Implementasi/ pelaksanaan asuhan Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah



lima



harus



dilaksanakan



secara



efesien.



Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.Implementasi yang diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting, agar ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya serta merupakan



62



tujuan utama pelayanan antenatal. g. Langkah 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar- benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Jannah, 2018). Pada prinsip tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan. 3. Pendokumentasian Tindakan Asuhan Kebidanan Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien. Menurut Varney, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sitematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkahlangkah manajemen kebidanan maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP ,yaitu : a. S (Data Subjektif) Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh



63



melalui anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Expresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan lansung atau ringkasan yang akan berhubungan lansung atau ringkasan yang akan berhubungan lansung dengan diagnosis. b. O (Data Objektif) Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang



jujur dari



pemeriksaan



fisik



pasien,



pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostic lain. c. A (Assessment) A



(Analysis/



pendokumentasian



hasil



Assessment),



merupakan



analisis



intrepretasi



dan



(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan



64



diambil keputusan/ tindakan yang tepat. Analysis/ assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien. d. P (Planing) Planning/ perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana



asuhan



ini



bertujuan



untuk



mengusahakan



tercapainya kondisi pasien secara optimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bidan mencapai criteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, anatara lain dokter. Meskipun



secara



istilah,



P



adalah



planning/



perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga



65



merupakan gambaran pendokumentasi implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney



langkah



kelima,



keenam,



dan



ketujuh.



Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan



tidak



dilaksanakan



akan



membahayakan



keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinyapun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.



66



L. Kerangka Alur Pikir Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 Uk 40+6 hari bersalin secara spontan di PMB Rahmi Dwiyati



Ny. N umur 27 th nifas normal dengan perawatan luka perineum



Ny. N umur 27 tahun G2P1A0 UK 39+4 hari  Tidak ada keluhan  Hitung Gerakan janin  Konsul SpOg  Follow up 1x  KIE persiapan persalinan



Bayi normal, tidak ada kelainan,rawat gabung dengan ibu, menghisap kuat, Mekonium (+), BAK (+)



Melakukan edukasi KB dan ibu ingin menggunakan KB IUD



 Persalinan berjalan secara normal, dilakukan IMD selama 1 jam, Kolustrum (+)



 Luka jahitan perineum tidak ada masalah.  Pengeluaran perdarahan normal  Proses menyusui lancar, kolostrum (+)  Observasi kontraksi dan perdarahan selama 2 jam  Edukasi perawatan luka  Edukasi personal hygiene  KIE ASI Eksklusif  KIE Tanda Bahaya Nifas



 Bayi lahir pukul 22.35 WIB  Jenis Kelamin perempuan  Berat Badan 2800 gram  Panjang Badan 49 cm  Lingkar Kepala 30 cm



67



BAB III METODE PENELITIAN



A. Rancangan Laporan Laporan asuhan kebidanan berkelanjutan diawali dengan asuhan kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan diakhiri dengan asuhan keluarga berencana. Metode pelaporan asuhan ini menggunakan studi kasus. Diawali dengan pengkajian awal dilanjutkan pelaksanaan asuhan berkelanjutan mulai dari fase kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. Seluruh dokumentasi kegiatan dibuat dengan jelas holistic, kompleks, dinamis. Lampiran dokumentasi tertulis secara sistematis mengambarkan proses dan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada subjek asuhan. Instrument dokumentasi menggunakan SOAP lengkap diawali pengkajian dan follow up selanjutnya ditulis dalam laporan perkembangan, pedoman wawancara, dan kuesioner disesuaikan kondisi masing-masing pasien. B. Tempat dan Waktu Pelaporan 1. Tempat Asuhan kebidanan berkelanjutan dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati 2. Waktu Pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan dilakukan pada tanggal 11 Mei 2023 – 8 Juni 2023) C. Subjek Laporan Subjek laporan kali ini adalah ibu hamil di PMB Rahmi Dwiyati



51



52



yang telah didampingi dari masa kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru lahir dan Keluarga Berencana. D. Jenis Data 1. Data Primer Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi menggunakan satu set alat pemeriksaan ANC, bersalin dan nifas serta dilakukan pemeriksaan laboratorium. a. Wawancara Pada asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. N umur 27 tahun penulis memperoleh data melalui wawancara dengan klien untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pemberian informasi secara lisan. b. Observasi/ pengamatan/ pengukuran Menurut Kamus Ilmiah Populer adalah kata observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-ulang. c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis 1) Inspeksi Inpeksi merupakan proses opservasi yang di lakukan secara sistematik.



Inspeksi



dilakukan



pendengaran dan penciuman.



dengan



penglihatan,



53



2) Palpasi Palpapsi adalah teknik pemeriksaan dengan jari atau instrumen yang sensitive 3) Perkusi Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetuk jari kebagian tubuh klien yang di kaji untuk membandingkan bagian kiri dan kanan. Untuk mengetahui perut kembung atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemerksaan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang, di hasilkan oleh tubuh. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari buku KIA, jurnal atau hasil laporan asuhan kebidanan berkelanjutan terdahulu. E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu format askeb SOAP perkembangan, pedoman wawancara, catatan medik atau status pasien, buku KIA dan kamera. Pada pemeriksaan fisik diperlukan tensimeter, stetoskop, dopler, timbang berat badan, thermometer, jam tangan, dan handscoon.



54



F. Analisi Data Analsisis data pada penulisan studi kasus ini dilakukan secara deskriptif



dengan SOAP yakni S (Subjektif), O (Objektif), A



(Assesment), P (Perencanaan dan Evaluasi) yang mengacu pada kemenkes RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan. G. Etika Studi Kasus 1. Mendapat persetujuan (Informed Consent) Persetujuan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan permohonan izin untuk menjadi responden dalam memberikan asuhan pada ibu hamil diwilayah kerja PMB Rahmi Dwiyati. 2. Kerahasiaan Kerahasiaan informasi responden dijamin penulis, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 3. Keamanan Responden Untuk menjaga kerahasiaan, penulis tidak mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



Pada bab ini membahas kesesuaian antara teori dalam bab 2 dengan tinjauan kasus dalam bab 3. Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan kesenjangan dan persamaan antara teori dengan kasus nyata pada Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada Ny. N usia 27 tahun di PMB Rahmi Dwiyati dengan menggunakan standar asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian data, perumusan masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. A. Hasil A. ASUHAN KEBIDANAN DALAM KEHAMILAN



Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny “N” Usia 27 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 39 Minggu 4 Hari dengan Kehamilan Normal di PMB Rahmi Dwiyati



Kunjungan pertama di TM3 Tanggal Pengkajian



: 11 Mei 2023



Waktu Pengkajian



: 16.35 WIB



Pengkaji



: Nurul Widyastuti



BIODATA Ibu



Ayah



Nama



: Ny N



Tn A



Umur



: 27 Tahun



39 Tahun



54



55



Gol Dar



:A



-



Pendidikan



: SMA



SMA



Pekerjaan



: IRT



Karyawan Swasta



Agama



: Islam



No Telp



: 0856-4374-1814



Alamat



: Banar RT.01/RW. 04, Deyangan, Mertoyudan,



Magelang Jaminan



:-



Data Subjektif (S) 1. Keluhan Ibu : Ibu mengatakan sudah mulai merasakan mules. 2. Riwayat Menstruasi a. Menarche : 14 tahun b. Siklus Haid : 26 hari c. Lama Hait : 5-6 hari d. Dismenorhea : tidak ada e. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali dalam sehari f. HPHT : 7 Agustus 2022



HPL : 14 Mei 2023



3. Riwayat Kehamilan : a. Hamil Pertama G2P1A0 b. Kehamilan ini di rencanakan : Ya c. Kehamilan ini di inginkan : Ya d. Mengikuti Kelas Ibu hamil : Ya e. Memanfaatkan Kelas ibu hamil : Ya 4. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga Ibu mengatakan bahwa dirinya tidak punya riwayat penyakit menurun, menaun, dan menular, untuk keluarga ada yang mempunyai riwayat diabetes yaitu bapak mertua. Ibu mengatakan bahwa dirinya atau keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular seperti : TB , PMS, Jantung, HIV, AIDS, dll. 5. Perencanaan Persalinan a. Penolong Persalinan : Bidan



56



b. Tempat Persalinan : PMB Rahmi Dwiyati c. Pendamping Persalinan : Orang Tua / Suami d. Donor Darah : Suami e. Stiker P4 Di pasang : Ya f. Transportasi : Mobil g. Pembiayaan : Tabungan h. Rencana KB : IUD 6. Lingkungan dan Perilaku a. Pemenuhan Nutrisi 1) Pola Gizi seimbang : Ya 2) Porsi lebih banyak dari sebelum hamil : Tidak, tetapi ibu mengatakan bahwa sering makan walaupun dalam porsi yang sedikit. 3) Ibu mengatakan makan makanan beragam makanan yang bervariasi setiap hari (nasi, sayur – sayuran, telur, daging ayam, tahu , tempe, dll) 4) Ibu mengatakan bahwa setiap hari mengkonsumsi protein hewani maupun nabati seperti tempe dan daging ayam. b. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat 1) Tidur Malam : 4 - 6 jam 2) Tidur Siang : 1 jam 3) Posisi Tidur : miring kiri atau terlentang 4) Bersama dengan suami melakukan stimulasi pada janin dengan sering sering mengelus perut ibu dan mengajak berbicara janin sejak usia 4 bulan : Ya, setelah suami pulang kerja c. Hubungan Seksual Selama Kehamilan : pernah melakukan hubungan 1 minggu terakhir ii d. Personal Hygiene 1) Ibu mengatakan sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan, dan setelah BAK/ BAB. 2) Ibu mengatakan jarang menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur , tetapi selalu sikat gigi setiap mandi pagi dan sore.



57



3) Mandi : 2x sehari 4) Membersihkan payudara dan daerah kemaluan : Dibersihkan 2x sehari saat mandi pagi dan sore dan daerah kemaluan setiap setelah BAB ataupun BAK. 5) Ganti pakain 2x sehari saat setelah mandi dan aktifitas fisik. e. Aktifitas Fisik 1) Beraktifitas sesuai kondisi : Ya 2) Suami membantu untuk melakukan pekerjaan sehari – hari : terkadang 3) Mengikuti senam hamil sesuai anjuran nakes : terkadang 7. Lingkungan dan Perilaku yang merugikan pasien a. Ibu sering terpapar asap rokok atau polusi



: Ya



b. Beban pekerjaan ibu terlalu berat



: Tidak



c. Kebiasaan minum jamu atau obat tanpa resep dokter : Tidak d. Memiliki hewan peliharaan / lingkungan sekitar dengan dengan pertenakan: tidak e. Lingkungan Tempat tinggal Ibu 1) Kebiasaan cuci tangan pakai sabun : Ya 2) Kepemilikan jamban : Ya 3) Sumber air bersih : Ya 4) Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL ) : Tertutup 5) Sarana Pembuangan Sampah : Terbuka 8. Hasil pemantuan Pada Masa Hamil a. Ibu mengatakan sudah memiliki buku KIA b. Ibu



mengatakan



rutin



memeriksakan



kehamilannya



ketenaga



kesehatan 2 bulan sekali saat trimester 1 dan 2 minggu sekali saat trimester 2 sampai trimester 3. c. Ibu mengatakan sudah mendapatkan tablet tambah darah, asam folat serta kalsium dan diminum menggunakan air putih , roti atau pisang d. Ibu mengatakan rutin menimbang berat badan ketika periksa kehamilan dan sudah di ukur tinggi badannya serta selalu melakukan pemeriksaan Tekanan Darah.



58



e. Ibu mengatakan status TT saat ini adalah TT 5 ( TT Terahkir adalah TT Hamill trimester 2 ) f. Ibu mengatakan sudah melakukan pemeriksaan ANC terpadu d puskesmas, ibu sudah periksa oleh dokter umum, dokter gigi, petugas gizi, laboratorium, dan petugas psikologi. g. Ibu mengatakan bahwa sudah memahami tentang ASI Eksklusif dari anak sebelumnya



Data Obyektif (O) 1. Keadaan Umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV: BB : 65,5 Kg



TB : 148 cm



TD : 110/70 mmHg



4. Status TT : TT 5 5. Lila : 27 cm 6. Tablet FE : diberikan untuk 1 minggu diminum 2 kali sehari 7. Palpasi Leopod : Presentasi Janin : Preskep a. Leopod I : bagian fundus terasa bulat, lunak, tidak melenting (bokong), TFU 30 cm. b. Leopod II : bagian kanan perut ibu terasa keras, memanjang, ada tahanan, bagian kiri ibu teraba kecil-kecil (ekstermitas) janin. c. Leopod III : bagian bawah perut ibu teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala). d. Leopod IV : kedua ujung jari pemeriksa tidak saling bertemu, (Divergen) 8. Pemeriksaan penunjang : Hb : 12.8 mg/dl (-)



Protein Urin :



Gula Darah Sewaktu : ( - )



9. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) : a. Kepala



: simetris, tidak ada edema, tidak terdapat



nyeri tekan b. Muka



: simetris, tidak terdapat pembengkakan,



tidak ada nyeri tekan, agak pucat



59



c. Mata



: Conjungtiva merah muda, sklera putih dan



tidak cekung d. Telinga



: tidak ada cairan yang keluar, bersih



e. Hidung



: bersih, simetris, tidak ada pembengkakan,



tidak ada polip f. Mulut



: bibir kemerahan, gusi bersih, gigi tidak ada



yang berlubang dan tidak ada caries g. Leher



: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan



limfe h. Payudara



: putting susu menonjol, bersih,dan belum



ada pengeluaran kolostrum. i. Abdomen 10.



: tidak ada luka bekas operasi



Konseling : Meminta ibu untuk selalu menjaga kesehatannya dan



selalu makan – makanan bergizi seimbang. 11.



Rujukan : Tidak dilakukan



Analisa (A) Ny N Usia 27 Tahun G2P1A0 UK 39 Minggu 4 Hari dengan kehamilan normal. Penatalaksanaan (P) 1. Memberitahu tujuan mahasiswa, untuk melakukan pendampingan selama hamil hingga ibu melahirkan dan mengambil keputusan ber KB. Mahasiswa akan melakukan kunjungan kerumah atau tempat lain yang disetujui bersama. Ibu paham dengan penjelasan yang di berikan. 2. Melakukan informed consent bila ibu menyetujui akan dilakukan pemdampingan. Ibu menyetujui akan dilakukan pendampingan untuk beberapa bulan kedepan dan mendatangani informed consent. 3. Melakukan anamnesa identitas, riwayat kehamilan, perencanaan persalianan, dll Ibu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan jelas 4. Menanyakan keluhan selama kehamilan saat ini Ibu mengatakan



60



merasakan lelah tiap kali perjalanan dari tempat kerja dan nafsu makan menurun. 5. Melakukan pemeriksaan TTV dan penilaian sepintas seperti melihat conjunctiva , warna kuku, dan ada pembekakan pada kaki atau tidak. TD : 110/70 mmHg , BB : 65,5 Kg , Konjunctiva merah muda, kuku pendek, tidak pucat, bersih, tidak terjadi pembengkakan. 6. Menyarankan pada ibu untuk selalu menjaga kesehatannya, beistirahat ketika lelah, banyak minum air putih dan makan – makanan bergizi seimbang. Menyarankan ibu untuk makan sedikiti sedikt tapi sering, makan sesuai keinginan tapi disarankan makanan yang bergizi dan makan buah – buahhan. Ibu paham dan mengerti yang sudah di jelaskan dan akan menjalankan saran saat nanti dirumah. 7. Menganjurkan ibu untuk selalu meminum obat yang sudah diberikan oleh nakes seperti Tablet FE, dan Asam Folat Yang didapatkan Ibu paham dan mnegerti dan akan minum obat sesuai anjuran. 8. Menganjurkan ibu untuk segera mempersiapkan diri dan keluarga agar bisa rawat inap di PMB karena sudah akan memasuki waktu persalinan. Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



61



2. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN Data Perkembangan Kebidanan Persalinan Pada Ny “N” Usia 27 Tahun G2P1A0 dengan Persalinan Normal Tanggal



: 20 Mei 2023



Jam



: 22.00 wib



Data Subjektif (S) Ibu mengatakan perut semakin kenceng dan mules seperti ingin BAB, sudah keluar lendir darah. Data Objektif (O) 1. Ku : Lemah 2. TTV : TD : 110/ 70 mmHg 3. Palpasi Leopold: a. Leopold 1 : bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong), TFU 3 jari dibawah posessus xyphoideus b. Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang, ada tahanan, bagian kiri ibu teraba kecil-kecil (ekstremitas) janin c. Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala) d. Leopold IV : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu (Divergen) e. TFU : 30 cm f. TBJ : 2790 gram g. DJJ : 135x/menit h. HIS : 2x 10’30’’ i. Periksa Dalam vagina teraba licin, porsio lunak, tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, kepala di hodge III. Analisa (A) Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 40 +6 Minggu inpartu Kala 1 fase Laten dalam Persalinan



62



Penatalakasanaan (P) 1. Beritahu ibu bahwa hasil pemeriksaan TTV keadaan ibu baik TD: 110/70 mmHg, periksa dalam pembukaan 2 cm selaput ketuban (+), presentasi kepala, kepala di hodge III, detak jantung janin normal, DJJ 135x/menit. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan 2. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap agar tidak terjadi pembengkakan jalan lahir/ kehabisan tenaga sebelum persalinan dan meminta ibu untuk miring kiri agar kepala janin dapat segera turun . Ibu bersedia untuk tidak meneran terlebih dahulu 3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi saat ada kontraksi yaitu dengan tarik napas panjang dari hidung dan hembuskan secara perlahan dari mulut. Ibu



bersedia



menerapkan



teknik



relaksasi



dan



sudah



mempraktikannya. 4. Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum) pada ibu di antara HIS, sebagai penambah energi untuk tenaga saat meneran. Suami dan keluarga bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu 5. Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi: a. Partus set: 1) 2 klem tali pusat 2) Benang umbilical 3) Gunting tali pusat 4) ½ kocher 5) Kassa steril 6) Kateter 7) Gunting episiotomi 8) Spuit berisi oxytocin 10 iu b. Heacting set: 1)



Jarum steril



2)



Benang steril (catgut)



63



3)



Kassa steril



4)



Kom berisi betadine



5)



Pinset anatomis



6)



Spuit berisi lidocaine



c. Alat resusitasi: 1) Penghisap lendir 2) Sungkup 3) Amfubag 4) Meja resusitasi 5) Lampu d. Pakaian ibu: 1) Jarik 2) Pakaian bersih 3) Celana dalam 4) Pembalut e. Pakaian bayi: 1)



Popok



2)



Baju



3)



Bedong



4)



Topi



5)



Sarung tangan dan kaki



f. Persiapan Penunjang 1) Kendil 2) Underpad 3) Infus set 4) Spuit Vitamin K 5) Salep Mata Partus set, kebutuhan ibu, bayi dan keperluan penunjang sudah lengkap 6. Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi: DJJ, Kontraksi, nadi, dan tekanan darah setiap 30 menit sekali, pembukaan serviks setiap 4 jam sekali



64



7. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas jalan-jalan apabila ibu masih kuat atau menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk membantu kemajuan persalinan. Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



Deskripsi Kegiatan



65



Tanggal : 20 Mei 2023 Jam



: 22.10 WIB



Data Subyektif 1. Ibu mengatakan perut mules dan kenceng-kenceng semakin sering 2. Ibu sangat ingin mengejan Data Obyektif 1. Ku : lemah 2. TTV : TD : 110/80 mmHg, 3. Djj : 133x/menit 4. HIS : 3x10’35’’ 5. Genetalia : Periksa Dalam vagina teraba licin, porsio lunak, tipis, pembukaan 9 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, UUK berada dijam 9 di hodge I. Analisis Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 umur kehamilan 40+6 minggu dalam persalinan kala I fase aktif. Pelaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah bertambah (9 cm), DJJ : 133x/menit, HIS 3x10’35”. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap. Ibu bersedia 3. Menganjurkan keluarga atau suami untuk memberikan dukungan agar ibu tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Keluarga bersedia melakukannya. 4. Menganjurkan ibu untuk tetap miring kiri untuk membantu proses kemajuan persalinan. Ibu bersedia melakukannya. 5. Melakukan pemantauan DJJ setiap jeda HIS Ibu sudah mengetahui penjelasan yang diberikan bidan. 6. Menganjurkan ibu memenuhi nutrisi disela -sela kontrasksi dengan mengkonsumsi minuman manis seperti teh manis hangat atau roti.



66



Catatan Perkembangan Kala II Deskripsi Kegiatan Tanggal : 17 mei 2023 Jam



: 22.15 WIB



Data Subyektif 1) Ibu mengatakan ada tekanan pada anus 2) Ibu mengatakan ingin mengejan 3) Ibu mengatakan ada cairan yang keluar dari jalan lahir Data Obyektif 1. Ku : baik 2. TTV : TD : 120/80 mmHg 3. Djj : 133x/menit 4. HIS : 4x10’40’’ 5. Genetalia : perineum menonjol, vulva membuka, ada tekanan pada anus, pengeluaran darah, pemeriksaan dalam pembukaan lengkap (10 cm), porsio tidak teraba penurunan kepala di Hodge IV, tidak terdapat molase, air ketuban jernih, sutura teraba tumpang tindih. Analisis Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 umur kehamilan 40+6 minggu, dalam persalinan normal kala II Pelaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, selaput ketuban sudah pecah, keadaan janin baik DJJ : 133x/menit. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan mencari posisi yang nyaman untuk meneran 2. Memastikan alat sudah lengkap. Alat sudah lengkap 3. Memakai APD dan mendekatkan partus set. APD sudah digunakan dan partus set sudah lengkap 4. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran, membimbing ibu untuk meneran saat ibu



67



mempunyai keinginan untuk meneran, mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. a. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya b. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. c. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. d. Menganjurkan ibu minum untuk menambah tenaga ibu saat meneran. 5. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Handuk bersih sudah diletakkan diatas perut ibu. 6. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Kain bersih sudah diletakkan dibawah bokong ibu. 7. Membuka partus set. 8. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Sarung tangan steril sudah digunakan 9. Saat kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva, lindungi perineum dengan satu tangan dan tangan yang dilapisi kain bersih dan kering dan tangan yang lain menahan kepala bayi dengan tekanan yang lembut agar tidak terjadi defleksi secara tiba-tiba dan membiarkan kepala keluar secara perlahan-lahan. 10. Memeriksa lilitan tali pusat dan melonggarkan lilitan bila terjadi. Tidak ada lilitan tali pusar 11. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 12. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memposisikan tangan secara biparietal. Dengan lembut dengan menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 13. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan



68



kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 14. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. 15. Menilai bayi dengan cepat, bayi lahir spontan pada tanggal 20 Mei 2023 pukul 22.30 WIB dengan keadaan sehat, menangis kuat, jenis kelamin perempuan. 16. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah bayi dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 2 cm dari klem. 17. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut dan mengikat tali pusat dengan benang tali pusat yang steril. 18. Mengeringkan bayi menggunakan handuk yang ada di atas perut ibu untuk mencegah bayi hipotermi. Bayi sudah dikeringkan 19. Mengganti handuk yang basah dengan handuk baru yang kering untuk menjaga kehangatan bayi. Handuk basah sudah diganti dengan handuk kering 20. Meletakkan bayi di atas dada ibu dengan posisi tengkurap atau melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan tetap diselimuti dari atas untuk menjaga kehangatan bayi. IMD sudah dilakukan Catatan Perkembangan Kala III Deskripsi Kegiatan Tanggal : 20 Mei 2023 Jam



: 22.45 WIB



69



Data Subjektif 1. Ibu mengatakan merasa lelah karena meneran 2. Ibu mengatakan perutnya masih mules dan merasakan adanya keluar darah dari kemaluannya Data Objektif 1. Uterus teraba keras dan bulat 2. Kandung kemih kosong 3. Tampak tali pusar menjulur di vulva 4. TFU setinggi pusar Analisis Ny. N usia 27 tahun P2A0 dalam persalinan kala III Pelaksanaan 1. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa saat ini waktu untuk pengeluaran uri/plasenta. 2. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua. Tidak ada janin kedua Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha lateral secara IM yang bertujuan untuk mempercepat lahirnya plasenta dan mencegah terjadinya perdarahan. Ibu sudah mengetahui bahwa plasenta akan lahir dan oksitosin sudah disuntikkan. 3. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva. 4. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Dilakukan PPT dengan memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. Menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus secara dorso kranial dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uterinamun uteri masih belum terlepas seluruhnya. Dilakukan PTT kedua, setelah dilakukan penegangan tali plasenta terjadi tanda-tanda pelepasan



70



plasenta dengan tali plasenta bertambah panjang dan keluar semburan darah tiba-tiba lalu plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Plasenta lahir pada pukul 22.50 WIB 5. Segera melakukan massase uterus menggunakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar searah jarum jam selama 15 detik dan mengajarkan ibu dan suami untuk melakukan masase sendiri. Kontraksi baik, uterus bulat dan keras, TFU 2 jari di bawah pusat. 6. Memeriksa kelengkapan plasenta dan mengevaluasi adanya laserasi pada perineum dan vagina. Kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh, Panjang tali pusar 45 cm. Plasenta lengkap tidak ada bagian yang tertinggal. Catatan Perkembangan Kala IV Deskripsi Kegiatan Tanggal : 20 Mei 2023 Jam



: 23.00 WIB



Data Subjektif 1. Ibu mengatakan senang dan lega karena bayi dan plasenta sudah lahir secara normal 2. Ibu mengatakan perutnya masih mules Data Obyektif 1. Ku : baik 2. TTV : TD : 120/ 80 mmHg 3. TFU : 2 jari dibawah pusar 4. Kontraksi : teraba keras membluat 5. Kandung kemih : kosong 6. Terdapat laserasi derajat 2



71



7. Perdarahan 150 cc Analisis Ny. N usia 27 tahun P2A0 dalam persalinan kala IV Pelaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan bagus 2. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus, yaitu dengan cara meletakkan telapak tangan diatas perut dan melakukan gerakan melingkar searah jarum jam. Ibu dan suami sudah melakukan massase uterus. 3. Melakukan penjahitan luka yang menyebabkan terjadinya perdarahan. 4.



Penjahitan luka dengan memberikan anastesi. Jahitan jelujur dan sub kutis



5. Membersihkan ibu menggunakan washlap dan air DTT dan memasang doek dan celana dalam ibu serta mengganti pakaian ibu. Dan mendekontaminasi peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5%. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. Ibu sudah bersih dibersihkan dan peralatan bekas pakai telah direndam dalam larutan klorin 0,5 %. 6. Menganjurkan ibu untuk memulai memberikan ASI dan bayi tetap diselimuti dan memakai topi untuk menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia menyusui bayinya 7. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan memantau keadaan ibu setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Pemantauan Kala IV Jam



Waktu



ke 1.



Tekanan



Nadi



TFU



Darah 23.15



120/80



78



23.30



120/80



78



23.45



120/70



75



2 jr dibawah pst 2 jr dibawah pst 2 jr



Kontraksi



Kandung



Uterus



Kemih



Perdarahan



keras



Kosong



25 cc



keras



Kosong



20 cc



keras



Kosong



20 cc



72



2.



00.00



120/80



75



00.30



120/80



75



01.00



120/80



80



dibawah pst 2 jr dibawah pst 2 jr dibawah pst 2 jr dibawah pst



keras



Kosong



15 cc



keras



Kosong



25 cc



keras



Kosong



10 cc



Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



72



3. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal 6 Jam Pada Ny “N” Usia 27 Tahun P2A0 di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal Pengakajian : 21 Mei 2023 Jam : 07.00 WIB Data Subjektif (S) Ibu mengatakan perut sedikit mulas dan asi sudah sedikit keluar Data Objektif (O) 1. 2. 3. 4.



Ku : Baik TTV: TD: 120/70 mmHg TFU : 2 Jari bawah Pusat Lochea jenis rubra, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah. 5. Perdarahan 30 cc. 6. Luka perineum tampak kemerahan, laserasi derajat 2 Analisa (A) Ny. N Umur 27 tahun P2A0Ah2 nifas 6 jam post partum Penatalaksanaan (P)



1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/70 mmHg Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas normal. 2) KIE pemenuhan nutrisi ibu nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat meningkatkan hb seperti hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam, sayuran berwarna hijau, dan makan makanan yang mengandung protein tinggi seperti putih telur, banyak minum air putih,



porsi cukup dan



teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna. Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas.



73



3) Memberikan edukasi personal hygiene untuk mengganti pembalut 2 jam sekali dan menjaga luka perineum tetap kering dengan mengeringkan vagina setelah BAK dan BAB Ibu mengerti dan bersedia 4) Memberikan terapi: a. Amoxilin 3x1 b. Asmet 3x1 c. Vitamin A 1x1 Terapi sudah diberikan diberikan 5) Memberikan edukasi kepada ibu untuk melakukan kunjungan 2 hari kemudian yaitu pada tanggal 23 Mei 2023 antara pukul 08.00 sampai dengan 20.00 WIB Ibu bersedia kunjungan ulang untuk pemeriksaan nifas pada pukul 10.00 WIB



Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati.S.ST., Bdn)



(Nurul Widyastuti)



74



4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Pada By. Ny. N 6 jam di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal Pengakajian : 21 Mei 2023 Jam



: 07.00 wib



Data Subjektif (S) Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, daya hisap bayi kuat, gerak bayi aktif. Data Objektif (O) 1) Ku



: Baik



2) TTV : S: 36,9C 3) Antropometri : LK: 30 cm



LD: 31 cm PB : 49 cm



BB : 2800 gram



Lila : 10 cm 4) Jenis kelamin : perempuan 5) Warna kulit : kemerahan 6) Terdapat caput succedanium 7) Mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat 8) Genetalia : BAK (+), BAB (+) Analisa (A) By. Ny. N usia 6 jam normal Penatalaksanaan (P) 1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,9 C, dan antropometri seperti Berat badan : 2800 gram, LK : 30 cm, LD : 31 cm, Lila : 10 cm, PB: 49 cm. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2) Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan pernel bersih dan kering. Ibu bersedia menjaga kehangatan bayinya.



75



3) Memberitahu ibu bahwa bayinya diberi salep mata untuk menghindari terjadinya infeksi dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri. Ibu sudah mengetahui bayinya diberi salep mata. 4) Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan suntikan vit K pada bagian paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg (0,5 ml), untuk menghindari terjadinya perdarahan. Ibu sudah mengetahui bayinya diberi suntikan Vit K. 5) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar cuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah menyusui, oleskan sedikit ASI pada putting susu hingga areola pada saat sebelum dan sesudah menyusui, bayi dipegang pada belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi berada pada lekukan siku ibu dan bokong bayi berada pada telapak tangan, payudara dipegang dengan huruf C, kepala bayi menghadap payudara, perut bayi menempel pada perut ibu, telinga dan lengan bayi diletakkan satu garis lurus dan areola sepenuhnya harus masuk dalam mulut bayi agar hisapan maksimal. Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar dan sudah menerapkannya. 6) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya lebih baik minimal 2 jam sekali. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin. 7) Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan apapun pada tali pusar bayi. Ibu bersedia untuk tidak memberikan apapun pada tali pusar bayi. 8) Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada bayi dan menganti popok setelah BAK atau BAB. Ibu bersedia menjaga kebersihan bayinya. Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



76



5. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal pada Ny. N Usia 27 Tahun P2A0 Hari Ke-3 Di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal



: 23 Mei 2023



Jam



: 10.00 WIB



Data Subjektif (S) 1) Ibu mengatakan tak ada keluhan. 2) Ibu mengatakan pola tidur terganggu karena anaknya sering terbangun dimalam hari. Data Objektif (O) 1. Ku :baik 2. TTV: TD: 120/80 mmHg S: 36,5oC 3. TFU 1 jari diatas simphysis 4. Lochea jenis sanguinolenta sisa darah bercampur lendir 5. Luka perineum masih basah Analisa (A) Ny. N Umur 27 tahun P2A0 nifas hari ke-3 normal Penatalaksanaan (P) 1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/80 mmHg Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas normal. 2) KIE pemenuhan nutrisi ibu nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat meningkatkan hb seperti hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam, sayuran berwarna hijau, dan makan makanan yang mengandung protein tinggi seperti putih telur, banyak minum air putih, porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna. Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas. 3) Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu : perdarahan post partum, lokhea berbau busuk, payudara berubah menjadi merah, tegang



77



dan bengkak, pusing dan lemas berlebihan, suhu tubuh ≥ 38C, perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Ibu sudah mengrti dan sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



78



6. ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Hari Ke-3 di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal



: 23 Mei 2023



Jam



: 10.15 WIB



Data Subjektif (S) 1) Ibu mengatakan pola tidur bayinya masih sering berubah 2) Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat Data Objektif (O) 1. KU : Baik 2. TTV : S: 36,2C 3. Gerak bayi : aktif 4. Jenis kelamin : perempuan 5. Warna kulit : agak kekuningan 6. Mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat 7. Abdomen : tali pusat sudah mulai mengering Analisa (A) By. Ny. N usia 3 hari normal Penatalaksanaan (P) 1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,2C. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan 2) Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi dengan kain namun tidak usah dengan ketat Ibu mengerti dan bersedia. 3) Sering mengganti kassa penutup tali pusat bayi segera setelah mandi dan membiarkan tali pusat bersih serta kering Ibu mengerti



79



4) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali dan mulai memompa apabila produksi ASI banyak Ibu bersedia dan mengerti 5) Menjelaskan kepada ibu untuk menjemur bayinya setiap jam 7 pagi selama 10 menit saat matahari pagi hangat tanpa menggunakan bayi baju agar bayi tidak kuning. Ibu bersedia melakukannya.



Preceptor



(Rahmi Dwiyati, S.ST.,Bdn)



Mahasiswa



(Nurul Widyastuti)



80



7. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI KE 19 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Hari ke-19 pada Ny. N usia 27 Tahun P2A0 di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal Pengkajian



: 08 Juni 2023



Jam



: 10.30 WIB



Data Subjektif (S) 1) Ibu mengatakan ingin kontrol nifas hari ke-19 2) Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan 3) Ibu mengatakan darah yang keluar sedikit-sedikit berwarna merah Data objektif (O) 1) KU : Baik 2) TTV: TD: 120/70 mmHg 3) Luka perineum sudah kering 4) TFU sudah tidak teraba 5) Lochea jenis alba, muncul setelah hari ke-14 Analisa (A) Ny. N Umur 27 tahun P2A0 nifas normal hari ke-19 Penatalaksanaan (P) 1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/70 mmHg Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas normal. 2) Menganjurkan ibu untuk perbanyak istirahat ketika sang anak istirahat dan tetap menjaga asupan nutrisi serta psikologis karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu bersedia 3) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga area genetalia dengan



81



membersihkan dari depan ke arah belakang untuk mengurangi terjadinya infeksi. Ibu bersedia melakukannya. 4) Menjelaskan macam-macam jenis KB yang bisa digunakan untuk ibu menyusui seperti suntik 3 bulan, pil progestin, kb implan (AKBK) dan kb IUD (AKDR). Ibu bersedia untuk bermusyawarah dengan suaminya.



Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



8. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR HARI KE-19



82



Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Hari ke-19 pada By.Ny. N usia 19 Hari di PMB Rahmi Dwiyati Tanggal Pengkajian



: 08 Juni 2023



Jam



: 10.30 WIB



Data Subjektif (S) 1) Ibu mengatakan bayinya menangis kuat 2) Ibu mengatakan daya hisap bayi kuat 3) Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan 4) Ibu mengatakan bayinya dijemur setiap pagi selama 10 menit Data Objektif (O) 1. KU : Baik 2. TTV : S: 36,6C 3. Gerak bayi : aktif 4. Jenis kelamin : perempuan 5. Mata : normal, reflek hisap : kuat Analisa (A) By. Ny. N usia 19 hari, normal Penatalaksanaan (P) 1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,6C. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya datang ke PMB untuk melakukan imunisasi BCG pada saat bayi berusia 1 bulan yaitu pada tanggal 25 Juni 2023 dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. Ibu bersedia 3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya minimal 2 kali sehari. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.



83



4) Menganjurkan ibu unutuk memantau pertumbuhan bayinya dengan menggunakan buku KIA. Ibu bersedia 5) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya datang ke posyandu yang sudah terjadwalkan harinya untuk memantau pertumbuhan bayi. Ibu bersedia. 6) Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu saat akan menyentuh bayi, karena kulit bayi masih sangat sensitif. Ibu bersedia memcuci tangan terlebih dahulu



Preceptor



Mahasiswa



(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn)



(Nurul Widyastuti)



84



B. Pembahasan A. Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan hasil anamnesa usia ibu 27 tahun, Usia 20-35 tahun merupakan usia yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Karena pada usia35 tahun merupakan keadaan yang dikategorikan dalam resiko tinggi terhadap kelainan bawaan serta adanya penyulit selama masa kehamilan dan persalinan (Sulistyawati, 2021). Pada masa kehamilan TM 3 ada 1 kali kunjungan. Ibu mengatakan perut sudah mulai sering kencang dan mules pada umur kehamilan 39 minggu 4 hari. Ibu disarankan untuk tidak panik dan tetap melakukan aktifitas seperti biasa. Melakukan akivitas fisik dapat mempengaruhi proses devekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Pada dasarnya wanita hamil banyak memerlukan aktivitas fisik atau olahraga untuk menjaga stamina dan kebugaran selama kehamilan lalu untuk mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal. Banyak manfaat melakukan aktivitas fisik atau olahraga bagi wanita hamil, khususnya bagi wanita hamil yang mengalami berbagai perubahan baik fisik, mood, maupun hormonal (Hartinah et al., 2019). Penatalaksanaan yang diberikan: memberitahu ibu hasil



85



pemeriksaan TTV : TD: 110/70 mmHg, Antropometri : BB : 65,5 kg. Pengukuran



tekanan



darah



(tensi),



Tekanan



darah



normal



120/80mmHg (Kemenkes RI, 2016). Pada kunjungan ke-2 dilakukan pemeriksaan dalam vagina teraba licin, porsio lunak, tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, kepala di Hodge III. Persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), berlangsung selama 18-24 jam. Fase Fase laten Fase di mana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan kurang dari 4 cm, berlangsung dalam 7-8 jam (Kemenkes RI, 2016). Memberikan penjelasan tentang pentingnya dukungan suami dan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dukungan dari lingkungan sekitar dan rasa aman, nyaman dan terlindungi selama hamil untuk mengurangi rasa cemas yang ibu rasakan. Ibu dapat mengurangi kecemasan dan kegelisahan dengan memenuhi kebutuhan spiritual seperti do’a ketika hamil, shalat dan tadarus, mohon pertolongan hanya kepada Allah. Kecemasan yang dirasakan ibu seperti takut terjadi komplikasi pada ibu dan janin, takut akan nyeri persalinan, takut tidak bisa melahirkan secara normal, takut akan jahitan perineum, takut akan terjadi perdarahan, takut tidak bisa memberikan ASI pada bayinya dan takut tidak bisa merawat bayinya nanti. Beban psikologis ibu menjadi kompleks, jika tidak ditangani dengan tepat akan mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis ibu maupun janin



86



(Permatasari, 2020). Menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas seperti biasa, dan melakukan jalan-jalan untuk membatu penurunan kepala. Melakukan akivitas fisik dapat mempengaruhi proses devekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Pada dasarnya wanita hamil banyak memerlukan aktivitas fisik atau olahraga untuk menjaga stamina dan kebugaran selama kehamilan lalu untuk mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal. Banyak manfaat melakukan aktivitas fisik atau olahraga bagi wanita hamil, khususnya bagi wanita hamil yang mengalami berbagai perubahan baik fisik, mood, maupun hormonal (Hartinah et al., 2019). B. Asuhan Kebidanan Persalinan Ibu melahirkan secara spontan pada tanggal 20 Mei 2023. pukul 22.30 WIB dengan keadaan sehat, menangis kuat, jenis perempuan. Persalinan adalah pengeluaran janin dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada usia kehamilan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2018) C. Asuhan Kebidanan Nifas Kunjungan nifas pada Ny. N dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada 6 jam pertama, kunjungan nifas ke-2 pada hari ke 3 dan kunjungan nifas ke 3 pada hari ke 19. Pelayanan nifas yang diperoleh Kemenkes RI tahun 2016, asuhan yang dapat dilakukan pada masa



87



nifas yaitu: kunjungan nifas pertama (KF1) diberikan enam jam sampai 3 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas kedua (KF2) diberikan hari ke-28 setelah persalinan. Kunjungan nifas lengkap (KF3), pelayanan yang dilakukan hari ke-42 setelah persalinan. Pada kunjungan nifas pertama didapatkan hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, lochea rubra perdarahan 30 cc dan diberikan terapi Paracetamol 1x1, Etabion 1x1. Pada kunjungan kedua didapatkan hasil TTV dalam batas normal. Perubahan yang terjadi tidak segnifikan seperti perubahan tekanan darah meningkat dari 100/80 mmHg ke 120/90 mmHg, nadi yang dihitung selama per jam berkisar antara 75-95x/m, jumlah pernafasan permenit meningkat dari 19-30x/m, suhu berada pada keadaan normal 36.82 C- 37C (Widiati & Halimatussakdiyah, 2016). Kebutuhan



gizi



protein



hewani karena



berfungsi



penyembuhan,



dan



proses



produksi ASI.



sangat penting, terutama protein untuk



pemulihan Untuk



mempercepat serta untuk



pertumbuhan



proses



memperlancar sel



sebagai



pengganti jaringan yang rusak. Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein diatas kebutuhan normal. Dasar ketentuan ini adalah bahwa tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein. Dengan demikian, 850 cc ASI mengandung 10gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70 % (Herlinda, 2014). .luka perineum tampak masih basah, pemberian kie pemenuhan nutrisi ibu



88



nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat meningkatkan hb seperti hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam, sayuran berwarna hijau, dan makan makanan yang mengandung protein tinggi seperti putih telur, banyak minum air putih, porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu : perdarahan postpartum, lokhea berbau busuk, payudara berubah menjadi merah, tegang dan bengkak, pusing dan lemas berlebihan, suhu tubuh ≥ 38C, perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Yusnita, 2017). Pada kunjungan ketiga didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, TFU tidak teraba, lochea serosa, pengeluaran ASI lancar, serta memberikan konseling



Memberitahu



ibu



hasil



pemeriksaan



TTV



bagus.



Menganjurkan ibu untuk istirahat ketika sang anak istirahat. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga area genetalia dengan membersihkan dari depan ke arah belakang untuk mengurangi terjadinya infeksi.



Menganjurkan ibu untuk tetap menerapkan



protocol kesehatan seperti menggunakan masker ketika keluar rumah, menghindari kerumunan, sering mencuci tangan.



89



D. Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir diawali dengan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2023. Dimana Bersama dengan kunjungan nifas 6 jam pertama. Pada hasil pemeriksaan data objektif didapatkan Ku :baik TTV : S: 36,9C . Antropometri : LK: 30 cm LD: 31 cm PB : 49 cm BB : 2800 gram Lila : 10 cm. Jenis kelamin : perempuan, warna kulit : kemerahan, terdapat caput succedanium, mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat, genetalia : labiya mayora menutupi labia minora. Upaya penanganan dalam mengatasi terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir yaitu dengan melakukan kontak langsung kulit dengan kulit, melakukan inisiasi menyusu dini, membungkus bayi agar tetap hangat, menyediakan ruangan atau tempat yang hangat untuk menaruh bayi (Amelia & Izzati, 2015). Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian Air Susu Ibu (ASI) harus dimulai dalam waktu satu jam pertama



kelahiran



(Rahmawati



&



Jayanti,



2015).



Sehingga



menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan pernel bersih dan kering. Memberitahu ibu bahwa bayinya diberi salep mata untuk menghindari terjadinya infeksi dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan suntikan vit



90



K pada bagian paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg (0,5 ml), untuk menghindari terjadinya perdarahan. Hasil kesimpulan wawancara yang diperoleh dikombinasikan dengan referensi terkait regulasi yang berlaku dari Depkes yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial pasal 4 ayat 2 tentang pelayanan neonatal esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi: 1) Menjaga bayi tetap hangat; 2) Inisiasi menyusu dini; 3) Pemotongan dan perawatan tali pusat; 4) Pemberian suntikan vitamin k1; 5) Pemberian salep mata antibiotik; 6) Pemberian imunisasi Hepatitis B0; 7) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir; 8) Pemantauan tanda bahaya; 9) Penanganan asfiksia bayi baru lahir; 10) Pemberian tanda identitas diri; 11) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu (Karimah & Wicaksono, 2018). Langkah-langkah menyusui, cara pengamatan teknik menyusui dan lama frekuensi menyusui. Yang paling penting dari teknik menyusui setelah tidak terdapat kendala dari ibu maupun bayi adalah lama dan frekuensi yang tidak dijadwal sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menetukan sendiri kebutuhannya (Angka et al., n.d.). Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar cuci tangan dengan air bersih sebelum dan sesudah menyusui, oleskan sedikit ASI pada putting susu hingga areola pada saat sebelum dan sesudah menyusui, bayi dipegang pada



91



belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi berada pada lekukan siku ibu dan bokong bayi berada pada telapak tangan, payudara dipegang dengan huruf C, kepala bayi menghadap payudara, perut bayi menempel pada perut ibu, telinga dan lengan bayi diletakkan satu garis lurus. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara ondemen, Kapan saja tanpa dijadwal. Dalam perawatan tali pusar menganjurkan ibu untuk tidak memberikan apapun pada tali pusar bayi. Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan membantu pengeringan tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang banyak mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya dan secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah didalam sisa tali pusat terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan layu yang kemudian sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan penguapan pada kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami mumifikasi kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi yang membuatnya cepat terlepas dari umbilikus bayi. Tali pusat pada perawatan terbuka dianjurkan untuk tetap bersih dan kering. Selama



92



tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dima- sukkan ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar tali pusat tidak basah dan lembab (Reni et al., 2018). Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu sudah seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap bayi mereka agar dapat mengantisipasinya lebih awal. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan lebih cepat mendapat pertolongan sehingga dapat mencegahnya dari kematian. Namun apabila terlambat dalam pengenalan dari tanda bahaya tersebut, bayi bisa meninggal. Bayi baru lahir mempunyai masalah berat yang dapat mengancam kehidupannya dan memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera, terlambat dalam pengenalan masalah dan manajemen yang tepat dapat mengakibatkan kematian (Annisa et al., 2020). Sehingga memberikan KIE pada ibu tanda-tanda bahaya seperti demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, merintih, hipotermi, tali pusat berdarah dan berbau, dan kejang serta menganjurkan ibu untuk kembali jika melihat keluhan tersebut pada bayinya. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada bayi dan menganti popok setelah BAK atau BAB. Gangguan yang



93



sering terjadi pada kisaran usia 0–10 bulan. iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa terjadi jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak ini akan hilang dalam beberapa hari 15 jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu (Intan, 2020). Pada kunjungan ke-2 dilakukan pemeriksaan TTV : S: 36,2C , gerak bayi : aktif, reflek hisap : kuat. Sehingga memberikan penetalaksanaan



yang



sesuai



dengan



keadaan



bayi



yaitu



:



memberitahu hasil TTV seperti suhu : 36,2C, menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan pernel bersih dan kering namun tidak ketat, menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 kali sehari. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin, menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan tali pusat tetap kering dan bersih tanpa diberi apapun dan kebersihan bayi. Pada kunjungan ke 3 dilakukan pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,6C dan memberikan KIE menganjurkan ibu untuk membawa bayinya melakukan imunisasi BCG pada tanggal 25 Juni , menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya minimal 2 kali sehari dan menganjurkan ibu unutuk memantau pertumbuhan bayinya



94



dengan menggunakan buku KIA, menganjurkan ibu untuk membawa bayinya datang ke posyandu yang sudah terjadwalkan harinya untuk memantau pertumbuhan bayi, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu saat akan menyentuh bayi, karena kulit bayi masih sangat sensitif.



72



BAB V SIMPULAN DAN SARAN



A. Simpulan



Penulis telah melakukan asuhan pada Ny. N dengan menggunakan pendekatan asuhan Continuity of Care (COC) yaitu asuhan pada ibu dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus), serta keluarga berencana (KB) secara berkelanjutan. Asuhan kebidanan pada Ny. N telah dilakukan yang di mulai dari masa hamil dari usia kehamilan 39 minggu 4 hari sampai dengan KB. Asuhan kebidanan dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati dengan 5 kali pertemuan yang dimulai tanggal 11 Mei 2023 sampai dengan 8 Juni 2023, yang dapat disimpulkan : 1. Asuhan kebidanan kehamilan trimester III pada Ny. N G2P1A0AH1 dengan kehamilan normal. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada trimester III yaitu ibu dengan keluhan kencang-kencang. 2. Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. N G2P1A0AH1 dengan persalinan normal , pada tanggal 20 Mei 2023 pada jam 22.30 WIB yang dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati. Asuhan yang dilakukan adalah Persalinan Normal. 3. Asuhan kebidanan nifas pada Ny. N P2A0AH2 dengan nifas normal, dilakukan dengan 4 kali pertemuan dengan memberikan KIE kepada ibu tentang Tanda Bahaya Nifas, ASI Ekslusif, Perawatan BBL Dan



73



Nutrisi Ibu Menyusui. 4. Asuhan kebidanan Neonatus pada Bayi Ny.N P2A0AH32 dengan neonatus normal. Asuhan yang dilakukan dengan 3 kali pertemuan sudah dilakukan IMD dengan memberikan asuhan terkait vital sign bayi dan KIE untuk ibu tentang ASI eklsusif dan posisi menyusui. 5. Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. N P2A0AH2 ibu akseptor KB MAL dan Rencana KB IUD. B. Saran



1. Bagi Institusi Untuk universitas ‘Aisyiyah diharapkan dapat mengembangkan penerapan pendidikan asuhan kebidanan secara continuity of care dengan tepat dalam proses belajar mengajar dan memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif dan efesien, sehingga kualitas sumber daya manusia di institusi meningkat. 2. Bagi PMB Rahmi Dwiyati Bidan diharapkan dapat menerapkan Asi Ekslusif selama 6 bulan pada bayi baru lahir dan memberikan konseling kepada semua ibu yang memiliki bayi tentang pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang diberikan hingga usia 2 tahun.



74



DAFTAR PUSTAKA Amelia, R., & Izzati, R. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru. ’Afiyah, 2(2). Annisa, N. H., Idyawati, S., & Ulya, Y. (2020). Pengetahuan dan sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 3(1), 51–56. Angka, A. T., Karatte, S., & Hasmiruddin, O. (n.d.). Hubungan Pengetahuan Tentang Cara Menyusui Yang Benar Dengan Perilaku Menyusui Di Puskesmas Tolala Kolaka Utara The Relationship Of Knowledge About The Right Breastfeeding With Breastfeeding Behavior In Tolala Kolaka Utara Regency. 3, 95–103. Azizah, 2015. Kecerdasan emosional/ emotional intelegent http://azizahdreams.blogspot.co.id/2015/05/kecerdasanemosionalemotional. html, diakses tanggal 20 Februari 2016.



EQ



Bothamley, Judy. 2017. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. Ersila, W., Nina zuhana, & Suparni. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Melalui “Pepes” (Penyuluhan, Pemeriksaan Dan Senam). Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan, 5(2), 17–21. https://doi.org/10.33023/jpm.v5i2.459 Fauziyah, E. N., Dinengsih, S., & Choirunissa, R. (2021). Hubungan Tinggi Fundus Uteri, Kadar Gula Darah, Dan Kadar Hemoglobin Ibu Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(1), 51– 58. Fitriani. (2016). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan. (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016 Handayani, S., Pratiwi, Y. S., Fatmawati, N., Ulya, Y., Herlina, S. M., Ratna, R., & Lokal, T. (2022). UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN LOKAL SEBAGAI PELANCAR ASI. 2(1), 142–147. Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dengan Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Gribig Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2), 350.



75



Hatini, E. E. (2018). Pendampingan Pengkajian Kesejahteraan Janin Pada Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan Kereng Bangkirai. Jurnal Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, 8(4), 152–157. Herlinda, S. W. (2014). PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TFU PADA IBU NIFAS DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS BASUKI RAHMAT KOTA BENGKULU. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1(69), 5–24. Himawati, L., & Vitaloka, D. (2021). 2 Effect of Lavender Aroma Therapy on Nifas Mother With Perineum Stitch Pain in Puskesmas Brati. 6(1), 2774–8731. Istikhomah, H., & Mumpuni, D. A. P. (2016). Kesiapan Psikologis Ibu Hamil Trimester III Dalam Persiapan Persalinan Pasca Relaksasi Hypnobirthing. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(1), 28–33. Jannah, Nurul. 2018. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC. JNPK-KR, 2017. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo. Karimah, R. N., & Wicaksono, A. P. (2018). Prototype Sistem Informasi Pelayanan Bayi Baru Lahir pada Fasilitas Kesehatan Primer. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer Dan Informatika, 4(1), 16. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laila, A., Hindratni, F., & R, Z. Y. (2021). Difference of Smoothness Breast Milk In Postpartum Mother Who Perfoming Lactation Massage And Consuming Breastfeeding Supplement In Tafali Spa And Pratama Afiyah Clinik of the Pekanbaru City Perbedaan Kelancaran ASI pada Ibu Nifas yang Dilakukan Pijat Lak. Jurnal Proteksi Kesehatan, 10(2), 127–133.



76



Lailiyana,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC Manuaba, I.A.C., et al. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC. Maritalia, Dewi. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Marmi, 2021. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Meti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang TandaTanda Persalinan Di Wilayah Lampung Utara. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(2), 228–232. Meti Patimah. (2020). Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Tentang Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester I dan Penatalaksanaannya. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 570–578. Muliawati, S. (2020). Kata Kunci: Pelaksanaan Teknik Menyusui, Gambaran Karakteristik. 2(1), 49–57. Muchtar, A., & dkk. (2018). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan: Pusat pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Nurjasmi, dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Novita, K., Rompas, S., & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Trhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 113347. PERMENKES No. 938. (2017). Standar Asuhan Kebidanan. PMK RI Nomor.28 tahun 2017 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Rahmawati, & Jayanti, M. S. D. (2015). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan peningkatan suhu tubuh bayi baru lahir di bidan praktek mandiri puji lestari mawung trucuk. INVOLUSI Jurnal Ilmu Kebidanan, 1(2).



77



Reni, D. P., Nur, F. Ti., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018). Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 6(2), 7. Rohani, Saswita, & Marisah. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Romauli. 2019. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rukiyah, A.Y. 2018. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : TIM. Saifuddin, A.B. 2018. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sali, S. (2019, Desember). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis, 11, 13-18. Sari, I. D. (2020). Efektivitas Inisiasi Menyusu Di Efektivitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Sehati Medan. Jurnal Kebidanan, 9(1), 30–36. Savira, F., & Suharsono, Y. (2017). identifikasi kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil trimester I,II, dan III terhadap kejadian anemia di puskesmas poasia. Journal of Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699. Selena, B., Nur, A. F., Selena, B., & Nur, A. F. (2020). Faktor Pendapatan Keluarga Terhadap Perdarahan Post Partum. Mutu Pelayanan Kebidanan 2019/2020, 2019–2021. Setyatama, I. P., Anggraeni, I. E., & Pamuji, S. E. B. (2019). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kontraksi Uterus Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal SMART Kebidanan, 6(1), 31. Sintya Dewi, P. I., Aryawan, K. Y., Ariana, P. A., & Eka Nandarini, N. A. P. (2020). Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten pada Ibu Inpartu menggunakan Birth Ball Exercise. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 456–465.



78



Sudarti, & Fauziah. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika Sulistyowati, N., & Yeti, T. (2021). Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Kebidanan, XIII(01), 96–103. Suriati, I. (2018). PENGARUH PEMBERIAN TABLET PENAMBAH DARAH (Fe) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU DI PUSKESMAS KAMANRE. Voice of Midwifery, 5(07), 33–38. Susanti, A. (2019). PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUKESMAS KENJERAN KOTA SURABAYA. Sutisna, E. H. (2021). Pengaruh Bimbingan Gym Ball Terhadap Kemajuan Persalinan Ibu Primigravida. Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 6(2), 83– 90. Suwardi, S., & Mouliza, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Perawatan Luka Perineum Dengan Infeksi Perineum Article history : Public Health Faculty Received in revised form 08 October 2019 Universitas Muslim Indonesia Accepted 09 October 2019 Address : Available Email. Window of Health : Jurnal Kesehatan, 2(4), 338–344. Wahyuni, S., Nuryuniarti, R., & Nurmahmudah, E. (2018). Mobile Partograf: Aplikasi Untuk Memantau Kemajuan Persalinan. Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, 2(2), 75–80. Widiati, D. E., & Halimatussakdiyah. (2016). Pendampingan Suami terhadap Perubahan Tanda-Tanda Vital Ibu Bersalin di RSP Banda Aceh. 1–6. Winatasari, D., & Mufidaturrosida, A. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG ASUPAN NUTRISI RELATED KNOWLEDGE ABOUT NUTRITION PROTEIN INTAKE PUERPERAL WITH PRODUCTION ASI Pembangunan kesehatan pada prinsipnya selalu di arahkan untuk termasuk kesehatan pembangunan bulan penuh salah satunya kar. Jurnal Kebidanan, XII(02), 202–216. Wahyuni. 2019. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Penuntun Belajar Praktik Klinik. Jakarta: EGC. Walyani. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru. Zuhairini, Y., Kasmanto, H., & Nugraha, G. I. (2016). Indeks Massa Tubuh



79



Awal Kehamilan Ibu sebagai Indikator yang Paling Berperan terhadap Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil. Majalah Kedokteran Bandung, 48(3), 171–175. https://doi.org/10.15395/mkb.v48n3.84.