Contoh Makalah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Mils
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDIDIKAN DAN PELATIHANPERAWAT ENDOSKOPI DAN ASUHANKEPERAWATAN PADA PASIEN HEMATOCHEZIA DENGAN TINDAKAN KOLONOSKOPI DI DIVISI GASTROENTERO HEPATOLOGI UNIT ENDOSKOPI RSUD DR SOETOMO SURABAYA



DISUSUN OLEH : DEDIK HANDOKO S.Kep, Ns RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG



DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERAWAT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2017



i



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Hasil Pelatihan Perawat Endoskopi Gastrointestinal Tanggal 02 Agustus 2017 sampai 25 Oktober 2017 Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya



Disetujui : Tanggal 25 OKTOBER 2017



Mengetahui : Penanggungjawab Ruang Endoskopi Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo



Pembimbing Ruang Endoskopi Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo



Sri Soenarti, S.Kep Ns NIP. 19670829 198803 2 001



Sri Soenarti, S.Kep Ns NIP. 19670829 198803 2 001



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan pelatihan Endoskopi di RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tanggal 02 Agustus 2017 sampai 25 Oktober 2017.



Adapun penulisan ini adalah karya tulis dan bukti bahwa penulis telah benar benar melaksanakan pelatihan endoskopi sesuai dengan tugas yang telah diberikan oleh institusi, dimana penulis sendiri bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. Dalam karya tulis ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu selama pelatihan endoskopi ini sampai dengan selesai, sebagai berikut: 1. Direktur RSUD Dr Soetomo beserta staf yang telah mengijinkan saya dalam melaksanakan pelatihan endoskopi selama 3 bulan. 2. Direktur RS Siti Khodijah Sepanjang dr. H. Muhammad Hamdan, Sp.S beserta staf yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk melakukan pelatihan endoskopi di RSUD Dr Soetomo Surabaya. 3. Prof Dr Iswan A. Nusi SpPD, K-GEH, FINASIM, F ACG selaku kepala divisi Gastroentero Hepatology RSUD Dr Soetomo. 4. Dr Poernomo Boedi Sp.PD, K-GEH, FINASIM. Dr Herry Purbayu Sp.PD, K-GEH, FINASIM. Dr Titong Sugiharto Sp.PD, K-GEH, FINASIM. Dr Ummi Maimunah Sp.PD, K-GEH, FINASIM. Dr Ulfa Kholili Sp.PD, FINASIM. Dr Budi Widodo Sp.PD FINASIM, Dr Husin Thamrin Sp.PD FINASIM. Dr Amie Vidyani Sp.PD. Yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta pengalaman yang sangat bermanfaat bagi saya. 5. Ibu Sri Soenarti, S.Kep Ns, selaku penanggung jawab Unit Endoskopi Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo beserta staf. Ibu Tisianawati A.Md.Kep, Ibu Enik Nurhayati A.Md.Kep, Ibu Nurma Hening Astria S.Kep Ns, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta pengalamannya yang sangat bermanfaat bagi saya.



ii



6. Untuk semua staf di unit endoskopi dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa satu persatu disebutkan namanya, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan, akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.



Surabaya, 25 Oktober2017



iii



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN ANATOMI GASTROINTESTINAL .......................... 3 BAB III PEMERIKSAAN ENDOSCOPI GASTROINTESTINAL ................. 9 3.1.



PENGERTIAN ....................................................................................... 9



3.2.



WOC. (WEB OF CAUTION) ............................................................... 9



3.3.



MACAM-MACAM TINDAKAN ENDOSCOPI .............................. 11



3.4.



PERAWATAN ALAT ENDOSKOPI ................................................. 25



BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 33 4.1 PENGERTIAN .......................................................................................... 33 4.2 ETIOLOGI................................................................................................ 33 4.3 MANIFESTASI KLINIS .......................................................................... 34 4.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................. 34 4.5 PENGOBATAN ........................................................................................ 34 BAB V ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 35 5.1 PENGKAJIAN ........................................................................................... 35 5.2 ANALISA DATA ........................................................................................ 37 5.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................. 37 5.4 RENCANA KEPERAWATAN .................................................................. 37 5.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ....................................................... 39 5.6 EVALUASI.................................................................................................. 40 BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 41 6.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 41 6.2 SARAN ........................................................................................................ 41 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1



iv



BAB I PENDAHULUAN



Berkembangnya ilmu kedokteran dan teknologi kedokteran yang pusat menghasilkan cara diagmostik yang lebih canggih. Mudah dan tempat Endoscopi merupakan salah satu teknik pelayanan canggih tersebut dimana Endoscopi Gastrointestinal adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa saluran cerna secara visual dengan cara melihat langsung pada layar monitor sebagai



kelainan



pads



saluran



cerna



yang



diperiksa.



Endoscopi



Gastrointestinal ini merupakan salah satu sarana penunjang diagnostik yang berkembang pesat di bidang Gastroenterologi semakin maju dengan pesat dan alat tersebut sekarang dapat juga dipakai saran. teraputik. Tindakan Endoscopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan fisiologi saluran pencernaan (traktus digestivus) secara langsung dengan bantuan alat Endoscopi pada SCBA dikenal dengan istilah Esofagogastroduodenoscopi (EGD) sedangkan Endoscopi pads SCBB dikenal dengan nama KOLONOISCOPI. Espago Gastro Doudenoscopi (EGD) merupakan pemeriksaan di dalam saluran kerongkongan lambung dan usus 12 jari dengan menggunakan Endoscopi serat optic atau evis (Electronik Vidio Information Sistem). Tujuan dari pemeriksaan EGD adalah identifikasi kelainan selaput lender didalam saluran kerongkongan, lambung dan duodenum. Ketepatan diagonistik EGD berkisar 80-90% bahkan mencapai 100% bila dilakukan oleh berpengalaman. Dengan Emdoscopi seorang dokter dan perawat ahli dapat melihat langsung isi lumen saluran cerna termasuk saluran pengkreas, kandung empedu beserta salurannya. Dengan melihat langsung kedalam lomen tentu lebih banyak tak langsung seperti menggunakan X-ray maupun scaning. Suatu hal yang penting bahwa seorang Endocopi' harus mempunyai pengetahuan kognitif mengenai saluran cerna teknik serta keterampilan yang cukup untuk melakukan tindakan Endoscopi. Diberbagai Negara termasuk di Indonesia perkumpulan Gastroenterlogi saya telah membuat suatu consensus mengenai penggunaan Endoscopi dengan baik dan benar. Consensus tersebut meliputi pemakaian serta dalam penanganan 1



penderita yang secara berkala selalu dapat diperbarui sesuai dengan kemajuan ilmu. Untuk mewujudkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasie dengan tindakan Endoscopi yang optimal maka kami dipercaya oleh Rumah Sakit Umum Surabaya mengikuti pelatihan di Rumah Sakit Dr. Soetomo selama 3 bulan.



2



BAB II TINJAUAN ANATOMI GASTROINTESTINAL



Sistem pencernaan atau system Gastroinfestinal dimulai dari mulut sampai anus adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna menjadi zat-zat gizi dan energy menyerap zat-zat gizi ke dalam aliarab darah serta. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut tenggorokan (faring) kerongkongan lambung usus halus. Usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu pangkreas, hati. Dan kandung empedu 1.1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuk makanan dan air. Dan merupakan rongga permukaan dari sistem saluran cerna yang terdiri dri dua bagian: *



Bagian luar yang sempit (lestibule) adalah ruang diantara gusi dengan bibir dan pipi



*



Bagian dalam (rongga mulut) adalah rongga pada mulut yang sisinya dibatasi oleh tulang maksilaris dan semua gigi, di atas ada pelantum durum dan pelatum mole di sisi kanan kiri mandibularis. Lidah terletak di bawah dan di belakang dibatasi oleh faring, yang terdiri atas otot serta serat melintang dan dilapisi selaput lendir.



1.2. Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga dengan saluran makan yang dinamakan eokfagus dalam lengkung faring ini terdapat tonsil. Tonsil merupakan kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfasit dan merupakan pintu pertahanan terhadap kuman dalam tubuh (infeksi) di bagian terletak persimpangan antara saluran 3



makanan dan saluran pernafasan, terletak di belakang rongga mulut dan rongga hidung di depan rugs tulang belakang gerakan menelan (diglustiso) mencegah masuknya makanan ke jalan nafas dan pada saat bersamaan jalan nafas tertutup sementara. 1.3. Esofagus Esofagus merupakan salah satu system pencernaan yang menghubungkan faring dan lambung panjangnya + 25 cm diameter 2 cm. esokfagus terletak di belakang frakea dan di depan tulang punggung setelah melalui cavum toraks. Menembus diagfraguna dan masuk ke dalam abdomen menuju lambing. Lapisan dinding esofagus dari dalam keluar terdiri dari empat lapis yaitu: -



4 Lapisan selaput lendir (murcosa) terbentuk dari sel epital lapis gepeng bertingkat dan berlanjut ke faring atas. Mucosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isilambung yang bersifat asam.



-



Lapisan sub mucosa mengandung sel yang menghasilkan mucus yang berguna untuk mempermudah jalannya makanan dan melindungi mucosa dari cedera bahan kimia



-



Lapisan otot yang melingkar sirkuler



-



Lapisan otot memanjang longitudinal



1.4. Gaster Gaster atau lambung merupakan bagian dari saluran cema yang dapat mengambang paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui arifisimpolirik terletak di bawah diafragma di depan pangkreas dan limpa menempel di sebelah kiri fundus uteri : Bagian lambung terdiri dari :



4



*



Fundus venfrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri ostenum kardium dan biasanya penuh berisi gas.



*



Corpus vertikuli setinggi osteumkondium suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor



*



Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk spinter plorus.



*



Karvatura minor terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kandiak sampai pylorus



*



Karvatura mayor. Lebih panjang dari kurvatura minor. Terbentang dari sisi kiri ailorus inferior. Lugmentum gastrolienalis tebentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.



*



Osteum kardia merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.



Fungsi gaster adalah untuk : 1.



Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.



2.



Getah cerna lambung yang dihasilkan. a.



Pepsin fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).



b.



Asam garam (HCI) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan desimfektan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.



c.



Renin



fungsinya



sebagai



ragi



membekukan



susu



dan



membentuk kasein dari kasmogen. d.



Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekreasi getah lambung.



5



1.5. Intestinum Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada plurus yang berakhir pada cecum yang panjangnya + 6m, merupakan saluran terpanjang tempat proses pencernaan dan absorsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan halus (lapisan mucosa sebelah dalam). Lapisan otot melingkar (muskulus sirtuler) lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar) a.



Duodenum Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya + 25 cm, berbentuk seperti kuda melengkung ke kiri pada lingkungan terdapat pangkreas, pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada papila viteri ini terdapat (duktus colekdiktus) dan saluran pangkreas (ducturs pangkretikus) empedu di prduksi dihati untuk dikeluarkan ke dua denum melalui ductus kolekdokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase, dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar broner yang berfungsi untuk memproduksi getah infestinum.



b.



Jejenum dan Ileum Jejenum dan Ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter, dua perliam bagian atas adalah jejenum dengan panjang + 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lakukan jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai masenferium. Fungsi usus halus meliputi : 1.



Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler kapiler darha dan saluran limfe.



6



2.



Menyerap protein dalam bentuk asam amino.



3.



Karbonhidarat diserap dalam bentuk monosakarida.



1.6. Usus besar Usus besar panjangnya I %2 m lebarnya 5-6 cm lapisan usus besar dalam keluar. Selaput lendir: lapisan otot melingkar lapisan otot memanjang jaringan ikat ikat. Fungsi usus bear adalah menyerap air dari makanan tempat tinggal bakteri E coli tempat feses. a.



Ceacum Di bawah ceacum terdapat appendius vermiformis berbentuk seperti cacing panjangnya 6 cm. seluruhnya diliputi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen.



b.



Appendiks Bagian dari usus besar yang mucul seperti dai ujung ceacum mempunyai pintu keluar yang sempit. Appdelis tergantung menyilang pada lines terminalis masuk ke dalam rogga peluis mor, terletak horizontal di belakang ceacum . sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi. Kadang. Appendiks bereaksi secara hebat duh hiperaktif yang bias menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen



c.



Kolom Aseden Panjangnya 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dan ileum ke bawah hati melengkung ke kiri lengkungan ini disebut fleksura hepatica dilanjutkan sebagai kolom transfersum.



d.



KolomTtranfersum Panjangnya + 38 cm membujur dari kolom asendes sampai ke



7



kolom desenden berada di bawah abdomen sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis e.



Kolom Desendens Panjangnya 25 cm terletak di bawah anbdomen bagian kiri membuur ke bawah dari flesuralienalis sampai ke ileuan kiri. Bersambung dengan kolom sigmoid.



f.



Kolom Sigmoid kolom sigmoid merupakan lanjutan kolom desendens terletak miring dalam rongga peuis sebelah kiri bentuknya seperti huruf S ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.



g.



Rectum Rectum terletak dibawah kolom sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus terletak dalam rongga pleis di depan secara secrum dan osteum cosigis.



1.7. Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar) terletak di dasar pelvis dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter : 1.



Sfingeraniinternus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak



2.



Sfingter leratorani bekerja juag tidak menurut kehendak



3.



Spingteraniekternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak.



8



BAB III PEMERIKSAAN ENDOSCOPI GASTROINTESTINAL



3.1.



PENGERTIAN Endoscopi ialah suatu tindakan memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam saluran bagian tubuh melakukan pemeriksaan terhadap struktur internal dengan menggunakan suatu alat yang fleksibel. Endoskopi artinya melihat ke dalam dengan suatu alat yang menggunakan sistem hiberoptik dengan sistem pencahayaan. Yang memungkinkan visualisasi kedalam bagian tubuh. Endoscopi dibagi menjadi: a.



Endoskopi saluran cerna bagian atas (esofago gastro duadoscopi) 1.



Ligase vanses esopagus



2.



Dilafasi esofagus



b.



Endoscopi saluran cema bagian bawah (colonoskopi)



c.



Endoscopi retrograsde cholanggio pangkreastography (ERGP).



d.



Endoskopi Broncoscopi



e.



Endoskopi Laparascopi



f.



Endoscopi Laringoscopi



g.



Endoscopi Sistoscopi



Dalam makalah ini yang di bahas adalah espogastro didenos copi, colonoscopy ERCP kecuali STE sedangkan yang lainnya tidak dibahas karena yang melakukan bukan doktcr ahli gastro hepatologi.



3.2.



WOC. (WEB OF CAUTION) Disfagia, nyen epigasterium muntah-muntah, kelainan tukak, keganasan obruksi esophagus perdarahan akaut dari saluran makanan.



9



Bagian alas pasca gastrektomi dengan gejala atau keluhan saluran bagian atas. Esophagogastroduodenoscopy (EGD)



Mekanis



Udara



Trauma



Nyeri



Pendarahan



Amestesi Spary (xylocain)



Cemas



Hipersaliva



Aspirasi



10



3.3.



MACAM-MACAM TINDAKAN ENDOSCOPI 3.3.1. Gastroscopi / EGD a.



Pengertian Adalah



tindakan



pemeriksaan



endoskopi



untuk



mendiagnosis kelainan di esofagus, lambung, dan duodenum dengan memasukkan alai Gastro Intestinal Fiberscope (GIF). b.



Tujuan 1.



Diagnostik a.



Untuk menentukan dan menegakkan diagnosa yang pada pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang kurang jelas



b.



Untuk menentukan diagnosa klien yang sering mengeluh nyeri epigastrium,muntah, sulit atau nyeri telan



c.



Melaksanakan biopsi atau sitologipada lesi di saluran pencernaan yang diduga keganasan



d.



Untuk menentukan sumber perdarahan secara cepat dan tepat



e.



Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pasca bedah



f.



Menentukan



diagnosa



pada



kelainan



pancreatobilier (ERCP) 2.



Terapeutik a.



Skleroterapi



Endoskopi



menyuntikkan



obat



(STE)



sklerotik



adalah melalui



endoskopipada varises esofagus 11



b.



Ligasi



Valises



Esofagus



(LVE)



adalah



pengikatan varises pada esofagus dengan menggunakan peralatan MBL (Multi Band Ligator) c.



Polipektomi adalah pengambilan polip pada saluran



pencemaan



dengan



menggunakan



peralatan senar d.



Sfingterotomi adalah melebarkan saluran papila vateri denga menggunakan spinterotom



e.



PerkutaneusEndoskopi



Gastronome



(PEG)



adalah pemasangan selang untuk pemberian nutrisi ke lambung melalui dinding perut dengan menggunakan peralatan endoskopi f.



Dilatasi adalah pelebaran lumen esophagus miskatrikir esophagus pada pasien achalasia



g.



Untuk pengambilan benda asing yang masuk ke dalam saluran pencernaan



c.



Indikasi 1.



Pasien gejala nyeri ulu hati yang menetap dan berlangsung



sudah



berlangsung



sangat



lama



misalnya dysfagia, dyspepsia, dan nyeri ulu hati 2.



Adanya perdarahan gastrointestinal berupa melena atau hematemesis



3.



Untuk mendapatkan konfirmasi dare kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan radiologis



4.



Memantau



penyembuhan



tukak



peptic



atau



kelainan di lambung atau Duodenum



12



5. d.



e.



Pasien post gastrectomi



Kontraindikasi 1.



Klien tidak kooperatif



2.



Gagal jantung berat



3.



Pasien penurunan kesadaran



4.



Syok



5.



Emphisema atau PPOK



Persiapan pasien, alat dan bahan 1)



Persiapan Pasien a.



Menjelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan



b.



Mempersiapkan pasien untuk puasa makan dan minuet minimal 6 jam sebelum tindakan



2)



c.



Mengukur tanda-tanda vital sebelum tindakan



d.



Mengisi tindakan persetujuan



Persiapan alat a.



Sumber cahaya. (Light Source)



b.



Scope (Gastrointestinal Fiberscope)



c.



Mesin Suction + Surgical connecting



d.



Monitor vital sign



e.



TV dan printer



f.



Mouthpiece



g.



Biopsi forcep 13



3).



h.



Bengkok + Handscohen



i.



Standartinftis (kip)



j.



Oksigen central + canula oksigen (k/p)



Pesiapan bahan a.



Jelly + Kassa



b.



Aquabidest + Normal Saline 0,9



c.



Xylocain spray 10



d.



Underpad



e.



Botol biopsi berisi formalin 10



f.



Gascon (k/p)



g.



Obat penenang misalnya stesolid, valium,



diazepam (k/p) f.



Pelaksanaan 1.



Menjelaskan kembali pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan



2.



Menghubungkan scope dengan light source dan mesin suction kemudian menghidupkan alai dan tes fungsi scope (water channel, nozzle dan suction)



3.



Mengendurkan ikat pinggang, melepaskan gigi palsu dan kaca mata bila ada.



4.



Menyemprotkan xylocainspray 10 % ke dalam orofaring



5.



Memposisikan pasien tidur miring ke arah kiri dengan kaki kanan di tekuk ke depan, kaki kin lures, 14



kepala sedikit menunduk 6.



Memberikan obat premed sesuai advise dokter jika ada



7.



Operator dan assisten mengunkan APD



8.



Memasang mouthpiece



9.



Mengolesi jelly pada ujung scope sampai dengan 20 cm



10.



Saat operator melakukan pemeriksaan, assisten mengobsevasi vital dan kesadaran pasien



11.



Operator memasukan ujung scope ke dalam mulut pasien, bila fiberscope mencapai insersi 20 cm pasien diminta untuk menelan



12.



Tangan kiri asisten membantu operator jika diperlukan



untuk



memasukkan



dcope



sambil



melihat monitpor dan mengamati tanda - tanda vital 13.



Setelah scope masuk duodenum maka scope di mundurkan oleh perator dan perawat menagamati tanda kelainan. sambil melihat kelainan.



14.



Saat operator memerlukan aksesoris tindakan maka perawat haru menyiapkan segala sesuatu yang dipellukan dan membantu melakukan tindakan yang di maksud.



15.



Setelah scope di mundurkan pelan-pelan sampai keluar dari mulut perawat kembali mengamati tandatanda kelainan paska tindakan



16.



Melepaskan mouthpiece dan membersihkan pasien



15



17.



Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai dan edukasi bahwa efek dari anastesi yang diberikan sebelum tindakan. Akan hilang setelah V2 jam kemudian lalu aktivitas makan dan minum boleh dilakukan setelahnya



18.



Membilas scope dengan enzim dan air bersih serta membereskan alat yang telah di pakai (prosedur pre cleaning)



19.



Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan pada status pasien



3.3.1.1.



Ligasi Varises Esofagus (LVE) a.



Ligasi Varises Esofagus (LVE) Ligasi Varises Esofagus (LVE) adalah suatu tindakan pengikatan varises esofagus dengan MBL (Multi Band ligator) atau dengan menggunakan karet (pentil) berdiameter ± 1,5 cm dan elastic yang menghalangi aliran darah sehingga menjadi fibrosis.



b.



Tujuan 1.



Mencegah pecahnya varises esofagus



2.



Menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh varises esophagus



c.



d..



Indikasi 1.



Varises esofagus grade III



2.



Varises yang sedang berdarah



Persiapan



16



1)



Persiapan pasien a.



Menjelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan



b.



Mempersiapkan pasien untuk puasa makan dan minum minimal 6 jam sebelum tindakan



c.



Memeriksa hasil laboratorim DL, dan massa pembekuan darah



2)



d.



Mengukur tanda-tanda vital sebelum tindakan



e.



Mengisi lembar persetujuan tindakan



Persiapan alat a.



Sumber cahaya (Light Source)



b.



Scope (Gastrointestinal Fiberscope)



c.



Mesin Suction + Surgical connecting



d.



Monitor vital sign



e.



TV clan printer



f.



3)



Mouthpiece



g.



Satu set shooter (multi band ligator)



h.



Bengkok + Handscohen



i.



Standard infus (k/p)



j.



Oksigen central + canula oksigen (k/p)



Persiapan bahan a.



Jelly + Kassa



b.



Aquabidest + Normal Saline 0,9



17



c.



X yl ocai n spray 10



d.



Underpad



e.



Botol biopsi berisi formalin 10



f.



Gascon (k/p)



g.



Obat penenang misalnya stesolid, valium, diazepam ( k/p sesuai advise dokter)



e.



Pelaksanaan 1.



Pasien sebelumnya sudah dilakukan tindakan EGD untuk menentukan letak dan grade varises esofagus



2.



Tindakan awal mina dengan EGD



3.



Asisten



ke



dua



memasang



adaptor



(distal



attachment) dan ring karet (multi band) pads ujung scope dan tank benang melalui kanul biopsi sampai ujung benang keluar 4.



Operator menginsersi dan lokasi varises telah ditentukan, kemudian dokter melakukan suction dan assisten menarik benang atau ligator sampai ring karet



lepas



mengikat



varises,



atau



bila



menggunakan six shooter operator bisa melakukan sendiri sampai dengan karet habis 5.



Setelah dipastikan tidak ada perdarahan maka scope dikeluarkan



6.



Setelah selesai rapikan pasien dan peralatan



7.



Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan pada status pasien



f.



Perawatan pasca tindakan 18



1.



Mengobservasi kesadaran, vital sign, dan tandatanda perdarahan



2.



Memberikan edukasi tentang tindakan pads perawat ruangan (bila pasien MRS), atau keluarga



3.



Pasien puasa 3-6 jam post LVE



4.



Menganjurkan diit hari I cair 6x250 ml selama 24 jam pertama makan bubur saring 3-4 x selama 24 jam ketiga, makan bubur biasa 3-4 x selama 24 jam ke 4 makan lunak 3x sehari selama 24 jam kelima, makan diit bias 3x sehari pad 24 jam selanjutnya makanan tidak dalam diit biasa 3x sehari pada 24 jam selanjutnya makanan tidak dalam keadaan panas atau hangat selama 2 hari setelah tindakan.



5.



Menganjurkan pasien untuk kontrol berikutnya sesuai dengan jadwal.



3.3.1.2.



Dilatasi Esofagus a.



Pengertian Merupakan teknik atau tindakan untuk melebarkan penyempitan esofagus



b.



c.



Indikasi 1.



Struktur esofagus



2.



Terapi paliatifpada carcinoma esofagus



3.



Upper esophageal web dan lower esophageal ring



4.



Achlasia



Kontra indikasi 19



1.



Kelainan homeostatic



2.



Pasca biopsi esofagus 10-14 hari



3.



Divertikel Esofagus 4. IMA



5.



Varises Esofagus



6.



Esofagitis



7.



Pasien tidak kooperatif



d.



Persiapan pasien sama dengan gastroscopy



e.



Teknik dilatasi esofagus Penyempitan esofagus biasa diatasi dengan businasi terdapat 3 jenis: 1.



HURST (Round-ended) rubber mercury-filled dilator



2.



MALONEY (Tapered end) diameter 5-17 french SA VARY (Hollo Centered polivinyl dilator)



3. .



GRUENTZIG (Wire guided ballon dilator)



3.3.2 Colonoscopi a.



Pengertian Suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat Colon Fiberscope (CF) ke dalam anus sampai dengan caecum



b.



Tujuan -



Diagnostik a.



Untuk menentukan atau menegakkan diagnosa yang pada pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang belum maksimal



20



b.



Melakukan biopsi atau sitologi pads lesi-lesi di colon



c.



Untuk menentukan sumber perdarahan secara cepat dan tepat



d. c.



Untuk evaluasi pasien pasca bedah



Indikasi 1.



Pasien dengan gejala nyeri perut yang berulang dalam



waktu



yang



lama



dan



tidak



jelas



penyebabnya, hematoschezia berulang 2.



Pasien dengan keganasan misal: Ca Colon, Ca Rectum, dan lain-lain



3.



Diare kronis, Colitis ulseratif, Riwayat polyposis



4.



Evaluasi abnormalitas path pemeriksaan barium enema



5.



Untuk mendapatkan konfirmasi dari kelainan yang didapatkan pads pemeriksaan radiologi



d.



e.



Kontra indikasi 1.



Pasien dengan penurunan kesadaran,



2.



Pasien dengan syok hipovolemik, perdarahan masif



3.



Peritonitis dan perforasi usus



4.



Gravid trimester 3



5.



Gagal jantung berat



Kontra indikasi relatif 21



f.



1.



Kolitis akut berat



2.



Obstruksi intestinal



3.



Baru menjalani anastomosis colon



4.



Persiapan tidak baik



5.



Perdarahan akut saluran cerna massif



6.



Baru menjalani operasi



Persiapan 1.



Persiapan pasien a.



Menjelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan.



b.



Mempersiapkan pasien untuk puasa makan dan minum minimal 6 jam sebelum tindakan (jika menggunakan anastesi GA).



c.



Menjelaskan kepada pasien tentang persiapan pelaksanaan colonoscopy adalah: -



Makan



bubur



sayur



sehari



saring/sumsum sebelum



tanpa



tindakan



colonoscopy. -



Minum air putih sebanyak 2-3 It/hari, makanan lain tidak diperbolehkan



-



Malam



terakhir



sebelum



tindakan



makan bubur sumsum jam 17.00 setelah itu pasien puasa tetapi Jam 20.00 minum fleet oral 1 /2 botol dalam 200 cc air hangat. -



Pagi



hari



jam



05.00



sebelum 22



colonoscopy masukan dulcolax supp 1 biji ke dalam anus. Jika pasien dalam perawatan RS maka persiapan dilakukan di ruangan. Datang ke ruang endoscopy pada hari yang di tentukan sesuai dengan perjanjian.



2.



d.



Mengukur tanda-tanda vital sebelum tindakan



e.



Mengisi tindakan persetujuan



Persiapan alat a.



Sumber cahaya (Light Source)



b.



Scope (Colon Fiberscope)



c.



Monitor vital sign



d.



Mesin Suction + Surgical connecting e. TV dan printer



f.



Biopsi colon



g.



Bengkok + Handscohen



h.



Standard infus (k/p) dan peralatan infus lengkap



g.



i.



Oksigen central + canula oksigen (k/p)



j.



Celana lubang di pantat



Pelaksanaan 1.



Menjelaskan kembali pads pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.



2.



Menghubungkan scope dengan light source dan mesin suction kemudian menghidupkan alas dan



23



tes fungsi scope (water channel, nozzle dan suction) 3.



Memasang venvlon dengan tindakan aseptik



4.



Mengukur vital sign



5.



Memasukanpremedikasi sesuai order dokter, jika menggunakan anastesi general tunggu perintah dokter anastesi untuk scope boleh masuk.



6.



Memposisikan pasien untuk miring ke arah kiri



7.



Memberikan xylocain jelly 10 % di anus pasien (rectal touch)



8.



Mengolesi ujung scope (insersi ) ke anuis pasien dan tunggu advius operator untuk masuk atau mundur bila operator meminta perawat untuk melakukan insersi



9.



Memasukan scope jika terasa ringan dan tidak ada halangan sesuai advis operator



10.



Sementara operator melakukan tindakan asisten mengobservasi vital signjika menggunakan local anestesi



11.



Apabila scope sudah sampai ceacum meundurkan pelan - pelan sambil melihat kembali kelaman



12.



Menyiapkan biopsy colon (K/P sesuai advis operator)



13.



Perawat kedua menyiapkan biopsy farcep. Botol biopsy berisi NBF



14.



Memberi stiker (indentitas pasien) san surat



24



pemeriksaan biopsy disertakan 15.



Setelah scope dimundur pelan-pelan sampai dari anus dan mengobservsi pendarahan serta vital sign



16.



Membilas scope menggunakan enzim dan air bersih (pre cleaning)



17.



Membersihkan pasien dari kotoran



18.



Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai



19.



Membersihkan



obat



dan



bahan



serta



membersihkan scope sesuai prosedur (SOP) 20.



Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan pada status pasien



3.4.



PERAWATAN ALAT ENDOSKOPI Alat endoskopi merupakan alat yang canggih dengan haraga yang mahal. Perawatan endoskopi beserta asesorisnya merupakan salah satu faktor



penting



di



dalam



menunjang



keberhasilan



tindakan



dan



mempertahankan alat tetap awet dan tidak rusak.



1.



Handling alat Alat



hams



dilakukan



dengan



halus.



Tahapan



yang



hams



diperhatikan adalah sungguh-sungguh untuk mencegah kerusakan alat mulai dari mengambil alat dari lemari penyimpanan, membawa alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat pada sandaran endoscopi atau meja pemeriksaan, memasang alat pada light source, saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan waktu menarik alat dan pasien, melepas dari sumber cahaya,



25



membersihkan alat, mengeringkan dan mengembalikan lagi ke lemari penyimpanan. 2.



Penyimpanan Tempat penyimpanan harus bersuhu konstan di bawah 20° C. Kelembaban diusahakan stabil dengan memelihara silica gel yang hams



selalu



diganti,



bebas



jamur



dan



bakteri.



Lemari



penyimpanan endoskopi didesain sesuai kebutuhan, sandaran dibuat dengan kemiringan 600 dengan dilapisi peredam untuk melindungi dan benturan sewaktu mengambil dan meletakan scope. 3.



Pembersihan Pembersihan alat endoskopi melalui 3 tahapan yaitu pembersihan, desinfektan, steril



3.4.1. Ruang dan sarana kedaruratan pemeriksaan endoskopi Tindakan endoskopi dimasukkan ke dalam tindakan medik invasif sehingga diperlukan lokasi atau ruangan alat-alat dan obat-obatan yang memadai, memenuhi persyaratan minimal untuk memantau pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan endoskopi 1.



Ruangan Ruangan yang baik memerlukan lokasi yang mudah dijangkau dan rawat jalan, rawat inap serta dekat dengan ICU dam kamar operasi. Ruangan cukup luas untuk dapat melakukan semua pemeriksaan.



Ruangan



hams



bersih



dan



semi



steril



mempunyai pengatur suhu (air conditioner) sehingga suhu sejuk dan tidak membuat endoskopist merasa jenuh, serta beker a dengan nyaman. Kelengkapan yang hams dipenuhi antara lain: a.



Ruang pencucian, desinfektan, sterilisasi alat endoskopi



26



b.



Ruang penyimpanan alat dengan lemari penyimpanan



c.



Ruang pemulihan (Recovery Room) untuk sebelum dan sesudah tindakan endoskopi



2.



Sarana kedaruratan Sarana Kedaruratan harus tersedia untuk mengatasi efek samping maupun komplikasi yang terjadi (Trolley Emergency)



3.4.2. Perawatan Fiberscope a.



Mencuci scope secara manual 1.



Persiapan alat a.



Sumber air yang mengalir atau dari PAM yang sudah difilter



b.



Irrigator set atau injection set



c.



Sabun cair dengan busa rendah (yang mengandung enzim) dengan PH netral



2.



d.



Karet busa yang halus/sikat yang halus



e.



Bak untuk menempatkan scope



f.



Spuit 50cc



g.



Channel cleeaning brush



Proses mencuci scope a.



Membersihkan atau mencuci dengan air yang mengalir



b.



Membersihkan seluruh scope dengan sabun dan menggunakan spon



27



c.



Bersihkan channel dengan menggunakan channel cleaning brush



d.



Pasang irrigator/injection tube ke scope, masukkan suction part irrigator ke dalam bak isi air sabun, gunakan spuit 50cc, hubungkan spuit ke chanel suction part, operasikanspuit seperti pompa tangan, sehingga air sabun masuk ke dalam channel. Pindahkan hubungan spuit dari channel suction part ke air/ water part dan pompa sabun ke dalam air.



e.



Cuci kembali seluruh bagian luar scope dengan air yang mengalir dari kran



f.



Angkat scope dan pindahkan ke tempat yang mengalir kran



g.



Angkat scope dan pindahkan ke tempat yang bersih operasikan sampai tidak ada sisa air yang tertinggal dalam section air.



b.



Desinfektan Setelah



scope



selesai



dibersihkan



proses



keperawatan



selanjutnya adalah merendam seluruh bagian scope ke dalam desinfektan, cairan yang digunakan adalah glutaraldehide 2.0% - 3.2 1.



Persiapan alat a.



Bak untuk merendam



b.



Irrigator / injection tube



c.



Cairan desinfektan



28



2.



Proses desigfektan a.



Pasang lengkap injection tube ke scope



b.



Rendam scope ke dalam bak desinfektan, termasuk piston air dan suction



c.



Gunakan spuit 50cc dan hubungkan ke channel suction part untuk memasukkan cairan desinfektan ke air/water pipe



d. 3.



Tentukan waktu desinfektan (sesuai standard )



Membersihkan scope dari cairan desinfektan a.



Setelah proses desinfektan selesai sesuai waktu yang sudah ditentukan, mencuci kembali seluruh scope, bagian luar dan bagian dalam dengan air steril



b.



Setelah scope sudah dibilas diam steril maka selanjutnya scope diletakkan di meja pengeringan dengan terlebih dahulu mengisi alcohpol 70 % pada setiap chanel stope dengan menggunakan spoit 3 cc,



lalu



kemudian



scope



dikeringkan



dengan



menggunkan kompresor c.



Keringkan lensa objektif maupun lensa eyepiece dengan alcohol Sebelum scope dimasukan



c.



Menggunakan fiberscope washer 1.



Lakukan pembersihan secara manual dari tahap I sampai 5



2.



Hubungkan saluran-saluran dengan fiberscope ke mesin washer sesuai dengan saluran masing-masing air/water feeding, suction, value biopsy



29



3.



Switch on/off mesin washer minimal 15 menit



4.



Letakkan fiberscope dalam bak pertama yang telah diisi larutan cidex selama 10 menit



5.



Angkat dari bak kemudian keringkan dengan kopresor handuk.



d.



Menyimpan scope 1.



Fiberscope hares dikeringkan dengan cermat sebelum. disimpan.



2.



Tempat penyimpanan hares bersih, kering, cukup aliran udara



dan suhu



ruangan antara 18-2000 dengan



kelembaban tidak melebihi 50. 3.



Fiberscope hams disimpan dengan pipa insersi seluruh mungkin, idealnya scope digantunngpada lemari atau tempat yang didesain khusus.



4.



Jika scope hams digulung sebelum disimpan, pipa insersi jangan digulung melebihi keadaan dalam kotak.



5.



Scope tidak boleh disimpan dalam kotak dalam waktu yang lama.



3.4.3. Perawatan Light Source a.



Pembersihan 1.



Membersihkan permukaan luar light source dengan menggunakan kain bersih dibasahi alcohol, hindari percikan air masuk ke dalam light source 2. Membersihkan light source pada saat alat sudah dingin 3. Lakukan pembersihan rutin sehingga alat siap pakai



b.



Penyimpanan



30



Letakkan atau simpan alat pada kondisi aman misal: 1.



Tempat penyimpanan rats atau tidak miring, hindari dan getaran dan benturan



2.



Alat tetap dalam kondisi kering terhindar dari percikan air



3.



Suhu udara (10-40°C)



4.



Kelembaban udara (30-80°C)



5.



Jauhkan dari gas



3.4.4. Perawatan Water Container a.



Pembersihan 1.



Water container yang sudah digunakan langsung dicuci dan dibersihkan, disikat dengan air dan sabun kemudian bilas dengan air



2.



Cuci kembali dengan cidex kemudian bilas dengan air bersih



3.



Keringkan water container dengan kassa bagian dalam, kemudian keringkan dengan handuk sampai bersih



b.



Pemeliharaan dan penyimpanan 1.



Jangan menampung air bila alat tidak di pakai



2.



Alat harus disimpan dalam keadaan kering



3.



Pada saat alat digunakan air diisi 3 pada batas yang telah ditentukan



3.4.5. Perawatan Suction Pump a.



Pembersihan 1.



Setelah dipakai cairan pada botol dibuang pada tempat yang



31



disediakan 2.



Bersihkan botol dengan air sabun lalu disikat kemudian dibilas dengan air bersih, lalu dibilas dengan cidex dan terakhir dibilas dengan air bersih



3. b.



Keringkan botol dengan handuk



Penyimpanan Kabel penghubung rapi dan hares dalam keadaan siap pakai



3.4.6. Asesoris scope Forcep biopsi Cara pembersihan dan penyimpanan 1.



Sikat fleksibel biopsi sampai ke ujung dengan desinfektan yang sudah dilarutkan



2.



Sikat ujung biopsi dengan sikat khusus



3.



Bilas di bawah kran yang mengalir hingga bersih lalu dikeringkan



4.



Rendam forcep dengan larutan desinfektan sesuai dengan rekomendasi



5.



Bilas forcep biopsi dengan aqua steril



32



BAB IV TINJAUAN PUSTAKA



4.1 Pengertian Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia. Berak darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.



4.2 Etiologi Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease).  Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam): * Pendarahan lambung atau ulkus duodenum * Gastritis * Varises esofageal * Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah kekerasan) * Trauma atau asing tubuh * Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus) * Vascular malformasi  GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah): * Wasir * Anal fissures * Divertikular pendarahan * Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri) * Vascular malformasi * Radang usus



33



* Tumor * Colon polip atau kanker usus besar * Trauma atau asing tubuh * Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)



4.3 Manifestasi Klinis - Keluar darah segar dari anus sebelum 14 jam - Lemas, pusing, pucat - Konstipasi - Nyeri Perut



4.4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok dubur. Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan pilihan dalam diagnosis dan terapi perdarahan saluran cerna bawah. Polip juvenis dapat diterapi dengan polipektomi melalui kolonoskopi, tindakan hemostasis lain seperti skleroterapi, elektrokauterisasi, laser dan ligasi bandingdapat dilakukan pada kelainan pembuluh darah kolon



4.5 Pengobatan Pengobatan yang dilakukan adalah perbaikan keadaan umum, karena pada penderita ini keadaan badan agak lemas karena kekurangan darah dalam waktu yang lama. Pengobatan definitif disesuaikan dengan penyebabnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan tindakan bedah untuk mencari sumber perdarahan dan menghentikannya atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi perlu tindakan radiologi intervensi untuk memberikan injeksi koagulasi pada fokus perdarahan.



34



BAB V ASUHAN KEPERAWATAN



5.1 PENGKAJIAN 1. Pengumpulan data a. Identitas pasien Nama



: Tn. M



Umur



: 61 th



Jenis Kelamin : Laki-laki Agama



: Islam



Suku bangsa : Madura Pendidikan



:-



Pekerjaan



: Petani



Alamat



: Geger-Bangkalan-Madura



Diagnosa



: Hematochezia



b. Keluhan Utama Pasien mengatakan mual, muntah, BAB darah, nyeri uluhati dan perut terasa kembung.



c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan BAB darah dan berobat ke poli gastro dan dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan kolonoskopi.



d. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mempunyai riwayat penyakit asma.



e. Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien



f. Data psikososial dan spiritual 35



Pasien mengatakan tinggal bersama istrinya dan anak-anaknya dirumah dan pasien dapat berinteraksi social dengan tetangga dan pasien rajin beribadah.



g. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaaan umum dan TTV K.U lemah pasien mengatakan mual, muntah, BAB darah, nyeri ulu hati dan kembung. TD : 124/91, N: 100 x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2 : 98 % 2. Pemeriksaan kepala dan leher Konjungtiva merah muda, sclera putih, pasien tak tampak anemis, tidak ada pembesaran vena jugularis 3. Pemeriksaan dada (tidak dikaji) 4. Pemeriksaan abdomen Saat dikaji terdapat nyeri tekan di ulu hati skala nyeri 2, tak tampak pembesaran abdomen 5. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya tidak di kaji 6. Pemeriksaan penunjang medis Hb : 11,2 mg/dl



SGOT/SGPT : 21/16 V/L



WBC : 5,65 mg/dl PLT : 358.000 mg/dl Albumin : 2,5 Bun : 6 SC : 0,4 7. Kesimpulan Tn. M dengan diagnose Hematochezia usia 61 th tampak lemah, mual, muntah, BAB darah, nyeri ulu hati dengan skala nyeri 2, TD : 121/91 mmHg, N : 100 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 : 98 %. 8. Data selama tindakan kolonoskopi



36



5.2 ANALISA DATA Tgl Data Jam



Masalah



Etiologi



Pre Tindakan



28/09/2017 DS : px mengatakan ada rasa Cemas



Kurang



08.30



pengetahuan



takut sebelum tindakan



tentang DO : px tampak gelisah, px sering



bertanya



tindakan



kolonoskopi



mengenai



tindakan yang akan dilakukan. TD : 124/91, N: 100 x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2 : 98 %



28/09/2017 DS : Px mengatakan nyeri saat Nyeri



Gangguan



08.30



nyaman nyeri



dimasukkan skop



rasa



DO : Px tampak kesakitan, skala nyeri 3-4



5.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien terhadap tindakan KOLONOSKOPI. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan kolonoskopi (masuknya skop)



5.4 RENCANA KEPERAWATAN 1. . Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien terhadap



tindakan



KOLONOSKOPI ditandai dengan DS : px mengatakan ada rasa takut sebelum tindakan



37



DO : px tampak gelisah, px sering bertanya mengenai tindakan yang akan dilakukan TD : 124/91, N: 100 x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2 : 98 %. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 5-10 menit diharapkan cemas akan berkurang. Kriteria hasil : px tidak tampak gelisah px mampu memahami prosedur kolonoskopi, px kooperatif saat tindakan. Interensi : a) Observasi tingkat kecemasan pasien b) Observasi tanda-tanda vital pasien c) Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan kolonoskopi d) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kolonoskopi e) Berikan dukungan moral kepada pasien



Rasional: a) Untuk menentukan strategi pendekatan pasien untuk menghilangkan kecemasan b) Untuk mengetahui perubahan kondisi pasien selama tindakan c) Untuk menyusun konsep dalam memberikan penjelasan tindakan kolonoskopi d) Agar pasien memahami tentang tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat kooperatif e) Untuk mengurangi kecemasan pasien.



2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan kolonoskopi (masuknya skop) DS : Px mengatakan nyeri saat dimasukkan skop DO : Px tampak kesakitan, skala nyeri 3-4



38



Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan nyeri berkurang. Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang dan wajah tampak rileks. Intervensi: a) Jelaskan penyebab nyeri kepada pasien b) Ajarkan manajemen nyeri dengan cara teknik relaksasi dan distraksi c) Obserasi tanda-tanda vital Rasional : a) Pengetahuan yang cukup membuat pasien kooperatif b) Relaksasi mengurangi ketegangan otot dan distraksi mengalihkan perhatian terhadap nyeri. c) Untuk mengetahui perubahan kondisi pasien selama tindakan.



5.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DX : 1 Tanggal / pukul : 28 September 2017 / 08.30 Tindakan : a) Mengkaji tingkat kecemasan pasien b) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien c) Mengkaji pengetahuan pasien tentang tindakan kolonoskopi d) Memberikan pengetahuan tentang prosedur kolonoskopi kepada pasien e) Memberikan dukungan moral terhadap pasien. DX : 2 Tanggal / pukul : 28 September 2017 / 09.00 Tindakan : a) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien b) Memberikan anestesi local kepada pasien



39



c) Menganjurkan pasien agartetap tenang d) Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam



5.6 EVALUASI DX : 1 Tanggal / pukul : 28 September 2017 / 09.30 S : Pasien mengatakan rasa cemas dan takut sudah berkurang O : Pasien masih tampak takut namun pasien mampu kooperatif, pasien tidak bertanyatanya lagi, TD : 126/78 N: 86 x/menit A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan no a,c,d,e DX : 2 Tanggal /pukul : 28 September 2017 / 09.35 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O : Pasien tampak rileks, skala nyeri 2 A : masalah teratasi P : Intervensi dihentikan (pasien pulang)



40



BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan a. Untuk menjadi perawat endoskopi yang memiliki ketrampilan, maka harus melalui pendidikan dan pelatihan endoskopi yang baik. b. Pemeliharaan alat endoskopi merupakan hal yang sangat penting agar tidak mudah rusak dan dapat digunakan kembali dalam jangkau waktu yang lama. c. Untuk menjaga kelancaran dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik perlu bekerja sama antara lain: 1) Perawat dan dokter / operator 2) Pasien dan perawat ruangan dalam hal persiapan pra endoskopi 3) Perawat endoskopi dan pasien yang baru mendaftar 4) Pasien dan tim endoskopi. 6.2 Saran a. Petugas endoskopi Untuk menghindari infeksi nosokomial, tim endoskopi harus melindungi diri antara lain: 1) Memakai standart universal precaution 2) Karena banyak kasus sirosis hepatis maka disarankan untuk mendapatkan vaksin hepatitis B dan hepatitis C 3) Check up setiap 6 bulan sekali b. Pasien Untuk adanya penularan pasien terutama dengan pasien sirosis hepatis dan mempercepat penyembuhan maka: 1) Kontrol rutin 2) Mematuhi pengobatan dan pantang makanan. c. Alat Untuk menghindari adanya kerusakan dan infeksi nosokomial pada perawat dan pasien yang lain disarankan: 1) Dalam desinfeksi dengan merendam alat antara pasien satu dengan yang lain.



41



2) Jika memungkinkan disiapkan alat tersendiri untuk diagnostic dan terapi 3) Dalam penyimpanan alat harus bersih dan kering 4) Dalam pelaksana pelatihan yang telah dijalankan selama ini sudah cukup baik, namun alangkah baiknya jika disiapkan suatu system belajar yang tertata sehingga tiap tahap pembelajaran dapat dilaksanakan secara sistematis dan target yang akan dicapai.



42



DAFTAR PUSTAKA



Feldman. M. Friedman. LS dan Sieissenger MH (ed)..Gastro Intestinal and liver disease Pat hophysiology Diagnosis Managemen.Philadelphia WB. Saunders. Lewis. SW. Et. AL Surgical Nursing Asmssment and Management op Chinical Problem Missiouri Mosby Company. Syamsul Hidayat R dan Bare BG 2002.B "u Ajar ilmu bedah edisi 2 Jakarta. EGS Smeltzer SC dan Bare.BG. 2002.Buku A;ar keperawatan Medical bedah Brunner. E. Suddart Edisi 8. Jakarta. EGC. Atassi. KA. 2002. BleendingEsopageal Voises Nursing 32 ( 4) 96 / April 2002. Azer S.A .2009.Esophageal Varises Emedicine Specialties Gastroenterology Esofagus 17- Pebruari-2009. Bosh ET. AL. Current Management Of Portal Hypertension J. Hepatol. 38 Suupl i.S54.68/2003. Buencaminocenon. 2008. Esophagel Varises Emediane Specialties Radiology Gastrointestinal. 5- november - 2008. Garcia T. Saoe. ET.AL. Prevention and Management OfGastroesophageal Varises And varicelHemorragie IN Cirrosis Am. J. Gastro enterol 102 (9) 2086 -102/September 2007 LebelJs. Dan Angus PW. 2005. Modern _Management Of Portal Hypertension intern medj. 35. (1). 45.9/ Januari 2005. QureshiW.Et. Al. 2005.AssgeGuiddeline the Role Of Endoscopy in the management Of varicealHemoragghie America society for Gastrointestinal Endoscopy medical specialitySocienty Juli 2005 Gastrointerest Endosc.62(5). Dr. dr.AriFahrial Syam .MMB.SpPD.KGEH.dkk. 2013. Endoscopy Gastrointestinal panduan praktis pelaksanaan Jakarta. 1



Aguspriyanto,sri lestari.2009. Endoscopy gas trointestinal.Jakarta : Salemba Medika. Endrasusanti 2013.Dasar-dasar Pathofisiologi yogyakarta.



2