Definsi LFA Tugas MPP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Definsi LFA LFA adalah jenis khusus model logika atau pendekatan logika untuk membantu mengklarifikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi hubungan kausatif antara input, process, output, outcome dan immpact. Deskripsi Teknik Analisa LFA Logical Framework Approach / LFA adalah salah satu alat analisis yang baik dalam penilaian, tindak lanjut dan evaluasi suatu proyek dengan menggunakan pendekatan logika. Kapan Digunakan LFA digunakan ketika melakukan identifikasi dan penjajagan dalam penyusunan proposal, menyiapkan disain proyek/ program dalam suatu sistematika dan kaitan yang masuk akal, penilaian disain proyek/ program, memutuskan persetujuan untuk pelaksanaan proyek/ program, monitoring dan evaluasi kemajuan (progress) dan kinerja (performance) program. LFA juga dapat digunakan sebagai petunjuk teknis dalam pengelolaan program, atau tepatnya kemampuan tehnis, bahwa yang bersangkutan mempunyai kemampuan tehnis dalam menyelenggarakan suatu program. Logical Framework sebagai kemampuan tehnis program karena dapat digunakan sebagai alat untuk Perencanaan, Penilaian, Monitoring dan Evaluasi dari kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dibuat. Keumggulan



Apakah LFA?



Pendekatan kerangka kerja logis atau yang lebih dikenal dengan Logical Framework Approach (LFA) pertama kali hadir sejak tahun 1970-an (PPME 2010). Pendekatan ini disusun dengan tujuan meningkatkan sistematika perencanaan dan perkembangan sesuatu kegiatan. Sebagai salah satu alat (tools) yang digunakan untuk pencapaian tujuan terstruktur, metode ini sering digunakan oleh banyak organisasi nirlaba/NGO untuk menjelaskan kegiatankegiatan yang berwawaskan proyek. Kerangka kerja logis ini memuat seluruh informasi kegiatan mulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation) hingga pengawasan (monitoring) dan evaluasi (evaluation) proyek. Meskipun memiliki banyak kesamaan dari segi nama dan beberapa bagian isi, LFA dan kerangka analisis POACE berbeda satu dengan lainnya. Ini disebabkan LFA lebih menitikberatkan pada tujuan baik umum maupun khusus dari perencanaan proyek. Penekanan pencapaian tujuan di dalam LFA harus memenuhi asumsiasumsi dan resiko yang mungkin diturunkan (Gambar 1). Di dalamnya memuat analisis masalah (problem analysis) dengan menggunakan pohon masalah, analisis para pihak (stakeholder analysis), pohon sasaran hasil (objectives tree), hirarki sasaran hasil (objectives hierarchy), dan seleksi strategi implementasi prioritas. Itu sebabnya LFA lebih dikenal pula sebagai Goal Oriented Project Planning (GOPP) atau Objectives Oriented Project Planning (OOPP). Mengapa Menggunakan LFA? LFA sebagai alat untuk melakukan improvisasi sebuah perencanaan dalam mencapai target dan tujuan tentunya memiliki banyak kelebihan. Kualitas sebuah proyek dapat dinilai cepat dengan kerangka berpikir logis ini. LFA yang didefinisikan secara baik dan diletakkan sesuai arahannya akan menghasilkan sebuah konsep proyek yang baik pula. Baik ini dinilai dari kesesuaian judul, tujuan, target dan sasaran, serta sumber verifikasinya. Disamping itu, dengan menggunakan LFA suatu proyek akan dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya tanpa harus melakukan analisis langsung terhadap kelemahan dan kekuatan itu (analisis SWOT). Sebab di LFA langsung terdapat analisis resiko potensial (potential risks) dalam upaya pencapaian target atau sasaran hasil (objectives). LFA juga membantu menganalisis kondisi kekinian (existing situation) selama persiapan proyek. Selain itu, ia membangun sebuah hirarki berlandaskan pemikiran logis terhadap jangkauan sasaran hasil (objectives), mengarahkan dengan tepat bagaimana outputs dan outcomes dapat diawasi dan dievaluasi dengan baik, dan menghadirkan sebuah ringkasan proyek dalam sebuah format standar. Contoh Penggunaan LFA



Bentuk keluaran dari metode logis ini ialah sebuah matriks atau yang lebih dikenal dengan sebutan Logframe. Isinya ialah ringkasan dari maksud dan tujuan sebuah proyek dilakukan dan bagaimana melakukannya, apa saja asumsi kunci serta bagaimana output dan outcome dapat dimonitoring dan dievaluasi. Paling tidak di dalam sebuah matriks kerangka logis sebelumnya harus memuat: 1. Analisis Situasi dan Masalah; bagian ini berisikan beberapa pertanyaan terkait dengan situasi kekinian. Pertanyaan tersebut seperti bagaimana situasi saat ini, apakah masalah yang ada saat ini, apa saja konsekuensi dari masalah yang ada saat ini, dan apa saja sebab munculnya masalah tersebut. 2. Stakeholder Analisis; bagian ini meminta penjelasan terkait identifikasi stakeholder. Disini harus dijelaskan macam-macam kelompok kepentingan yang terlibat dalam situasi dan masalah kekinian. Selain itu perlu pula menjelaskan bentuk keterlibatan dan hubungan antar stakeholder yang berbeda tersebut. Setelah memenuhi syarat nomor 1 dan 2, selanjutnya matriks narasi dapat dibuat. Informasi yang sedikitnya dapat ditemukan ialah: 1. Tujuan (Overall Goal dan Objectives/purpose); tujuan (goal) yang dimaksud ialah dampak yang diharapkan secara keseluruhan yang tidak berubah dalam jangka waktu berjalan. Dengan kata lain, tujuan berarti sasaran tempat proyek memberikan kontribusinya apabila berhasil, bersamaan dengan aktor dan stakeholder lainnya. Sementara objectives ialah hasil yang diharapkan sesuai jangka waktu tertentu. Ini berarti perubahan situasi yang ingin dicapai proyek dalam kaitannya dengan kelompok sasaran (jelas dan realistis). 2. Indikator Proyek; Indikator digunakan untuk memantau kemajuan dan keberhasilan proyek. Indikator berisikan tentang bagaimana orang dapat mengetahui bahwa proyek ini berhasil dan kondisi apa yang diinginkan ketika proyek berhasil. Pilih indikator yang tidak terlalu mahal atau memakan waktu untuk dikumpulkan. 3. Hasil (Output) Utama yang Diharapkan dan Indikator; berisi tentang minimal 3-6 hasil yang diharapkan (output). Hasil yang diharapkan (output) adalah formulasi positif menjelaskan komponen utama dari apa yang akan dihasilkan dalam proyek, yaitu apa yang bisa kurang lebih dijamin pencapaiannya. Hasil yang diharapkan (output) bersifat segera, bisa dilihat, bisa diwujudkan secara konkret yang merupakan konsekuensi nyata dari aktivitas proyek, namun harus bisa mencerminkan dimensi kualitas dari perubahan yang telah terjadi (bukan hanya sebuah aktivitas yang terselesaikan.



Masing-masing tujuan dan objectives secara keseluruhan beserta indikatornya memerlukan alat pembuktian (means of verification). Alat pembuktian tersebut harus sesuai dengan kelompok sasaran dan lokasi yang diinginkan yakni a) Kelompok sasaran primer, yakni kelompok orang (atau organisasi sasaran) yang diharapkan dapat berubah perilaku, keadaan atau situasinya jika proyek berhasil; b) Kelompok sasaran sekunder yakni kelompok-kelompok yang secara tidak langsung akan mendapatkan keuntungan jika proyek berhasil; c) Lokasi geografis kelompok dan pelaksanaan proyek. 4. Resiko dan Keberlanjutan; a) Jelaskan risiko atau ketidakpastian yang terkait dengan implementasi proyek? b) Bagaimana proyek ini akan menangani risiko atau ketidakpastian tersebut? Asumsi-asumsi yang diberikan untuk menganalisis resiko dilakukan disetiap bagian dalam goal, objectives/puropse, hasil yang diharapkan/outcomes, dan indikator satu garis lurus. 5. Monitoring dan Evaluasi; a) Bagaimana proyek akan dipantau dan dievaluasi? Berikan informasi tentang rencana untuk memonitor dan mengevaluasi proyek, termasuk bagaimana mengumpulkan dan memonitor indikator; b) Faktor-faktor apa saja yang secara khusus harus dipantau untuk memastikan bahwa proyek tersebut mencapai tujuannya; c) Sumber daya apa saja yang dialokasikan untuk monitoring dan evaluasi internal, baik sumber daya manusia maupun keuangan. Konsep yang digunakan dalam Logical Framework Approach (LFA) Tujuan dari proyek pengembangan adalah untuk mengurangi perbedaan hasil akhir yang diinginkan lingkungan dengan masyarakat. Apabila terdapat persetujuan umum tentang kondisi sebelum proyek dilaksanakan, maka memungkinkan untuk menyetujui sasaran-sasaran prioritas dalam pengembangan keseluruhan sasaran proyek. Proyek pengembangan mempunyai ketergantungan pada lingkungan dan masyarakat sehingga kondisi yang diharapkan, harus diuraikan sedemikian rupa. Hal tersebut sangat penting supaya memungkinkan memeriksa langkah-langkah yang akan dilakukan berikutnya. Proyek yang berhasil adalah yang dapat menghubungankan sasaran dengan target kelompok. Proyek pengembangan didasarkan pada masukan berbagai sumber daya, implementasi dari aktivitas tertentu, dan akan menghasilkan keluarankeluaran yang diharapkan untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian sasaran yang diharapkan. Masukan, aktivitas-aktivitas dan unsur-unsur proyek, didalamnya tidak terdapat ukuran - ukuran (indikator-indikator) keberhasil atau kegagalan suatu proyek., tetapi tergantung pada; a. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen proyek b. Faktor-faktor eksternal.



Selama fase perencanaan dan implementasi, sangat penting dilakukan monitoring, identifikasi dan analisis sejumlah faktor-faktor eksternal karena penyebab-penyebab kemungkinan kegagagalan dapat terjadi sejak fase perencanaan. Untuk lebih jelasnya lihat bagan dibawah ini: APA ITU PENDEKATAN KERANGKA LOGIS (Logical Framework Approach) ? LogicalFrameworkApproach/LFAadalahsalahsatualatanalisisyangbaikdalamper encanaan,penilaian,tindaklanjutdanevaluasisuatuproyekdenganmenggunakanp endekatanlogika. LFAadalahjeniskhususmodellogikaataupendekatanlogikauntukmembantumen gklarifikasitujuanproyek/program,mengidentifikasihubungankausatifantarain



5 Tahap Perencanaan dgn Logical Framework Approach put,process,output,outcomedanimpact.



Sumber : Center for Development & Cooperation, Swiss



1. Ansitu2. Alternatif3. Visi4. Strategi5. Organisasi



Kenapa LFA ? Mengikutkan beberapa konsep management yg hilang Menjembatani antara strategi dengan aksi



Relatif mudah diadaptasi dan diexscalasi