Danau Purba Di Candi Borobudur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DANAU PURBA DI DAERAH BOROBUDUR DAN SEKITARNYA Oleh:



F. DANI ANOM S. 111080214 Kelas: E Referensi Utama: Murwanto, H., dkk., 2004 "Borobudur monument (Java, Indonesia) stood by a natural lake:



chronostratigraphic



evidence



and



historical



implications". The



Holocene, 14 (3): 459–463 Praptisih, dkk., 2002. Geologi Kuarter di Daerah Kali Progo, Sileng, Wlom Borobudur, Kulonprogo. Laporan Penelitian Proyek Penelitian Mineral dan Mitigasi benana Kebumian, h. 57-69. Bandung: Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Tahun Anggaran 2002



JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’ YOGYAKARTA 2011



DANAU PURBA DI DAERAH BOROBUDUR DAN SEKITARNYA Oleh: F. Dani Anom Sandjaja Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jl. SWK 104 Condongcatur, Depok, Sleman DIY, 55283



SARI Candi Borobudur merupakan warisan dari abad ke sembilan belas peninggalan dinasti Syailendra. Ada dugaan bahwa terdapat danau purba di sekitar Borobudur. Awalnya dugaan ini muncul karena Candi Borobudur memiliki bentuk menyerupai cemplok Teratai. Dalam filosofi agama Budha, bunga Teratai menjadi tempat duduk Budha. Munculah hipotesa bahwa candi Borobudur dengan bentuk menyerupai bunga Teratai berada di tengah sebuah danau. Dugaan ini semakin diperkuat dengan data-data yang lebih obyektif. Berbagai pendekatan dilakukan sebagai pembuktian adanya danau purba, baik dari segi sosial maupun ilmu pengetahuan alam. Salah satu pendekatan dilakukan dengan ilmu kebumian. Pembuktian hipotesa ini dilakukan bedasarkan urut-urutan lapisan batuan dan endapan material lepas. Hasil pembuktian dari segi ilmu kebumian menunjukan bahwa daerah Borobudur pernah menjadi dasar sebuah danau. Bukti yang jelas ditujukan dari urut-urutan lapisan batuan dan endapan muda mengandung fosil kayu ditafsirkan berumur 611 ± 100 tahun BP hingga 3470 ± 50 tahun BP. Lempung hitam yang ditemukan di Kali Sileng banyak mengandung pollen dari tanaman komunitas rawa atau danau, antara lain Commelina, Cyperaceae, Nymphaea stellata, dan Hydrocharis, juga fosil kayu. Dari analisis diketahui ternyata endapan lempung hitam bagian atas berumur 660 tahun. Diperkirakan daerah Borobudur dan sekitarnya pernah menjadi dasar danau purba selama 20.000 tahun. Kata Kunci: Danau purba, lempung hitam, pollen



Pendahuluan Indonesia memiliki banyak warisan peradaban masa lampau, baik peninggalan peninggalan masa prasejarah maupun setelah munculnya peradaban. Warisan prasejarah ini banyak dikaji oleh ahli arkeologi dan antropologi untuk mengetahui sejarah peradaban yang ada saat warisan budaya itu tercipta. Hal ini dilakukan



agar obyek warisan sejarah tersebut dapat dimaknai untuk kehidupan saat ini. Peninggalan ini sudah sepantasnya dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda Indonesia, agar generasi muda tetap mengenali dan bangga budaya dari Bangsa Indonesia. Salah satu peninggalan yang menjadi kebanggaan Indonesia dan telah dikenal dunia adalah candi Borobudur.



Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 kilometer di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800 Masehi pada masa pemerintahan dinasti Syailendra. Seorang seniman sekaligus arsitek Belanda bernama W.O.J Nieuwenkamp (1931), konon dahulu Candi Borobudur dibangun di atas sebuah danau purba, sehingga seolaholah bentuk Candi Borobudur seperti ceplok bunga teratai yang mengapung di atas kolam sebagai perwujudan tempat kelahiran Sang Budha. Pernyataan W.O.J Nieuwenkamp mendapat pertentangan dan dianggap sebuah mitos oleh Van Erp, pemimpin tim pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1907-1911 dari Belanda. Menurut Van Erp, hipotesa ini tidak didukung bukti-bukti kuat seperti prasasti tentang adanya danau di kawasaan sekitar Candi Borobudur. Kajian yang dilakukan para ahli arkeologi dan antopologi dapat menjelaskan segala kejadian saat peninggalan tersebut dibuat dengan bukti-bukti berupa prasasti atau pendekatan terhadap peninggalanpeninggalan yang ada. Namun akan menjadi sulit ketikan pendakan



tersebut tidak didukung oleh kelengkapan dan bukti yang kuat. Pendakatan secara ilmu kebumian pernah dilakukan oleh beberapa ahli geologi diantaranya Praptisih dkk (2002) dan H. Murwanto, dkk (2004). Penekatan geologi dapat mendapatkan hasil yang mendekati kebenaran karena data lapisan-lapisan batuan dan endapan sedimen dapat menggabarkan bagaimana kondisi daerah tersebut pada waktu terendapkan. Data-data ini akan semakin akurat bila dilakukan analisa dengan metode yang lebih sesuai. Hal ini dikarenakan kajian dengan obyek candi Borobudur memiliki umur yang relatif muda dalam skala waktu geologi sehingga penarikan umur dan penentuan paleoenviroment dapat dilakukan dengan metode dating radiocarbon dan analisa pollen (serbuk sari). Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai keberadaan danau purba di daerah Borobudur, bedasarkan data-data geologi yang diambil dari peneliti-peneliti terdahulu yang mengkaji keberadaan danau purba di Borobudur. Data geologi yang menjadi pembahasan adalah stratigrafi di daerah sekitar Borobudur. Metode yang dipilih penulis adalah dengan membandingkan data dan hasil penelitian tentang danau purba di Borobudur oleh Praptisih, dkk (2002) dan H. Murwanto, dkk (2004).



Gambar 1 Peta geologi daerah Borobudur – Kalibawang, Jawa Tengah Tinjauan Geologi Daerah Borobudur dan Sekitarnya Kawasan Borobudur berbatasan dengan perbukitan Menoreh di Kulonprogo. Van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa zaman tersier di kompleks Kulonprogo terjadi aktivitas gunungapi, salah satunya Gunungapi Menoreh, dimana satuan tersebut dimasukkan kedalam Formasi Andesit Tua. Pada kala Plesitosen kompleks Kulonprogo ini terangkat, dan menyebabkan bagian utara Gunung Gandul mengalami pensesaran yang berarah timur tenggara – barat barat laut, dimana satuan Andesit Tua di daerah Borobudur menghilang dan tertutup oleh alluvium dataran Magelang.



Helmy Murwanto (1996), menyimpulkan bahawa lingkungan danau Borobudur masih berlangsung hingga 1271 M dan telah tertimbun seluruhnya oleh material vulkanik pada tahun 1288 M dan membentuk bentang alam dataraan bekas danau. Mulyaningsih (2000), menyebutkan bahwa pada tahun 1285 M telah terjadi letusan Gunung Merapi yang cukup besar dengan jangkauan material piroklastik sejauh 35 kilometer ke arah selatan, hal ini diduga membentuk tanggula alam akibat menumpuk dan membedung aliran tersebut dan membentuk danau Borobudur ini.



Danau Purba di Borobudur Wacana tentang adanya danau purba di daerah Borobudur awalnya dikemukakan oleh W.O.J



Nieuwenkamp (1931), seorang seniman sekaligus arsitek dari Belanda. Tidak lama kemudian Van Bemmelen (1949), seorang ahli geologi kewarganegaraan Belanda dalam bukunya yang berjudul The Geology of Indonesia (Geologi Indonesia). Van Bemmelen menyebutkan di daerah Magelang bagian selatan dulu pernah terbentuk danau yang terbentuk oleh letusan kuat dari Gunung Merapi tahun 1006 M (meski beberapa ahli mempertanyakan catatan tahun letusan Merapi tahun 1006 M ini). Praptisih (2002), melakukan pengukuran stratigrafi terukut pada Kali Tinalah, Kali Krasak, Kali Progo, Kali Elli, Blondo, Candi Pendem, Candi Lumbung, Candirejo, Kali Sileng. Bedasarkan data-data yang diperoleh Praptisih mengelompokan litologi yang menyusun daerah Borobudur – Kalibawang dari tua ke muda antara lain: Satuan Gunungapi Tersier (Formasi Andesit Tua), Satuan Tufa pasiran, Satun lempung-lanau, Satuan Konglomerat, Satuan Lahar. Dari hasil urutan satuan batuan yang menarik adalah pada Satuan lempunglanau yang juga terdapat tufa yang makin keatas bercak putihnya makin dominan dan makin halus butirnya. Pada satuan ini di beberapa lokasi dijumpai jejak fragmen fosil kayu. Fosil kayu yang terdapat di Kali Sileng ditafsirkan berumur 611 ± 100 tahun BP hingga 856 ± 50 tahun BP (Murwanto, 1996) sedangkan menurut Newhall dkk (2000) berumur 420 ± 50



tahun BP hingga 3470 ± 50 tahun BP. Tebal keseluruhan lapisan ini ± 6,5 meter hingga 10 meter, dimana yang tersingkap di Kali Elo ± 2,5 meter, Kali Sileng ± 6 – 8 meter. Di lintasan Kali Sileng juga dijumpai mata air asin yang ditafsirkan sebagai proses reduksi dari airtanah. Hadirnya lapisan tufa dengan ketebalan yang tipis, mengindikasikan bahwa daerah ini pernah tertutup oleh debu volkanik yang berasal dari letusan gunungapi pada kala Kuarterneri. Lapisan lanau-pasir yang memperlihatkan struktur sedimen paralel laminasi, tampaknya dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan yang tenang, sedangkan lapisan pasir dan krikil di beberapa tempa sering memperlihatkan struktur silang siur dan membaji, diduga pada posisi tersebut pada lingkungan sungai yang teranyam (Praptisih, 2002). Pada tahun 2001, H. Murwanto dkk melakukan pengeboran lempung hitam pada kedalaman 40 meter. Setelah dianalisis dengan radio karbon C-14 diketahui lempung hitam itu berumur 22.000 tahun. Maka dari hasil ini bisa disimpulkan danau ini sudah ada sejak 22.000 tahun lalu (zaman Plistosen), dan berakhir di sekitar akhir abad ke 10 hingga abad ke 13. Lempung hitam ini banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa atau danau, antara lain Commelina, Cyperaceae, Nymphaea stellata, dan Hydrocharis, juga fosil kayu. Dalam bahasa populer,



flora ini adalah tanaman teratai, rumput air, dan paku-pakuan yang



mengendap di danau saat itu.



(b)



(a)



(c) (d) Gambar 2 (a) flora jenis Hydrocharis; (b) flora jenis Cyperaceae; (c) flora jenis Cyperaceae; (d) Nymphaea stellata



Gambar 2 Rekonstruksi Danau Purba Borobudur



Diskusi



mekanisme arus tenang. Penarikan



Menurut dua peneliti terdahulu yang



radio karbon C-14 diketahui lempung



telah meneiti keberadaan danau purba



hitam itu berumur 22.000 tahun, dari



di Borobudur, kesamaan terletak pada



hasil ini bisa disimpulkan danau ini



lapisan satuan lempung-lanau. Yang



sudah ada sejak 22.000 tahun lalu



didalamnya terdapat lempung hitam



(zaman Plistosen), dan berakhir di



yang banyak memberikan informasi



sekitar akhir abad ke 10 hingga abad



tentang keberadaan danau purba. Data



ke



lempung hitam yang mengindikasikan



mengandung serbuk sari (pollen) dari



kondisi lingkungan yang reduksi dan



tanaman komunitas rawa atau danau,



mekanisme



antara lain Commelina, Cyperaceae,



arus



yang



tenang,



mengindikasikan lingkungan danau.



suatu laguna sehingga menyebabkan



Lempung



hitam



banyak



Nymphaea stellata, dan Hydrocharis, juga



Kemungkinan daerah ini merupakan



13.



fosil



kayu.



Jenis



flora ini



merupakan tumbuhan yang hidup pada ekosistem danau.



terjebaknya air laut di daratan. Hal ini dibuktikan dengan adanya sumur air asin di daerah Desa Candirejo, Sigug, Daftar Pustaka



dan Ngasinan.



Kesimpulan Bedasarkan hasil data dari peneliti sebelumnya hipotesa tentang adanya danau purba terbukti. Data geologi yang yang membuktikan adanya danau purba berupa data urut-urutan lapisan batuan dan endapan material lepas, fosil pollen, dan penarikan unsur radioaktif. Struktur sedimen laminasi mendindikasi



lingkungan



dengan



Murwanto, H., dkk., 2004 "Borobudur monument (Java, Indonesia) stood by a natural lake: chronostratigraphic evidence and historical implications". The Holocene, 14 (3): 459–463 Praptisih, dkk., 2002. Geologi Kuarter di Daerah Kali Progo, Sileng, Wlom Borobudur, Kulonprogo. Laporan Penelitian Proyek Penelitian Mineral dan Mitigasi benana Kebumian, h. 57-69. Bandung: Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Tahun Anggaran 2002 http://www.botany.wisc.edu/garden/UWBotanical_Garden/Cyperaceae.html http://www.botanicartist.com/Dayflower_ print.html http://luirig.altervista.org/photos/h/hydroc haris_morsus_ranae.htm