Contoh PTK 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • andri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN TINDAKAN KELAS “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR CARA PERAWATAN SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN KONVENSIONAL DI KELAS XI TKRO SMK XXXXXXXXXXX”



Disusun oleh :



PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) UNIVESITAS xxxxxxx 201x



1



LEMBAR KERJA PTK PPG DALJAB NAMA GURU



: xxxxxxxxxx



MATA PELAJARAN



: PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN



SUBTOPIK



: Perumusan Judul dan Latar Belakang Masalah



1. Perumusan Judul Penelitian PTK. Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi dan alternatif pemecahan yang dipilih, rumuskan judul PTK yang Anda usulkan:



“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR CARA PERAWATAN SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN KONVENSIONAL DI KELAS XI TKRO SMK NEGERI 03 BOMBANA”. 2. Latar belakang masalah Tuliskan point-point penting yang menjadi latar belakang dipilihnya judul pada butir 1 dia atas, terutama dalam dua aspek utama, yaitu landasan empirik dan landasan konseptual yang mendasari perlu dilakukannya penelitian.



Masalah hasil belajar siswa merupakan salah satu problem yang tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menjadi suatu indikator proses pendidikan/pengajaran yang diterapkan kepada siswa. Berbicara tentang hasil belajar siswa, banyak faktor yang terkait didalamnya antara lain keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pengajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pengajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas.



Berdasarkan wawancara dengan guru kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, didapati persentase rata-rata kelulusan siswa pada materi Sistem Bahan Bakar Bensin Konvensional di tahun pelajaran 2017/2018 adalah 71,45% dengan nilai rata-rata 75,36. Dari informasi yang di peroleh dari guru Otomotif SMK 2



Negeri 03 Bombana, pembelajaran Produktif Otomotif yang selama ini sudah dilaksanakan di SMK Negeri 03 Bombana menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi dengan diskusi kelompok (pembelajaran kooperatif) dan masih menerapkan keaktifan guru dalam kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran cenderung bersifat informatif sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih kurang. Kondisi yang demikian akan membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini terbukti dengan perilaku siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas sehingga nilai siswa pada mata pelajaran ini kurang memuaskan. Agar tujuan pembelajaran Produktif Otomotif dapat dicapai maka perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran di kelas. Inovasi tersebut dapat berupa model pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran. Melihat dari permasalahan di atas, diperlukan suatu inovasi dalam model pembelajaran yang digunakan dan sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 kelas XI pada materi Sistem Bahan Bakar Bensin Konvensional. Salah satu model yang dapat digunakan agar mendorong siswa aktif dan memahami materi yang diajarkan yaitu discovery learning. Model tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa baik dalam aspek kognitif maupun afektif. Akhmad Penggunaan



Afendi



(2012) dalam penelitiannya



berjudul



“Efektivitas



MetodeD iscovery Learning terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK



Diponegoro Yogyakarta” diperoleh bahwa penggunaan metode pembelajaran discovery learning lebih efektif dari pada metode pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. Model penemuan (discovery learning) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi model mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut Encycopedia of 3



the Sciences of Learning, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diterapkan oleh guru dalam berbagai cara, termasuk dengan mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan pemecahan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran”.



4



LEMBAR KERJA PESERTA PLPG



NAMA GURU



: ANDI ASRUL SYAM



MATA PELAJARAN



: PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN



SUBTOPIK



: Rumusan Masalah, Bentuk tindakan , Indikator keberhasilan,



Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian



A. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang di atas dan identifikasi masalah yang telah dilakukan maka dapat dirumuskan masalah dalam pengembangan inovasi pembelajaran ini yaitu: “Apakah Melalui Penerapan Model Discovery Learning Dapat Meningkatkan Hasil Belajar pada materi Cara Perawatan sistem bahan bakar bensin konvensional/karburator di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana”. B. Bentuk Tindakan Jenis tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tindakan kelas model



Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari minimal dua siklus dengan rancangan kegiatan yang sama. C. Indikator Keberhasilan



Adapun indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Secara individu, siswa mengalami ketuntasan balajar bila nilai yang diperoleh telah mencapai ≥ 80. 2. Secara klasikal, apabila jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar secara individu telah mencapai ≥ 75 %.



5



D. Tujuan Penelitian



Tujuan utama penelitian ini adalah menguji secara empiris penerapan Discovery Learning sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi Cara Perawatan Sistem Bahan Bakar Bensin Konvensional/Karburator di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana. Tujuan-tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan gambaran atau data empiris dan mendeskripsikan tentang: 1. Hasil Belajar pada materi Cara Perawatan Sistem Bahan Bakar Bensin Konvensional/Karburator di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana yang diajar melalui penerapan Discovery Learning. 2. Peningkatan Hasil Belajar pada materi Cara Perawatan Sistem Bahan Bakar Bensin Konvensional/Karburator di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana yang diajar melalui penerapan Discovery Learning baik secara individu maupun secara kelompok. E. Manfaat Hasil Penelitian



Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa, mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya Discovery Learning saat belajar dan menjawab permasalahan siswa dalam mengatasi kesulitan untuk memahami konsep. 2. Bagi guru, diharapkan dapat memahami dan berinovasi dengan menerapkan Discovery Learning dalam upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa dalam bidang otomotif di SMK Negeri 03 Bombana. 3. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dan masukan bagi sekolah mengenai strategi mengajar sehingga dapat menjadi masukan dalam pengelolaan kurikulum yang akan datang.



6



4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dimanfaatkan secara efektif pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.



7



LEMBAR KERJA PESERTA PPG DALJAB NAMA GURU



: ANDI ASRUL SYAM



MATA PELAJARAN



: PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN



SUBTOPIK



: Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu dan



Hipotesis Tindakan



A. Kajian Pustaka. 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat yang dikemukakan oleh para pakar psokologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007). Menurut Morgan dkk. (1986: 140), sebagaimana dikutip oleh Anni (2007) belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan. Belajar merupakan proses terpenting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Balajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan presepsi manusia (Anni, 2007: 2). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman siswa. 8



Sementara itu, menurut aliran behavioristik adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar disebut pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku (Sugandhi dkk., 2007: 34). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2011: 14). Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap (Hasbullah, 2000 : 8). Sementara itu menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Purwanto (1990: 40), bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang bersifat relatif permanen. Belajar adalah suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Dalam definisi tersebut mengandung pengertian bahwa faktor latihan memegang peranan penting dalam perubahan tingkah laku. Dari definisi yang diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif bersifat permanen 9



yang disebabkan oleh pengalamannya. Selanjutnya menurut Slameto yang diungkapkan oleh Hasbullah (2000: 9) bahwa supaya belajar dapat terjadi siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, mempunyai minat, sikap dan persepsi tertentu, misalnya perasaan senang atau nyaman di dalam kelas. Dalam proses belajar-mengajar, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting diketahui oleh guru agar dapat merencanakan kegiatan belajar mengajar secara tepat. Sudirman (Andriyani, 2002), bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa perbuatan yang dicapai dari apa yang dipelajari di sekolah. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian orang adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 3). Dalam bidang studi IPA-Fisika, hasil belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan materi pelajaran setelah proses evaluasi diberikan, sebagai tolak ukur kemampuan siswa setelah proses belajarmengajar berlangsung. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya indikator pembelajaran dan mengetahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa serta untuk mengetahui efektifitas model pengajaran yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.



10



2. Discovery Learning Banyak penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran Discovery Learning, menurut Seel (2012: 1010), dalam bukunya Encyclopedia of the sciences of learning Pembelajaran Discovery Learning adalah belajar penemuan yaitu belajar dari studi kontemporer dalam psikologi kognitif untuk mendorong pengembangan metode yang lebih spesifik, yang didefinisikan karakteristiknya adalah bahwa peserta didik harus menghasilkan unit dan struktur pengetahuan abstrak seperti konsep dan alur oleh penalaran induktif mereka sendiri tentang hal yang bukan abstrak dalam materi pembelajaran. Dijelaskan juga oleh Martawijaya,dkk (2010), Discovery mempunyai makna sesuatu yang sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Secara harfiah discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada tersebut belum diketahui orang. Menurut Sudjana (2005: 49) metode penemuan (discovery learning) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu, tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan demikian, dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui transmisi dari guru. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), menjelaskan tentang metode pembelajaran penemuan atau Discovery Learning. Penjelasan tersebut dipaparkan dalam bagian dari kurikulum 2013, Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pembelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi 11



sendiri. Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipal pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukanya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Metode pembelajaran tidak ada yang sepenuhnya baik dan tidak mempunyai kelemahan dan kelebihan, berikut adalah kelebihan dari penggunaan metode pembelajaran dengan Discovery Learning: 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.



12



7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan guru dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Kemudian beberapa kekurangan yang dimiliki metode pembelajaran Discovery Learning: a) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. b) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. c) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang sama. d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. e) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. Tahapan dalam pelaksanaan Discovery Learning tercantum pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Tahap pelaksanaan Discovery Learning Tahapan



Kegiatan Guru



Tahap 1:



Diberikan persoalan yang merangsang



Stimulasi



keinginan untuk menyelidiki . 13



Tahap 2:



Diberikan kesempatan untuk



Identifikasi Masalah



mengidentifikasi masalah sebanyakbanyaknya. Kemudian dipilih salah satu untuk dirumuskan dalam hipotesis.



Tahap 3:



Mengumpulkan data sebanyak-



Pengumpulan Data



banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.



Tahap 4:



Mengolah semua data dan informasi



Pengolahan Data



yang diperoleh oleh siswa.



Tahap 5:



Melakukan pemeriksaan secara



Pembuktian



cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang Proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umun dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,



Tahap 6: Menarik Kesimpulan



dengan memperhatikan hasil verifikasi atau pembuktian.



Dari pemaparan beberapa ahli di atas pembelajaran Discovery Learning dapat diartikan sebagai teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pembelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa dapat mengorganisasikanya sendiri. B. Kerangka berfikir. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan ringan Otomotif, didapati persentase rata-rata kelulusan siswa untuk 14



materi memahami rangkaian resistif arus searah pada mata pelajaran dasar dan pengukuran listrik di tahun sebelumnya adalah 70,45% dengan nilai rata-rata 76,36. Sedangkan hasil observasi dikelas, proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah. Sumber belajar yang digunakan berupa modul dan handout. Oleh karena itu, siswa cenderung malas dan kurang tertarik terhadap penyampaian materi oleh guru. Hanya sedikit siswa yang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan dari gurunya. Ada juga beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya, dan ada pula yang bermain telepon seluler. C.



Untuk mengatasi permasalahan di atas maka akan diterapkan metode pembelajaran discovery learning. Metode tersebut merupakan metode mengajar yang menerapkan pembelajaran mandiri. Siswa tidak mendapatkan pengetahuan melalui guru tetapi siswa mendapatkan pengetahuan melalui proses menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam pembelajaran dengan penemuan sendiri, siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui penjelasan dari guru.



D.



Dari hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Eka Kurniawati (2011) didapatkan peningkatan keterampilan siswa dalam kegiatan praktikum dan pengerjaan latihan soal. Menurut Elvira Yunita Utami (2013) didapatkan hasil peningkatan motivasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode discovery learning. Selanjutnya, menurut Akhmad Afendi (2012) didapatkan hasil penggunaan metode pembelajaran discovery learning lebih efektif dari pada metode pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu diharapkan metode discovery learning dapat meningkatkan kompetensi siswa baik aspek kognitif maupun afektif dalam memahami rangkaian 15



resistif arus searah dan siswa dapat mengorganisasikanya sendiri. Uraian kerangka berpikir tersebut ditampilkan dalam bagan pada gambar 1 sebagai berikut:



Rendahnya kompetensi siswa aspek kognitif dan afektif



Penerapan metode discovery learning



Aspek kognitif



Aspek afektif



Peningkatan kompetensi siswa aspek kognitif dan afektif Gambar . Bagan kerangka berpikir penelitian



E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan teori pembelajaran di atas, hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Penerapan Model Discovery Learning dapat Meningkatkan Hasil



Belajar



pada



materi



Cara



Perawatan



sistem



bahan



bakar



bensin



konvensional/karburator di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana.



16



LEMBAR KERJA PESERTA PLPG NAMA GURU



: ANDI ASRUL SYAM



MATA PELAJARAN



: TEKNIK OTOMOTIF



SUBTOPIK



: Metode Penelitian



A. Setting, Subjek, dan waktu penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 03 Bombana kelas XI TKRO pada semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.



B. Langkah- Langkah (skenario) Rencana Tindakan Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam tahap-tahap: Studi Awal atau Kegiatan Pendahuluan, Pelaksanaan Siklus 1, 3 dan 3 disusul dengan penyusunan Laporan yang secara skematis tampak pada Gambar berikut.



Studi Awal Studi eksplorasi



Refleksi awal



Identifikasi masalah



Pelaksanaan Siklus I Rencana Tindakan



Pelaksanaan Tindakan



Observasi dan Evaluasi



Pelaksanaan Siklus II



Refleksi dan Analisis Penyimpulan



Refleksi dan Analisis Penyimpulan



Gambar. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Tim Penyusun, 2002: 30). 17



Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi pokok bunyi. Dalam penelitian ini yang mengajar adalah peneliti pada kelas tersebut berkolaborasi dengan guru sebagai observer/pengamat. Studi awal atau kegiatan pendahuluan mencakup kegiatan identifikasi dan analisis masalah pada saat penyusunan proposal dan kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan penelitian sesungguhnya. Pada tahapan ini, peneliti dengan guru secara bersama-sama: 1) melakukan diskusi dan refleksi tentang masalah pembelajaran yang dialami dan observasi pembelajaran di kelas, mengeksplorasi teori-teori yang relevan, mengidentifikasi dan menganalisis masalah pembelajaran, dan memilih kelas yang paling rendah hasil belajarnya serta menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Produktif di sekolah, yaitu penerapan Discovery Learning dalam pembelajaran materi pokok bunyi pada siswa kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana; 2) menyamakan persepsi tentang konsep dasar teori dan strategi penerapan Discovery Learning yang akan diterapkan dalam pembelajaran materi pokok bunyi; 3) melakukan tes awal terhadap siswa yang menjadi sampel penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan awal Produktif siswa pada materi pokok alat-alat optik sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Discovery Learning; serta 4) menyusun contoh atau model RPP dan sistem penilaian yang akan digunakan. C. Siklus PTK Tahapan Persiapan



Kegiatan yang Akan Dilakukan



a. Membuat desain pembelajaran dengan skenario pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap Discovery Learning yang akan diterapkan untuk meningkatkan Hasil Belajar pada Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Suspensi di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana. b. Membuat alat evaluasi berupa tes pemahaman konsep dalam 18



materi bunyi, baik untuk kartu kerja maupun untuk tes akhir setiap siklus untuk mengetahui pemahaman konsep siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan membuat kunci jawaban dan aturan penskoran terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pelaksanaan Tindakan



Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Discovery Learning dalam pembelajaran pada Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Suspensi di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana oleh peneliti sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.



Observasi dan Evaluasi



Observasi ini dilakukan terhadap dampak dari penerapan Discovery Learning dengan menggunakan format pengamatan yang telah dirancang



sebelumnya,



Observasi



ini



dimaksudkan



untuk



memperoleh data-data terkait aktifitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa tentang memperbaiki sistem suspensi dengan menggunakan tes Hasil Belajar. Analisis dan Refleksi



Pada tahap ini peneliti melaksanakan analisis dan refleksi berdasarkan hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi. Untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan telah efektif serta dapat meningkatkan pemahaman hasil belajar siswa pada materi yang telah diberikan. Dalam tahap ini, keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi dipertahankan dan diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut pada siklus berikutnya (siklus II). 19



Kriteria Keberhasilan



Kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu Hasil Belajar siswa berdasarkan tes akhir siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan kriteria 75% dari total siswa dalam kelas. Prosentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 80.



1. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data



Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data mengenai kondisi pelaksanaan Discovery Learning diperoleh dengan



menggunakan lembar observasi. 2. Data mengenai Hasil Belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes Hasil



Belajar. b. Teknik Analisis Data



Data-data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran distribusi Hasil Belajar pada Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Suspensi di Kelas XI TKRO SMK Negeri 03 Bombana yang diajar melalui penerapan Discovery Learning.



Adapun rumus yang digunakan adalah: a. Penskoran Hasil Tes 20



Penskoran hasil tes dalam penelitian ini digunakan rentang nilai 0 sampai 10 dengan rumus : Xi 



S pi



x10



Sm



(Usman dan Setiawati, 2001)



Dengan: Xi = Nilai yang diperoleh siswa ke-i Xpi = Skor yang diperoleh siswa ke-i Sm = Skor maksimum yang mungkin dicapai (skor ideal). b. Menentukan nilai rata-rata X 



X



i



N



dengan : X



= nilai rata-rata



Xi



= skor tiap-tiap siswa



N



= jumlah siswa



(Sudjana, 1996 : 67).



c. Menghitung persentase siswa yang gagal dalam mengikuti tes Banyaknya siswa yang gagal dalam suatu tes  100% Jumlah siswa yang mengikuti tes



(Uzer, 1993). d. Menentukan persentase peningkatan hasil tes % 



Nf  Ni x100% n



dengan :



%



= persentase peningkatan hasil tes



Nf = nilai rata-rata setelah diberikan pengajaran Ni = nilai rata-rata sebelum diberikan pengajaran N = skor maksimum



(Rusel, 1974 : 23)



21



8. Jadwal Kegiatan Uraian Kegiatan



Bulan Ke I



II



III



IV



Persiapan umum Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus III Analisis Data Penyusunan Laporan Penggandaan dan Pengiriman



DAFTAR PUSTAKA



Afendi. 2012. berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta. Yogyakarta.



22



Kurniawati. 2011. Strategi Peningkatan Keterampilan Keterampilan Peserta Didik Kelas X A SMA Tuan Sokolamgu Pati dalam Praktik Fisika Berbasis Discovery Learning Pada Materi Pokok Gerak Melingkar pada Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012. Yogyakarta. Utami. 2013. Penerapan Metode Discovery Learning pada Pembelajaran Matematika Dalam Usaha Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta.



23