Dasar Dasar Al Hadits Tentang Tasawuf [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SUMBER – SUMBER AKHLAK TASAWUF PADA AL-QUR’AN DAN ALHADIST



D I S U S U N



“ prayoga “ NIM : 156893647 KOMISYARIAT/SEMESTER : AS/A



Institut Agama Islam Negeri (IAIN)



\



DASAR-DASAR Al-QUR’AN DAN AL-HADIST TENTANG AKHLAK TASAWUF` Sekarang ini, banyak buku-buku yang membahas tentang tasawuf dan banyak penduduk yang berminat untuk mempelajarinya. Kita lihat negara-negara yang mayoritas beragama Islam, banyak sekali di situ kita temui berbagai buku yang menerangkan tentang tasawuf.hanya saja tingkat ketertarikan seseorang tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan yang menyeluruh terhadap ilmu tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat dari dua kecenderungan, pertama kecenderungan terhadap kebutuhan fitroh, yaitu kita mempelajari akhlaq tasawuf karena keinginan nurani kita sendiri dan yang kedua kecenderungan pada persoalan akademis, yaitu kita mempelajarinya karena sudah menjadi kewajiban kita, misal kita di sekolah wajib mengikuti pelajaran akhlaq tasawuf padahal sebenarnya kita tidak ingin mempelajarinya. Agama Islam memiliki dua dasar dalam melakukan perbuatannya dalam sehari-hari, maka dasar akhlak tasawuf juga berasal dari dua sumber itu, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Dinyatakan dalam hadits nabi َْ‫َاب ْللاْ ْ َْو ْسنَّ ْة‬ َْ ‫سكتمْ ْبه َما ْكت‬ َْ ‫َعنْ ْاَنَسْ ْابنْ ْ َمالكْ ْقَا‬ َ ‫سلَّ َْم ْت ََركتْ ْفيكمْ ْاَم َرينْ ْلَنْ ْت َضلُّوا ْ َما ْتَ َم‬ َ ‫صلَّى ْللاْ ْ َعلَيهْ ْ َو‬ َ ْ ْ‫ل ْالنَّبى‬ ْ‫رسوله‬. َ Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah RosulNya”. Dengan demikian diketahui bahwa dasar-dasar atau pegangan orang Islam adalah alQur’an dan al-Hadits yang mana orang yang melakukan syariat-syariat islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits maka orang itu tidak akan merasa rugi. A.



Dasar-dasar Hadits Tentang Akhlak Tasawuf



Sejalan apa yang disitir dalam Al Quran, sebagaimana dijelaskan diatas, ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangka hadits. Hadits-hadits yang menjadi dasar dalam ajaran tasawuf sangatlah banyak, sehingga disini kami hanya menuliskan sebagiannya saja.Umumnya yang dinyatakan sebagai landasan ajaran-ajaran tasawuf adalah Hadits-hadits berikut. Di samping riwayat yang menjelaskan bahwa Muhammad SAW setiap bulan Ramadhan bertahannus di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serta hakikat kebenaran ditengah-tengah keramaian hidup, ditemukan sejumlah hadits yang memuat ajaranajaran tasawuf, diantaranya adalah hadis-hadis berikut [7]



ْ‫س ْةَْالمؤمنْفإّنّهْ َينظرْبنورْللا‬ َ ‫قالْرسولْللاْصلّىْللاْعليهْوْسلّمْإتّقواْف َرا‬



‫)(رواهْالبخارى‬



Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: takutilah firasat orang mukmin karena ia memandang dengan nur Allah.”



Dalam hadits lain, ….‫)أعبدْللاْكأنكْتراهْفإنْلمْتكنْتراهْفإنهْيراكْ(متفقْعليه‬ Artinya: “Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihatNya, maka apbila engkau tidak dapat melihatNya, maka Ia pasti melihatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)



‫فْ َربَّه‬ َْ ‫سهْ َع َر‬ َْ ‫َمنْ َع َر‬ َ ‫فْنَف‬ Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya.



‫كنتْْكَنزاْْ َمخفيّاْفأَحبَبتْْأنْْأع َرفْفخلَقتْْالخلقَْْفَبهْْ َع َرفوني‬ Artinya: Aku adalah perbendaharaan yang tesembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu. Menurut hadits ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhlukNya, dan pengetahuan yang tinggi adalah mengetahui Tuhan melalui diriNya. [8]



Diantara nya lagi, hadits lain yang menjadi dasar dari tasawuf:



ْ‫ص َره ْالذي ْيَبصرْ ْبهْ ْو ْلسانه‬ َّْ ‫الَيَزَ الْ ْالعَبدْ ْيَتَقَ ّربْ ْإل‬ َ ْ ْ‫ي ْبالنَّوافلْ ْ َحتَّى ْأحبَّهْ ْفَإذَا ْأحبَبتهْ ْكنت‬ َ َ‫يََ س َمعْ ْو ْب‬ َ ْ ‫سم َعهْ ْالّذي‬ ْ‫الذي ْينطقْ ْبهْ ْو ْيدهْالذي ْيَبطشْ ْبهاْورجلَهْ ْالذيْيمشيْبها ْفبي ْيس َمعْْفَبي ْيبصرْ ْ َْوْبيْيَنطقْ ْ َْو ْبي ْيَعقلْ ْ َْو ْبيْ َيبطشْ ْوبي‬ ‫يَمشي‬ Artinya: “Sentiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka denganKu dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, mengepal, dan berjalan.” Hadits di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah fana’, yaitu fana’nya makhluk sebagai mencintai kepada Tuhan sebagai yang dicintainya.[9] Maksudnya: pernyataan bahwa Allah akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan , dan kaki hamba yang dicintaiNya merupakan majaz untuk menjelaskan pertolongan Allah. [10]



‫إزهَدْفيْالدُّنيْا َْيحبُّكْللاْْوْإزهَدْفيماَفيْأَيديْالنَّاسْْيحبُّك‬



(‫)رواهْْابنْماجة‬



Artinya: “Zuhudlah terhadap dunia maka Allah mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.”



Dalam hadits ini menjelaskan tentang dasar dari cabang tasawuf yaitu sifat zuhud. Sifat zuhud adalah salah satu sifat para sufi yang sangat menonjol. Karena pengertian zuhud adalah mengambil bagian kehidupan duniawi hanya sekedar keperluan, bukan untuk bersenangsenang semata. Ayat-ayat dan hadis-hadis yang dikutip diatas hanya sebagian dari ayat-ayat dan hadishadis yang memgemukakan hal-hal kehidupan ruhaniyah yang ditemukan dalam tasawuf.



Kehidupan yang didominasi oleh takut dan harap, kezuhudan, berserah diri kepada Tuhan, bersyukur, bersabar dan redha serta dekat atau “intim” dengan Allah. Kehidupan seperti inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sendiri serta para sahabat-sahabatnya, khususnya mereka yang dijuluki ahl al shuffah. B.



Dasar-dasar Al-Qur’an tentang Akhlak Tasawuf



Al-Qur’an merupakan dasar agama Islam yang di dalamnya termasuk “Akhlak Islam”. Beberapa masalah yang timbul bisa diselesaikan melalui al-Qur’an, sebagaimana salah satu fungsi al-Qur’an yaitu sebagai keputusan terakhir apabila dalam al-Hadits tidak diterangkan. Namun tidak semua masalah akhlak bisa dicari dalam Al-Qur’an, contohnya tentang masalah yang bermunculan pada masa sekarang, maka orang Islam menggunakan hasil dari ijtihad para Ulama, namun Ulama juga mengkaitkan jawaban-jawabannya itu dengan merujuk pada dasardasar Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan demikian Ulama mengambil keputusan dengan cara menyamakan kejadian maupun problem-problem sekarang dengan masalah-masalah yang ada ketika Al-Qur’an diturunkan, maka Al-Qur’an digunakan sebagai dasar untuk mencari kesimpulan atau mencari mana akhlak yang sebaiknya dilakukan. Namun demikian dalam pembentukan akhlak ini, Islam juga menghargai pendapat akal pikiran yang sehat sejalan dengan Al-Qur’an dan AlSunnah. Peranan akal pikiran dalam ajaran Islam demikian besar dan dihargai adanya, termasuk peranannya dalam menjabarkan masalah akhlak. Ajaran akhlak yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah bersifat absolute dan universal serta mutlak, yakni tidak dapat ditawartawar lagi dan akan berlangsung sepanjang zaman. Namun dalam penjabaran ajaran AlQur’an yang absolute itu bentuknya berbeda-beda sesuai dengan keadaan masyarakat atau sesuai dengan yang diakui masyarakat. Dengan demikian ajaran akhlak dalam Islam dapat diterima oleh seluruh masyarakat berdasarkan hasil ijtihad akal pikiran. Sebagai contoh menutup aurat adalah merupakan akhlak yang bersifat absolute, mutlak dan universal, tetapi bagaimana cara dan bentuk menutup aurat itu dapat berbeda-beda. Untuk menentukan cara dan bentuk menutup aurat tersebut diperlukan pemikiran akal yang sehat. Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rosulullah ia menjawab “AlQur’an”. Para sahabat terkenal sebagai penghafal al-Qur’an kemudian menyebarkannya disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka melakukan dan mengamalkan akhlak Rosulullh yaitu akhlak Al-Qur’an. Dalam kitab al-Luma yang ditulis oleh Abi Nashr As-Siraj Ath-Thusi dikatakan bahwa dari Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah para sufi pertamatama mendasarkan pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku, kerinduan dan pada Illahi, dan latihan-latihan rohaniyah mereka yang di susun demi terealisasinya tujuan kehidupan mistis (hal yang berhubungan dengan sesuatu yang ghoib) . Tasawuf sebenarnya merupakan bagian dari penelaahan rahasia di balik teks-teks Ilahiah secara ringkas. Al-Qur’an menjelaskan konsepsi tasawuf dalam bentuk dorongan manusia



untuk menjelajahi dan menundukkan hatinya. Serta tidak tergesa-gesa untuk puas pada aktifitas dan ritual yang bersifat lahiriah . Seperti dinyatakan dalam ayat berikut. َ َ‫َاب ْمن ْقَبلْ ْف‬ ْْ‫لْ َعلَيهم‬ َْ ‫طا‬ َْ ‫ال ْيَكونوا ْكَالَّذينَْ ْأوتوا ْالكت‬ ْ َ ‫ق ْ َو‬ ّْ ‫لْمنَْْال َح‬ َْ َ‫ّللا ْ َو َما ْنَز‬ َّْ ْ ْ‫ش َْع ْقلوبهمْْلذكر‬ َ ‫أَلَمْ ْيَأنْ ْللَّذينَْْآ َمنواْأَن ْت َخ‬ 16ْ:ْ‫ستْْقلوبهمْْ َوكَثيرْْ ّمنهمْْفَاسقونَْْ(الحديد‬ َ َ‫)اْل َ َمدْْفَق‬ “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik(Q.S. Al-Hadida [57]:16). Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan menimbulkan hati mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan tasawuf mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam yaitu As-Sunnah, Al-Qur’an serta praktek kehidupan nabi dan para sahabatnya, antara lain Al-Qur’an menerangkan tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai dengan tuhan . Hal itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54 َْْ‫علَىْالمؤمنينَْْأَع َّزةْْ َعلَىْالكَافرين‬ ّْ ْ‫فْيَأتي‬ َْ ‫سو‬ َ ْْ‫ّللاْبقَومْْيحبُّهمْْ َويحبُّونَهْْأَذلَّة‬ َ َ‫يَاْأَيُّ َهاْالَّذينَْْآ َمنواْْ َمنْيَرتَ ْدَّْمنكمْْ َعنْدينهْْف‬ 54ْ:ْ‫ّللاْ َواسعْْ َعليمْْ(ْالمائدة‬ ّْ ‫ّللاْيؤتيهْْ َمنْيَشَاءْْ َو‬ ّْ ْْ‫الَْيَخَافونَْْلَو َم ْةَْآلئمْْذَلكَْْفَضل‬ ْ ‫ّللاْ َو‬ ّْ ْْ‫سبيل‬ َ ْ‫)ي َجاهدونَْْفي‬ Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersifat lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui “. (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54) Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa bertaubat membersihkan diri dan selalu memohon ampun kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya.



ْ‫سيّئ َاتكمْ ْ َويدخلَكمْ ْ َجنَّاتْ ْتَجري ْمن ْت َحت َها‬ َّْ ْ ‫يَا ْأَيُّ َها ْالَّذينَْ ْآ َمنوا ْتوبوا ْإلَى‬ َ ْ ْ‫سى ْ َربُّكمْ ْأَن ْي َكفّ َْر ْ َعنكم‬ َ ‫ّللا ْت َوبَةْ ْنَّصوحاْ ْ َع‬ َْْ‫ورنَاْ َواغفرْْلَنَاْإنَّك‬ َّْ ‫ّللاْالنَّب‬ َّْ ْ ‫الْيخزي‬ ْ َ ْ‫اْلَن َهارْ ْيَو َْم‬ َ ‫يْ َوالَّذينَْْآ َمنواْ َمعَهْْنورهمْ ْيَسعَى ْبَينَْْأَيديهمْ ْ َوبأَي َمانهمْْيَقولونَْْ َربَّنَاْأَتممْْلَنَاْن‬ 8ْ:ْ‫لْشَيءْْقَديرْْ(التحريم‬ ّْ ‫) َعلَىْك‬ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari



ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. (Q. S. At Tahrim [66] :8). Orang yang berakhlak berarti ia berilmu, tapi ilmu itu tergantung orang yang memilikinya, ada yang baik dan ada yang buruk. Berarti akhlak sangat berkaitan dengan ilmu. Apabila memiliki ilmu yang baik, maka kemungkinan besar orang itu bisa berbuat kebaikan atau berakhlak dengan baik. Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, salah satunya dalam surat Ali-Imran:18 yang artinya,” Allah bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan melainkan Dia (Allah), yang menegakkan keadilan.para malaikat dan orang-orang berilmu (juga ikut bersaksi). Tiada tuhan melainkan Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana” (QS. Ali-Imran:18). Jika kita cermati ayat tersebut dengan seksama maka akan kita ketahui bahwa Allah SWT sangat memperhatikan orang-orang yang berilmu, Allah memulai dangan Diri-Nya, lalu dengan malaikat setelah itu dengan para ahli ilmu, sungguh betapa tingginya kemuliaan, keutamaan dan kehormatan ini. Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan (maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut. a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)



69:‫ّللاَْلَ َم َْعْالمحسنينَْْ(العنكبوت‬ َّْ ْ‫ن‬ َّْ ‫) َوالَّذينَْْ َجاهَدواْفينَاْلَنَهد َينَّهمْْسبلَنَاْ َوإ‬ Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69) Firman-Nya lagi, ‫يْال َمأ َوى‬ َْ ‫نْال َجنَّ ْةَْه‬ َّْ ‫ْفَإ‬.‫سْ َعنْْال َه َوى‬ َْ ‫امْ َربّهْْ َونَ َهىْالنَّف‬ َْ َ‫َافْ َمق‬ َْ ‫َوأ َ َّماْ َمنْْخ‬ (41-40:‫)النازعات‬ Artinya : “Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”. b.



Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,



ْْ‫ّللاَْ َعليمْ ْخَبير‬ َّْ ْ‫ن‬ َّْ ‫ّللا ْأَتقَاكمْْإ‬ َّْ َْ‫ن ْأَك َر َمكمْ ْعن ْد‬ َّْ ‫ارفوا ْإ‬ َْ ‫يَاْأَيُّ َهاْالنَّاسْ ْإنَّا ْ َخلَقنَاكم ْ ّمن ْذَ َْكرْ ْ َوأنثَى ْ َو َجعَلنَاكمْ ْشعوباْ ْ َو َقبَائ‬ َ َ‫لْلتَع‬ 13:‫)(الحجرات‬ Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13) Allah SWT. juga berfirman, .......194ْ:ْ‫ّللاَْ َم َْعْالمتَّقينَْْ(ْالبقرة‬ ّْ ْ‫ن‬ َّْ َ ‫ّللاَْ َواعلَمواْْأ‬ ّْ ْْ‫) َواتَّقوا‬ Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)



c.



Tentang maqam Zuhud



“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” d. Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini. 3ْ:ْ‫ّللاْفَه َْوْ َحسبهْْ(الطالق‬ َّْ ْ‫) َو َمنْيَت ََو َّكلْْ َعلَى‬ …Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)



39ْ:‫فْت َعلَمونَْْ(الزمر‬ َْ ‫سو‬ َ َ‫)قلْْيَاْقَومْْاع َملواْ َعلَىْ َمكَانَتكمْْإ ّنيْ َعاملْْف‬ Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az Zumar [39]: 39) e. Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini. 7ْ:ْ‫شكَرتمْْْلَزيدَ َّنكمْْ(ْإبراهيم‬ َ ْ‫) لَئن‬



…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7) f. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.



ْ‫يْ َواْلبكَار‬ ّْ ‫سبّحْْب َحمدْْ َربّكَْْبالعَش‬ َّْ َْ‫نْ َوع ْد‬ َّْ ‫فَاصبرْْإ‬ َ ‫ّللاْ َحقْْ َواست َغفرْْلذَنبكَْْ َو‬ (55:ْ‫)المؤمن‬ Artinya ; “Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55) ّ َ‫) َوب‬ ..... 155ْ:ْ‫صابرينَْْ(البقرة‬ َّ ‫شرْْال‬ Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-Baqarah[2]:155) g.



Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.



119ْ:ْ‫ّللاْ َعنهمْْ َو َرضواْْ َعنهْْ(ْالمائدة‬ ّْ ْ‫ي‬ َْ ‫) َّرض‬ ….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119). h.



Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,



282:ْ‫لْشَيءْْ َعليمْْ(البقرة‬ ّْ ‫ّللاْبك‬ ّْ ‫ّللاْ َو‬ ّْ ْْ‫ّللاَْ َوي َعلّمكم‬ ّْ ْْ‫) َواتَّقوا‬ Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)



‫فَ َو َجدَاْ َعبداْْ ّمنْْعبَادنَاْآت َينَاهْْ َرح َمةْْمنْْعندنَاْ َو َعلَّمنَاهْْمنْلَّدنَّاْعلما‬ (65ْ:ْ‫)الكهف‬ Artinya : “Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).



Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.