4 0 127 KB
A SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW : DETERMINAN UNMET NEED KELUARGA BERENCANA DI DAERAH PEDESAAN DAN PERKOTAAN Oleh : Ni Luh Nyoman Sumiati NIM. 1782111010 MIKM Fak. Kedokteran, Univ. Udayana
LATAR BELAKANG Program Keluarga Berencana merupakan suatu program yang diakui secara Nasional maupun Internasional yang mampu secara nyata dapat menurunkan angka fertilitas. Hal ini dapat dilihat dari TFR Indonesia hasil survei SDKI 1991 sebesar 3,0 dan menurun menjadi 2,6 pada SDKI 2002/2003 dan mengalami stagnan hingga SDKI 2012. Salah satu permasalahan yang muncul adalah masih tingginya kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi (Unmet Need). Unmet Need adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang kebutuhan ber-KB nya tidak terpenuhi. Wanita dengan status unmet need adalah wanita usia subur yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan) atau berhenti sama sekali (pembatasan)[1]. Tingginya unmet need bukan hanya akan mejadi penyebab ledakan penduduk (populasi), melainkan juga bisa berpengaruh pada tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Angka kematian ibu di Indonesia berada pada angka 359/100.000 kelahiran hidup [1]. Situasi ini tentu membutuhkan kerja keras bersama untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang tercantum dalam goal kelima yaitu kesetaraan gender (Akses Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana), menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan. Fenomena unmet need bukan hanya menjadi permasalahan dalam program Keluarga Berencana di Indonesia, namun juga dihadapi di berbagai belahan dunia. Data Population Reference Bureau menunjukkan di negara berkembang sekitar setengah dari wanita seksual aktif atau 818 juta wanita menginginkan untuk menghindari kehamilan. Namun sekitar 17 persen dari wanita tersebut atau 140 juta wanita tidak menggunakan metode kontrasepsi. Sedangkan 9 persen atau 75 juta wanita menggunakan metode tradisional yang kurang efektif. Secara keseluruhan terdapat 215 juta wanita yang mengalami unmet need kontrasepsi modern[2]. Penelitian yang dilakukan oleh Gilda Sedgh didapatkan hasil bahwa dari 52 negara yang diteliti, angka unmet need pada wanita menikah usia 15- 49 untuk metode kontrasepsi (baik modern atau tradisional) berkisar antara 8% di Kolombia samapi 38% di Sao Tome dan Principe. Angka unmetneed tertinggi terdapat di negara-negara seperti Haiti, 1
Ghana dan Uganda. Di 24 negara, setidaknya seperempat wanita menikah memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi dan 20 negara tersebut berada di Afrika. Lima Negara dengan tingkat terendah kebutuhan yang tidak terpenuhi antara lain Kolombia, Peru, Honduras, Republik Dominika dan Indonesia[3]. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, menyatakan bahwa angka unmet need di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 11,40 persen dengan 4,5 persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran[1]. Tingkat unmet need KB di setiap daerah memiliki tingkatan yang berbeda. Besarnya tingkat unmet need KB di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah tersebut. Indonesia memiliki heterogenitas yang tinggi di setiap daerahnya. Kondisi ekonomi, pendidikan, dan infrastrukrur Indonesia bagian timur secara umum tidak lebih baik dibanding dengan kondisi Indonesia bagian barat, sehingga tingkat unmet need KB lebih tinggi di wilayah Indonesia bagian timur. Hasil SDKI tahun 2012 juga menunjukkan adanya perbedaan tingkat unmet need di perkotaan dan wilayah pedesaan. Penelitian unmet need KB yang terdahulu telah banyak juga disebutkan bahwa karakteristik daerah, dalam artian perdesaan dan perkotaan, akan mempengaruhi tingkat unmet need KB namun belum ada penelitian yang secara kolektif dan sistematis menganalisa faktor yang paling konsisten yang berhubungan dengan unmet need KB baik di pedesaan maupun perkotaan. Review literatur ini bertujuan mensintesis bukti-bukti yang diperlukan untuk mengarahkan intervensi dengan lebih efektif, berfokus pada determinan penentu yang mendasari unmet need KB.
METODE Sumber data pada tulisan ini adalah Pro Quest, Neliti, PubMed, The Lancet, Science Direct dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian adalah “differential”, “determinant”, “unmet need”, "unmet need for family planning”, “rural”, “urban” , “perbedaan”, “determinan”, “keluarga berencana”, “pedesaan”, “perkotaan” Kriteria inklusi adalah meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need baik di pedesaan maupun perkotaan, pada wanita menikah, diterbitkan antara tahun 2013 sampai 2018 dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Kriteria eksklusi adalah literatur yang tidak relevan dengan tujuan penulisan, meneliti unmet need namun tidak secara eksplisit menunjukkan tempat penelitian berlokasi di pedesaan atau perkotaan, ada duplikasi, tidak meneliti hubungan dan artikel tanpa free full text.
Alur sistematik dalam pencarian artikel dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
Pro Quest n = 121 PubMed n = 52
The Lancet n = 94
Neliti n=3
Science Direct n = 102
Google Scholar n = 686
`
n = 1058 Tidak relevan dengan topik n = 901 n = 157 Full text tidak tersedia n = 84 n = 73 Lokasi penelitian tidak jelas n = 39 n = 34 Meneliti wanita belum menikah n = 5 n = 29 Duplikasi n = 10 n = 19 3
Tabel 1. Review Literatur No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tahun 1
Tempat
Outcome
Penelitian Variable yang signifikan berhubungan dengan
Study
Jumlah
Methods
Sampel
Genet E. et al.,
Determinants of unmet
Kota
2015
need for family planning
Dangila,
unmet need adalah tempat tinggal, pekerjaan,
sectional
among currently
Ethiopia
riwayat konseling KB oleh petugas kesehatan,
study
married women in Dangila town administration, Awi Zone, Amhara regional
dukungan suami untuk KB Unmet need di perdesaan lebih tinggi 17,65 kali dibandingkan di perkotaan. Perempuan dengan profesi ibu rumah tangga
state;
atau petani 6.81 kali lebih banyak mengalami
a cross sectional study
unmet need dibandingkan perempuan bekerja Perempuan yang tidak mendapat konseling dari petugas kesehatan dan health development army 6,76 kali lebih banyak mengalami unmet need dibandingkan dengan yang mendapat konseling. Perempuan yang tidak mendapat dukungan suami untuk kontrasepsi 3,34 kali lebih banyak mengalami unmet need dibandingkan yang mendapat dukungan suami.
Cross-
556
Kualitas
Moderate
2
Wulifan, J.K et
Determinants of unmet
Burkina
al, 2017
need for family
Faso
Terdapat hubungan positif antara unmet need
Survei
1309 ibu
dengan jumlah anak, memiliki anak umur
Rumah
hamil
planning in rural Burkina
kurang dari 1 tahun, menganut agama Kristen,
Tangga
Faso: a multilevel
penolakan perempuan tentang penggunaan
logistic regression
kontrasepsi, penolakan pasangan tentang
analysis
penggunaan kontrasepsi, diskusi KB dengan
Tinggi
pasangan dan perbedaan keinginan untuk memiliki anak.pada pasangan Terdapat hubungan negative antara unmet need dengan jarak fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan yang terlatih logistic kontrasepsi Tidak ada hubungan yang signifikan antara unmetneed dengan status social ekonomi. 3
Terdapat hubungan yang signifikan antara
Ajong, A.B et
Determinants of unmet
Biyem-Assi
al, 2016
need for family
Health
unmet need dengan persetujuan suami tentang
planning among women
District,
kontrasepsi
in Urban
Yaoundé
Terdapat hubungan dengan signifikansi sangat
Cameroon: a cross
tinggi antara unmet need dengan diskusi
sectional survey in the
pasangan tentang keluarga berencana
Biyem-Assi Health District, Yaoundé
Cross Sectional
370
Moderate
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara unmet need dengan tingkat Pendidikan, agama dan lamanya tinggal serumah dengan pasangan 4
Kenya
Status kekayaan rumah tangga, tingkat
Nyauchi B,
Determinants of Unmet
Omedi G,
Need for Family
Pendidikan, tempat tinggal, jumlah anak, status
data
2014
Planning among Women
perkawinan berhubungan signifikan dengan
sekunder
in Rural
unmet need pada pembatasan kelahiran
Kenya
Status pekerjaan, tingkat Pendidikan, tempat
Kenya
Analisis
5.829
High
2601
High
Demograp
tinggal, umur, status perkawinan, jumlah anak
hic and
dan paparan media massa berhubungan
Health
signifikan dengan unmet need pada
Survey
penjarangan kelahiran Total unmet need berhubungan dengan status pekerjaan wanita, indeks kekayaan, tingkat Pendidikan, umur, status perkawinan, jumlah anak dan paparan media massa 5
Letamo G,
Levels, trends and
Navaneetham
reasons for unmet
K, 2015
need for family planning
Botswana
Unmet need KB lebih tinggi terjadi di pedesaan dibandingkan perkotaan Variabel yang meningkatkan unmet need yaitu
among
ketidaksetujuan pasangan terhadap KB,
married women in
memiliki satu partner, tidak pernah diskusi
Botswana:
Cross sectional
a cross-sectional study
dengan pasangan tentang KB dan beragama non Kristiani Peningkatan unmet need pada penjarangan kelahiran berhubungan dengan ketidaksetujuan pasangan, wanita menikah yang belum pernah melahirkan, wanita menikah dengan satu pasangan, wanita menikah dengan Pendidikan dasar, dan umur 15-24 tahun Unmet need untuk pembatasan kelahiran berhubungan dengan ketidaksetujuan pasangan, tidak pernah berdiskusi dengan pasangan dan wanita menikah dengan satu partner
6
Putro D.A,
Unmet Need Keluarga
Listyaningsih
Berencana
U, 2017
di Daerah Perkotaan
Yogyakarta
Tidak ada perbedaan secara statistik unmet need di pedesaan dan perkotaan Variabel yang diteliti : umur istri,jumlah anak
dan Perdesaan
masih hidup, pengalaman penggunaan
di Provinsi Daerah
kontrasepsi, tingkat Pendidikan istri, tingkat
Istimewa Yogyakarta
Pendidikan suami, persetujuan istri terhadap kontrasepsi, pengambilan keputusan dalam keluarga berencana, persepsi suami terhadap KB, Status pekerjaan istri, Pendapatan keluarga
Analisis data sekunder
109
Moderate
, jarak tempat pelayanan KB, Biaya alat kontrasepsi Faktor yang paling mempengaruhi unmet need KB di daerah perdesaan ialah variabel pendidikan suami, sedangkan unmet need KB daerah perkotaan tidak sama sekali dipengaruhi oleh seluruh variabel yang digunakan.
7
Bangladesh
Unmet need untuk penjarangan kelahiran lebih
Islam R, et al,
Unmet Need for Family
2013
Planning: Experience
tinggi di pedesaan daripada perkotaan
data
from Urban and Rural
sedangkan unmet need untuk pembatasan
sekunder
Areas in Bangladesh
kelahiran tidak berbeda baik di pedesaan dan
BDHS 2004
perkotaan Variabel yang signifikan berhubungan dengan unmet need di pedesaan adalah pengalaman menggunakan kontasepsi, diskusi KB dengan pasangan, jumlah anak, keingginan untuk memiliki anak terakhir, umur dan Pendidikan Variabel yang signifikan berhubungan dengan unmet need di perkotaan adalah umur, keinginan untuk memiliki anak terakhir,
Analisis
11.440
High
pengalaman menggunakan kontasepsi, diskusi KB dengan pasangan. 8
India
Unmet need berhubungan signifikan dengan
Vasudevan K,
Assessment of unmet
Soundarya C,
need for contraception
umur, Pendidikan, jumlah anak, peran pria
2016
in an urban area of
dalam pengambilan keputusan
Cross
245
Moderate
475
Moderate
235
Moderate
sectional
Pondicherry 9
Nagpur
Unmet need berhubungan dengan jenjang
Relwani, N.R
Revealing unmet need
et al, 2015
for contraception
Pendidikan dan tipe keluarga. Jenjang
among married women
Pendidikan yang lebih tinggi dari Secondary
in an urban slum of
School Level Certificate (SSLC) memiliki unmet
Nagpur
need lebih rendah.
Cross Sectional
Unmet need secara signifikan lebih tinggipada tipe keluarga in joint dan keluarga tiga generasi dibandingkan yang tinggal hanya dengan keluarga inti 10
Sudha V et al,
Unmet need for
2017
contraception among urban women: a cross
India
Tidak ada hubungan signifikan unmet need dengan faktor sosiodemografi Unmet need berhubungan signifikan dengan
sectional study in
agama dimana penganut Muslim lebih sedikit
Puducherry
mengalami unmetneed dibandingkan penganut Hindu
Cross sectional
11
Callahan R,
Unmet Need, Intention
Becker S, 2014
to Use Contraceptives
Bangladeh
Terdapat hubungan signifikan pengalaman menggunakan kontrasepsi terhadap unmetneed
Longitudin
2500
High
378
Moderate
394
Moderate
al
Tidak ada hubungan antara unmet need dengan
And Unwanted Pregnancy in Rural
kekayaan rumah tangga, jenjang sekolah,
Bangladesh
pengambilan keputusan, memiliki pengalaman kematian anak atau lahir mati
12
Valekar SS et
Assessment of Unmet
al, 2017
Needs of Family
Pune city
Terdapat hubungan yang signifikan jumalh anak dengan unmet need
Cross sectional
Tidak ada hubungan signifikan antara unmet
Planning and Reasons for Non-Use
need dengan variable umur, Pendidikan wanita,
of Contraceptive
status sosial ekonomi, dan agama
Methods among Women in Reproductive Age in Rural Community 13
Egypt
Faktor risiko yang berhubungan dengan unmet
El-Masry R et
Unmet need for family
al, 2018
planning among women
need adalah status pekerjaan wanita, hanya
in rural Egypt
memiliki anak perempuan/hanya anak lelaki, tanpa riwayat kehamilan yang tidak diinginkan, , memilih anak lebih dari 3, ketidaksetujuan suami terhadap KB, dominasi suami dalam pengambilan keputusan.
Cross sectional
Pemahaman tentang konsep keluarga berencana yang benar memberikan faktor protektif terhadap unmet need Tidak ditemukan hubungan dengan Pendidikan istri, Pendidikan suami, pekerjaan suami, status sosial ekonomi, paparan media massa, jumlah anak, jenis persalinan yang pernah dialami, riwayat keguguran 14
Adebowale
Determinants of Unmet
Burkina
S.A et al, 2014
Need for Modern
Faso
Faktor yang berhubungan dengan peningkatan unmet need adalah umur perempuan, menikah
Contraception and
lebih dari 1 kali, , jumlah anak, Pendidikan
Reasons for
suami, status wanita bekerja
Cross
7191
High
1240
High
sectional
Unmet need lebih rendah pada wanita yang
Non-use among Married Women in Rural Areas
mengunjungi fasilitas kesehatan dengan atau
of Burkina Faso
tanpa diskusi tentang KB Faktor protektif dari unmet need adalah persetujuan suami untuk KB
15
Ethiopia
Variabel yang berhubungan signifikan dengan
Gebresilassie
Explaining Unmet Need
Y.H, Woldu
for Family
unmet need adalah umur wanita, jumlah anak,
G.T, 2018
Planning in Rural Tigrai,
status pekerjaan wanita, diskusi KB dengan
Ethiopia
pasangan, tingkat Pendidikan wanita dan suami
Cross sectional
Tidak ada hubungan signifikan antara unmet need dengan agama, keinginan pasangan untuk memiliki anak, paparan media, kunjungan ke fasilitas kesehatan 16
India
Unmet need memiliki hubungan signifikan
Singh S et al,
Assessment of unmet
2018
need for family planning
dengan jenis pekerjaan wanita, jumlah anak,
and its determinants in
pengetahuan tentang kontrasepsi, kerukunan
a rural block of Haryana
pasangan terkait jumlah anak.
Cross
500
Moderate
260
Moderate
sectional
Pengetahuan tentang kontrasepsi, kerukunan pasangan terkait jumlah anak merupakan faktor protektif terhadap unmet need Tidak ada hubungan signifikan antara unmet need dengan tingkat Pendidikan dan status sosial ekonomi Alasan utama tiding menggunakan KB adalah takut efek samping disusul pertentangan mertua. 17
Rahman S,
A Comparative study on
2016
unmet need for contraception among married women
India
Tidak ada perbedaan signifikan antara unmet need di pedesaan dan perkotaan Faktor yang berhubungan dengan unmet need baik di pedesaan maupun perkotaan adalah
cross sectional
of reproductive age in
jenjang Pendidikan dari istri, umur istri, status
urban slums of
pekerjaan perempuan, agama dan jumlah anak
Guwahati and rural area of Rani Block, Kamrup, Assam 18
Nazir S et al ,
Determinants Of Unmet
2015
Need For Family Planning In A
India
Unmet need di pedesaan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan di perkotaan Faktor yang berkontribusi terhadap unmet need
Developing Country: An
adalah tingkat Pendidikan, penghasilan,
Observational Cross
pekerjaan, agama, pengetahuan tentang KB,
Sectional Study
komunikasi tentang KB dengan pasangan dan akses media Preferensi terhadap gender anak secara signifikan berhubungan dengan unmet need. Di pedesaan, unmet need tertinggi pada preferensi terhadap anak laki-laki sedangkan di perkotaan unmet need tertinggi pada preferensi pada anak perempuan. Alasan tidak menggunakan kontrasepsi yang secara signifikan berhubungan dengan unmet need di pedesaan adalah hambatan keluarga, ketakuan atas infertilitas dan kendala biaya
Cross sectional
2000
High
Alasan tidak menggunakan kontrasepsi yang secara signifikan berhubungan dengan unmet need di perkotaan adalah hambatan keluarga, ketakutas atas infertilitas, kendala biaya dan ketidakpuasan terhadap layanan kesehatan
19
Bhattathiry M.M, Ethirajan N, 2014
Unmet need for family planning among married women of reproductive age group in urban Tamil Nadu
Urban Tamil Danu
Faktor yang berhubungan dengan unmet need adalah umur, Pendidikan, pekerjaan suami, umur saat menikah, umur saat melahirkan pertama, jumlah anak, keinginan jumlah keluarga, pengetahuan tentang kontrasepsi, pertentangan dengan metode kontrasepsi dan partisipasi pria
Cross sectional
700
High
DISKUSI Faktor Geografis. Ditinjau dari faktor geografis ditemukan adanya pola kejadian unmet need yang bervariasi antara daerah pedesaan dan perkotaan. Walaupun bertempat tinggal di daerah pedesaan berhubungan dengan kejadian unmetneed yang lebih tinggi dibandingkan di perkotaan di Ethiopia[4], Botswana[5] dan India [6] namun ditemukan pula tidak ada perbedaan yang signifikan antara unmet need dengan tempat tinggal di beberapa daerah di India[7] dan di Provinsi Yogyakarta, Indonesia[8]. Lebih tingginya angka unmet need di pedesaan kemungkinan sebagai refleksi rendahnya kesadaran dan status pendidikan pada wanita di pedesaan[4]. Faktor Sosiodemografis. Faktor yang secara konsisten ditemukan berhubungan signifikan dengan unmet need adalah persetujuan suami tentang KB baik di daerah pedesaan maupun perkotaan[4,9–13]. Begitu pula faktor diskusi KB dengan pasangan cukup konsisten di beberapa penelitian
berhubungan
signifikan
dengan
unmet
need
baik
di
pedesaan
maupun
perkotaan[10,11,14,15] walapun hasil berbeda ditemukan di pedesaan Burkina Faso[9]. Kedua faktor ini menunjukkan secara jelas bahwa keluarga berencana dan penggunaan kontrasepsi adalah urusan pasangan. Kebebasan yang dimiliki wanita ketika berdiskusi begitu pula persetujuan dan dukungan suami memiliki peranan penting dalam menurunkan unmet need KB[11]. Umur ibu memiliki hubungan dengan kejadian unmet need baik di pedesaan maupun perkotaan[9,14,16,17]. Unmet need ditemukan meningkat pada wanita kawin umur 15-19 tahun dan 45-49 tahun. Unmet need di perkotaan Bangladesh pada pembatasan kelahiran ditemukan lebih tinggi daripada pedesaan pada kelompok umur 20-34 tahun. Namun tidak ditemukan hubungan signifikan pada variabel umur ibu di pedesaan Egypt[12]. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur saat menikah dengan unmet need KB[17]. Faktor jumlah anak ditemukan berhubungan dengan unmet need baik di pedesaan maupun perkotaan[6,9,10,13–16]. Di pedesaan Burkina Faso, unmet need ditemukan lebih tinggi pada wanita yang menyatakan jumlah anak ideal haruslah 1-2 anak dibandingkan yang menyatakan jumlah ideal setidaknya 3 orang anak[9]. Faktor jumlah anak juga menjadi faktor prediktor utama unmet need di pedesaan dimana wanita yang memiliki 5 anak atau lebih memiliki unmet need KB lebih tinggi daripada yang tidak memiliki anak. Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan unmet need KB di daerah perkotaan Cameroon[11]. Keinginan salah satu pasangan untuk memiliki anak ditemukan memiliki hubungan positif dengan unmet need di daerah pedesaan[10,12] namun hasil berbeda tidak ditemukan di Ethiopia[15]. Riwayat jumlah kehamilan ditemukan berhubungan signifikan dengan unmet need KB di perkotaan Cameroon[11]. Komposisi gender anak juga ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan unmet need di daerah pedesaan[6,12,18] Jumlah anak perempuan yang dimiliki seorang wanita memiliki
15
hubungan dengan unmet need KB di pedesaan Haryana[18]. Di pedesaan India, unmet need lebih tinggi pada preferensi anak laki-laki sedangkan di perkotaan unmet need lebih tinggi pada preferensi anak perempuan[6]. Wanita yang memiliki konsep perencanaan keluarga dengan jarak anak 2 tahun memiliki unmet need yang lebih rendah di pedesaan Egypt[12]. Keakuran keluarga terkait jumlah anak memberikan efek protektif terhadap unmet need di pedesaan Haryana[18]. Tipe keluarga memiliki hubungan yang signifikan di perkotaan Nagpur[19]. Unmet need secara signifikan lebih tinggi pada tipe keluarga in joint dan keluarga tiga generasi dibandingkan yang tinggal hanya dengan keluarga inti. Di beberapa penelitian ditemukan adanya hubungan signifikan antara agama yang dianut dengan kejadian unmet need KB. Sebagaimana penelitian di daerah pedesaan maupun perkotaan Bangladesh[14] dimana wanita muslim memiliki unmet need yang lebih tinggi dibandingkan wanita non muslim. Penelitian lain di pedesaan Burkina Faso[10] justru menemukan adanya hubungan positif antara unmet need KB dengan menganut agama Kristen. Di perkotaan Puducherry, wanita Muslim justru memiliki unmet need KB yang lebih rendah dibandingkan wanita beragama Hindu[20]. Hasil yang serupa diperoleh di pedesaan India[7]. Namun secara kontras tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara unmet need KB dengan agama di pedesaan Burkina Faso[9], perkotaan Cameroon[11] dan pedesaan Ethiopia[15]. Riwayat pernah menggunakan KB berhubungan signifikan dengan unmet need baik di pedesaan dan perkotaan Banglaseh[14,16] dan di pedesaan Egypt[12]. Wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi lebih familiar dengan metode kontrasepsi dan layanan kontrasepsi dibandingkan yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi[12]. Begitu pula riwayat kehamilan yang tidak diinginkan ditemukan berhubungan dengan unmet need di pedesaan Egypt[12] Paparan media memiliki hubungan dengan unmet need di pedesaan Burkina Faso[9], pedesaan Haryana[18] dan pedesaan Kenya[21]. Paparan media menurunkan kejadian unmet need. Namun hasil berbeda ditemukan di pedesaan Egypt[12]. Media memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan pemahaman tentang Keluarga Berencana. Paparan wanita terhadap pesan KB baik mulai radio, TV, atau koran akan menumbuhkan kesadaran, meningkatkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi dan meningkatkan pemahaman terhadap layanan keluarga berencana[9]. Unmet need ditemukan berhubungan dengan kunjungan ke layanan kesehatan di pedesaan Burkina Faso[9]. Hal serupa ditemukan di Northwest Ethiopia[4] dimana wanita yang mendapat konseling KB oleh petugas kesehatan memiliki unmet need lebih rendah. Kunjungan ke fasilitas kesehatan baik dengan atau tanpa diskusi KB menurunkan kemungkinan mengalami unmet need. Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu bentuk paparan pesan KB seperti melalui poster, berbincang dengan sesama wanita pengunjung fasilitas kesehatan dan dari petugas
kesehatan[9]. Namun hasil yang berbeda ditemukan di pedesaan Ethiopia dimana kunjungan ke fasilitas kesehatan tidak berhubungan signifikan dengan unmet need. Faktor Sosioekonomi. Faktor sosial dan ekonomi yang berhubungan dengan unmet need ditemukan masih bervariasi. Terdapat kecenderungan hubungan status pekerjaan dengan unmet need di daerah pedesaan [4,9,12,15,18,21]. Wanita bekerja memiliki unmet need tinggi di Burkina Faso, Haryana, Kenya dan Ethiopia. Namun di Northwest Ethiopia dan Egypt ditemukan wanita bekerja justru memiliki unmet need lebih rendah dibandingkan ibu rumah tangga/petani. Serupa dengan hasil penelitian baik di pedesaan maupun perkotaan Bangladesh[14] dimana ditemukan wanita bekerja memiliki unmet need KB yang lebih rendah dibandingkan wanita tidak bekerja. Di India, wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki unmet need yang lebih tinggi baik di perkotaan maupun pedesaan[7]. Alasannya adalah wanita bekerja memiliki kemampuan dan kapasitas untuk memutuskan sendiri kontrasepsi yang diinginkan, memiliki akses informasi yang lebih baik tentang Keluarga Berencana, memiliki peluang berinteraksi dengan dunia luar dimana wanita bekerja akan terekspos oleh pengalaman-pengalaman orang lain dan rumor tentang efek samping dapat dihindari[7,12]. Suami yang berprofesi sebagai pekerja non-manual seperti service man, business man dsb) memiliki unmet need lebih rendah dibandingkan pekerja manual seperti buruh dan petani baik di pedesaan maupun perkotaan. Namun di pedesaan Egypt tidak ditemukan adanya hubungan signifikan dengan status pekerjaan suami[12] Pendidikan ibu ditemukan tidak memiliki hubungan signifikan dengan unmet need baik di pedesaan maupun perkotaan di sebagian besar penelitian[4,8,9,11,12,16,22]. Namun temuan yang berbeda di Bangladesh didapatkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan unmet need baik di pedesaan tapi tidak didaerah perkotaan [14]. Di perkotaan Nagpur justru tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan dengan unmet need[19] sejalan dengan di pedesaan Kenya[21] dan Ethiopia[15]. Pendidikan suami juga memiliki hubungan dengan unmet need di pedesaan Burkina Faso[9], pedesaan Ethiopia dan pedesaan Yogyakarta, Indonesia[8] dimana semakin tinggi pendidikan suami diperoleh unmet need yang semakin meningkat[15]. Namun tidak halnya dengan di pedesaan Egypt[12] dimana tidak ditemukan adanya hubungan Pendidikan suami dengan unmet need KB. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara unmet need dengan indeks kekayaan baik di pedesaan maupun perkotaan[8–10,12,16,22]. Hasil yang berbeda ditemukan di pedesaan Kenya dimana rumah tangga yang miskin memiliki level unmet need yang signifikan lebih tinggi[21]. Faktor Layanan Kesehatan. Terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat pelayanan KB dengan kejadian unmet need di pedesaan Yogyakarta, Indonesia[8]. Namun ditemukan adanya hubungan negatif antara unmet need dengan jarak tempuh ke fasilitas kesehatan di pedesaan Burkina Faso[10] dimana wanita yang memiliki tempat tinggal yang dekat dengan fasilitas
kesehatan
justru memiliki unmet need KB yang lebih tinggi. Satu penjelasan yang masuk akal mungkin dikaitkan dengan fakta bahwa keluarga berencana tidak selalu dikelola di tingkat fasilitas, semenjak konseling yang relevan dan penyediaan layanan disediakan sebagai komponen dari kegiatan penjangkauan, berpotensi menangani khususnya wanita paling rentan[10]. Dan tidak ditemukan hubungan signifikan antara biaya untuk metode kontrasepsi dengan unmet need di pedesaan Egypt[12] dan di perkotaan Yogyakarta[8]. Alasan Tidak Menggunakan Kontrasepsi. Alasan yang umum bagi wanita untuk tidak menggunakan kontrasepsi baik di pedesaan maupun perkotaan adalah ketakutan terhadap efek samping[4,9,20,22]. Selain persepsi bahwa menyusui memiliki resiko yang rendah untuk hamil, pertentangan pasangan, dan hambatan agama. Di daerah pedesaan di Egypt menemukan alasan utama tidak menggunakan metode kontrasepsi adalah persepsi resiko rendah untuk hamil akibat frekuensi seks yang tidak sering, subfekunditas dan umur tua begitu pula di daerah perkotaan Tamil Nadu[17]. Sedangkan alasan lainnya adalah takut efek samping, ditentang suami dan hambatan agama[12]. Adanya peranan mertua menjadi salah satu alasan untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi di pedesaan Haryana[18]. Temuan penting di daerah perkotaan di Ambala, India yaitu alasan tidak menggunakan kontrasepsi akibat rasa tidak puas dengan pelayanan kesehatan selain hambatan keluarga, kekhawatiran akan infertilitas[6]. Keinginan untuk memiliki anak laki-laki juga menjadi alasan yang penting wanita tidak mau menggunakan kontrasepsi di daerah pedesaan India[22].
KESIMPULAN Faktor yang berhubungan dengan unmet need KB adalah multifaktorial dengan konsistensi pada persetujuan suami terhadap KB. Masih terdapat gap pada faktor-faktor lainnya antara lain : umur ibu, keinginan salah satu pasangan untuk memiliki anak, agama, pendidikan baik ibu maupun suami, status pekerjaan ibu dan suami, paparan media, indeks kekayaan, jarak ke fasilitas kesehatan. Terdapat faktor budaya yang mempengaruhi unmet need seperti preferensi gender anak dan tipe keluarga serta adanya peran mertua sebagai barrier dalam menggunakan kontrasepsi namun belum banyak diteliti. Dalam implementasi program, pemerintah harus meningkatkan strategi konseling dengan mengintegrasikan partisipasi pasangan dalam kampanye keluarga berencana dan metodenya. Masing- masing metode harus disajikan secara lengkap guna memastikan bahwa para pendengar jelas memahami berbagai efek samping dari metode.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, et al. Indonesia Demographic and Health Survey 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2013. 92-96 p.
2.
Population Reference Bureau. Unmet Need for Contraception: Fact Sheet [Internet]. Population
Reference
Bureau.
2012
[cited
2018
Sep
12].
Available
from:
https://www.prb.org/unmet-need-factsheet/ 3.
Sedgh G, Ashford LS, et al. Unmet Need for Contraception in Developing Countries: Examining Women’s Reasons for Not Using a Method. In: Guttmacher Institute. 2016. p. 2–48.
4.
Genet E, Abeje G, et al. Determinants of Unmet Need for Family Planning among Currently Married Women in Dangila Town Administration, Awi Zone, Amhara Regional State; A Ccross Sectional Study. Reproductive Health. 2015;12(42):1–5.
5.
Letamo G, Navaneetham K. Levels, Trends and Reasons for Unmet Need for Family Planning among Married Women in Botswana: A Cross-Sectional Study. BMJ Open. 2015;5:1–11.
6.
Nazir S, Mittal A, et al. Determinants of Unmet Need for Family Planning in a Developing Country : An Observational Cross Sectional Study. National Journal of Community Medicine. 2015;6(1):86–91.
7.
Rahman S. A Comparative Study on Unmet Need for Contraception among Married Women of Reproductive Age in Urban Slums of Guwahati and Rural Area of Rani Block, Kamrup, Assam. Indian Journal of Basic and Applied Medical Research. 2016;5(3):442–450.
8.
Putro DA, Listyaningsih U. Unmet Need Keluarga Berencana Di Daerah Perkotaan Dan Perdesaan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bumi Indonesia. 2017.
9.
Adebowale SA, Palamuleni ME. Determinants of Unmet Need for Modern Contraception and Reasons for Non-Use among Married Women in Rural Areas of Burkina Faso. African Population Studies. 2014;28(1):499–514.
10.
Wulifan JK, Jahn A, et al. Determinants of Unmet Need for Family Planning in Rural Burkina Faso: A Multilevel Logistic Regression Analysis. BMC Pregnancy and Childbirth. 2017;17(426):1– 11.
11.
Ajong AB, Njotang PN, et al. Determinants of Unmet Need for Family Planning among Women in Urban Cameroon: A Cross Sectional Survey in The Biyem-Assi Health District, Yaoundé. BMC Women’s Health. 2016;16(4):1–8.
12.
El-masry R, Essam N, et al. Unmet Need for Family Planning Among Women in Rural Egypt. International Journal of Community Medicine and Public Health. 2018;5(4):1252–1261.
13.
Vasudevan K, Soundarya C. Assessment of Unmet Need for Contraception in An Urban Area of Pondicherry. National Journal of Research in Community Medicine. 2016;5(4):223–228.
14.
Islam R, Islam AZ RM. Unmet Need for Family Planning : Experience from Urban and Rural Areas in Bangladesh. Public Health Reaserch. 2013;3(3):37–42.
15.
Yibrah HG, Gabriel TW. Explaining Unmet Need for Family Planning in Rural Tigrai, Ethiopia. Journal of Contraceptive Studies. 2018;3(2):1–7.
16.
Callahan RL, Becker S. Unmet Need, Intention to Use Contraceptives and Unwanted Pregnancy in Rural Bangladesh. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health. 2014;40(1):4–10.
17.
Bhattathiry MM, Ethirajan N. Unmet Need for Family Planning among Married Women of Reproductive Age Group in Urban Tamil Nadu. [Internet]. Vol. 21, Journal of family & community medicine. Medknow Publications; 2014 [cited 2018 Sep 8]. p. 53–57. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3966097
18.
Singh S, Kalhan M, et al. Assessment of Unmet Need for Family Planning and Its Determinants in A Rural Block of Haryana. International Journal Of Community Medicine And Public Health. 2018;5(5):1968–1973.
19.
Relwani N, Saoji A, et al. Revealing Unmet Need for Contraception among Married Women in An Urban Slum of Nagpur. International Journal of Medical Science and Public Health. 2015;4(8):1136–1140.
20.
Sudha V, Vrushabhendra HN, et al. Unmet Need for Contraception among Urban Women : A Cross Sectional Study in Puducherry. International Journal of Community Medicine and Public Health. 2017;4(5):1494–1499.
21.
Nyauchi B, Omedi G. Determinants of Unmet Need for Family Planning Among Women in Rural Kenya. African Population Studies. 2014;28:999–1008.
22.
Mane A, Chawla P, et al. Assessment of Unmet Needs of Family Planning and Reasons for Non- Use of Contraceptive Methods among Women in Reproductive Age in Rural Community. Journal of Community Medicine & Health Education. 2017;7(4):2–5.