Contoh Proposal Skripsi Tentang Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam pembangunan. Sesuai dengan tuntutan perubahan dunia serta teknologi yang semakin maju mendorong seseorang agar lebih unggul sehingga mampu bersaing dengan orang lain. Pembentukan sumber daya manusia harus dimulai sejak dini, yaitu sejak dalam kandungan dan semasa balita. Perkembangan dan pertumbuhan merupakan proses yang terjadi pada setiap makhluk ciptaan Tuhan. Pada manusia, proses tumbuh kembang terjadi sangat cepat terutama pada masa anak-anak. Menurut Soehardjo (1989: 99), masa balita merupakan masa penentu atau dasar untuk pertumbuhan selanjutnya mencapai kedewasaan sempurna. Masa ini ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan yang cepat serta perubahan dalam kebutuhan gizi. Pertumbuhan badan terjadi maksimal pada tahun pertama kehidupan. Menurut Hananto Wiryo (2002: 1), ”Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Baik atau buruknya kesehatan dan kesejahteraan seseorang akan bergantung pada keadaan gizi orang tersebut. Semakin baik keadaan gizi seseorang, maka akan semakin baik kesehatannya dan kesejahteraan hidupnya” Keadaan gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi lebih banyak ditentukan pada masa yang telah lampau (Hananto Wiryo, 2002: 1). Ini berarti bahwa konsumsi zat gizi masa kanak-kanak mempunyai peran terhadap status gizi setelah dewasa. Masalah gizi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari



data



WHO



(World



Health



Organization)



yang



terdapat



pada



http://islamicspace.wordpress.com/ (2007), menyebutkan bahwa angka kejadian gizi buruk dan kurang yang pada balita pada 2002 masing-masing meningkat menjadi 8, 3 1



persen dan 27, 5 persen serta pada 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8, 8 persen dan 28 persen. Kondisi tersebut mengkhawatirkan karena kekurangan gizi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan balita, bahkan akan menjadi penyebab kematian balita.



1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu : 1. Bagaimana pola makan balita anggota Posyandu di Kelurahan Srihardono, Pundong ? 2. Bagaimana pengetahuan tentang gizi balita yang dimiliki oleh ibu anggota 3.



Posyandu di Kelurahan Srihardono, Pundong ? Bagaimana status gizi balita anggota Posyandu di Kelurahan Srihardono,



4.



Pundong ? Bagaimana hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan



5.



pola makan balita anggota Posyandu di Kelurahan Srihardono, Pundong ? Bagaimana hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola makan balita terhadap status gizi balita anggota Posyandu di Kelurahan Srihardono, Pundong ?



1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka jelas permasalahan pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat komplek. Sehingga pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini akan dibatasi pada faktor yang mempengaruhi status gizi balita, yaitu pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola makan balita. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola makan balita terhadap status gizi balita pengetahuan ibu tentang gizi balita dibatasi pada masalah pemahaman tentang balita dan gizi, unsur gizi yang dibutuhkan balita, sumber zat gizi balita, fungsi gizi bagi balita dan penerapan gizi pada menu balita sehari-hari. Pola makan balita dibatasi pada jenis bahan makanan, jumlah bahan makanan, menu yang dihidangkan, serta frekuensi dan waktu makan. 2



Sedangkan status gizi dibatasi pada keadaan fisik yang dilakukan dengan masalah pengukuran antropometri balita melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan balita.



1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengetahuan tentang gizi balita pada ibu anggota posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong ? 2. Bagaimana pola makan balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong ? 3. Bagaimana status gizi Balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong ? 4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap status gizi balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong ? 5. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap pola makan balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong ? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengetahuan



ibu



tentang



gizi



balita



anggota



Posyandu



Kelurahan



Srihardono, Pundong 2. Pola makan balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong 3. Status gizi Balita anggota posyandu kelurahan Srihardono, Pundong 4. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap status gizi balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong 5. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap pola makan balita anggota Posyandu Kelurahan Srihardono, Pundong.



3



7.



8. 9. 10.



6. BAB II KAJIAN PUSTAKA



11. 1.1 Kajian Teoritik



12.



13. A. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita



14.



15. Menurut Poerwodarminto (1976: 104) pengetahuan dapat diartikan sebagai segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikud, 1977: 731). Jadi pengetahuan ibu tentang gizi balita dapat diartikan sebagai segala apa yang diketahui oleh ibu tentang zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan balita. 16. Balita merupakan anak usia di bawah lima tahun (0-5) tahun. Pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang memerlukan perhatian khusus dari orangtua. Orangtua yang paling berperan dalam tumbuh kembang anak adalah ibu, terutama dalam hal makanan agar asupan gizi yang diberikan balita dapat seimbang. Hal tersebut dikarenakan balita merupakan usia yang rentan akan gizi dan perlu pemantauan khusus masalah gizi agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. 17. Sumber pengetahuan tentang gizi balita yang dimiliki oleh ibu dapat diperoleh



dari



jenjang



pendidikan,



yaitu



a)



Pendidikan



formal, b)



Pendidikan informal, c) Pendidikan non formal. 18. 19. a. Pendidikan Formal



20.



21. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi (Soewarmin 1980: 59). Tempat untuk melaksanakan pendidikan formal disebut lembaga pendidikan formal, karena mempunyai bentuk yang jelas dan program yang telah direncanakan dengan peraturan dan ditetapkan secara resmi. Tujuan pendidikan formal 4



adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan serta membina sikap kepribadian kepada anak didik sesuai dengan kebutuhannya. 22. b. Pendidikan Informal



23.



24. Menurut Philip H. Coomb, pendidikan informal adalah :



25.



26. Pendidikan yang diperoleh sekarang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak seseorang lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari (S.T. Vembrianto, 1981: 22). Dalam pendidikan informal berlangsung setiap saat tidak terikat waktu dan tempat. 27. c. Pendidikan Non-formal



28.



29. Menurut Philip H. Coomb pendidikan non formal adalah : Pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat (S.T. Vembrianto 1981: 23). Pendidikan non formal mempunyai bentuk dan aktivitas yang luas dan 30. 31. beraneka ragam dengan tujuan yang berbeda dan di bawah tanggung jawab Departemen yang berbeda tergantung dari tujuannya. Dewasa ini, pendidikan non formal pada umumnya dalam bentuk kursus- kursus. 32. Poerwosoedarmo (1977: 3) menjelaskan bahwa: Pokok ilmu gizi adalah bahwa tubuh dalam segala fugsinya memerlukan zat-zat makanan yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Hal ini mendasari hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap pola makan balita. Pemberian makan pada usia balita tak lepas dari peran ibu sebagai sebagai penyelenggara maupun pengatur makan keluarga. Makanan yang disediakan oleh ibu harus memenuhi kebutuhan gizi balita. Pengetahuan gizi untuk pertumbuhan balita penting untuk dimiliki karena: 1. Status



gizi



yang



cukup



adalah



penting



bagi



kesehatan



dan



kesejahteraan 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi bila makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan secara optimal, pemeliharaan, dan energy 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangannya dengan baik bagi kesejahteraan gizi (Suhardjo, dkk. 1985: 31) 5



33. B. Zat Gizi untuk Balita



34.



35. Zat gizi menurut A. Djaini Sedioetama (1977: 23) adalah bahan-bahan yang memenuhi berbagai masalah tentang makanan. Sedangkan Tejasari 36. 37. (2003: 15) mengatakan bahwa zat gizi adalah senyawa mutlak dari makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk kelangsungan fisiologis normal meliputi pengadaan energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan jaringan tubuh serta proses pengaturan biologis tubuh. Zat gizi untuk balita merupakan senyawa mutlak dari bahan-bahan makanan yang diperlukan oleh tubuh balita sebagai sumber energi, pertumbuhan, serta pemeliharaan dan pengaturan tubuh. Jika asupan zat gizi yang diperoleh tubuh dari konsumsi kurang memenuhi kebutuhan minimal, maka tubuh dalam waktu yang relatif lama akan terjadi gangguan fungsi dan organ dan keseimbangan sistem biologis tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh adalah sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 38. Unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh anak balita digolongkan menjadi 3, yaitu : 39. 1) Pemberi tenaga, yaitu karbohidrat, lemak, protein



40. 41. air



2) Pemberi zat pembangun, yaitu protein, mineral,



42. 43. 3) mineral



Pemberi zat pengatur, yaitu vitamin,



44. 45. 3)



(Karneni



1992:



46. 47. a. Karbohidrat



48. 49.



Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan



sumber utama bagi manusia yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air



dan



mudah



diangkut



ke seluruh sel-sel guna



penyediaan 50.



51. 52. energi. Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan 6



berasal dari karbohidrat. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata- rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram. Fungsi karbohidrat adalah: (1) sumber energi; (2) pemberi rasa manis pada makanan; (3) penghemat protein; (4) pengatur metabolisme tubuh; (5) membantu pengeluaran feses (Almatsier, 2003: 28). 53. Makanan yang mengandung karbohidrat banyak terdapat pada jenis: (a) padi-padian, yaitu: beras, jagung, cantel, gandum dan hasil olahannya seperti mi dan roti; (b) umbi-umbian, yaitu : singkong, kentang, ketela rambat, gaplek; (c) sagu. 54. b. Lemak



55.



56.



Lemak merupakan bahan-bahan yang dapat larut dalam ether, chloroform



atau benzin, tetapi tidak larut dalam air, serta dapat digunakan sebagai makanan bagi makhluk-makhluk hidup. Lemak mencakup segala jenis minyak yang dapat dimakan, seperti minyak zaitun dan minyak kelapa. Pada manusia, lemak ditimbun dalam jaringan di bawah kulit, merupakan perlindungan terhadap suhu dingin dan berbagai gangguan bahaya dari luar, dan di dalam rongga perut sebagai bantalan dan penyokong berbagai organ dalam, sifatnya yang ringan, padat, dan tidak larut dalam air memungkinkan lemak ditimbun tanpa memerlukan tambahan air. Lemak terdiri dari tiga unsur yang sama seperti yang dibutuhkan untuk menyusun karbohidrat, akan tetapi 57. 58. nilai sumber energinya lebih tinggi, karena mengandung kurang oksigen dibandingkan



dengan



isi



hidrogen



dan



zat



karbonnya, sehingga pada



pembakaran sempurna menghasilkan lebih banyak energi ( A. Djaeni Sediaoetama 1971: 22). 59. c. Protein



60.



61.



Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian



terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam otot,



seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di alam



kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. 62. d. Mineral



63.



7



64.



Mineral makro terdapat dalam jumlah sangat kecil dalam tubuh, namun



mempunyai peran esensial bagi kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Kandungan mineral makro bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi mineral makro tanah asal bahan makanan tersebut ( S. Almatsier, 2003: 249). 65. Mineral diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit tetapi harus selalu ada dalam susunan makanan kita. Fungsinya sebagai zat pembangun dalam pembentukan jaringan tubuh dan zat pengatur yang berperan dalam proses pembekuan darah.



66.



67. e. Air



68. 69.



Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi



hanya beberapa hari dapat bertahan tanpa air. Air merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70. 70% dari bagian tubuh tanpa lemak. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di



dalam



jumlah



yang konstan/tetap. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi,



(kehilangan air secara berlebihan), dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme (Almatsier, 2003: 220). 71. f. Vitamin



72.



73.



Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah



sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu vitamin harus dikonsumsi dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin adalah zat organik, oleh karena itu vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. (S. Almatsier, 2003: 151) 74.



75. 76.



Fungsi



vitamin



adalah



untuk



pembentukan



sel-sel



baru



dan



mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh serta proses metabolisme. Vitamin yang penting dalam tubuh adalah vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, K (Sunarti 8



Hatmanto, 1977: 42). 77. C. Kerangka Berpikir



78.



79. Pola makan balita meliputi jenis menu, jenis bahan, jumlah bahan (porsi), serta frekuensi atau waktu pemberian makan. Hal ini tak lepas dari peran orangtua khususnya ibu dalam mengatur pola makan anaknya yang nantinya akan berpengaruh pada status gizi anak. Dalam mengatur pola makan, perlu adanya pengetahuan ibu tentang gizi yang dibutuhkan oleh anak. Dengan demikian ibu mampu memilih bahan dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Hal itu berarti bahwa asupan gizi yang didapat oleh anak mampu memenuhi kebutuhan tubuhnya. Selanjutnya anak akan mempunyai status gizi yang baik. 80. 81. 1. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap status gizi balita 82.



Pengetahuan ibu tentang gizi balita secara tidak langsung akan



menentukan status gizi balita. Hal ini dikarenakan ibu yang menjadi penanggung jawab dalam keluarga tentang pemberian makan keluarga, terutama anak. Jadi semakin baik pengetahuan ibu, maka pemberian makan akan baik pula sehingga status gizi anak juga baik. 83.



84. 85.



86.



2. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita dan Pola Makan



87.



88. Balita



89.



90.



Ibu merupakan sosok peran yang penting bagi anak-anaknya,



terutama dalam hal makanan. Ibu mempunyai tugas untuk mengatur pemberian makan bagi anggota keluarga, sehingga harus memahami pentingnya dalam menyiapkan makan bagi anak-anaknya. Faktor yang melatarbelakangi pemberian makan oleh ibu adalah pemahaman ibu tentang gizi yang dibutuhkan oleh anaknya, yaitu pengetahuan tentang gizi balita, makanan yang mampu memenuhi gizi balita, jenis bahan yang digunakan, porsi makan balita, frekuensi dan waktu pemberian makan kepada balita. Pengetahuan ibu yang berbeda akan 9



mempengaruhi pemberian makan kepada balita sehingga pola makan balita akan bergantung pada ibu. Bila pengetahuan ibu semakin baik, maka pola makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan dan membaca majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi balita, maka pengetahuan ibu akan bertambah. Pengetahuan ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka ibu akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi yang diperolehnya sekaligus melaksanakan dalam pemberian makan kepada balita. 91.



92. 3. Hubungan Pola Makan Balita terhadap Status Gizi Balita



93.



94.



Apabila pengetahuan ibu tentang gizi balita sudah baik, maka



akan menciptakan pola makan balita yang baik sehingga status gizi balita menjadi baik pula. Status gizi yang baik dari seorang balita diperoleh apabila kebutuhan gizinya mampu dipenuhi secara optimal, dan itu didapat dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Seperti telah diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi oleh balita tergantung dari pemberian makan yang dilakukan oleh orangtua, khususnya ibu. 95.



4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita dan Pola Makan Balita terhadap Status Gizi Balita



96.



97.



Pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan titik penting yang



menentukan pola makan balita yang nantinya akan menentukan status gizi balita. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentang gizi balita akan mampu memilih jenis bahan yang akan digunakan untuk memberi makan balitanya. Demikian juga dalam memilih frekuensi serta waktu makan bagi balita, sehingga kebutuhan nutrisi balita akan terpenuhi 98. dengan baik. Dengan demikian, status gizi dari balita tersebut akan semakin baik pula. Berbeda dengan seorang ibu yang pengetahuannya rendah tentang gizi balita, maka dalam pemberian makan, serta waktu maupun frekuensi makan pun akan kurang teratur karena tidak mempunyai pedoman gizi yang baik. Dengan demikian, status gizi dari balita pun akan semakin rendah. 10



99.



100. 101.



102.



103.



1.2 Hipotesis Penelitian



104.



Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir yang telah



diuraikan di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1.



Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita terhadap status gizi



2.



balita Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola makan



3. 4.



balita Ada hubungan antara pola makan balita terhadap status gizi balita Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola makan balita terhadap status gizi balita



11



105. BAB III 106.



METODE PENELITIAN



107. 108. 109.



110.



111. 112.



3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,



yang menurut Suharsimi Arikunto (2002: 10), penelitian kuantitatif banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Jadi untuk menjawab permasalahan



dalam



penelitian



ini



menggunakan



teknik analisis dan persentase. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2007: 7), bahwa data penelitian kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 113.



Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasi. Menurut Suharsimi Arikunto



(2002: 31), dalam penelitian korelasi peneliti memilih individu- individu yang mempunyai variasi dalam hal yang diselidiki. Semua anggota kelompok yang dipilih sebagai subjek penelitian memiliki dua jenis variabel yang diselidiki dan diukur, kemudian dihitung untuk diketahui koefisien korelasinya. 114.



Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dan menjawab



permasalahan yang diajukan. Untuk itu dilakukan dengan mencari ada tidaknya hubungan antara pengetahuan gizi ibu tentang gizi balita dan pola makan balita terhadap status gizi balita. 115. 116.



117. 118.



3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka akan



dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan judul penelitian, antara lain : 119.



- Pengetahuan ibu tentang gizi balita adalah banyaknya informasi yang



didapat dan dimiliki ibu tentang balita dan gizi balita, yang meliputi: pengertian balita, unsur gizi balita, sumber gizi balita, fungsi gizi balita, kebutuhan gizi balita, dan penerapan menu untuk balita. 120.



- Ibu – ibu anggota posyandu kelurahan Srihardono, Pundong adalah ibu atau



orang tua balita anggota posyandu kelurahan Srihardono, Pundong. 12



121.



- Pola makan Balita adalah cara atau tingkah laku yang dilakukan oleh balita



dalam mengkonsumsi makanan setiap hari atau dilakukan secara berulang- ulang, yang meliputi: waktu makan, menu makanan, jenis bahan, jumlah bahan. Pola makan trerjadi akibat kebiasaan makan yang diberikan oleh ibu secara berulang-ulang. 122.



-



Status gizi balita adalah keadaan balita sebagai gambaran dari



konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh. Penilaian status gizi balita dilakukan dengan



penilaian



antropometri,



yaitu



penilaian



melalui pengukuran fisik



pada seseorang, menggunakan pencatatan pengukuran berat badan berdasarkan umur balita. 123. 124. 125.



3.3 Populasi dan Sampel



127.



A. Tempat dan waktu penelitian



126. 128. 129.



Penelitian ini diadakan di Posyandu yang tersebar di Desa Srihardono, Kecamatan



Pundong dan dilaksanakan pada tanggal 31 juli sampai dengan 130.



5 Agustus 2007.



132.



B. Populasi penelitian



134.



Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) populasi adalah keseluruhan subjek



131. 133.



penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 135.



Populasi dari penelitian ini adalah ibu-ibu dan anak balita anggota Posyandu



Kelurahan Srihardono Kecamatan Pundong. Setelah diadakan pendataan dari Populasi daerah penelitian diperoleh bahwa ada sekitar 800 orang ibu yang tersebar pada 20 dusun yang merupakan anggota dari 20 posyandu. Masing-masing posyandu mewakili satu dusun. 136.



C. Teknik Pengambilan sampel penelitian



138.



Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi



137.



tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat 13



menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2007: 81)



139. 140.



Teknik pengambilan sampel yang akan dipakai pada penelitian ini adalah



probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2007: 82). Agar masing-masing daerah dapat terwakili secara propotional, maka menggunakan teknik clustered sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kelompok yang dilakukan multi stage (beberapa tahap) penentuan unit sampel. Elemen- elemen populasi dikelompokkan ke dalam unit-unit sampel seperti yang dilakukan dalam metode pemilihan sampel dengan stratifikasi. Unit sampel ditentukan secara bertahap dalam beberapa unit sampel (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002: 126-127) Dalam penelitian ini peneliti menempuh beberapa tahapan didahului oleh penetapan strata berdasarkan wilayah dari yang luas menuju kepada yang lebih terbatas. Terakhir ditentukan jumlah subjek yang ada dalam wilayah sampel sebagai unit analisis sampel penelitian. 141.



Dalam Borg and Gall (2003: 143) dijelaskan bahwa jumlah sampel minimal



yang dapat diambil untuk penelitian korelasi pada taraf kesalahan 142.



5% adalah 66, sedangkan menurut Jack R. F. dan Norman E. Wallen (1993: 92),



penelitian korelasi dapat menggunakan sampel minimal



50, dianggap



perlu



untuk



menentukan adanya suatu hubungan. Sehingga dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 80 orang yang berada di 20 posyandu yang tersebar di 20 dusun di Desa Srihardono. 143. 144.



145.



3.4 Instrumen dan Teknik Pengambilan Data



147.



A. Instrumen



146. 148. 149.



Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam



penelitian ini instrumen digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan pola makan balita dan status gizi balita. Instrumen 14



penelitian ini disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen dan berupa sejumlah butir item atau pertanyaan. Kemudian



untuk



mengetahui



hubungannya



dengan



pola



makan



yang



diberikan oleh balita, maka digunakan daftar isian berupa format catatan konsumsi makan. Metode yang digunakan dengan metode recall. Metode ini dilakukan dengan mencatat menu makan, jenis bahan, jumlah bahan dan waktu makan untuk balita. Status gizi dapat diketahui melalui pencatatan tinggi badan dan berat badan sang anak. 150.



B.



152.



Penilaian yang digunakan pada masing-masing variabel adalah :



154. 155.



1. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita Pengetahuan ibu tentang gizi balita diukur melalui angket yang berisi



151. 153.



Skoring



pertanyaan dengan masing-masing 4 alternatif jawaban dengan skor 0 untuk jawaban salah, dan skor 1 untuk jawaban benar. Skor tertinggi = 20 (1X 20 item) dan skor terendah = 0 (0 X 20 item). Semakin tinggi skor jawaban, semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor jawaban, maka pengetahuan ibu tentang gizi balita semakin kurang. 156.



157.



2. Pola Makan Balita



158. Pengukuran dilakukan dengan food recall dilaksanakan dengan mencatat frekuensi dan waktu makan, jenis menu makan, jenis bahan yang digunakan, dan jumlah bahan yang digunakan, yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Recall ini digunakan untuk mengungkap



pola



makan



yang



dilakukan



oleh



balita.



Menurut Suhardjo



(1989: 169), Recall dilakukan 2-3 hari yang lalu. 159. Daftar isian yang digunakan berupa format catatan konsumsi pangan. Penyusunan format diambil dari format yang disusun oleh Suhardjo (1989: 172). Daftar isian digunakan untuk mengungkap jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama 3 hari. Isi dari catatan recall : 160. -



Nama hari dan tanggal, diisi pada waktu pengisian data.



162. -



Nama makanan



164. -



Jenis makanan



161. 163.



15



165. 166. -



167.



Jenis bahan makanan



168. 169. - Jumlah bahan makanan



170.



171. -



Berat



172. 173.



174. 175.



3. Status Gizi Balita Dalam menentukan klasifikasi status gizi menggunakan aturan baku. Baku



antropometri yang digunakan adalah WHO-NCHS. Indikator



yang digunakan meliputi



adalah Berat Badan (BB)/Umur (U). Standar yang digunakan adalah NCHS (National Centre for Health Statistics USA) dengan klasifikasi sebagai berikut: 176.



Gizi Lebih



= > 120%



Median BB/U Gizi Baik



= 80% - 120% Median BB/U Gizi Sedang Median BB/U Gizi Kurang Buruk



= < 60%



= 70%-79,9%



= 60%-69,9% Median BB/U Gizi



Median BB/U



177.



178. 179.



180. 1.



C. Teknik Pengambilan Data



Metode kuesioner (angket)



181. 182.



Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara



memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada



responden



untuk



dijawabnya. Metode kuesioner dilakukan untuk mengungkap tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu peneliti sudah menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat yang diyakininya. 2.



Metode recall



183. 184.



Metode ini digunakan untuk mengungkap pola pemberian makan untuk balita



yang dilakukan oleh ibu. Metode recall merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengkondisikan responden untuk mengingat jenis menu, jenis bahan, jumlah, frekuensi dan waktu makan balita. 3.



Pengukuran langsung 16



185. 186.



Pengukuran ini merupakan pengukuran fisik yang dilakukan terhadap balita.



Pengukuran dilakukan oleh ibu atau kader posyandu untuk mendapatkan berat badan anak kemudian dicatat. Hasil pencatatan akan digunakan untuk menentukan status gizi balita. 187. 188.



189. 190.



E.



Uji validitas



Validitas atau kesahihan adalah tingkat kemampuan suatu instrumen untuk



mengungkap suatu yang jadi sasaran pokok pengamatan yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Sutrisno Hadi, 1992: 1) Uji validitas yang dilakukan terhadap suatu instrumen penelitian



mencakup



Uji validitas item atau butir soal. Suatu instrumen dinyatakan valid,



jika skor tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan suatu item dinyatakan valid jika skor item mempunyai kesejajaran atau korelasi dengan skor total (Suharsimi Arikunto, 1987: 72) 191.



Pengujian validitas yang digunakan adalah pengujian validitas isi. Menurut



Sugiyono, (2007: 125), pengujian validitas isi dapat digunakan pendapat dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, kemudian diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen tersebut valid atau tidak dapat diketahui dengan mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. 192.



193. 194.



F. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat



dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002: 154) 195. 196.



197.



198. 199.



3.5 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptitif 17



dan analisis statistik. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari penelitian, sedangkan analisis statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.



18



201.



200.



DAFTAR PUSTAKA



202. 203.



204.



Almatsier, Sunita (2003) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta



205.



206. Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. 207. Rineka Cipta: Jakarta



208.



209. Borg and Gall (2003) Educational Research an Introduction. Pearson Education 210. Inc: USA



211. 212.



Dewi, Rake Illiyana T. (2006) Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Pengetahuan Gizi terhadap Pola Makan Ibu Hamil di RSUI Tegal. UNY: Yogyakarta



213. 214.



Djaeni, Ahmad (1976) Ilmu Gizi dan Ilmu Diit di Daerah Tropik. Balai Pustaka: Jakarta



215. 216.



217. 218.



Dharmayekti, Endang (2001) Manajemen Rumah Tangga. UNY: Yogyakarta



Ernawati, Padma (1997) Pola Pemberian Makan Untuk Bayi Usia 0-2 tahun Ibuibu anggota Posyandu Desa Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta. IKIP: Yogyakarta



219.



220. E. Walen, Norman and Jack R. Frankell (1993) In Education. San Fransisco 221. University: USA



222. 223.



224.



Hadi, Sutrisno (2001) Metodologi Research Jilid 2. Andi: Yogyakarta



225. Hardiansyah (1987) Daftar Komposisi Bahan Makanan. Fakultas Pertanian 226. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB: Bogor



227. 228.



Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo (2002) Metode Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta



229. 230.



Kardjati, Sri., Alisjahbana, Anna., dan Kusin, J.A. (1985) Masalah Kesehatan di Indonesia Ilmu-ilmu Sosial dalam Pertumbuhan dan Kesehatan. PT Gramedia: Jakarta



231.



Khumaidi (1989) Gizi Masyarakat. PAU Pangan dan Gizi IPB: Bogor



Marwanti (2002) Pengetahuan Masakan Indonesia. Adicita: Yogyakarta Nency, Yetty dkk. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. 232. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=113. 22 Mei 2007 233.