Contoh Karil Mahasiswa UT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANGKA SELATAN Nama NIM Email Prodi



: Muhammad Aidil Fitri : 016627556 : [email protected] : S 1 Administrasi Negara



Abtrak Menjalani roda kepemimpinan seorang kepala kantor harus memiliki gaya kepimpinan. Gaya kepemimpinan itu sendiri akan menjadi acuan dalam mengatur dan mengarahkan bawahannya. Seorang kepala kantor yang baik akan membuat sistem yang tidak akan merugikan siapaun, prinsip simbiosis mutualisme atau sistem saling menguntungkan akan menjadi pegangan. Gaya kepemimpinan terbagi dalam tiga pola dasar yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan bebas. Gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah gaya kepemimpinan otoriter, hal itu dapat dilihat dari kebiasaan yang dilakukan pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan dalam mengambil keputusan secara sepihak. Hal ini sering mengakibatkan adanya pertentangan di kalangan pegawai Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan yang berdampak kepada menurunnya semangat kerja para pegawa. Gaya kepemimpinan seperti ini sudah sangat tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Diharapkan agar kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan agar dapat membuka diri untuk merubah gaya kepemimpinan yang diterapkannya, karena gaya kepemimpinan otoriter ini telah mematikan kreativitas para pegawainya Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, kebijaksanaan, Kinerja



Pendahuluan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah salah satu instansi vertikal yang ada di Kabupaten Bangka Selatan. Secara organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan tidak berhubungan langsung dengan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Karena Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan berada langsung di bawah koordinasi Menteri Agama. Tapi dikarenakan berada di daerah Kabupaten Bangka Selatan sudah mestinya Kantor



1



2



Kementerian Agama Kabupaten memiliki hubungan emosional yang erat dengan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Agar dapat menjalankan roda kepemimpinan seorang kepala kantor harus memiliki gaya kepimpinan. Gaya kepemimpinan itu sendiri akan menjadi acuan dalam mengaturn dan mengarahkan bawahannya. Seorang Kepala kantor yang baik akan membuat system yang tidak akan merugikan siapaun, prinsip simbiosis mutualisme atau system saling menguntungkan akan menjadi pegangan. Seorang pemimpin harus bisa menjadi atasan sekaligus sebagai kawan bagi bawahannya. Agar adanya suasana kerja yang nyaman yang bisa membuat kenikmatan setiap pegawai dalam menjalankan tugas masing-masing. Berdasarkan kenyataan di lapangan ternyata masih ada pemimpin yang bergaya semaunya seperti Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan dalam menjalankan roda organisasi yang dipimpinnya terkadang membuat para pegawai yang ada merasa seperti buruh yang harus selalu menuruti keinginannya. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan sering berlagak seperti bos yang hanya bisa memerintah, tanpa bisa memberi contoh bagaimana menjadi pegawai yang baik. Hal ini berakibat dengan makin melemahnya kinerja pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. Untuk mengatasi berbagai masalah di atas diperlukan seorang pemimpin yang mampu memberikan kenyamanan kepada para pegawainya dengan bersikap lebih demokratis. Menurut Tead (dalam Haryanto, 2010,p. 1,http:/belajarpsikologi.com/pengertian kepemimpinan-menurut-para-ahli/) “kepemimpinan kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok”. Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Enceng dkk, (2010.p. 6.2) gaya kepemimpinan terbagi dalam tiga pola dasar yaitu 1). Gaya kepemimpinan demokratis, 2). Gaya kepemimpinan otoriter dan 3). Gaya kepemimpinan bebas. Tujuan dari penulisan ini untuk dapat melihat gaya kepimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. sedangkan manfaat: untuk memberikan masukan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka



3



Selatan agar lebih bersikap demokratis dalam menjalankan roda pemerintahan di instansi yang beliau pimpin. Pembahasan Pada zaman globalisasi yang serba terbuka seperti sekarang, setiap orang bisa mengakses setiap informasi dan berhak untuk mendapatkan informasi. Dengan adanya undang-undang tentang keterbukaan publik itu mengharuskan setiap lembaga untuk membuka informasi kepada publik. Tidak boleh ada data yang boleh ditutuptutupi. Keterbukaan informasi ini tidak hanya berlaku dari suatu instansi kepada masyarakat luar tapi juga berlaku dari atasan kepada bawahan. Seorang pemimpin suatu lembaga tidak boleh menutup-nutupi informasi yang semestinya diketahui oleh bawahannnya. Tapi yang terjadi di lapangan banyak pemimpin suatu lembaga terutama insantsi pemerintah seorang atasan masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan undang-undang keterbukaan publik tadi. Salah satu contoh adalah sudah semestinya seluruh pegawai dapat mengetahui tentang program kerja dari seorang pimpinan instansi, tapi yang terjadi atasan hanya menuntut kepada bawahan untuk dapat menunjukkan program atau job diskription masing-masing atau dalam kata lain hanya menuntut tugas kepada bawahannya untuk membuat sasaran kinerjanya tetapi dia sebagai pimpinan tidak pernah membuat atau menunjukkan sasaran kinerja kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. Sudah sangat tidak popular lagi. Tapi masih banyak dipertahankan oleh pemimpin-pemimpin di instansi pemerintah. Seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan dengan zaman, dikarenakan pada saat ini para pegawai sudah berani untuk memberikan masukan tentang gaya kepemimpinan yang mestinya digunakan oleh pemimpinnya atau bahkan secara ekstrim para pegawai sekarang sudah berani memprotes atasannya yang berlagak otoriter atau masih mempertahankan gaya kepemimpinan yang sudah dianggap usang. Secara struktur Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan dipimpin oleh seorang pejabat Eselon III a yaitu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. dalam struktur organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan terdapat satu Sub Bagian Tata Usaha yang dipimpin oleh



4



Kepala Subbag Tata Usaha, empat seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, satu Penyelenggara yang dipimpin oleh Kepala Penyelenggara dan tujuh Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh Kepala Kantor urusan Agama. Gaya kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan yang baru sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama yang lama. Ada perbedaan yang jelas diantara keduanya. Kalau yang lama sangat terbuka kepada bawahan, dekat dengan pemerintah kabupaten sedangkan yang baru ini agak menjaga jarak dengan bawahan maupun kepada pemerintah kabupaten. Sehingga membuat banyak keluhan di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan maupun Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Seorang pemimpin semestinya dapat bekerja sama dengan bawahan maupun pihak lainnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak. Seorang pemimpin harus dapat membuka komunikasi yang baik kepada setiap pihak. Seorang pemimpin yang hanya merasa nyaman sendiri tanpa bisa merasakan tenggang rasa kepada pihak lain akan menjadi bahan kritikan dari bawahan maupun pihak lain. Gaya seperti ini sulit diterima di zaman yang penuh keterbukaan seperti ini. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat mempengaruhi kinerja para pegawainya. Semakin ideal gaya kepemimpinan seorang pemimpin maka semakin dapat meningkatkan kinerja para pegawainya. Menurut Enceng, dkk (2010.p .6.2) gaya kepemimpinan terbagi menjadi tiga yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan bebas. 1.



Gaya kepemimpinan demokratis: Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinannya yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Gaya kepemimpinan ini mengakui dan menerima manusia sebagai makhluk yang memiliki harkat dan bermartabat yang mulia dengan hak asasi yang sama. Nilai-nilai demokratis dalam kepemimpinan tampak dari kebijakan pemimpin yang orientasinya pada hubungan manusiawi, berupa perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan anggota organisasi atas dasar warna kulit, ras, kebangsaan, agama, status sosial ekonomi dan lain-lain.



5



Para pemimpin yang berperilaku atau memiliki gaya kepemimpinan demokratis selalu berusaha untuk memanfaatkan kelebihan anggota organisasi melalui kebebasan menyampaikan gagasan/ide, pendapat, kreativitas, inovasi, kritik dan saran-saran yang dilakukan secara bertanggung jawab. Di dalam kebebasan itu, setiap anggota organisasi tidak dapat lepas dari peraturan yang dibuat melalui kesepakatan bersama, agar hak dan kewajibannya dapat terpenuhi tanpa mengganggu hak dan kewajiban anggota organisasi yang lain. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang ideal untuk diterapkan seorang pemimpin dalam mengorganisir instansi yang dipimpinya. Karena dengan gaya kepemimpinan demokratis setiap individu yang ada di instansi tersebut merasa dihargai, merasa dibutuhkan baik tenaga maupun suaranya. Pada gaya kepemimpinan demokratis seorang pemimpin tidak hanya memerintah tapi juga bersama-sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut Sondang P. Siagian (dalam Enceng, dkk. 2010.p. 6.7) Gaya kepemimpinan demokratis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Kemampuan pemimpin mengintegrasikan organisasi pada peranan dan porsi yang tepat, b. Mempunyai persepsi yang holistik, c. Menggunakan pendekatan yang integralistik, d. Organisasi secara keseluruhan, e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan, f. Bawahan berpartisipasi dalam mengambil keputusan, g. Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran dari bawahannya h. Teladan i. Bersifat rasional dan objektifitas j. Memelihara kondisi kerja yang kondusif, inovatif dan kreatif. Suasana di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan para pemimpinya baik Kepala Kantor, Kasubbag Tata Usaha dan para kepala seksinya belum atau tidak menggunakan gaya kepemimpinan ini. Sebagian dari unsur pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan masih terjebak dengan gaya kepemimpinan lama, yang hanya terfokus kepada hasil kerja bawahan tanpa bisa menunjukkan hasil kerjanya sebagai atasan. Hal ini



6



mengakibatkan seringnya terjadi perdebatan di antara para unsure pimpinan dengan para pegawai yang merasa diperlakukan secara tidak adil. Padahal dengan gaya kepemimpinan demokratis akan berdampak pada kondusifitas suasana kerja di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka selatan. Para unsur pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan belum bisa sama sekali menerapkan gaya kepemimpinan demokratis di instansi yang mereka pimpin. Mereka terlalu asyik mempertahankan gaya kepemimpinan yang mereka anggap baik dan layak untuk selalu mereka pertahankan. Mereka belum bisa menjadi teladan bagi pegawainya. Karena mereka memang belum pernah memberikan contoh yang pantas untuk dicontohi. Semakin asyiknya para pemimpin itu mempertahankan gaya kepemimpinan yang mereka anggap baik itu maka semakin tidak kondusif suasana kerja di kantor Kementerian



Agama



Kabupaten



Bangka



Selatan,



yang



mengakibatkan



melemahnya semangat kerja para pegawai yang berdampak langsung dengan menurunnya kualitis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. 2.



Gaya Kepemimpinan Otoriter: Tipe kepemimpinan ini memperlihatkan perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan otoriter ini dilaksanakan dengan kekuasaan berada di tangan satu orang atau sekelompok orang, yang diantara mereka selalu ada seseorang yang menempatkan diri sebagai yang paling berkuasa. Gaya



kepemimpinan



ini



seorang



pemimpin



dalam



melaksanakan



kepemimpinannya dilakukan dengan cara “working on his group”, dengan menempatkan diri di luar atau di atas anggota organisasi, karena berpendapat bahwa dirinya memiliki hak-hak istimewa yang tidak dimiliki anggota organisasinya.



Hak



istimewa



yang



dimaksud



pemimpin



dalam



gaya



kepemimpinan ini adalah hak untuk meperlakukan anggota organisasi atau bawahan menurut kehendak pemimpin. Kondisi itu tidak sekedar dalam bekerja, tetapi dilakukan juga dalam kehidupan sehari-hari di luar organisasi. Pemimpin otoriter merasa organisasi dan bawahannya sebagai miliknya, sehingga senang



7



mengucapkan “kantor saya” dan “pegawai saya” dan lain-lain.\, sehingga berkonotasi bahwa pemimpin berhak melakukan apa saja terhadap miliknya itu. Gaya kepemimpinan otoriter ini yang sekarang berlaku di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan, hal ini dapat dilihat dari perilaku pemimpinya. Dalam segala hal pemimpinnya harus selalu dinomorsatukan, aturan hanya berlaku untuk bawahan sedangkan semua aturan yang dibuat tidak berlaku untuk para pimpinnya. Hal ini membuat adanya rasa ketidakadilan bagi para pegawai. Mereka beranggapan mereka dijadikan subjek di lingkungan pekerjaan, bukan bersama-sama menjadi objek. Gaya kepemimpinan ini sudah semestinya ditiadakan atau dihilangkan dari diri pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. karena sudah tidak sesuai lagi dengan zaman. Dengan gaya kepemimpina otoriter seperti ini membuat adanya jarak antara unsur pimpinan dan para pegawai. Padahal dampak dari gaya kepemimpinan otoriter ini sangat parah, yang bisa mengakibatkan matinya kreatifitas di tingkat bawah. Adanya rasa sungkan untuk menunjukkan kreativitas karena berpendapat tidak bakal dihargai oleh pimpinan. Dan masih banyak lagi dampak-dampak negatif lainnya akibat dari gaya kepemimpin otoriter. 3.



Gaya Kepemimpinan Bebas: Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok. Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter, meskipun tidak sama atau bukan kepemimpinan yang demokratis pada titik ekstrimnya yang paling rendah. Kepemimpinan dijalankan tanpa memimpin atau tanpa berbuat sesuatu dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasinya. Gaya kepemimpinan bebas ini tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia terutama di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan,



8



karena gaya kepemimpinan ini menuntut setiap pegawainya mempunya kemampuan yang sama dan dapat menterjemahkan Tugas Pokok dan Fungsinya (TUPOKSI) masing-masing tanpa perlu adanya arahan dari pimpinan. Pimpinan terkesan pasif dan hanya menunggu hasil kerja pegawainya, tanpa ada usaha untuk mengontrol kinerja para pegawainya. Gaya ini tidak cocok diterapkan di Kantor Kementeraian Agama Kabupaten Bangka Selatan karena tidak semua pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sama dalam menterjemahkan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Berdasarkan ketiga gaya kepemimpinan di atas gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya yang paling tepat untuk digunakan atau diterapkan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. karena sangat sesuai dengan karakteristik pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. Dengan menggunakan gaya ini secara otomatis akan membuat suasana kerja akan menjadi lebih nyaman dan akan berakibat pada makin meningkatnya kualitas kerja setiap pegawai. Apalagi dengan adanya rencana penerapan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Agama, seorang pemimipin harus mampu mengkoordinir para bawahannya untuk dapat mencapai target sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Penutup Berdasarkan pembahasan dan analisa di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan dan saran. Kesimpulan: adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah gaya kepemimpinan otoriter, hal itu dapat dilihat dari kebiasaan yang dilakukan pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan dalam mengambil keputusan secara sepihak. Gaya kepemimpinan seperti ini sudah sangat tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Saran: agar kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan agar dapat membuka diri untuk merubah gaya kepemimpinan yang diterapkannya, karena gaya kepemimpinan otoriter ini telah mematikan kreativitas para pegawainya.



9



Daftar Pustaka Enceng, dkk. (2010). Kepemimpinan. Jakarta: Universitas Terbuka Haryanto. (2010). Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli. Diambil pada 5 April 2014 dari http:/belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinanmenurut-para-ahli/