Definisi Dan Batasan Wilayah Dan Kepulauan (Anggraini) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS I PENGANTAR ILMU PESISIR DAN KEPULAUAN



NAMA : ANGGRAINI NIM : J1A120119 KELAS : B



PRODI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI TAHUN 2020



1



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia dan akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Pesisir Dan Kepulauan. Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen “Pengantar Ilmu Pesisir Dan Kepulauan” Bapak Suhadi, M.Kes Dr yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3 BAB I ......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4 1.1.LATAR BELAKANG...................................................................................................... 4 1.2.RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4 1.3. TUJUAN ......................................................................................................................... 5 BAB II ........................................................................................................................................ 6 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6 1.4. DEFINISI DAN BATASAN WILAYAH PESISIR DAN KEPULAUAN .................... 6 1.5. LINGKUNGAN LAUT ................................................................................................ 12 1.6. ZONA WILAYAH BERDASARKAN KEDALAMANNYA ..................................... 21 1.7. PANTAI DAN PESISIR ............................................................................................... 23 BAB III .................................................................................................................................... 33 PENUTUP................................................................................................................................ 33 1.8. KESIMPULAN ............................................................................................................. 33 1.9. SARAN ......................................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 34



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup yang sangat penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup, maupun pengelolaan sanitasi lingkungan hidup. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu program prioritas dalam agenda internasional Millennium Development Goals(MDGs) yang ditujukan dalam rangka memperkuat pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan dalam pencapaian MDGs tahun 2015 (WHO, 2004). Wilayah Indonesia terdiri atas lima pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Enam puluh lima persen dari seluruh wilayah Indonesia ditutupi oleh laut. Luas total perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial, dan 2,8 juta km2 perairan nusantara, ditambah dengan luas ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia)sebesar 2,7 juta km2. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang) maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (seperti minyak dan gas bumi serta mineral atau bahan tambang lainnya). Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanaekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar didunia, karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (sea grass) yang sangat luas dan beragam. Potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta ton per tahun dan yang telah dimanfaatkan 48 %. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dan Batasan wilayah dan kepulauan?



4



1.3. TUJUAN 1. Mengetahui definisi dan Batasan wilayah dan kepulauan



5



BAB II PEMBAHASAN 1.4.DEFINISI DAN BATASAN WILAYAH PESISIR DAN KEPULAUAN 60 LU - 110 LS. 20 - 1420 BT.



PULAU 17.504. ¾ LAUT (5,9 JUTA KM2), GARIS



PANTAI ; 95.161 KM



Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia. Secara geografis negara Kepulauan Nusantara ini terletak di sekitar khatulistiwa antara 94°45' BT 141°01'BT dan dari 06°08'LU-11°05'LS. Secara spasial, wilayah teritorial Indonesia membentang dari barat ke timur sepanjang 5.110 km dan dari utara ke selatan 1.888 km. 6



Ada beberapa definisi mengenai wilayah pesisir dari berbagai sumber, antara lain: 1. Menurut Dahuri (2001) memberikan penjelasan mengenai wilayah pesisir sebagai berikut : “Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastal), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dahuri, 2001 : 6)” 24 2. Menurut Poernomosidhi (2007) memberikan pengertian mengenai wilayah pesisir sebagai berikut : Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan. Ke arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Poernomosidhi, dalam Supriharyono, 2009 tentang “Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis”).



3. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, memberi batasan mengenai wilayah pesisir sebagai berikut : •



Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut : kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin ; sedangkan kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.







Batasan di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat garis batas nyata wilayah pesisir. Batas tersebut hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi



7



setempat. Di tempat yang landai garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai, dan sebaliknya untuk wilayah pantai yang terjal. Wilayah Indonesia terdiri atas lima pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Enam puluh lima persen dari seluruh wilayah Indonesia ditutupi oleh laut. Luas total perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial, dan 2,8 juta km2 perairan nusantara, ditambah dengan luas ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia)sebesar 2,7 juta km2. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang) maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (seperti minyak dan gas bumi serta mineral atau bahan tambang lainnya). Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanaekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar didunia, karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (sea grass) yang sangat luas dan beragam. Potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta ton per tahun dan yang telah dimanfaatkan 48 %. Namun demikian dibeberapa kawasan terutama Indonesia barat telah mengalami tangkap lebih (over fishing) (Dahuri, et al., 1996). Sumberdaya alam khususnya di wilayah pesisir dan lautan memiliki arti setrategis yang besar karena: 1. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan, maka sumberdaya kelautan akan menjadi tumpuan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi nasional dimasa mendatang; 2. Pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi global dari poros Eropa Atlantik menjadi poros Asia Pasifik yang diikuti dengan perdagangan bebas dunia tahun 2020, tentu akan menjadikan kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia, khususnya di KTI (Kawasan Timur Indonesia), sebagai aset nasional dengan keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan secara optimal. 3. Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan menjadi prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agroindustri, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini menyebabkan banyak kota-kota 8



yang terletak di wilayah pesisir terus dikembangkan dalam menyambut tatanan ekonomi baru dan kemajuan industrialisasi. Tidak mengherankan jika sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir. Secara umum karakteristik wilayah pesisir meliputi karakteristik bio-fisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya masyarakatnya. a. Karakteristik



Bio-fisik



Wilayah Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti pengundulan hutan dan pencemaran. Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya. Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal, palung laut, gunung bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi suhu, salinitas serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan abrasi serta upwelling. Ekosistem alami di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, delta dan ekosistem pulau kecil. Sedangkan ekosistem buatan dapat berupa tambak, pemukiman, pelabuhan, kawasan industri, pariwisata dan sebagainya. Potensi sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia terdiri dari: ➢ sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan tangkap dan budidaya, ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove dan sebagainya.



9



➢ sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti sumberdaya minyak dan gas bumi serta berbagai jenis mineral. ➢ jasa lingkungan, seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya. b. Karakteristik Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Pesisir Masyarakat pesisir secara sosio-kultural merupakan suatu kelompok masyarakat yang akar budayanya pada mulanya dibangun atas paduan antara budaya maritim laut, pantai dan berorientasi pasar. Tradisi ini berkembang menjadi budaya dan sikap hidup yang kosmopolitan, inklusivistik, egaliter, outward looking, dinamis, enterpreneurship dan pluralistik. Potensi konflik dalam masyarakat pesisir terkait dengan pola kepemilikan dan penguasaan terhadap sumberdaya alam. Sifat dari pola kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam wilayah pesisir itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu ➢ Tanpa pemilik (open access property). ➢ Miilik masyarakat atau komunal (common property). ➢ Milik pemerintah (public state property ). ➢ Milik pribadi (quasi private property). Kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir umumnya sangat memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas dan pendapatan. Ciri umum kondisi sosial ekonomi rumah tangga pesisir adalah: 1. Rumah tangga sebagai unit produksi, konsumsi, unit reproduksi dan unit interaksi sosial ekonomi politik. 2. Rumah tangga pesisir bertujuan untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarganya sehingga tujuan ini merupakan syarat mutlak untuk menentukan keputusan-keputusan ekonomi terutama dalam usaha produksi. 3. Dalam keadaan kurang sarana produksi seperti alat tangkap, maka semua anggota keluarga yang sehat harus ikut dalam usaha ekonomi rumah tangga. 10



4. Karena berada dalam garis kemisikinan, maka rumah tangga pesisir bersifat safety first. Mereka umumnya akan bersifat menunggu dan melihat terhadap introduksi teknologi baru dan pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga. Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir juga sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan usaha yang umumnya adalah perikanan. Karena usaha perikanan sangat bergantung kepada musim, harga dan pasar, maka sebagian besar karakter masyarakat pesisir tergantung kepada faktor-faktor tersebut. Lembaga sosial yang terbentukpun merupakan perwujudan dari prinsip safety first, seperti saling tolong-menolong, redistribusi hasil, dan sistem patron-client. Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sementara batas kearah lautan adalah daerah yang terpengaruhi oleh prosesproses alami di daratan seperti sendimentasi dan mengalirnya air tawar kelaut serta daerahdaerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Definisi wilayah pesisir seperti yang sudah dijelaskan memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang tinggi dan beragam, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Lebih lanjut, umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung, dapat berdampak buruk bagi ekosistem pesisir. Kay dan Alder mengatakan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Kawasan pesisir pada dasarnya merupakan batasan (Interface) antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya baik secara bio-geofisik maupun social-ekonomi yang menyediakan barang dan jasa (Goods and services) bagi komunitas pesisir dan pemanfaat lainnya (Beneficiaries). Undang-Undang (UU) No. 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dalam konteks ini, ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan 11



Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil menurut batas yurisdiksi suatu negara.



1.5. LINGKUNGAN LAUT



Membahas mengenai lingkungan laut, ada 2 hal yang esensial darinya. Yang pertama adalah Zona kolom air atau Zona Pelagik adalah bagian perairan dimana terdapat massa air. Dan yang kedua adalah Zona dasar perairan atau disebut juga Zona Bentik yang merupakan dasar atau platform dari perairan itu sendiri. Dari pembagian atas kedua hal tersebut, dapat dikembangkan lagi menjadi zona-zona atau wilayah-wilayah dengan karakteristik yang lebih khusus lagi.



12



Pembagian wilayah atau Zonasi tersebut dinamakan Pemintakatan Lingkungan Laut yaitu : 1. Lingkungan Pelagik Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota pelagik. Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn pelagik. Lingkungan ini mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini mempunyai batas wilayah atau mintakat yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah laut jeluk. Secara horizontal lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan secara vertikal lingkungan ini dibagi menjadi epipelagik, mesopelagik, batipelagik dan abisopelagik.



Secara horizontal ➢ Mintakat Neririk Mintakat neritik merupakan laut yang terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat neritik diantaranya : a. Sinar matahri masih menembus dasar laut b. Kedalamannya ±200 m c. Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut



Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang berbeda dengan mintakat oseanik karena : a. Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah b. Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena berbedabedanya zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan c. Perairan neririk sangat berubahubah, baik dalam waktu maupun dalam ruang, jika dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya tumpahan berbagai zat terlarut dari darat ke laut d. Penmbusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air berbeda antara mintakat neritik dan mintakat oseanik ➢ Mintakat Oseanik Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya 13



bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, pada daerah ini banyak ikannya. Mintakatsi oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat ini kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relative lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya hanya kuat sampai dengan 200 m.



Secara Vertikal 1. Mintakat Epipelagik Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik disebut juga sebagai mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah, terutama di paparan benua, penembusan cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang daripada di lapisan yang sama dari perairan oseanik, karena tingginya kandungan sedimen tersuspensi di paparan benua. Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada dan dekat permukaan, tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinara ini juga terlalu tinggi bagi zooplankton. Yang kedua adalah mintakat yang dinamakan mintakat bawah permukaan, tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak jeluk, di mana fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat berlimpah. Mintakat yang ketiga atau mintakat terbawah termasuk lapisan perairan, tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari, berada pada siang hari.



2 Mintakat Mesopelagik Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki kedalaman dari 200 m - 1000 m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi primer yang memanfaatkan detritus yang turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini dan seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang dimanfaatkan. Tumbuh-tumbuhan dapat hidup di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada mendapatkannya.



3. Mintakat Batipelagik Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai 4000 m atau sama dengan dasar laut. Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota yang hidup di lingkungan ini biasanya merupakan organisme bioluminesen, yaitu organisme yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Karakteristik bioluminesen ini merupakan adaptasi organisme terhadap lingkungannya yang gelap dan tidak tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini biasanya merupakan 14



Cumi-cumi raksasa dan jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-ikan laut dalam dengan bentuk dan karakteristik yang sama sekali berbeda dengan ikan di zona fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan Hagfish. Paus yang diketahui hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm Whale yang mengkonsumsi cumi-cumi raksasa. Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan disini bergantung dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona atas, yang biasa disebut sebagai salju laut atau marine snow. Yang lainnya hidup sebagai predator.



4.Mintakat abisopelagik Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke bagian-bagian terjeluk dari samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini merupakan wilayak yang tidak ada cahaya sama sekali, suhu dingin, dan tekanan air tinggi. Mintakat ini merupakan lingkungan hidup atau habitat yang paling sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang dihasilkan adalah dari hewan-hewan yang hidup di mintakat ini atau bioluminesensi atau biopendar cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu, salinitas, dan kondisikondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat diabaikan dilihat dari segi ekologik. Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur (CaCO3) mudah terlarut dalam air. Hal ini ditunjukkan olah pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di mintakat ini. tekanan air di mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup di daerah ini mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih besarnya gelembung renang pada ikan agar dapat mengambang di kolom air seperti yang dikehendaki. Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air di sekitarnya, karena susah untuk mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang tersebut harus dikembangkan. Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi kimiawi dan perubahan gejala-gejala fisiologik lain. Sumber makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang berupa bangkai atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke dasar laut.



Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian: ➢ Daerah fotik, merupakan daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200m. Merupakan daerah produktivitas primer di laut



15



➢ Daerah Twilight, daerahnya remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000m. ➢ Daerah afotik, daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa. 2. Lingkungan Bentik Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dasar perairan atau bentiknya. Di zona pelagis, biota yang biasa hidup adalah ikan, cumi-cumi, dan makhluk perenang lainnya. Pada zona bentik, biota yang hidup merupakan benthos atau biota yang hidup di dasar perairan seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda, echinodermata, hewan-hewan karang, coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya adalah filter feeder, yang berarti biota mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau sedimen melalui organ makannya. Karena sifat dan karakteristiknya yang merupakan filter feeder, maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau benthos sangat bergantung pada sedimen yang terdapat di dasar laut. Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang memiliki karakteristik biota dan sedimen yang berbeda-beda: 3. Zona Littoral Zona littoral merupakan bagian dari perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Pada lingkungan perairan pantai, wilayah zona littoral memanjang dari garis batas pasang tertinggi hingga area pantai yang tenggelam permanen. Ketinggian air pada zona littoral memberikan lingkungan perairan littoral memiliki banyak karakteristik yang unik. Kekuatan erosif dari arus menghasilkan landform yang unik seperti estuaria. Perairan littoral juga memiliki variasi tumbuhan dan hewan yang tinggi karena letaknya yang berbatasan dengan daratan. Dalam oseanografi dan biologi laut, zona littoral memanjang hingga ke tepian continental shelf.



Dari letaknya, zona littoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona: 4. Zona Supralittoral Zona supralittoral atau disebut juga sebagai zona supratidal, adalah area yang berada diatas batas pasang, secara reguler terkena atau terciprat oleh air laut, namun tidak tenggelam dalam air. Air laut hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai. Zone ini dibagi dengan melihat kondisi alamiah pantai tersebut, yang mana diawali oleh tumbuhnya beberapa vegetasi pantai berlumpur dan badan pasir. Storm-Driven di daerah supratidal ikut serta di dalam mensuplai sedimen sehingga menciptakan lapisan sedimen hanya dalam beberapa jam. Lapisan ini yang terbentuk akibat badai akan terjadi 16



pengkayaan karbon oleh ganggang organik, yang berkembang biak saat terjadi badai. Pada bagian lain dari daerah supralittoral dominasi ganggang hijau biru berfilamen menjerat dan mengikat sedimen berbutir halus lewat alga yang ada di daerah subtidal. Pengikatan sedimen oleh alga di daerah subtidal sehingga terjadi penumpukan sedimen di muara sungai, disamping itupula banyaknya sedimen diakibatkan oleh banjir. Dominasi pasang surut, mengakibatkan pelumpuran sehingga pada waktu penggenangan akan terbentuk betingbeting lumpur sedangkan pada saat surut akan mengalami pengeringan. Organisme yang hidup di zona supralittoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah. 5. Zona Eulittorial / Intertidal Zona Eulitorrial, biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah / wetlands. Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut, membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di zona intertidal bervariasi, dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak. Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan ekosistem mangrove yang didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi terhadap keadaan yang ekstrim di wilayah intertidal. Biota yang berada di zona intertidal memiliki mekanisme adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup. Contohnya siput Littorina yang akan terus berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat apabila air surut, melindunginya dari panas ekstrim dan mencegah penguapan berlebih. Adaptasi morfologis pada beberapa spesies dapat dilihat dari beberapa jenis mollusca seperti teritip limpet dan polyplacophora memiliki 17



cangkang hidrodinamik. Adaptasi lainnya adalah penempelan terhadap substrat untuk melawan kekuatan ombak dan arus agar biota tidak ikut terseret, contohnya bentuk suction tube pada bintang laut agar ia bisa menempel kuat pada substrat, isopoda yang memiliki organ mirip kait yang memungkinkannya untuk bisa bergantung pada rumput laut seperti laminariles/kelp, dan beberapa kerang-kerangan (mussel) yang menempel pada substratnya dengan byssusnya (filamen yang berfungsi merekatkan bivalvia pada substrat). Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen terendam oleh air dan kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya, yang biasa disebut sebagai Lower Littoral. Pada subzona lower littoral, terjangan ombak tidak besar dan juga tidak terjadi perubahan suhu yang sangat ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung oleh sinar matahari. Pada subzona ini dapat ditemukan berbagai jenis biota, seperti abalon, anemon, rumput laut coklat, teritip, chiton, kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda, mussel, sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut, bulu babi, udang, siput laut, spon, cacing tuba, dan sebagainya. Biota pada wilayah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, selain karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena wilayah ini terjaga dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan vegetasi perairan dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat banyak sinar matahari. 6. Zona Sublittoral Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam zona ini dasar perairan tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang hingga ujung continental shelf, pada kedalaman 200 meter. Pada biologi laut, sublittorial merujuk kepada area dimana sinar matahari tembus hingga ke dasar lautan, dimana perairan tidak terlalu dalam dan masih merupakan zona fotik. Area bentik pada zona sublittoral lebih stabil daripada zona intertidal dengan temperatur, tekanan air, dan jumlah pencahayaan matahari relatif konstan. Hewan karang / koral lebih banyak hidup pada zona sublittorial dibanding pada zona intertidal. Ada beberapa subzonasi pada zona sublittorial, yaitu zona infralittoral dimana alga mendominasi kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalittoral dibawah infralittoral, didominasi oleh hewan-hewan sessile seperti tiram-tiraman. Bagian yang lebih dangkal dari zona sublittoral yang tidak jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona subtidal.



18



7. Zona Bathyal Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan kedalaman antara 200 – 1000 meter. Keadaan bentik zona bathyal umumnya merupakan lereng-lereng curam yang merupakan dinding laut dalam dan sebagai bagian pinggiran kontinen. Zona bathyal juga diistilahkan sebagai Continental Slope. Pada Continental slope sering ditemui canyon/ ngarai / submarine canyon, yang umumnya merupakan kelanjutan dari muara sungai – sungai besar di pesisir. Tipe sedimen utama sedimen pada zona bathyal merupakan lempung biru, lempung gelap dengan butiran halus dan memiliki kandungan karbonat kurang dari 30%. Sedimen-sedimennya memiliki jenis sedimen terrestrial, pelagis, atau autigenik (terbentuk ditempat). Sedimen Terrestrial (terbentuk dari daratan) lebih banyak merupakan lempung dan lanau, berwarna biru disebabkan karena akumulasi sisa-sisa bahan organik dan senyawa ferro besi sulfida yang diproduksi oleh bakteri, Sedimen terrestrial juga merupakan tipe sedimen yang paling mendominasi. Sedimen terrigenous terbawa hingga ke zona bathyal melalui arus sporadik turbiditi yang berasal dari wilayah yang lebih dangkal. Saat material terrigenous langka, cangkang mikroskopis dari fitoplankton dan zooplankton akan terakumulasi di dasar membentuk sedimen authigenik. Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon, brachiopod, bintang laut, echinoid, dan populasi pemakan sedimen lainnya yang terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota yang hidup di zona ini memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada lingkungan yang minim nutrisi. Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal memanjang hingga ke zona bentik pada dasar laut yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di kedalaman 1000 hingga 4000 meter. 8. Zona Abyssal Zona abisal meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari samudera. Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar samudera biasanya terdiri dari endapan kapur, terutama kerangka foraminifera, endapan silica, terutama kerangka diatom dan lempung merah dasar laut yang lebih dalam dengan tekanan yang tinggi sehingga membuat zat-zat lain mudah sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari 2000 m sampai 6000 m dengan suhu yang relative stabi antara 40C hingga 1,20C.



19



9. Zona Hadal Zona hadal merupakan zona laut terdalam, lebih dari kedalaman 6000 m. Zona ini termasuk kedalam zona afotik( aphotic zone ) karena merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat cahaya karena cahaya matahari tidak dapat menembus pada daerah tersebut.Substrat yang ada biasanya berupa kalsium karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati tenggelam sampai ke dasar. Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap mirip dengan salinitas khas abyssal dan tidak terpengaruh oleh tekanan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena adanya hewan-hewan mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di dasar dari daerah hadal tersebut sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur atau mineral-mineral yang dikandung organisme yang mati tersebut dapat terendapkan. Ditinjau dari tekanan di daerah tersebut,pressure bagi organisme yang terdapat pada daerah tersebut sangatlah tinggi sehingga membutuhkan bentuk morfologi,anatomi yang harus mendukung daya adaptasi yang akan dipergunakannya dalam bertahan hidup.Biasanya organisme yang hidup pada daerah tersebut mempunyai cara yang unik untuk beradaptasi,seperti mempunyai bentuk yang aneh,mempunyai simbiosis dengan organisme lain semisal bakteri. Karakteristik lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber panas bumi alami bernama corong hidrotermal (hidrotermal vents). Hal ini pulalah yang membuat mengapa terdapat organisme tertentu dapat hidup dalam lingkungan ekstrim,dapat dikatakan begitu karena dengan kondisi minim oksigen,tekanan yang tinggi dan cahaya yang hampir tidak ada. Ada penurunan umum dalam kelimpahan dan biomassa organisme dengan meningkatnya kedalaman. Meskipun demikian, sampling dalam zona Hadal telah mengungkapkan beragam organisme metazoan terutama fauna bentik, seperti ikan, holothurians, polychaetes, kerang, isopoda, actinians, amphipods dan gastropoda. Kekayaan zona ini, diperkirakan berasal dari dataran abyssal, juga dan menurun dengan meningkatnya kedalaman, meskipun peran relatif peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum terpecahkan. Mereka kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic yang menguraikan jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya. Lebih dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari biota laut dan sekitar 300 paten dari senyawa tersebut telah berhasil dipublikasi selama kurun waktu 30 tahun (1969-1999) (Proksch et al., 2003). Biota laut (marine organism) merupakan sumber bahan alam yang sangat kaya dengan aktivitas biologi yang unik. Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme sebagai respon 20



terhadap lingkungannya. Organisme laut, khususnya yang hidup di daerah tropis untuk kelangsungan hidup dan menghadapi berbagai tantangan, harus berkompetisi untuk mendapatkan ruang tumbuh, sinar dan makanan (Murniasih, 2005). Harper et al. (2001) menyimpulkan bahwa organisme laut dalam mengembangkan berbagai sistem mekanisme pertahanan diri dapat berupa tingkah laku (behavioral misalnya cryptic, nocturnal), fisik (sclerites, pengerasan permukaan tubuh) dan substansi kimia “chemical defense”. Invertebrata laut yang mempunyai struktur pergerakan fisik lebih terbatasdibanding dengan vertebrata laut, mampu mengembangkan sistem pertahanan diri dengan memproduksi senyawa bioaktif. Salah satu jenis invertebrata laut adalah spons. Spons merupakan salah satu ekosistem terumbu karang di laut yang sangat potensial sebagai sumber bahan aktif.



1.6. ZONA WILAYAH BERDASARKAN KEDALAMANNYA



1. Zona Litoral atau Wilayah Pasang Surut Pembagian zona kedalaman laut yang pertama adalah zona litoral. Zona litoral juga dikenal sebagai wilayah pasang surutnya. Yang dimaksud dengan zona litoral adalah wilayah laut yang dapat tergenang oleh air apabila kondisi laut sedang mengalami pasang (baca: manfaat pasang surut air laut). Namun ketika air laut surut, maka wilayah atau zona litoral ini berubah menjadi pantai (baca: manfaat pantai). Maka dari itulah mengapa wilyah ini disebut sebagai zona pasang surut. Pengaruh suhu udara beserta sinar matahari (baca: lapisan matahari) yang terdapat pada zona sangatlah kuat. Zona litoral menjadi habitat bagi beberapa spesies laut, yakni berupa binatang maupun tumbuh21



tumbuhan seperti bintang laut, udang, kepiting, cacing beserta bentos. Beberapa dari binatang tersebut merupakan binatang yang bisa dimakan. Zona Litoral ini bisa dikatakan sebagai wilayah yang paling atas ataupun yang paling dekat dengan pantai (baca: ekosistem pantai) ataupun daratan. zona litoral ini juga disebut sebagai jalur pasang, yakni bagian cekungan lautan yang terletak diantara air pasang dan juga air surut. Zona litoral sering disebut juga sebagai pesisir pantai yang terdiri dari pasir pantai dan pecahan rumah- rumah karang. 2. Zona Neritik atau Wilayah Laut Dangkal Daerah yang lebih dalam dari zona litoral adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga sebagai wilayah laut dangkal. Disebut sebagai wilayah laut dangkal (baca: ekosistem laut dalam dan dangkal), karena wilayah ini mempunyai kedalaman hanya antara 50 hingga 200 meter. Zona neritik adalah wilayah perairan dangkal yang letaknya dekat dengan pantai. Kawasan zona neritik ini merupakan zona yang dapat ditembus oleh sinar matahari dengan sangat baik. Karena tertembus oleh sinar matahari dengan sangat baik, maka zona neritik ini dijadikan sebagai habitat yang sangat cocok bagi berbagai jenis spesies laut, seperti ubur- ubur, fitoplankton, zooplankton, rumput laut dan lain sebagainya. Zona neritik ini juga merupakan tempat dimana banyak jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan. Beberapa faktor yang menyebabkan banyak ikan di zona ini antara lain adalah: •



Perairannya banyak mengandung oksigen







Banyak terdapat plankton- plankton yang mengapung di permukaan air







Banyak mendapatkan sinar matahari



3. Zona Bathial atau Wilayah Laut Dalam Setelah ada zona neritik, selanjutnya ada zona bathial. Zona bathial juga disebut sebagai zona laut dalam (baca: fungsi batas kelautan ZEE). Disebut sebagai zona laut dalam karena wilayah zona ini mempunyai kedalaman antara 200 hingga 2000 meter. Karena kedalamannya yang semakin dalam, maka wilayah laut ini tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Oleh karena tidak dapat ditembus oleh sinar matahari, maka zona bathial ini tidak banyak dihuni oleh spesies binatang maupun tumbuhan sehingga tidak seramai zona



22



neritik. Jenis spesies tumbuhan sudah sangat jarang ditemukan di zona ini, namun spesies binatang laut (baik ikan maupun non ikan) masih lumayan banyak. 4. Zona Abisal atau Wilayah Laut Sangat Dalam Pembagian laut berdasarkan kedalamannya, yang paling dalam adalah zona abisal. Zona abisal ini merupakam wilayah yang paling dalam dan sangat sangat gelap. Oleh karena merupakan wilayah laut yang paling dalam maka wilayah ini mempunyai kedalaman lebih dari 2000 meter. Karena sangat dalam, maka wilayah ini tidak mendapatkan penyinaran matahari sama sekali sehingga membuat wilayah ini sangat dingin karena mempunyai suhu yang sangat rendah. Karena letaknya yang sangat dalam maka sangat sulit ditemui oksigen di zona ini. dan hal ini pula yang menjadi penyebab tidak adanya spesies tumbuhan yang kita temukan di zona ini. selain itu, spesies binatang yang dapat hidup di zona inipun juga sangat sedikit. Beberapa binatang yang dapat hidup di zona ini antara lain adalah angler fish. Angler fish merupakan jenis ikan yang dapat menghasilkan cahayanya sendiri untuk dapat berkomunikasi. Selain itu, zona ini juga mempunyai tekanan air yang sangat besar. 1.7. PANTAI DAN PESISIR Pengertian pantai menurut 23actor23 para ahli mengatakan bahwa pengertian pantai adalah batas antara daratan dengan laut. Batas ini merupakan zona laut sampai dengan kedalaman 200 mm (garis isobath 200 m). Jadi, sifat-sifatnya sama dengan daratan yang disebut shelf. Berdasarkan proses pembentukan pantai, mengakibatkan tiga jenis pantai yang dikenal dengan jenis : •



Pantai Spit Pantai Spit merupakan jenis pantai yang salah satu ujungnya bersambungan langsung dengan daratan.







Pantai Baymouth Pantai Baymouth merupakan sebuah bukit hasil endapan yang ada pada pantai yang memotong teluk dengan lautan secara langsung. 23



Jenis pantai berdasarkan bentuk geografisnya ada empat macam pantai, yaitu: •



Pantai Landai Pantai 24actor, yaitu pantai yang permukaannya 24actor2424 datar. Termasuk pantai jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir, pantai delta. Dan pantai 24actor24.







Pantai Curam Pantai curam biasanya bergunung-gunung. Karena peretakan yang memanjang sejajar pantai dan terkikis ombak yang besar, terjadilah tebing-tebing curam dan laut dalam. Contohnya, pantai di selatan pulau Jawa dan barat Pulau Sumatera.







Pantai Bertebing (Flaise) Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka tebing karena adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap pantai. Di pantai ini sering dijumpai laut yang dangkal. Terjadinya flaise karena penimbunan hasil perusakan tebing pantai itu sendiri yang disebabkan oleh abrasi atau erosi marine.







Pantai Karang Pantai karang terjadi jika di dasar laut sepanjang pantai terdapat terumbu karang, misalnya pantai di pulau 24actor2424, maluku, dan nusa tenggara. Pantai seperti ini biasanya dijadikan objek wisata laut. Misalnya, Taman Bunaken di Manado.



Adapun beberapa manfaat pantai ialah : ➢ Menjadi tempat areal tambak garam ➢ Daerah pertanian pasang surut ➢ Wilayah perkebunan kelapa dan pisang ➢ Menjadi tempat objek pariwisata ➢ Daerah pengembangan 24actor2424 sebuah kerajinan rakyat yang bercorak khas daerah pantai Ciri-ciri pantai sebagai berikut : ➢ Memiliki



garis



pantai



yang



permanen



dan



juga



terjaga



dengan



baik.



Garis pantai yang dimaksud disini adalah wilayah ataupun 24actor24 yang memisah antara daratan dan lautan. ➢ Tanah yang berpasir. Akibat ekosistem pantai batu ini memiliki tanah yang berpasir, maka menyebabkan tanah tersebut memiliki kandungan unsur hara yang minim (karena tanag memiliki pori- pori besar) dan mempunyai permeabilitas tanah yag sangat baik. 24



➢ Terdapat tumbuhan yang memiliki akar napas yang berfungsi untuk beradaptasi sebab didaerah pasang laut itu berlumpur. ➢ Memiliki muara ➢ Terdapat ekosistem mangrove di sekitar pantai yang mempunyai fungsi sebagai penahan ombak laut yang bisa mengikis pesisir dari pantai tersebut . Sebagai negara kepulauan, Indonesia sudah dianugerahi jutaan lautan dan pantai yang begitu sangat memesona. Kita sebagai orang Indonesia, seharusnya bisa menjelajahi keindahan bahari yang ada didalam negeri, sebelum ke luar negeri. Dari sekian banyak pulau yang indah, berikut adalah beberapa di antaranya:



Nihiwatu Beach, Sumba, Nusa Tenggara Timur



Pantai ini berada pada nomor 17 untuk pantai terbaik di dunia menurut sebuah situs terkemuka ! Letaknya tersembunyi di balik sebuah hutan. Pantai sepanjang 2,5 kilometer ini dianggap surga yang belum terjamah



25



Pink Beach, Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur



Pantai berpasir warna pink ini amat jelas dan sangat unik juga 26actor26. Warnanya pink sebab pasir putih telah bercampur dengan pasir merah. Pantai dengan pasir yang 26actor2626 ini hanya ada tujuh di dunia, dan yang tercantik ada di negara Indonesia. Pesisir merupakan bentang alam berupa sebidang lahan yang tidak lebar dan membentang ratusan kilometer dari garis pantai 26actor26 pedalaman. Pesisir mempunyai garis yang berhimpit dengan garis pantai jika terjadi gelombang yang tinggi (baca : Ekosistem Pantai). Pada daerah pesisir juga terdapat persebaran biota pantai dan persebaran vegetasi. Biota pantai dan vegetasi tersebut saling memberikan timbal balik antara satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah ekosistem. Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dengan ekosistem laut, yang mana organisme penghuni ekosistem darat dan laut berkumpul dan saling berinteraksi. Indonesia masih menyimpan potensi besar dari hutan bakau dan padang lamun yang ada dalam ekosistem pesisir. Potensi besar tersebut, utamanya bisa dimanfaatkan untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Selain untuk perubahan iklim, hutan bakau dan padang lamun juga akan memberi manfaat yang banyak untuk kehidupan di 26actor26 pesisir. Termasuk, melindungi area pesisir dari abrasi dan erosi, serta menjaga keberlangsungan aneka ragam hayati. Kemudian, karbon yang disimpan pada ekosistem pesisir juga bisa dikonversi menjadi bernilai ekonomi yang tinggi jika dilibatkan dalam skema adaptasi dan mitigasi perubahan iklim seperti Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+). Dari hasil penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi hutan bakau di Indonesia dalam setahun bisa menyerap total 16,11 juta ton. Sedangkan, padang lamun dalam setahun bisa menyerap 122,22 juta ton.



26



Hamparan hutan bakau (mangrove) dan padang lamun (seagrass) yang menjadi bagian dari ekosistem pesisir, sampai saat ini masih menyimpan potensi sangat besar untuk menyerap karbon di udara. Potensi tersebut melebihi kemampuan yang dimiliki hutan di wilayah daratan, yang sejak lama sudah menjadi alat untuk menyerap karbon. Peneliti Ekologi Vegetasi Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) Yaya Ihya Ulumuddin menjelaskan, potensi besar yang dimiliki hutan bakau dan padang lamun bisa menjadi bagain dari upaya Indonesia untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Berbicara tentang perubahan iklim dan karbon biru adalah sesuatu hal yang abstrak, tidak seperti masalah rehabilitasi mangrove atau dampak sampah 27actor27, dimana wujudnya dapat terlihat secara nyata,” ucap dia pekan lalu di Jakarta. Karbon biru yang dimaksud Yaya, tidak lain adalah karbon yang diserap dan disimpan di dalam laut dan ekosistem pesisir. Penamaan biru di belakang kata karbon, merujuk pada maksud pembentukan yang ada di bawah air dan warna dari tumbuhan bakau dan padang lamun yang biasanya berwarna biru. Pemberian nama biru, juga untuk membedakan dengan tumbuhan yang bisa menyerap karbon dan berada di wilayah daratan. Untuk tumbuhan di darat, penamaannya disebut dengan karbon hijau karena tanaman yang tumbuh di hutan 27actor2727 besar berwarna hijau. Karbon yang disimpan dalam bentuk kayu atau tanah tidak akan berubah menjadi gas rumah kaca (GRK) dan memicu terjadinya pemanasan global serta perubahan iklim. Fungsi yang sama juga ada dalam ekosistem bakau dan padang lamun di wilayah pesisir laut. Jika ekosistem tersebut dijaga dengan baik dan dibiarkan menyerap karbon di udara, Yaya menyebutkan bahwa itu akan menjadi sumber kehidupan bagi manusia, ikan, dan juga menjadi lokasi wisata pesisir yang indah. Sebagai ‘harta karun’ yang sangat bernilai, baik hutan bakau atau padang lamun memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan jumlah karbon yang ada di udara. Agar keduanya bisa melaksanakan perannya dengan baik, maka keberadaan mereka harus dilindungi dan dibiarkan tetap ada. Ilmuwan Utama Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) Daniel Murdiyarso menyatakan, ekosistem karbon biru pesisir merupakan 27actor penyimpanan karbon terbesar di bumi. Kemampuan mereka diketahui bisa menangkap dan menyimpan kelebihan karbon atmosfer dengan kecepatan serapan 20 kali lebih besar daripada ekosistem daratan manapun, termasuk hutan boreal dan tropis. Akan tetapi menurut dia, jika hutan bakau dan padang lamun digunduli atau mengalami degradasi, maka ekosistem karbon biru akan berubah menjadi sumber emisis yang mengkhawatirkan. Terlebih, saat ini emisi GRK global dari pembangunan 27



di 28actor28 pesisir yang tidak menerapkan prinsip berkelanjutan bisa mencapai satu miliar ton C02-eq per tahun. Di sisi lain, dengan melindungi keberadaan hutan bakau dan padang lamun, bukan saja bisa menjadi pelindung masyarakat Indonesia dari perubahan iklim, namun juga akan menghasilkan nilai ekonomi baru yang menjanjikan. Dengan stok yang banyak tersimpan di Indonesia, maka itu akan bisa menghasilkan uang dengan jumlah tidak sedikit. Potensi itu akan muncul jika mangrove diikutsertakan dalam skema adaptasi dan mitigasi yang sudah ada, contohnya adalah Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+). Menurut Daniel, jika satu ton karbon dihargai dengan nilai USD5, maka angka resminya akan berjumlah total USD6 miliar jika semua dikonversikan. Namun, potensi tersebut akan berwujud nyata jika Indonesia bisa menghentikan emisi yang keluar dari degradasi ekosistem karbon biru pesisir. Dia kemudian membandingkan pemasukan dari 28actor kelautan dan perikanan, khususnya dari transaksi ekspor udang Indonesia yang mencapai kisaran USD1,2 miliar per tahun. Dengan membandingkannya, maka perlindungan 28actor28 ekosistem karbon biru pesisir akan bernilai ekonomi sangat tinggi. “Para pengambil kebijakan perlu mempertimbangkan hal ini dan menyadari nilai ekosistem pesisir,” jelas dia. Namun demikian, Daniel menyadari bahwa untuk melaksanakan konservasi dan restorasi bakau, itu bukanlah pekerjaan mudah. Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang manajemen ekosistem bakau nasional hanya Peraturan Presiden No.73/2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Sebelum itu,



pada



2010



Pemerintah



sudah menerbitkan



Indonesia Blue



Carbon



Strategy



Framework (IBSC) untuk 3,2 juta 28actor28 28actor28 ekosistem pesisir dan laut. Tetapi, setelah itu, tidak ada satupun kebijakan nasional yang diterbitkan untuk mendukung IBSC. Akibatnya, 28actor28 satu pun program nasional yang 28acto untuk melaksanakan di lapangan. Kehadiran Perpres 73/2012 juga bagus, tetapi tidak diturunkan dalam peraturan yang bersifat teknis. Lalu, Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor 4 Tahun 2017 tentang Kebijakan, Strategi, dan Indikator Kinerja Pengelolaan



Ekosistem Mangrove Nasional.



Dari



Permen



tersebut,



muncul



target



rehabilitasi mangrove bisa berjalan hingga 2045 dengan luasan mencapai 3,49 juta ha. “Di Indonesia, panduan nasional melakukan konservasi dan restorasi mangrove masih kurang. Satu-satunya regulasi masih belum cukup, karena sebatas koordinasi saja. Dalam regulasi tersebut, dirinci siapa seharusnya melakukan apa, namun tidak dijelaskan sedikit pun mengenai bagaimana,” pungkas dia menyebut Perpres 73/2012.



28



Berikut adalah penjelasan mengenai ciri- ciri, komponen dan fungsi dari ekosistem pesisir. Ciri- Ciri Ekosistem Pesisir yaitu : Ekosistem pesisir mempunyai ciri- ciri yang menarik. Ekosistem ini terdiri dari beberapa ekosistem berbeda, diantaranya yakni estuaria, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Keanekaragaman ekosistem tersebut masih berada di lingkup wilayah pesisir. Berikut adalah ciri- ciri dari masing- masing ekosistem yang tergabung dalam ekosistem pesisir. 1. Estuaria Estuaria ialah bentang alam berupa muara pasang surut dari sebuah sungai yang besar. Muara ini biasanya menjadi pusat pemukiman masyarakat pesisir karena dapat digunakan untuk jalur transportasi, tempat mencari ikan, serta sebagai sumber air bagi masyarakat . Karakteristik dari estuaria adalah tubuh perairan pantainya bersifat semi tertutup, terhubung dengan laut terbuka, dan mempunyai air laut yang tercampur dengan air tawar yang berasal dari saluran drainase daratan. 2. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan suatu hutan yang sering digunakan untuk mengatasi abrasi pantai. Ciri dari hutan mangrove yakni berada pada daerah yang mempunyai air payau atau air tawar. Ciri lainnya adalah terdiri dari semak dan pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter. Selain itu, dalam suatu area hutan mangrove biasanya mempunyai 20



sampai



40



species



mangrove



yang



berbeda.



(baca



: Fungsi



Hutan



Mangrove dan Manfaat Hutan Mangrove) 3. Padang Lamun Padang lamun atau sea grass beds dapat dijumpai pada perairan dangkal atau eustaria jika sinar matahari cukup banyak. Karakteristik dari sea grass beds adalah mempunyai habitat di perairan laut dangkal yang bersuhu 29actor292929 atau tropis, memiliki pertumbuhan yang cepat yakni antara 1.300 sampai 3.000 gram berat kering per meter persegi per tahun. Binatang yang hidup di padang lamun juga mempunyai ciri tersendiri, antara lain habitatnya di daun lamun, mencari makan di akar kanopi daun, beraktivitas di bawah kanopi daun dan berlindung di padang lanun.



29



4. Terumbu Karang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keragaman terumbu karang yang tinggi. Sekitar 18 persen terumbu karang dunia berada di wilayah Indonesia. Banyaknya keragaman terumbu karang menjadi habitat yang baik bagi berbagai macam biota laut. Selain itu, terumbu karang juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami sehingga dapat mengurangi terjadinya erosi pantai (baca : Macam – Macam Erosi). Ciri dari ekosistem terumbu karang adalah adanya proses fotosintesis sehingga membutuhkan cahaya matahari yang cukup, berada pada perairan dangkal dengan kedalam 50 meter, batas salinitas habitatnya sekitar 30 sampai 35 ppt. (baca : Fungsi Ekosistem Terumbu Karang)



Komponen Ekosistem Pesisir Ekosistem pesisir terdiri dari komponen biotik dan 30actor30. Komponen biotik penyusun ekosistem pesisir terbagi menjadi empat, yakni produsen, konsumen primer, konsumen sekunder dan 30actor30303030. 1. Produsen – yang berperan sebagai produsen dalam ekosistem pesisir adalah mereka yang mempunyai klorofil dan berfotosintesis sehingga dapat menghasilkan zat 30actor30 kompleks dari zat anorganik sederhana, atau disebut dengan vegetasi 30actor303030. Contohnya algae dan fitoplankton. 2. Konsumen primer – biota laut yang memakan tumbuhan (herbivora) merupakan konsumen primer atau konsumen pertama dari suatu ekosistem pesisir. 3. Konsumen sekunder – semua organisme yang memakan hewan (karnivora) berperan sebagai konsumen sekunder dalam ekosistem pesisir. Konsumen sekunder ini selanjutnya bisa menjadi mangsa bagi konsumen tersier. Mereka umumnya tergolong dalam predator. 4. Dekomposer – pengurai dalam ekosistem pesisir ialah organisme avertebrata dan bakteri yang memakan materi 30actor30 mati seperti dedaunan yang mati dan bangkai biota laut.



30



Selanjutnya komponen 31actor31 dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Unsur dan senyawa anorganik – Unsur- unsur penyusun ekosistem yang terlibat dalam ekosistem pesisir tersebut merupakan unsur hara atau substansi 31actor3131 yang penting bagi kehidupan biota. Contohnya : nitrogen, fosfor, karbon, mangnesium, besi, seng dan air. 2. Bahan 31actor31 – Senyawa atau bahan 31actor31 yang mengikat komponen 31actor31 dan biotik terdapat dalam bentuk terlarut dan partikel. Jika bahan 31actor31 terurai, maka bahan tersebut akan menjadi humus atau zat humik. Contoh senyawa tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. 3. Faktor fisik – Komponen 31actor31 ini membatasi kondisi kehidupan Faktor-faktor ini selalu berada dalam satu seri gradien. Kemampuan menyesuaikan diri organisme berubah secara bertahap sepanjang gradien tersebut, akan tetapi ada juga titik perubahan yang berbaur yang disebut dengan ekoton. Contoh 31actor fisik tersebut seperti iklim, suhu, kelembapan dan curah hujan. Fungsi Ekosistem Pesisir Ekosistem pesisir yang terdiri dari berbagai ekosistem lain di bawahnya serta kaya akan biota dan vegetasi tentu mempunyai banyak fungsi bagi kehidupan. Fungsi- fungsi tersebut diantaranya adalah : •



Sebagai penyedia sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati seperti terumbu karang dan rumput laut, maupun sumber daya alam non-hayati seperti minyak bumi dan gas alam. (baca : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Cara Melestarikan Sumber Daya Alam di Bumi)







Sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, misalnya ruang untuk aktivitas manusia dan air bersih. Fungsi tersebut bergantung pada fungsi penyedia sumber daya alam. Jika sumber daya alam tidak dilindungi maka akan berdampak pada kehidupan masyarakat itu sendiri. (baca : Pemanfaatan Sumber Daya Alam)







Sebagai penampung limbah dari aktivitas manusia. Fungsi ini tentu harus disesuaikan dengan jenis dan volume limbah yang dibuang. Jika limbah tersebut melebihi batas kemampuan ekosistem pesisir dalam menampung limbah, maka akan terjadi kerusakan



31



atau pencemaran lingkungan ekosistem. (baca : Pencemaran yang Mengakibatkan Perubahan Alam) •



Sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan, seperti kenyamanan memandang keindahan pesisir yang sering dijadikan tempat wisata atau rekreasi. Fungsi ini sangat bergantung pada fungsi penampung limbah. Jika ekosistem pesisir tidak mampu menampung limbah maka fungsi sebagai penyedia jasa kenyamanan juga akan hilang.



32



BAB III PENUTUP 1.8. KESIMPULAN Konsep pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan berfokus pada karakteristik ekosistem pesisir yang bersangkutan, yang dikelola dengan memperhatikan aspek parameter lingkungan, konservasi, dan kualitas hidup masyarakat, yang selanjutnya diidentifikasi secara komprehensif dan terpadu melalui kerjasama Masyarakat, Ilmuwan, dan Pemerintah, untuk menemukan strategistrategi pengelolaan pesisir yang tepat. 1.9. SARAN ➢ Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai lingkungan di wilayah pesisir. ➢ Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya partisipasi masyarakat pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. ➢ Di wilayah Indonesia yang secara geologis rentan bencana alam, mitigasi bencana perlu menjadi prioritas pemerintah daerah.



33



DAFTAR PUSTAKA https://www.bing.com/search?q=definisi+dan+batasan+wilayah+pesisir+dan+kepula uan&cvid=0f4fe908da0746feb6070f0b581f9525&FORM=ANAB01&PC=U531



34



35