Crs Otitis Eksterna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I TINJAUAN PUSTAKA



1.1 Definisi Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear, adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang memproduksi lilin.1 1.2 Anatomi Telinga Luar Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani; telinga tengah terdiri dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus,inkus, dan stapes), dan tuba eustachius ;sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea dan kanalis semisirkularis.1



1



Gambar1.1. Anatomi telinga2



Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, memiliki panjang kira-kira 2,5–3cm. Sepertiga bagian luar adalah kartilaginosa dan terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) danrambut, sedangkan dua pertiga dalam adalah bagian tulang dan hanya sedikit kelenjar serumen. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan sehingga berbentuk huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus dan memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang telinga.1,3



Gambar 1.2.Anatomi Liang Telinga3



Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak dan mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bersama dengan lapisan luar membrane timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang bersifat lembab, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.3 Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satusatunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak diatas tulang tanpa adanya jaringan subkutan (jaringan longgar). Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang



melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.3 Persyarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis yaitu n. Aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus n. Fasialis mensarafi permukaan posterior dan anterior. Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.4



Gambar 1.3.



Anatomi



Telinga



Luar5



1.3 Epidemiol ogi Otitis



eksterna



akut mengenai 4 dari 1000 orang/tahun dan yang kronik menyumbang 3–5% dari total populasi di Amerika Serikat. Sebanyak 90% kasus ditemukan bahwa bakteri sebagai penyebab OE dan 10% nya disebabkan oleh jamur. Sembilan puluh persen hanya mengenai satu telinga. Insidensi meningkat pada usia 7–12 tahun dan menurun pada usia 50 tahun. Otitis ekterna dikaitkan dengan kelembaban, kebiasaan berenang, iklim tropis, trauma lokal, dan pemakaian alat bantu dengar.6



1.4 Etiologi Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, di Amerika Utara 98% kasus acute otitis eksterna disebabkan oleh bakteri, dua penyebab tersering adalah pseudomonas aeroginosa dan staphylococcus aureus. Etiologi yang disebabkan oleh jamur yang paling sering adalah Aspergillus dan spesies Candida yang lebih sering terjadi pada daerah tropis dan pasien yang sebelumnya mendapatkan pengobatan antibiotik. Penyebab otitis eksterna kronik bisa disebabkan oleh kelainan kulit inflamasi dan reaksi alergi.7 Kebiasaan mengorek telinga dengan aggressive menggunakan cutton bud atau benda-benda kecil, kondisi kulit seperti echzema ataupun paparan bahan kimia seperti hairspray dapat menyebabkan otitis eksterna .Perenang yang berenang di kolam renang dengan kualitas air yang kurang bagus lebih mudah mengalami otitis eksterna. Penduduk di negara tropis lebih sering mengalami otitis eksterna karna mempunyai kebiasaan mendinginkan badan mereka dengan berenang atau melakukan olahraga air.8 Orang dengan immunocompromised termasuk pasien dm memiliki resiko otitis eksterna. 9 Beberapa pasien mendapatkan otitis eksterna disebabkan oleh berenang tetapi bisa juga karena bathing, showering ataupun keringat orang Otitis eksterna didapati 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear). 1.5 Faktor Predisposisi



Faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:10 a. Faktor endogen : keadaaan umum yang memburuk akibat anemia, hipoavitaminosis, diabetes melitus, atau dermatitis seboroik. b. Faktor eksogen : 



Terlalu sering membersihkan telinga, mengakibatkan serumen yang berfungsi sebagai pertahanan kulit MAE hilang. Mengorek telinga dapat menyebabkan hilangnya protective lipid layer dan acid mantle. Hal ini menyebabkan kelembaban dan suhu di MAE meningkat. MAE yang lembab, hangat, dan kotor merupakan media pertumbuhan kuman yang baik.







Trauma karena tindakan mengorek telinga.







Suasana yang lembab, panas, atau alkalis di MAE menyebabkan pertumbuhan kuman dan jamur meningkat.Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab. Keadaan tersebut menimbulkan edema di kulit MAE yang dirasa gatal sehingga mendorong penderita mengorek telinga, trauma yang timbul akan memperberat infeksi



1.6 Patofisiologi Liang telinga mempunyai panjang 25mm, dan berbentuk kurva S ke arah membran timpani. Sepertiga luar liang telinga terbentuk dari kartilago dan duapertiga bagian dalam terbentuk dari tulang. Folikel rambut dan serumen diproduksi oleh kelenjar pada sepertiga bagian luar. Serumen mempunyai fungsi untuk proteksi liang telinga. Fungsinya adalah sebagai barier untuk memproteksi



epitelium dari gangguan akibat kelembaban, selain itu serumen mempunyai PH yang sedikit asam (6,9) dan mengandung enzim lisozim yang mencegah bakteri dan jamur tumbuh. Gangguan dari keasaman lingkungan, berkurangnya jumlah serumen dan trauma epiteliel menjadi faktor untuk tumbuhnya bakteri dan jamur pada liang telinga, sehingga menyebabkan respon inflamasi.9 Pada perenang otits eksterna dapat terjadi ketika air masuk ke saluran telinga dan tetap berada disana sampai beberapa lama, suasana ini merupakan pendukung untuk tumbuhnya kuman yang menginfeksi kulit. Otitis eksterna tidak menular ke oranglain. 6 1) otitis eksterna akut a. otitis eksterna sirkumskripta Karena kulit di sepertiga luar liang telinga mngandung adneksa kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen) ditempat ini sering terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel, biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus atau staphylococcus albus. b. Otits eksterna difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonas. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar. Terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga,



memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga. Kadangkadang diperlukan antibiotik sistemik. c. Otomikosis Infeksi jamur di liang telinga yang biasanya disebabkan oleh kelembaban yang tinngi didaerah tersebut. Penyebab tersering adalah pityrosporum dam aspergilus kadang kadang ditemukan juga candida albikans atau jamur lainnya. Pityrosporum menyebabkan bentuk sisik yang meneyerupai ketombe dan merupakan faktor predisposisi otitis eksterna bakterialis.



Gambar 1.4 otomikosi yang disebabkan oleh candida dan aspergilus d. Otitis zoster otikus Herpes zoster otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicela zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial. Otitis zoster otikus ini dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks servikalis bagian atas. Keadaan ini desebut juga sindrom ramsay hunt. Keadaan ini ditandai dengan lesi kulit yang vesikuler pada kulit didaerah muka sekitar liang



telinga, otalgia dan terkadang paralisis otot wajah. Pada keadaan berat ditandai dengan gangguan pendengaran berupa tuli sensori neural.



e. Keratosis obturans Pada keratosis obturans ditemui gumpalan epidermis di liang telinga yang disebabkan oleh terbentuknya epitel yang berlebihan yang tidak bertransmigrasi ke arah telinga luar. Pada pasien dengan keratosis obturans ditemukan adanya tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, membran timpani yang menebal. Ganggua pendengaran dan nyeri yang dirasakan disebabkan oleh desakan gumpalan epitel berkeratin di liang telinga. Keratosis obturans ini sering ditemukan oada usia muda dan dikaitkan dengan sinusitis dan bronkitis. Erosi tulang mungkin terjadi menyeluruh sehingga liang telinga tampak lebih luas f. Kolesteatoma eksterna Kolesteaoma eksterna sering terjadi pada usia tua dan terjadi hanya pada satu telinga. Penyakit ini ditandai dengan nyeri tumpul dan otore yang disebabkan oleh invasi kolesteatoma ke tulang sehingga menimbulkan periotitis . pendengaran dan membran timpani biasanya normal. Erosi tulang mungkint terjadi tetapi hanya oada daerah posteroinferior. Pada kolesteatoma eksterna perlu dilakukan operasi agar kolesteatoma dan tulang yang nekroti bisa diangkat sempura. Tujuan dilakukannnya operasi adalah untuk menvcegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang.



2) Otits eksterna maligna



Adalah infeksi difus diliang telinga luar dan struktur disekitarnya. Peradangan terjadi meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang dapat mengahancurkan tulang temporal. Gejalanya ditandai dengan rasa gataldi liang telinga yang diikuti nyeri, sekret yang banyak, serta pembengkakakn diliang telinga . Rasanyeri akan semakin hebat , liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi. Saraf fasial dapat terkena sehinnga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Biasanya ditemukan pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus, immunokompromis, dan mikroaniopati. Dimana otitis eksterna akan berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.



1.7 Diagnosis5 Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi: a. Anamnesis5 Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:  Otalgia  Rasa penuh ditelinga  Gatal  Discharge (Awalnya, mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi bisa dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)  penurunan pendengaran



 tinnitus  Demam (jarang)  Gejala bilateral (jarang) Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.5 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.1



Kurang pendengaran



mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis



eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.1



Gambar 1.5 Radang Saluran Telinga Luar



b. Pemeriksaan Fisik1,11 Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:  MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitam-hitaman (jamur)  Kulit MAE oedema, hiperemi merata sampai membran timpani  Pembesaran kelenjar regional: daerah servikal antero-superior, parotitis atau retro-aurikuler



 Pada furunkel didapatkan oedem, hiperemi pada pars kartilageneus MAE, nyeri tarik aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila oedema hebat membran timpani dapat tidak tampak  Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telingga tampak hiperemi, oedema, bisa berisi nanah dan serpihan selsel kulit yang mati.  Demam (jarang)  Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.



Gambar1.6 Otitis eksterna akut. (a) Kanalis aurikularis tampak hiperemis dan sempit akibat pembengkakan (b) kanalis tampak dipenuhi serumen dan material purulen.12



Dua keluhanyang penting dan ditemukan pada otitis eksterna adalah otalgia (nyeri pada telinga ataupun rasa penuh ditelinga) dan otorea (keluarnya cairan dari liang telinga). Keluhan tersebut juga dapat ditemukan pada otitis eksterna karena jamur, otitis media dengan perforasi membrane timpani, kebocoran cairan serebrospinal,osteomielitis,dan trauma. Untuk membedakan otorea dari masingmasing penyakit dapat dilihat pada tabel 1.3



Penyebab



Karakteristik



Otitis Eksterna Bakterialis Akut



Lendir berwarna putih, sedikit-banyak



Bakterialis kronis



Sekret bercampur darah terutama bila ditemukan jaringan granulasi



Jamur



Sekret



berwarna



putih



sampai



brokenwhite dengan konidiofora hifa



dan



Otitis media dengan perforasi timpani Akut



Lendir mukopurulen putih sampai kuning yang disertai nyeri hebat



Serosa



Mukus jernih terutama apabila alergi



Kronis



Lendir mukopurulen yang hilang timbul



Trauma



Cairan berupa darah



Kebocoran cairan serebrospinal



Jernih



Osteomielitis



Sekret berbau Tabel 1.3 Diagnosis banding otorea4



1.8 Diagnosa Banding 4,5 1. Otitis Media Akut 2. Otitis Eksterna Bulosa 3. Furunkulosis Dan Karbunkulosis 4. Dermatitis. Seperti Psoriasis Dan Dermatitis Seboroik



1.9 Tatalaksana Auraltoilet (pembersihan liang telinga) merupakan manajemen yang paling efektif terhadap otitis eksterna. Walaupun sejumlah layanan primer mengklaim bahwa pembersihan debris kanalis dengan cara irigasi efektif, sejumlah ahli menentangnya dikarenakan beberapa kasus yang terjadi akibat komplikasi irigasi. Oleh karena itu pasien biasanya ditatalaksana dengan pemberian kortikosteroidantibiotik topikal dengan atau tanpa ear toilet terlebih dahulu.13 Penggunaan sumbu telinga sepertipita kasa digunakan untuk menahan obat di dalam meatus akustikus eksternus. Gliserol dan ichtamamol (90:10) biasa



digunakan bersama sumbu telinga pada kasus otitis eksterna sedang sampai berat. Agen tersebut telah terbukti memiliki efek dehidrasi dan anti-inflamasi serta antibakteri terhadap Staphylococcus dan Streptococcus. Efek dehidrasi akan mengurangi edema kanal dan mengurangi nyeri, walau demikian, biasanya tetap diperlukan analgetik oral. Apabila tidak ada kontra indikasi maka dapat diberikan analgetik golongan NSAID. Tidak ada bukti yang



menunjukkan pemakaian



antibiotic sistemik dapat memberikan outcome yang lebih baik pada otitis eksterna difusa tanpa komplikasi.13 Pasien dengan pengobatan otitis eksterna disarankan untuk tidak terpapar dengan air dalam 7-10 hari selama terapi, setelah terapi perenang bisa melanjutkan aktivitas berenangnya 2-3 hari setelah komplit terapi setelah nyeri pada telinga hilang dan disarankan untuk menggunakan penutup telinga.8 Infeksi jamur nampak seperti helaian (pada candida) kapasdengan atau tampak bola jamur berwarna hitam atau putih (pada Aspergilus). Infeksi jamur kebanyakan bersifat ringan dan dapat ditangani dengan asam asetat 2% dan atau 90%-95% alkohol solution. Dibutuhkan juga topikal agen seperti 1% clotrimazol (lotrimin) atau tolnaftatet (tinactin). Tatalaksana pada otitis eksterna noninfeksi bergantung dari penyebabnya yang mendasari. Pada dermatitis sering menunjukkan gejala dengan eritem dan likenifoikasi. Psoriasis dan dermatitis atopik respon dengan terpai sistemik atau topikal steroid. Acne dan seboroik ditatalaksana dengan cream atau shampo, kontak alergi respon dengan menghindari dari egen pencetus yang biasanya dapat diketahui dari anamnesis dengan pasien.



Prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis eksterna anatara lain : 1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati 2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani 3. Pemilihan pengobatan lokal (antibiotik topikal)



1.10 Komplikasi Pasien dengan otitis eksterna serangan ringan dapat sembuh spontan tanpa diobati apabila sawar epiteliel kembali normal, piloapokrin memproduksi secret yang normal, pH asam dan kanalis menjadi normal. Jika inflamasi berkembang jauh lebih cepat daripada perbaikan maka akan timbul peningkatan rasa nyeri, otorea, dan edema liang telinga. Daerah liang telinga kaya akan drainase limfatik, sehingga dapat terjadi limfadenopati apabila daerah tersebut mengalami inflamasi. Inflamasi juga dapat meluas ke jaringan lunak sekitar menimbulkan perikondritis, kondritis, selulitis, erysipelas, dan parotitis.13 Pada pasien imunokompromais dapat terjadi otitis eksterna maligna. Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus diliang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya dengan peradangan yang meluas secara progresif ke subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya sehingga menimbulkan kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti nyeri, secret yang banyak, liang telinga bengkak. Rasa nyeri kemudian semakin hebat dan liang telinga tertutup jaringan granulasi yang tumbuh cepat. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1



1.11 Prognosis11 Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.



BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama



: Nn. T



Umur



: 12 tahun



Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan



: Pelajar



Suku Bangsa : Minang Alamat



: Padang



Tanggal pemeriksaan : 9 Agustus 2016



ANAMNESIS Seorang pasien perempuan berumur 12 tahun datang ke poliklinik THT RS DR.M Djamil Padang pada tanggal 9 Agustus 2016, dengan : Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu.



Riwayat Penyakit Sekarang : 



Nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan setelah pasien berenang 5 hari sebelumnya, dan mengaku air masuk ke telinga kanan, lalu pasien mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud.







Rasa penuh pada telinga kanan ada.







Riwayat sering mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud ada, kurang lebih 1 kali seminggu.







Demam tidak ada.







Rasa gatal pada telinga kanan tidak ada







Riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya tidak ada.







Riwayat keluar darah dari telinga tidak ada.







Riwayat telinga berdenging tidak ada







Riwayat trauma pada telinga tidak ada







Penurunan pendengaran tidak ada.







Keluhan pada telinga kiri tidak ada.







Kesulitan menelan dan mengunyah tidak ada.







Kelainan pada wajah dan pengecap tidak ada.







Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat tetes telinga yang tidak diketahui namanya, namun nyeri tidak berkurang.



Riwayat Penyakit Dahulu : 



Riwayat trauma pada telinga sebelumnya tidak ada.



Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan: 



Pasien seorang pelajar







Kebiasaan berenang ada







Kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud ada.



PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum



: tampak sakit ringan



Kesadaran



: CMC



Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Frekuensi nadi



: 76 x/menit



Frekuensi nafas



: 18 x/menit



Suhu



: 37o C



BB



: 30 kg



Pemeriksaan sistemik Kepala



: Normocephal



Mata



: Konjungtiva : anemis (-/-) Sklera



: tidak ikterik



Toraks



: dalam batas normal



Jantung



: dalam batas normal



Abdomen



: dalam batas normal



Extremitas



: tidak ada kelainan, edem (–)



STATUS LOKALIS THT Telinga Pemeriksaan Daun Telinga



Kelainan Kel. Kongenital Trauma Radang Kel. Metabolik



Dekstra -



Sinistra -



Dinding Liang



Nyeri tarik Nyeri tekan Cukup lapang (N) Sempit Hiperemis



+ + + + di 2/3 dalam



-



Edema Massa Bau Warna Jumlah Jenis



liang telinga + -



-



Warna



Sulit dinilai secara



Putih mengkilat



keluruhan Sulit dinilai -



(+) -



+



+



Telinga



Sekret / Serumen Membran Timpani



Refleks cahaya Bulging Retraksi Atrofi Jumlah perforasi Jenis Perforasi Kwadran Pinggir Gambar Tanda radang Fistel Mastoid Sikatrik Nyeri tekan Nyeri ketok Rinne Schwabach Utuh



Tes Garpu tala Weber Kesimpulan Audiometri



Sama



dengan Sama



dengan



pemeriksa pemeriksa Tidak ada lateralisasi Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada



Hidung Pemeriksaan Hidung luar



Kelainan Deformitas Kelainan congenital



Dextra -



Sinistra -



Trauma Radang Massa



-



-



Sinus Paranasal Pemeriksaan Nyeri tekan Nyeri ketok



Dextra -



Sinistra -



Rinoskopi Anterior Vestibulum Kavum nasi Sekret



Konka inferior



Konka media



Septum



Massa



Vibrise Radang Cukup lapang (N) Sempit Lapang Lokasi Jenis Jumlah Bau Ukuran Warna Permukaan Edema Ukuran Warna Permukaan Edema Cukup



+ Cukup lapang Eutrofi Merah muda Licin Eutrofi Merah muda Licin Cukup lurus



+ Cukup lapang Eutrofi Merah muda Licin Eutrofi Merah muda Licin -



lurus/deviasi Permukaan Warna Spina Krista Abses Perforasi Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Warna



Licin Merah muda -



Licin Merah muda -



Konsistensi Mudah digoyang Pengaruh



-



-



Dekstra -



Sinistra -



vasokonstriktor Gambar



Rinoskopi Posterior Sulit dinilai Orofaring dan Mulut Pemeriksaan Trismus Uvula Palatum mole + Arkus faring Dinding Faring Tonsil



Peritonsil



Kelainan Edema Bifida Simetris/tidak Warna Edema Bercak/eksudat Warna Permukaan Ukuran Warna Permukaan Muara kripti Detritus Eksudat Perlengketan dengan pilar Warna



Simetris Merah muda Merah muda Licin T1 T1 Merah muda Merah muda Licin Licin Tidak melebar Merah muda



Tumor



Gigi Lidah



Edema Abses Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Konsistensi Karies/radiks Kesan Warna Bentuk Deviasi Massa



-



Merah muda Normal -



Gambar



Laringoskopi Indirek



: sulit dinilai



Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher 



Inspeksi



: Tidak terlihat pembesaran KGB.







Palpasi



: Tidak teraba pembesaran KGB



RESUME (DASAR DIAGNOSIS) Anamnesis -



: Nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu, nyeri dirasakan setelah pasien berenang dan mengaku telinga kemasukan air.



-



Riwayat mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud ada.



-



Rasa penuh pada telinga ada



Pemeriksaan Fisik



:



 Telinga: o Telinga AD: liang telinga sempit, udem (+), hiperemis (+) sekret (-) , membran timpani sulit dinilai secara keseluruhan o Telinga AS: liang telinga lapang, udem (-), hiperemis (-) serumen (-), membran timpani utuh, refleks cahaya (+)  Hidung : o Hidung KND : KN lapang, sekret (-), KI eutrofi merah muda, KM eutrofi merah muda o Hidung KNS : KN lapang, sekret (-), KI eutrofi merah muda, KM eutrofi merah muda  Orofaring dan mulut o Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1– T1, muara kripti tidak melebar melebar, dinding faring tidak hiperemis



Diagnosis Kerja



: Otitis Eksterna Difus AD



Diagnosis Tambahan : Diagnosis Banding



: -



Pemeriksaan Anjuran : Terapi: -



Ear toilet



-



Pasang tampon telinga (pada pasien ini dengan Neomicin Sulfat Betametason)



-



Paracetamol 3x300 mg



Terapi Anjuran



: Kontrol Poli THT 2 hari lagi untuk pelepasan tampon.



Prognosis



:



-



Quo ad Vitam : Bonam



-



Quo ad Sanam : bonam



Edukasi



:







Hindari kebiasaan mengorek-ngorek telinga







Hindari telinga kemasukan air



BAB III DISKUSI



Seorang pasien perempuan berumur 12 tahun datang ke Poli THT RS DR.M Djamil Padang pada tanggal 8 Agustus 2016, dengan keluhan utama nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu.



Pada anamnesis didapatkan nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Pasien sebelumnya berenang dan mengaku air masuk ke telinga. Pasien lalu mengorek telinganya dengan cotton bud. Sebelumnya pasien memiliki riwayat suka mengorek telinga dengan cotton bud. Pasien juga mengeluhkan rasa penuh pada telinga kanan. Riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya tidak ada. Berdasarkan teori, nyeri pada liang telinga terutama ketika ditekan merupakan salah satu keluhan pada otitis eksterna. Nyeri ini merupakan suatu tanda peradangan. Ciri khas nyeri pada otitis ekterna adalah kualitas nyeri yang tidak sebanding dengan peradangan yang ada dan akan terasa sakit bila telinga disentuh, ditekan atau ditarik. Hal ini dikarenakan kulit dari liang telinga luar berhubungan langsung dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit liang telinga bersambung dengan kulit daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan menyebabkan sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Suka mencongkel telinga menyebabkan trauma ringan sehingga kontaminasi sering terjadi, dengan demikian kebiasaan ini merupakan faktor risiko terjadinya otitis eksterna. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, telinga kanan didapatkan nyeri tarik dan nyeri tekan tragus (+), liang telinga sempit dengan edema (+) serta hiperemis (+) di 2/3 dalam liang telinga. Hilangnya fungsi proteksi telinga terhadap bakteri (diakibatkan faktor-faktor predisposisi) menyebabkan lingkungan liang telinga tersebut menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Sebagai respon terhadap bakteri tersebut terjadi reaksi inflamasi akut berupa hiperemis dan edema liang telinga.



Pada pemeriksaan hidung didapatkan kavum nasi lapang, tidak ada sekret; konka inferior, media, dan superior eutrofi, tidak ditemukan adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemis, udem, dan nyeri. Pada pemeriksaan mulut dan orofaring juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda peradangan akut maupun kronik, arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1– T1, muara kripti tidak melebar, dinding faring tidak hiperemis. Temuan ini menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas sebelumnya yang mungkin tidak disadari pasien. Terapi pada pasien ini adalah ear toilet, pasang tampon telinga dengan Neomicin Sulfat Betametason. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa prinsip terapi dari otitis eksterna adalah kebersihan telinga, antibiotik topikal yang dimasukkan dengan tampon sehingga terdapat kontak yang baik antara obat dan kulit yang meradang serta pengontrol nyeri. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik. Dalam praktik sehari-hari, biasanya



pemberian kortikosteroid dan



antibiotik topikal diberikan dengan menggunakan tampon yang dipasang di liang telinga selama maksimal 2 hari. Sebelum pemasangan tampon perlu dilakukan ear toilet untuk membersihkan liang telinga. Pada kasus ini setelah dilakukan ear toilet, dipasang tampon kortikosteroid dan antibiotik yakni Benoson N, yang mengandung Neomisin sulfat 0,5% dan Betametason valerat 0,1%. Secara umum prognosis otitis eksterna baik jika menjaga kebersihan telinga dan belum mengenai saraf cranial ataupun komplikasi lainnya. Sehingga pada pasien ini didapatkan prognosis yang baik.



DAFTAR PUSTAKA 1. Sosialisman, Alfian FH, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna DR (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 58-59. 2. Anonim. Anatomi telinga. Diunduh dari: http://i1045.photobucket.com/albums/b454/dryohanita/ANATOMI %20TELINGA/the-human-ear.gif. Tanggal: 20Juni 2016. 3. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C. 1997. Penyakit Telinga Luar. Dalam: Effendi H, Santoso K (editor). Buku Ajar Ilmu Panyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC.78-84 4. Sander. R., 2001. Otitis Externa : A Practical Guide to Treatment and Prevention. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11261868. Tanggal 21 juni 2016. 5. Cody. D.T. 2007. Otalgia (Nyeri Telinga). dalam Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan., Penerbit Buku Kedokteran (EGC)., Jakarta., hal 104-118 6. Osguthorpe JD, Nielsen DR. 2006. Otitis Externa: Review and Clinical Update. American Family Physician Journal 74 (9). 7. Schaefer, P. Baugh, RF. 2012. Acute Otitis Ecterna: An Update. University of Toledo College of Medicine: Ohio. 8. Geberal public. Facts About ”Swimmer Ear”. Diuduh dari www.cdc.gov/healthy water/swimming/rwi/illnesses/swimmers-earprevention-guideline.html. tanggal 20 Juni 2016. 9. Clinical practice guidelines. 2014. American Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery. 10. Suardana, W. dkk. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar. 11. Soetirto. I. dkk. 2007. Gangguan Pendengaran (Tuli)., dalam Ilmu Ajar Penyakit THT., Penerbit Buku Kedokteran (EGC)., Jakarta., hal 9-21. 12. Onerci TM. 2009. Diagnosis in Otorhinolaryngology. Berlin, Springer. 13. Carney AS. 2008.Externa and Otomycosis. In: Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, dkk (editors). Scott-Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery, 7th Edition, Volume 3.London: Edward Arnold Publishers.