Dakwah Persuasif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAKWAH PERSUASIF



Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Psikologi Dakwah” Dosen Pengampu: H. Waizul Qarni, MA Disusun oleh: Kelompok 7 Asrizan Hafidz Nasution



NIM: 0101172099



Hanafiah



NIM: 0101173138



Muhammad Rizki Prabu



NIM: 0101172100



Putri Balqis Lubis



NIM: 0101173135



Rapiki Ihsan Nasution



NIM: 0101172057



JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dakwah memiliki pengertian upaya, memanggil, menyeru, dan mengajak manusia menuju Allah SWT. Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang pernah dilakukan para Nabi dan Rasul, dan merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da’i harus mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’i tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk, baik secara pribadi maupun sosial. Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’i yang bersifat umum, artinya bukan saja da’i yang professional, akan tetapi berlaku untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, dan mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i. Pada klasifikasi kepribadian seorang Da’i, yakni yang bersifat rohaniah (psikologis) pada dasaranya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri seseorang. Oleh karena itu dalam situasi dan kondisi yang tengah ada dalam masyarakat hendaknya dapat menerapkan metode dakwah manakah yang paling pas untuk digunakan. Seorang da’i yang melakukan dakwah persuasif harus memiliki pengetahuan dan keahlian. 2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dakwah persuasif? 2. Bagaimana materi dakwah persuasif? 3. Apa kelebihan dan hambatan dakwah persuasif?



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Dakwah Persuasif 1.1 Pengertian Dakwah Menurut bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata da'a – yad'u – da'watan, yang berarti memanggil, mengundang, menyeru, mengajak, dan menjamu. Menurut istilah ini cukup banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Adnan Harahap memberikan pengertian dakwah adalah suatu usaha merubah sikap dan tingkah laku orang dengan jalan menyampaikan informasi tentang ajaran Islam, dan menciptakan kondisi serta situasi yang diharapkan dapat mempengaruhi sasaran dakwah, sehingga terjadi perubahan ke arah sikap dan tingkah laku positif menurut norma-norma agama.1 Arifin mengemukakan pengertian dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta mengalami terhadap ajaran agama tanpa adanya unsurunsur paksaan.2 1.2 Pengertian Persuasif Persuasi (Persuasion) dalam bahasa Latin adalah persuasion, kata kerjanya adalah persuadere, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. 3 Persuasif adalah usaha pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat, dan bahkan fakta baru lewat pesanpesan komunikatif.4 Adapun menurut Susanto istilah persuasif bukanlah merupakan suatu tindakan membujuk seseorang atau suatu kelompok untuk menerima pendapat dan melakukannya, melainkan suatu teknik untuk mempengaruhi manusia dengan



1



Halimatus Sakdiah, Urgensi Interpersonal Skill Dalam Dakwah Persuasif, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 35, Nomor. 1, (Banjarmasin: IAIN Antasari Banjarmasin, 2015), hlm. 5. 2 Ibid. 3 Onong U. Effendy, Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 21. 4 Halimatus Sakdiah, Urgensi…, hlm. 6.



menggunakan (memanfaatkan) data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan.5 Lebih



lanjut



Devito



mengemukakan



bahwa



keberhasilan



dalam



mengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan dan dalam mengajak pendengar untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada pemanfaatan prinsipprinsip persuasi. Empat prinsip persuasi yang utama adalah:6 a. Prinsip pemaparan selektif Para pendengar/khalayak mengikut “hukum pemaparan selektif”. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian yaitu: 1) Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan, nilai, keputusan, dan perilaku mereka. 2) Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka yang sekarang. b. Prinsip partisipasi khalayak Persuasi akan paling berhasil bila khalayak berpartisipasi secara aktif dalam presentasi. Implikasinya, persuasi adalah proses transaksional. Proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar. c. Prinsip Inokulasi Persis seperti menyuntikkan sejumlah kecil kuman ke dalam tubuh yang akan membuat tubuh mampu membangun system kekebalan, menyajikan kontra-argumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri terhadap kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka. d. Prinsip besaran perubahan Makin besar dan makin penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugasnya. Manusia berubah secara berangsur. Persuasi, karenanya paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama. 1.3 Dakwah Persuasif Dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi mad’u dengan pendekatan psikologis, sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i tetapi merasa melakukan sesuatu atas kehendak sendiri.7 Dakwah persuasif juga dapat didefinisikan sebagai suatu 5



Halimatus Sakdiah, Urgensi…, hlm. 6. Ibid. 7 Ahmad Mubarak, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Fidaus,1999), hlm. 161. 6



kegiatan untuk menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan data dan fakta psikologis dari mad’u, sehingga mereka menemukan kebenaran dan kesadaran yang menjadikan sikap dan tingkah lakunya terpengaruh dan terarah utuk menerima serta melaksanakan ajaran-ajaran Islam.8 Menurut Effendy, formula AIDDA dapat dijadikan landasan pelaksanaan dakwah persuasif. Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahaptahap komunikasi persuasif, yaitu A = Attention (Perhatian), I = Interest (Minat), D = Desire (Hasrat), D = Decision (Keputusan), A = Action (Kegiatan).9 Kondisi psikologis mad’u yang berbeda-beda menyebabkan tingkat pendekatan persuasif dalam berdakwah berbeda-beda juga. Namun untuk mencapai dakwah yang persuasif jelas ada unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur yang menyebabkan suatu dakwah itu persuasif atau tidak, dapat berasal dari: a. Pribadi da’i, dimana da’i memiliki kualifikasi akademis tentang Islam, memiliki konsistensi antara amal dan ilmunya, santun dan lapang dada, bersifat pemberani, tidak mengharap pemberian orang lain, qana’ah atau kaya hati, kemampuan komunikasi, memiliki ilmu bantu yang relevan, memeliki rasa percaya diri dan rendah hati, tidak kikir ilmu, anggun, selera tinggi, sabar, memiliki nilai lebih. b. Materi dakwah yang persuasif. Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan da’i untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat. Alquran memberikan istilah pesan yang persuasif dengan kalimat qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa), qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut), qaulan maisura (perkataan yang ringan), qaulan karima (perkataan yang mulia), qaulan syadida (perkataan yang benar). c. Kondisi psikologis mad’u.



8



Slamet, Efektivitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif, (Jurnal Dakwah,10 (2), 2009),



hlm. 181. 9



Onong U. Effendy, Komunikasi…, hlm. 22-24.



d. Pertemuan dari ketiga unsur 1, 2, dan 3.10 Dengan demikian dakwah persuasif menekankan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam bentuk meyakinkan dan menyadarkan mad’u untuk menerima serta melaksanakan pesan-pesan dakwah, bukan memaksa mad’u untuk melaksanakan pesan dakwah. Dakwah persuasif merupakan penyampaian informasi agama melalui proses komunikasi, yang didalamnya ada proses memotivasi dan mempersuasi mad’u supaya menerima pesan dakwah. Dakwah yang dilakukan diharapkan dapat mengarahkan dan membentuk perilaku tertentu. Oleh karena itu dalam dakwah persuasif, pesan yang disampaikan mengandung usaha mendorong dan mempengaruhi mad’u agar pendapat, sikap dan perilakunya berubah sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh da’i dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan. Pada masa sekarang ini, masyarakat membutuhkan dakwah yang lebih sejati, dakwah persuasif, yaitu dakwah yang menekankan pada keteladan dan keluhuran budi pekerti.



2. Materi Dakwah Persuasif Faktor materi dakwah yang merupakan pesan (message), adalah bagaimana aktivitas komunikasi dalam dakwah disajikan secara relevan dengan kondisi dan kebutuhan mad'u. Sesuatu materi yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan mad'u mungkin akan diabaikan, sehingga tidak memberi hasil positif sebagaimana target yang diharapkan. Misalnya, mad'u dari masyarakat kelas bawah mungkin harus diberi materi yang sedikit berbeda dengan masyarakat kelas menengah, karena masing-masing harus disesuaikan dengan karakteristik audiens yang menjadi sasaran dakwah. Pada aspek yang lain, yaitu metode atau cara penyampaian beserta medianya juga sangat berpengaruh. Maksudnya, bagaimana pesan dakwah disampaikan kepada mad'u (delivery channel). Penyajian dengan model dan metode tertentu mungkin akan sangat membantu efektivitas proses komunikasi. Misalnya,



10



Ahmad Mubarak, Psikologi…, hlm. 161.



dikemas dalam bentuk dialog interaktif, diskusi planel, dan sebagainya. Atau dalam bentuk praksis operasionalnya, penyajian pesan dengan menggunakan bahasa verbal benar-benar harus diperhitungkan. Sebab kata-kata yang disampaikan dengan cara tertentu akan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku manusia. Demikian pula, bilamana hal itu bersinergi dengan logika maka akan berpengaruh terhadap berbagai pengambilan keputusan pentiKg dalam kehidupan individu maupun masyarakat luas. Kekuatan kata-kata (dalam bentuk lisan maupun tulisan) dapat menjadi stimuli yang merangsang respon psikologis mad'u apabila: memiliki nilai keindahan bahasa (pilihan kata yang tepat), kejelasan informasi, penggunaan logika yang kuat, intonasi yang berwibawa, memberikan harapan (optimisme) atau peringatan, dan ungkapan yang penuh ibarat (Mubarok, 2001: 183). Al-Qur'an memberikan pedoman tentang komunikasi persuasif yang terwujud dalam berbagai jenis perkataan, antaralain: qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa: Qs. 4 ayat 63), qaulan ma'rufa (perkataan yang baik ), qaulan sadida (perkataan yang benar: Qs. 33 ayat 70), qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut: Qs. 20 ayat 44), qaulan karima (perkataan yang mulia: Qs.17: ayat 23), qaulan maisura (perkataan yang ringan, mudah: Qs.17 ayat 28), qaulan tsaqila (perkataan yang berat: Qs.73 ayat 5), qaulan adzima (perkataan yang agung) dsb. Setiap jenis perkatan tersebut memiliki karakteristjk tertentu dan ditujukan untuk mad'u yang tertentu pula. Tetapi tujuannya sama, yaitu: agar mad'u dapat memahami dan menerima seruan dakwah dengan sebaik-baiknya. Wilbur



Schramm



mengidentifikasi



adanya



empat



faktor



yang



mempengaruhi penerimaan pesan dalam proses komunikasi. Pertama, kemampuan menerima dari komunikan. Kedua, proses saling mempengaruhi. Semakin intensif komunikasi maka akan semakin intensif pula interaksi sosial sehingga proses saling mempengaruhi akan semakin besar. Ketiga, daya tanggap komunikan, yang biasanya dipengaruhi oleh situasi serta keterikatannya dengan norma-norma lingkungan. Keempat, sense of selectivity dari komunikan, yaitu pertimbangan untuk memilih befdasarkan pandangan komunikator terhadap pesan yang



disampaikan , seberapa besar keuntungan atau kerugian diri baik secara psikologis, sosial maupun material.11



3. Kelebihan dan Hambatan 3.1 Kelebihan Dakwah Persuasif a.



Relevan



b. Pribadi Da’i c.



Kondisi psikologi mad’u



d. Kemasan menarik



3.2 Hambatan Dakwah Persuasif Didalam suatu tindakan yang bersifat positif maupun negatife sekalipun pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, seperti juga hambatan didapat dipungkiri bahwa dakwah persuasif juga memiliki hambatan sebagaimana awal mula datangnya agama islam ini, memiliki hambatan dan cobaan dalam melakukan dakwah ke berbagai tempat yang memiliki keadaan latar bel;akang yang berbedabeda. Dalam hal ini ada beberapa hal yang menghambat dakwah persuasive, antara lain: Noice factor, Semantic factor, kepentingan, motivasi, dan prejudice.12 a)



Noice Factor Hambatan yang berupa suara baik disengaja maupun tidak disengaja



seperti handphone berbunyi b)



Semantic Factor Pemakaian kosakata yang tidak dimengerti oleh mad’u



c)



Kepentingan(Interest) Dakwah harus menyodorkan message yang mampu membangkitkan



Interest dari mad’u, bagaimana seorang da’I mampu mengepek materi dakwah sehingga mad’u tertarik untuk menyimaknya. d)



Motivasi



11 12



Slamet, Efektifitas…, hlm. 183-185. Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah, (Wonosobo: Amzah, 2001), hlm. 159



Motivasi ini dilihat dari sudut pandang mad’u bukan pada da’I, jika motivasi mad’u mendatangi aktivitas dakwah bersifat negatif, apabila isi komunikasi bertentangan dengan komunikasi yang seharusnya ada, misalnya salah singgung akan mengakibatkan kekecewaan-jelas sekali bahwa mengenali medan adalah persyaratan utama tercapainya tujuan dakwah persuasive. e)



Prejudice Prasangka adalah hambatan paling berat terhadap kegiatan dakwah



persuasif, prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu.13 Adanya perbedaan pandangan dan jalan hidup, mengharuskan adanya saling pengertian dan kesediaan untuk menghargai pandangan dan jalan hidup yang lainnya apalagi sesama masyarakat muslim kita seharusnya saling menasehati satu sama lain, tidak menghujat dan membedakan satu golingan dengan yang lain. Inilah penyebab agama islam [pada era modern ini jatuh, jatuh bukan berarti hancur, jatuh akan bisa bengkit kembali lagi sesuai yang diinginkan jikalau masyarakat muslim bersatu walaupun berbeda sudut pandang dalam melakukan amal ibadah.



13



Totok Jumantoro, Psikologi…, hlm. 159



DAFTAR PUSTAKA Jumantoro, Totok. 2001. Psikologi Dakwah. Wonosobo: Amzah. Mubarak, Ahmad. 1999. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Fidaus. Sakdiah, Halimatus. 2015. Urgensi Interpersonal Skill Dalam Dakwah Persuasif. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 35, Nomor. 1. Banjarmasin: IAIN Antasari Banjarmasin. Slamet. 2009. Efektivitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif. Jurnal Dakwah Vol. 10 No. 2. Uchana, Onong Effendy. 2004. Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.