Dalailul Khairaat - Cetakan Ponpes Sunan Pandanaran, Jogja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SAMBUTAN Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillahirabbil ‘aalamin, wasshalaatu was salaamu ‘ala asyrafil anbiyaai wal mursalin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in. Amma ba’du.



Kitab yang ada dihadapan anda ini adalah Dalailul Khairat, yakni wirid shalawat karya Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli. Wirid ini adalah bacaan-bacaan shalawat yang secara istiqamah diamalkan oleh almaghfurlah KH Mud Mas’ud semasa hidupnya, tentu menjadi wirid nomor dua setelah wirid ayat suci al-Quran. Ditulis ulangnya wirid ini adalah demi memenuhi permintaan banyak pihak yang menginginkan kitab Dalailul Khairat dicetak ulang secara khusus bagi kalangan keluarga besar Sunan Pandanaran, persis seperti susunan yang diterima KH Mud Mas’ud dari guru-guru Beliau. Kami selaku dzuriyyah KH Mud Mas’ud barharap bahwa dengan dicetaknya Dalailul Khairat adalah bagian dari meneruskan perjuangan KH Mud Mas’ud. Semoga kitab Dalailul Khairat ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga kita dapat lebih mencintai Baginda Nabi Muhammad SAW, meresapi dan meneladani akhlak luhur Beliau dan semoga kita mendapatkan syafa’at Beliau di dunia dan di akhirat. Amiin ya rabbal ‘aalamin. Wassalamu’alaikum wr. wb.



KH MUFID MAS’UD DAN DALAILUL KHAIRAT



Artinya : “ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan padanya.” (Al-Ahzab: 56) Al-Quran dan Dalailul Khairat. Dua hal ini tak bisa dilepaskan dari sosok KH Mud Mas’ud. Dalam berbagai kesempatan, Beliau menekankan secara eksplisit bahwa dalam menjalani kehidupan, al-Quran menjadi senjata di tangan kanan dan shalawat menjadi senjata di tangan kiri. Kalimat tersebut menjadi kiasan bahwa keduanya harus dipegang teguh; dipelajari dari guru yang sanad-nya berkesinambungan sampai kepada Nabi Muhammad SAW dan diamalkan semaksimal mungkin. Dalam rekam jejaknya, KH Mud Mas’ud menghafalkan al-Quran kepada Romo KH Abdul Qodir Munawwir, KH Muntaha, dan KH Dimyati (Comal). KH Mud juga menerapkan dawuh dari KH Mukhlash (Pemalang) bahwa seorang Hadzul Quran harus memperbanyak bacaan shalawat. Walhasil, KH Mud Mas’ud sangat rutin mengamalkan berbagai macam shalawat yang dibaca pada berbagai mujahadah. Salah satu shalawat yang sangat Beliau amalkan adalah Dalailul Khairat, karya Syaikh Abi Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli. Thariqah yang ditempuh oleh KH Mud Mas’ud sendiri adalah Thariqah Mulazamati Qiraatil Quran wa Dalailul Khairat. KH Mud Mas’ud mendapat sanad Dalailul Khairat dari KH Ma’ruf (Surakarta), seorang mursyid Thariqah Syadziliyah. Di sisi lain, KH Mud Mas’ud juga mendapatkan ijazah Dalailul Khairat dari Prof. KH. Muhammad Adnan (Surakarta), KH Abdul Hamid (Pasuruan), Dr. Sayyid Muhammad Alwi alMaliki (Makkah), Syaikh Yasin al-Padangi (Padang), dan Habib Muhammad Ba’abud (Lawang). Ijazah dari KH Abdul Hamid termasuk unik sebab KH Mud Mas’ud mendapatkanya tanpa meminta, melainkan diberi langsung oleh KH Abdul Hamid.



Sanad lengkap Dalailul Khairat KH Mud Mas’ud adalah : KH Ma’ruf –> KH Abdul Mu’id –> KH Muhammad Idris –> Sayyid Muhammad bin Ahmad alMurghiby –> Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad al-Mutsana –> Sayyid Ahmad bin al-Hajj –> Sayyid Abdul Qodir al-Fasiy –> Sayyid Ahmad al-Muqri –> Sayyid Ahmad bin Abbas ash-Shum’i –> Sayyid Ahmad Musa as-Simlaliy –> Sayyid Abdul Aziz at-Tiba’i –> Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (penulis kitab Dalailul Khairat). USAHA LAHIR BATIN KH Mud Mas’ud tidak meraih kesuksesan tanpa kerja keras. Semasa kecil, Beliau adalah orang tak berpunya, bukan dari kalangan pesantren, dan tumbuh dalam segala perang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kendati demikian, dengan segala kekurangannya, Beliau tetap tekun berguru kepada berbagai Kiai untuk mempelajari ilmu-ilmu agama dan menghafalkan al-Quran. Bahkan, saat masih nyantri, KH Mud Mas’ud kecil hanya nderek dan tak pernah mempunyai uang saku. Semasa menghafalkan al-Quran, KH Mud Mas’ud selalu melakukan riyadlah, yakni laku prihatin seperti mengkhatamkan al-Quran 40 hari dibarengi puasa dan sebagainya. Ketekunan KH Mud Mas’ud tak surut setelah selesai menghafal. Beliau tetap istiqamah riyadlah saat mulai meraih kesuksesaan. KH Mud Mas’ud selalu istiqamah dalam tadarrus al-Quran dan Dalailul Khairat. Semasa hidupnya, Beliau tak pernah alpa mengkhatamkan al-Quran walau sedang dalam perjalanan. Sementara itu, dalam kesehariannya, Kitab Dalailul Khairat selalu dibaca setelah terlebih dahulu menyelesaikan tadarus alQuran sekian juz per hari. Pada bulan Ramadhan, selama lebih dari 30 tahun. KH Mud Mas’ud rutin mengkhatamkan Dalailul Khairat di dua tempat. Awalnya, saat KH Mud Mas’ud masih muda, Beliau mengkhatamkan Dalaiul Khairat di masjid Jami’ Singasari Malang, dan dilanjutkan di Masjid Komplek III PP Sunan Pandanaran setelah KH Mud Mas’ud semakin lanjut usia. Berdiri, tumbuh, dan besarnya PP Sunan Pandanaran tak lepas dari usaha dan riyadlah KH Mud Mas’ud. Beliau betul-betul “berdialog” kepada Allah SWT lewat al-Quran dan “berdialog” dengan Nabi Muhammad SAW lewat Dalailul Khairat hingga mendapatkan berbagai karunia luar biasa yang semuanya tentu terjadi atas izin Allah SWT. Dengan banyak membaca al-Quran dan Shalawat, semoga kita semua memperoleh manfaatnya di dunia dan lebih-lebih di akhirat kelak, serta mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW. Amin.



08121550848