Contoh Kti 2019 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nilan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH



ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN KEJANG PADA PASIEN DEMAM DI RSUD SYECH YUSUF KAB. GOWA



NURUL SAKINAH PO.71.3.201.16.1.122



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR PRODI DIII KEPERAWATAN 2019



KARYA TULIS ILMIAH



ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN KEJANG PADA PASIEN DEMAM DI RSUD SYECH YUSUF KAB. GOWA



NURUL SAKINAH PO.71.3.201.16.1.122



Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR PRODI DIII KEPERAWATAN 2019



iii



iv



v



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



A. BIODATA 1. Nama



: Nurul Sakinah



2. Tempat/Tanggal lahir



: Pariangan, 08 Mei 1998



3. Jenis Kelamin



: Perempuan



4. Agama



: Islam



5. Suku/Bangsa



: Makassar/Indonesia



6. Status



: Belum Menikah



7. Alamat



: Jalan Kemakmuran No.43 Pariangan



8. No.Hp



: 0858-2310-3616



9. Email



: [email protected]



B. Riwayat Pendidikan 1. TK Negeri 1 Bontosikuyu



: Lulus tahun 2004



2. SD Negeri 67 Selayar



: Lulus tahun 2010



3. SMP Negeri 3 Selayar



: Lulus tahun 2013



4. SMK Negeri Selayar



: Lulus tahun 2016



5. Poltekkes Kemenkes Makassar



: Tahun 2016-2019



vi



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW atas do’a, teladan, perjuangan, kesabaran, yang telah diajarkan kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul “Asuhan Keperawatan Penanganan Kejang Pada Pasien Demam di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan dengan gelar ahli madya keperawatan program studi DIII keperawatan Makassar Poltekkes Kemenkes Makassar. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memang tidaklah mudah dan memiliki banyak tantangan, tapi Alhamdulillah dengan bimbingan dari beberapa pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai target waktu yang direncanakan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dr. Ir. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Makassar. 2. Hj. Harliani S.Kp,. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Makassar. 3. Hj. Hartati, S.pd., S.kep.,Ns., M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Jurusan Keperawatan Makassar. 4. Hj. Mardiana Mustafa, SKM., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama menempuh pendidikan di Poltekkes Kemenkes Makassar, serta selaku penguji yang telah meluangkan begitu banyak waktu dan tenaga, memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Dra. Yosephin, S.P, S.ST, M.Kes Selaku wali kelas yang telah memberikan perhatian,



nasehat



dan motivasi



pendidikan di Poltekkes Kemenkes Makassar.



vii



selama menempuh



6. Muhammad Ardi, S.Kep., M.Kep,.Ns,. Sp.Kep.MB selaku pembimbing I dan H. Abd. Hady J, S.ST., S.Kep,. M.Kes selaku pembimbing II yang meluangkan begitu banyak waktu dan tenaga, memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Dr. H. Herman, S.Pd, M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan begitu banyak waktu dan tenaga, memberikan arahan, saran dam kritik pada pelaksanaan ujian proposal penelitian. 8. Seluruh dosen dan staf jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar yang banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi penulis selama menempuh pendidikan di Poltekkes Kemenkes Makassar. 9. Direktur RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa yang telah memberi izin sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian demi kelancaran proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Teristimewa untuk kedua orang tua saya ayahanda Muh. Arwin dan Ibunda Rusnawati yang penuh kasih sayang telah berjuang mendidik dan membesarkan saya, serta selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbananya baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur yang panjang, agar saya dapat membahagiakan mereka. 11. Adik-adik saya tercinta, Ayu Alfiah Ningsih, Dinda Ainul Avni, Nabilah Zahra, dan Putra Ichwanul Akhir juga anggota keluarga dan kerabat yang senantiasa



memberikan



doa



dan



mendukung



semangat



untuk



menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 12. Sahabat saya Tim bertiga kita nyaman D.W. Nurichsan Hasanuddin dan Rusni yang sudah saya anggap saudara sendiri dan juga murobbiyah saya kak Yeni Nofiani yang selalu menemani, memberikan bantuan dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.



viii



13. Sahabat saya Zulfi Puji Sri Astuti, Kasma, Nur Safitri Yanti, Mubiarti S, Wa Ode Uswathun Hasanah, yang selalu menemani dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 14. Teman-teman seperjuangan selama menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Makassar, khususnya kepada teman-teman tingkat 3C angkatan 2016 telah memotivasi, membantu, dan memberikan semangat sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai. 15. Pihak lain yang tidak disebutkan namanya namun telah menyumbangkan pendapat, saran, ataupun kritikan baik secara langsung maupun tidak secara langsung.



Akhirnya, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT. Senantiasa merahmati dan meridhoi semua goresan ikhtiar kita yang terpampang di hamparan kertas tawwakkal. Penulis juga berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya kepada pembaca. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.



Makassar, 03 Juli 2019



PENULIS



ix



RINGKASAN



Asuhan Keperawatan Penanganan Kejang Pada Pasien Demam di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. (Nurul Sakinah, 2019) Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar. Dibimbing oleh Ns. Muhammad Ardi dan H. Abd. Hady J. Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Kejang, Demam Kejang demam adalah bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada umur 6 bulan sampai 4 tahun. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan penanganan kejang pada pasien demam di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan adalah penelitian studi kasus berupa pendekatan asuhan secara komprehensif sesuai proses keperawatan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga pasien mengalami Kejang Demam dengan Risiko cedera. Diagnosis yang telah dilakukan implementasi 1 x 24 jam hasilnya tidak terjadi cedera dengan intervensi dilanjutkan..Kesimpulan penelitiaan ini adalah keluarga pasien dapat mengetahui bagaimana menangani kejang pada pasien demam. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan menambah pengetahuan dan referensi untuk pengembangan penelitian dalam penanganan kejang pada pasien demam.



x



ABSTRACT



Nursing Care Treatment of Seizures in patients with Fever at Regional Public Hospital in Gowa. (Nurul Sakinah, 2019) Associate’s Degree of Nursing Program. Department of Nursing, Health Polytechnic, Ministry of Health, Makassar. Guided by Muhammad Ardi and H. Abd. Hady J. Keywords : Nursing Care, Seizures, Fever Febrile seizure is seizures occur during increased body temperature (rectal ˃38°C) caused by an extra cranial process, most common cause in children especially at 6 months to 4 years of age. The purpose of writing this case study is to describe nursing care treatment of seizures in patients with fever at Regional Public Hospital in Gowa. The method used is case study research in the form of comprehensive care approaches according to the nursing process. The results of the research obtained showed thal all three patients had Febrile seizures at risk of injury. The diagnosis that has been implemented for 1 x 24 hours results in the problem no injury, with intervention continued. The conclusion of this study is patient’s family can to know how to handle seizures in patients with fever. This research is expected to be a source of information and to increase knowledge and information to the development of research in the treatment of seizure in patients with fever.



xi



DAFTAR ISI



SAMPUL DEPAN ..................................................................................................



i



SAMPUL DALAM .................................................................................................



ii



PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................



iii



HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................



iv



HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................



v



DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................



vi



KATA PENGANTAR ............................................................................................



vii



ABSTRACT ............................................................................................................



x



DAFTAR ISI ...........................................................................................................



xii



DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................



xiv



DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................



xv



DAFTAR SINGKATAN .........................................................................................



xvi



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................



1



B. Rumusan Masalah .................................................................................



4



C. Tujuan Studi Kasus ...............................................................................



4



D. Manfaat Studi Kasus .............................................................................



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan Penanganan Kejang pada pasien Demam ...........



5



B. Penanganan Kejang Demam ..................................................................



11



xii



BAB III METODE STUDI KASUS A. Jenis dan Studi Kasus .............................................................................



23



B. Subyek Studi Kasus ...............................................................................



23



C. Fokus Studi Kasus ..................................................................................



23



D. Defenisi Operasional ..............................................................................



24



E. Instrumen Studi Kasus ...........................................................................



24



F. Metode Pengumpulan data .....................................................................



24



G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ..............................................................



24



H. Analisa Data dan Penyajian Data ...........................................................



25



I. Etika Studi Kasus ...................................................................................



25



BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Studi Kasus ............................................................................



27



B. Pembahasan ............................................................................................



35



C. Keterbatasan Studi Kasus .......................................................................



43



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................



44



B. Saran .......................................................................................................



45



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



xiii



DAFTAR GAMBAR



HALAMAN Gambar 2.1 Algoritma Penanganan Kejang ……………………………



18



Gambar 2.2 Algoritma Penangana Kejang Demam ................................



19



xiv



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



: Jadwal Kegiatan



Lampiran 2



: Surat Izin Penelitian



Lampiran 3



: Informasi Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)



Lampiran 4



: Instrumen Penelitian



Lampiran 5



: Bukti Proses Bimbingan



xv



DAFTAR SINGKATAN



NO



ISTILAH



SINGKATAN DARI



1.



WHO



World Health Organization



2.



RI



Republik Indonesia



3.



RSUD



Rumah Sakit Umum Daerah



4.



OMA



Otitis Media Akut



5.



O2



Oksigen



6.



SDKI



Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia



7.



SIKI



Standar Intervensi Keperawatan Indonesia



8.



CO2



Karbon Dioksida



9.



IGD



Instalasi Gawat Darurat



10.



NANDA



North American Nursing



xvi



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal dunia. Angka kejadian demam berbeda setiap negara. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 4-5 % angka kejadian kejang demam setiap tahunnya. Prevalensi kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat dibanding Eropa dan Amerika. Prevalensi kejang demam di Jepang 8,3 – 9,9 % (Lita, 2016). Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, kasus kasus kejang demam di Indonesia tahun 2010 sebanyak 50.180 kasus, pada tahun 2011 sebanyak 50.180 kasus dan pada tahun 2012 sebanyak 81.381 kasus. 25 – 50 % Kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang. Kejadian kejang demam di Indonesia disebutkan terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai 3 tahun dan 30 % mengalami kejang berulang. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi dengan penemuan kasus kejang demam yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 sebanyak 4.864 kasus, pada tahun 2012 meningkat sebanyak 6.357 kasus dan pada tahun 2013 kasus kejang demam kembali meningkat dengan 7.751 kasus. (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2014). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium



1



2



(Baranan & Jaumar, 2013). Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada umur 6 bulan sampai 4 tahun (Wulandari & Erawati, 2016). Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat kenaikan suhu tubuh dari 38°C (suhu rektal) yang disebabkan oleh proses diluar otak, tanpa ada bukti infeksi otak (Ridha, 2014). Hampir 3% dari anak umur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Terjadinya jangkitan kejang demam tergantung pada umur serta tinggi dan cepatnya suhu tubuh meningkat. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, tergantung dari tinggi atau rendahnya ambang kejang seorang anak akan menderita kejang demam pada kenaikan suhu tertentu (Fida & Maya, 2012). Demam tinggi pada anak menjadi faktor pencetus kejang demam. Kenaikan suhu 1°C mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 %. Masalah yang terjadi pada pasien kejang seperti hipertermi, ketidakefektifan pola napas, resiko cidera dan kecemasan. Dampak kejang demam yang tidak teratasi dapat menyebabkan kerusakan sel otak. Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar, dan menyebabkan peredaran O2 terganggu (Ngastiyah, 2014). Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea (henti nafas). Henti nafas menyebabkan hipoksia (kurangnya kadar oksigen jaringan) dan jika berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan otak. Apabila anak sering mengalami kejang akan semakin banyak sel otak yang rusak dan



mempunyai



resiko



keterlambatan



perkembangan,



retardasi



mental,



kelumpuhan dan 2 – 10 % dapat berkembang menjadi epilepsi. (Ngastiyah, 2014).



3



Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang perlu penanganan segera. Penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah yang disebabkan bangkitan kejang yang terjadi berulang. Pertolongan pertama untuk menangani pasien harus segera dilakukan untuk mencegah cedera dan komplikasi yang serius pada anak (Fida & Maya, 2012) Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian studi kasus dengan judul Asuhan keperawatan penanganan kejang pada pasien demam di Rumah Sakit Umum Daerah Syech Yusuf Kabupaten Gowa. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan penanganan kejang pada pasien demam di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa? C. TUJUAN STUDI KASUS Diketahuinya gambaran asuhan keperawatan penanganan kejang pada pasien demam di RSUD Syech Yusuf Kabupaten Gowa. D. MANFAAT STUDI KASUS 1. Masyarakat Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan kejang pada pasien demam. 2. Perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam penanganan kejang pada pasien demam sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.



4



3. Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, dan juga dapat menjadi bekal dalam memberikan pelayanan kesehatan ketika bekerja dilapangan nanti.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM 1. Pengkajian Pengkajian



merupakan



tahap



awal



dari



proses



keperawatan.



Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien. Semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,



psikologis,



sosial,



maupun



spiritual.



Keberhasilan



proses



keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. (Bennu dkk, 2013). Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien kejang demam menurut Kristanty (2008): a. Riwayat Kesehatan 1) Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat uang di konsumsi. 2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga. 3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, OMA, pneumonia, gastroenteriks, faringiks, morbilivarisela, dan campak. 4) Adanya riwayat trauma kepala.



51



6



b. Primary Survey 1) Airway Pada kasus kejang demam impuls-impuls radang dihantarkan ke hipotalamus, hipotalamus menginterpretasiakan impuls menjadi demam. Demam yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi syaraf pada anggota gerak tubuh. Wajah yang membiru, lengan dan kakinya tidak terkendali, selama beberapa waktu. Gejala ini hanya beberapa detik, tetapi dapat membahayakan anak balita. Akibat yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah bisa saja tergigit atau berbalik arah yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Pada airway perlu diketahui bahwa proses kejang demam dapat mempengaruhi sistem persarafan mengalami gangguan sehingga tidak berfungsi dengan optimal, kemungkinan otot pernapasan mengalami penyempitan dan lidahnya menutup jalur pernapasan. 2) Breathing Pada kejang yang berlangsung lama misalnya 15 menit biasanya disertai apnea, natrium meningkat, kebutuhan O2 meningkat untuk kontraksi



otot



skeletal



yang



menimbulkan terjadinya asidosis.



akhirnya



terjadi



hipoksia



dan



7



3) Circulation Gangguan peredaran darah mengakibakan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan tumbuh edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama. 4) Disability c. Secondary Survey 1) B1 (Breath) : Kaji keadaan umum, kaji frekuensi napas, 2) B2 (Blood) : Kaji Tanda-tanda vital, periksa perfusi jaringan 3) B3 (Brain) : Kaji kesadaran pasien. 4) B4 (Bladder) : Monitor produksi urine dan warnanya 5) B5 (Bowel) : Kaji masalah pencernaan 6) B6 (Bone) : Pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan tulang akan tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot yang mengalami kejang. 2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas oleh masalah kesehatan, atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien untuk mencapai kesehatan yang optimal (SDKI, 2017).



8



a. Airway Bersihan jalan napas tidak efektif



berhubungan dengan kejang



demam. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan



sekret



atau



obstruksi



jalan



napas



untuk



mempertahankan jalan napas tetap paten. b. Breathing Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologi. Pola napas tidak efektif merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat, yang disebabkan gangguan neurologis. c. Circulation Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan aliran darah ke otak. d. Disability Resiko cedera berhubungan dengan kejang demam. Beresiko



mengalami



bahaya



atau



kerusakan



fisik



yang



menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik. 3. Intervensi Intervensi keperawatan merupakan skala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk



9



mencapai, peningkatan atau pencegahan dan pemulihan kesehatan klien, individu, keluarga, dan komunitas (SIKI, 2018). a. Airway Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kejang demam. Dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, mekonium di jalan napas (pada neonatus), dispnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, dan frekuensi napas berubah Intervensi : 1) Pertahankan jalan napas dengan menggunakan spatel lidah. 2) Miringkan kepala pasien b. Breathing Pola napas tidak efektif berhubungan gangguan neurologi. Dibuktikan dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal, pernapasan cuping hidung, tekanan ekspirasi menurun dan tekanan inspirasi menurun. Intervensi : 1) Kaji tanda-tanda vital 2) Kaji cuping hidung 3) Kaji retraksi dinding dada 4) Kaji bunyi napas c. Circulation



10



Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif dibuktikan dengan reduksi aliran darah ke otak Intervensi : 1) Berikan kompres hangat. 2) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antipiretik. d. Disability Resiko cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan, dan perubahan fungsi psikomotor. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan resiko cedera dapat dihindari. Kriteria hasil : NOC : Pengendalian resiko 1) Pengetahuan tentang resiko 2) Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko Intervensi : 1) Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadikan potensial jatuh dalam setiap keadaan. 2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadi potensial jatuh. 4. Implementasi Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki



11



perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi



sistematis,



kemampuan



memberikan



pendidikan



kesehatan,



kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Bennu dkk, 2013). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Hasil akhir yang diinginkan dari perawatan pasien kejang demam meliputi pola pernapasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak menunjukkan rasa nyamannya secara verbal dan non verbal, kebutuhan cairan terpenuhi, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan pengetahuan orang tua bertambah. B. PENANGANAN KEJANG DEMAM 1. Pengertian Kejang adalah suatu perubahan fungsi otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang disebabkan oleh aktivitas yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden, 2002).



12



Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat proksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,2012). Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (diatas 38° C) karena terjadi kelainan ekstrakranial. Kejang demam atau febrille convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). 2. Patofisiologi Kejang Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh natrium dan elektrolit lainnya, kecuali klorida. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.



13



Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat, disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan maki meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 dan Ngastiyah,2012). 3. Penanganan Kejang Demam Menurut Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009), menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien dirumah sakit antara lain : a. Saat timbul kejang maka penderita diazepam intravena secara perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisnya 0,5-0,75 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah 0,3 mg/kg BB/kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5 mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari 5 mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. Setelah pemberian pertama diberikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat diberikan



14



injeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang maka ditunggu 15 menit lagi kemudian diberikan injeksi diazepam ketiga dengan dosis yang sama secara intramaskuler. b. Pembebasan jalan napas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring, pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir. Bila tidak membaik dapat dilakukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. c. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan. d. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan membutuhkan dalam pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang beresiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan peningkatan intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium perlu dihindari. e. Pemberian kompres hangat untuk membantu suhu tubuh dengan metode konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat tinggi (suhu tubuh) ke benda yang mempunyai derajat yang lebih rendah (kain kompres). Kompres diletakkan pada jaringan penghantar panas yang banyak seperti kelenjar limfe di ketiak, leher, lipatan paha, serta area pembuluh



darah



yang



besar



di



leher.



Tindakan



ini



dapat



dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti prometazon 4-6 mg/kg BB/hari (terbagi dalam 3 kali pemberian).



15



f. Apabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka perlu diberikan obat-obatan untuk mengurang edema otak seperti dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. Posisi kepala hiperekstensi tetapi lebih tinggi dari anggota tubuh yang lain dengan cara menaikan tempat tidur bagian kepala lebih tinggi kurang lebih 15° (posisi tubuh pada garis lurus). g. Untuk pengobatan rumatan setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital dengan dosis awal 30 mg pada neonatus, 50 mg pada anak usia 1 bulan – 1 tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun keatas dengan tehnik pemberian intramaskuler. Setelah itu diberikan obat rumatan fenobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg/kg BB/hari (terbagi dalam 1 kali pemberian). Hari berikutnya 4-5 mg/kg BB/hari yang terbagi dalam 2 kali pemberian. h. Pengobatan penyebab. Karena yang menjadi penyebab timbulnya kejang adalah kenaikan suu tubuh akibat infeksi seperti di telinga, saluran pernapasan, tonsil maka pemeriksaan seperti angka leukosit, foto rongent, pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi sangat perlu dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotik yang cocok diberikan pada pasien anak dengan kejang demam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotik yang cocok diberikan pada pasien anak dengan kejang demam.



16



i. Terapi obat-obatan Setiap kasus anak dengan kejang memerlukan perawatan secara intensif untuk penatalaksanaan yang adekuat. Tindakan yang utama untuk kasus anak dengan kejang ialah secara simultan mengatasi kejang (simtomatik) sekaligus juga menghilangkan penyebab penyakit primer (kausatif). Bila penyakit primer sudah dapat diatasi maka diharapkan gejala kejang akan hilang dan tidak mengalami eksaserbasi. Tetapi yang lain adalah bersifat suportif/resusatif sesuai dengan indikasi (Widagno, 2012). Tindakan perawatan yang perlu dilakukan pada ank yang sedang dalam keadaan kejang saat sebelum dan sudah di tempat layanan kesehatan, ialah : 1) Memposisikan anak secara lateral decubitus 2) Upayakan agar leher dalam posisi lurus untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka. 3) Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut anak yang sedang mengalami kejang. 4) Menjaga agar lidah tidak tergigit. 5) Secepatnya membawa anak ke Unit Gawat Darurat (UGD) terdekat untuk penanganan lebih lanjut (Widagdo, 2012).



17



4. Dampak Kejang a. Kerusakan otak Kejang demam yang berlangsung singkat, biasanya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai henta napas. Henti napas menyebabkan kekurangan oksigen dan jika berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan otak. b. Penurunan kesadaran Kejang demam yang lama (lebih dari 15 menit) berkaitan dengan kelainan saraf, sehingga berdampak pada kerusakan otak. Kerusakan otak. Kerusakan otak yang terjadi dapat menyebabkan gangguan dalam pembelajaran. c. Kematian Serangan kejang yang berlangsung lama biasanya akan disertai henti napas. Adanya kejang dan disertai pertolongan yang tidak tepat dapat beresiko terjadinya aspirasi. Aspirasi pada jalan napas dapat menyebabkan kegawatan pernapasan dengan berujung kemtian. Namun kejadian ini sangat kecil sekitar 0,64-0,75%.



18



5. Algoritma Penanganan Kejang Demam KEJANG DIAZEPAM(iv) 0,3-0,5 MG/KG (Maks. 20 mg)



Atau DIAZEPAM 5 mg (BB10kg)



0-5 menit -------------------------------------------------------------------------------------------



KEJANG (-)



KEJANG (+) (A) Diulang interval 3 menit



5-10 menit -----------------------------------------------------------------------------------------



KEJANG (+)



KEJANG (-)



Fenitoin bolus IV 15-20 mg/kgBB Kecepatan : 25 mg/menit



Fenitoin : 12 jam kemudian 5-7 mg/kgbb



KEJANG (+) 10-15 menit ---------------------------------------------------------------------------------------Fenobarbital IV/IM 10-20 mg/kgBB



KEJANG (-) Fenobarbital 12 jam kemudian 3-4 mg/kgBB



KEJANG (+)



ICU Midazolam 0.2 mg/kgBB Fenobarbital 5-10 mg/kgBB



Gambar 2.1 Algoritma Penanganan Kejan



19



Pasien Kejang Demam (+) Dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 menit



Diazepam/DZP



DZP, Per rektal : 0,5-0,75 mg/kgBB



Kejang (+) DZP, iv : 0,3-0,5 mg/kgBB Iv pelan, dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit. Dosis maksimal : 20 mg



Kejang (+)



Fenitoin i.v LD : 10 – 20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau