Dental Radiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PROTEKSI RADIASI



Proteksi Radiasi di atur dalam suatu perundangan, dimana International Commission on Radiology Protection (ICRP) telah menetapkan, bahwa dalam setiap tindakan radiologi harus mengikuti prinsip-prinsip: 1. Justification, tindakan radiologi dilakukan jika memang diperlukan 2. Optimization, mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial dari pasien 3. ALARP, as low as reasonably practicable atau ALARA (As low as reasonably achiveable) 4. Limitation, penggunaan dosis harus sesuai tidak melebihi batas. Sesuai dengan ICRP ALARA Dari ke empat prinsip tersebut, ALARA atau ALARP memiliki penjelasan tersendiri. Seperti yang telah diketahui ALARA adalah sebuah akronim dari As Low As Reasonably Achievable. Ini adalah prinsip proteksi radiasi untuk meminimalisir dosis radiasi serta penggunaan materi radioaktif sesuai dengan metode yang tepat. Semua pekerja di bidang radiologi harus memahami betul nahwa prinsip ALARA harus digunakan pada setiap pemeriksaan radiografi, prinsip dari ALARA itu sendiri adalah kokbinasi dari penggunaan dosis yang tepat, penggunaan pelindung serta teknik foto yang baik. Mereka juga memikul tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan diri mereka masing-masing di tempat kerja, sebagai contoh: 1. Kesadaran akan bahaya radiasi 2. Kesadaran akan prosedur darurat 3. Kesadaran akan penggunaan medis yang tidak sesuai dengan ALARA sehingga dapat menimbulkan bahaya 4. Melaporkan setiap insiden serta kondisi yang kurang baik pada saat pemeriksaan radiografi kepada supervisor 5. Memastikan penggunaan dosis yang tepat Ada tiga prinsip utama yang bisa kita gunakan seiringan dengan prinsip ALARA, yaitu; 1.) waktu, dimana kita harus meminimalisasi waktu paparan yang secara langsung mengurangi dosis radiasi, 2.) Jarak, usahakan menjaga jarak aman antara tubuh kita dengan sember radiasi,



1



3.) Pelindung, menggunakan bahan penyerap seperti Plexigals untuk partikel beta dan timah untuk sinar-X dan sinar gamma adalah cara yang efektif untuk mengurangi paparan radiasi. Selain itu ada bebearapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi paparan internal diantaranya: 1. Tidak membawa makanan dan minuman ke dalam lab 2. Mengurangi kontak “hand-to-mouth” 3. Penggunaan sarung tangan sekali pakai, kacamata pengaman, jas lab untuk mengurangi kemungkinan penelanan ataupun penyerapan materi radioaktif Dosis tahunan menurut ALARA Konsep ALARA menentukan batas minimum dosis operasional untuk meningkatkan faktor keselamatan dari pekerja radiasi. Untuk batas maksimum dosis tahunan:



Aturan Dasar Penggunaan Radiasi Ada tiga aturan dasar dari penggunaan radiasi: 1. Garis besar standar radiologi perawatan gigi (1994) ditetapkan oleh National Radiological Protection Board (NRPB) dan Royal Collage of Radiologists. Disini diatur semua aspek radiologi kedokteran gigi dan prinsip praktik yang baik. 2. Kriteria pilihan untuk radiografi kedokteran gigi, (1998) ditetapkan oleh Faculty of General Dental Practitioners of the Royal Collage of Surgeons di Inggris. Buku ini meninjau dan menyediakan panduan radiografi yang tepat untuk kondisi klinis yang berbeda dan frekuensi untuk melakakan radiografi. 3. Catatan panduan untuk praktisi kedokteran gigi tentang keamanan penggunaan alat sinar-x, (2001) ditetapkan oleh departemen kesehatan yang membawa serta syarat dari IRR(Ionizing Radiations Regulations)99 dan IR(ME)R2000 yang berhubungan terhadap dokter gigi dan termasuk di dalamnya prinsip praktik yang baik. Mengacu pada IRR tahun 1999, maka ada beberapa persyaratan yang harus terpenuhi untuk menjamin keselamatan dari prosedur radiasi, baik untuk pasien dan operator. Persyaratan tersebut antara lain: 1. Authorization. Penggunaan alat penghasil sinar-x untuk tujuan penelitian harus sesuai dengan Health and Safety Executive (HSE). 2



2. Pemberitahuan(Notification). HSE harus memperhatikan penggunaan rutin peralatan sinarx dan semua perubahan bahan termasuk perubahan kepemilikan. 3. Pertimbangan risiko utama. Hal ini harus dilakukan sebelum memulai pekerjaan. Seluruh pegawai diwajibkan untuk mencatat penemuan pada perkiraan resiko, namun ini merupakan syarat untuk yang memiliki lima pegawai atau lebih. Lima langkah yang direkomendasikan oleh HSE: 1. Mengidentifikasi



bahaya



(paparan



rutin



sinar-x



maupun



pada



kecelakaan/ketidaksengajaan). 2. Memutuskan siapa yang terkena bahaya dan bagaimana efeknya. 3. Mengevaluasi resiko dan memutuskan apakah perlindungan yang diperlukan yang dibutuhkan sudah cukup atau perlu ditambah. 4. Mencatat risiko yang mungkin terjadi 5. Meninjau perkiraan risiko dan merevisi, jika diperlukan. 4. Pembatasan paparan. Terdapat requirement untuk membatasi dosis radiasi terhadap pekerja dan orang lain sesuai prinsip as low as reasonably practicable (ALARP). 5. Perawatan dan pemeriksaan kontrol mesin. 6. Rencana kemungkinan, disusun berdasarkan perkiraan risiko dan sesuai dengan peraturan lokal. 7. Penasehat proteksi radiasi (RPA), merupakan ahli dalam bidang proteksi radiologi, memahami peraturan dan segala aspek proteksi radiasi, termasuk didalamnya:  Kontrol serta pengaturan area untuk peralatan.  Instalasi peralatan yang baru atau modifikasi.  Pemeriksaan berkala dan tes kontrol mesin, tanda aman dan tandaperingatan.  Sistem kerja  Perkiraan risiko  Rencana kemungkinan  Pelatihan staf  Perkiraan dan pencatatan dosis yang diterima pasien  Program kepastian kualitas. 8. Informasi, instruksi dan pelatihan. 9. Area yang terencana. Selama pemaparan, normalnya area kontrol akan didesain disekitar peralatan pemancar sinar X untuk mendapatkan paparan yang efektif. Dari gambar terlihat jarak yang ideal adalah 1,5 m dari pasien dan tabung sinar-X itu sendiri.



3



10. Pengawas proteksi radiasi (RPS). Seorang RPS, umumnya dokter gigi atau staf senior, harus yakin memahami peraturan lokal. RPS harus terlatih, mengetahui perkembangan radiografi dan bertanggung jawab. 11. Peraturan lokal. Semua praktisi memiliki peraturan tertulis yang berhubungan dengan pengukuran proteksi radiasi dalam praktik dan aplikasinya terhadap seluruh karyawan. Informasi ini meliputi:  Nama dari RPS  Identifikasi dan deskripsi dari area pengaturan  Ringkasan instruksi kerja  Rencana atas kemungkinan jika terjadi kesalahan atau kecelakaan pemaparan radiasi.  Nama orang yang resmi bertanggung jawab terhadap peraturan.  Rincian dan hasil tingkat investigasi dosis. (dosis untuk staf radiografi, tidak melebihi 1 mSv per tahun)  Nama dari RPA.  Ketetapan dosimetri per individu.  Ketetapan bagi staf yang sedang mengandung.  Memperingatkan pegawai atas tanggung jawabnya di bawah IRR99. 12. Klasifikasi. 13. Tanggung jawab manufaktur. Bagian instalasi bertanggung jawab terhadap pemeriksaan dan laporan peralatan sinar-x baru dan modifikasi, yang harus meliputi:  Jelas dan tidak ambigu.  Evaluasi terhadap lokasi dalam hubungannya dengan posisi operator dan tanda peringatan pada ruangan dan sinyal.  Evaluasi tanda peringatan peralatan.  Evaluasi pada kontrol paparan.  Memastikan tanda pengamanan peralatan berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik. 15. Peralatan sinar-x. Seluruh peralatan



harus diperiksa dan telah teruji . Tes ini harus



meliputi:  Pengukuran untuk menentukan apakah peralatan dioperasikan dalam parameter yang berlaku (contohnya potensial operasi (kV), keluaran sinar-x (mA) dan akurasi waktu (s)).  Perkiraan dosis radiasi untuk pasien tertentu  Tinjauan dan pencatatan film, kombinasi film/layar, dan rincian proses dan evaluasi proses yang tepat. 4



Persyaratan alat radiografi Alat pemancar sinar –x juga harus memenuhi beberapa persyaratan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, persyaratannya secara umum adalah: 1. Setiap alat wajib memiliki lampu pada panel kontrol, sebagai pertanda berfungsinya alat tersebut. 2. Setiap alat wajib memiliki lampu, sebagai pertanda bahwa sedang terjadi paparan radiasi. 3. Alat pengatur waktu pemaparan berfungsi ketika terjadi penekanan (tombol ditekan) dan terputus ketika tekanan dihilangkan. 4. Pengatur waktu harus terhenti secara otomatis. Sebagai operator kita memiliki tanggung jawab untuk tidak dengan sengaja memaparkan diri sendiri atau orang lain yang tidak sesuai dosis, untuk melakukan perlindungan yang layak pada setiap aspek dari dental radiology dan yang tidak kalah penting untuk segera melaporkan kepada pihak yang berwenang ketika terjadi kerusakan pada alat. Setelah penjelasan di atas mengenai regulasi radiasi ionisasi pada tahun 1999(IRR 1999), dibawah ini akan sedikit dijelaskan mengenai regulasi radiasi ionisasi tahun 2000 (IRR 2000). Poin umum dari IRR 2000 ini memerhatikan masalah keamanan pasien dan telah dirumuskan suatu posisi baru yaitu petugas, pengirim konsul, praktisi serta operator. Dimana masing-masing posisi tersebut memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan paparan radiasi ini. Seorang petugas adalah seorang atau badan yang bertanggung jawab terhadap instalasi radiologi tersebut. Petugas ini juga wajib menyediakan prosedur tertulis untuk paparan medis yang didalmnya terdapat informasi mengenai hal-hal berikut: - identifikasi pasien dengan benar sebelum dilakukannya radiografi - identifikasi dari pengirim konsul, praktisi, dan operator - Authorization dan justification semua paparan klinis - justifikasi paparan medikolegal - identifikasi pasien hamil - pencapaian jaminan kualitas - perkiraan dosis pasien - menggunakan level referensi diagnostic - mencatat evaluasi klinis pada setiap kali pemaparan - meminimalisir kemungkinan kesalahan dosis - ketentuan untuk mengeluarkan pemeriksaan klinis - pedoman kriteria penyerahan untuk pemeriksaan radiografik - protokol tertulis (pedoman tata cara pemaparan) untuk setiap alat 5



- mengikuti prosedur jika pasien diduga telah menerima paparan berlebih karena kerusakan alat Sedangkan kewajiban untuk praktisi, yang notabene adalah dokter, dokter gigi atau praktisi kesehatan yang lain, adalah bertanggung jawab pada pemaparan medis. Seorang pengirim konsul (referrer) memiliki kewajiban untuk mengarahkan pasien kepada praktisi yang kompeten untuk mendapat paparan medis yang sesuai, selain itu ia juga bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang cukup kepada praktisi, sehingga dapat dilakukan pemaparan secara tepat. Ujung tombak dari pemeriksaan radiografis adalah operator, dimana sebagai seorang operator ia mmeiliki tanggung jawab yang meliputi; 



identifikasi pasien,







posisi film, pasien atau tabung sinar x







menyesuaikan parameter paparan







menekan tombol untuk memulai pemaparan







memproses film







evaluasi klinis dari hasil radiografi







memapar tes obyek sebagai bagian dari program jaminan kualitas



Untuk menjadi operator dalam bidang radiology butuh suatu pelatihan khusus, dan setiap operator harus mendapat sertifikat sebagai bukti bahwayang bersangkutan memiliki kompetensi yang baik dibidangnya. Proteksi Timbal Perlindungan pasien pada pemeriksaan radiografi salah satunya dengan penggunaan apron berbahan dasar timbal. Meskipun terlihat sederhana, namun pemakaian apron ini merupakan satu hal yang krusial dan tidak bisa dan tidak boleh diabaikan. Beberapa bagian tubuh manusia sangat peka terhadap paparan sinar-x, salah satunya adalah kelenjar thyroid. Apron thyroid harus digunakan pada beberapa kasus penyinaran, khususnya pada kasus dimana kelenjar thyroid adalah pusat dari paparan (contoh saat pemeriksaan radiografi rahang atas dan daerah servikal)



6



apron thyroid/thyroid collar Selain thyroid collar, kita juga diwajibkan memakai apron, yang melindungi tubuh



leaded apron Pasien hamil maupun wanita dalam usia produktif juga memerlukan penanganan khusus dalam pemeriksaan radiografi. Masa yang rentan pada perkembangan janin untuk mendapatkan paparan radiasi adalah saat minggu ke 2-9, dimana pada waktu tersebut terjadi organogenesis. Seringkali wanita tidak menyadari bahwa dirinya tengah hamil muda, maka dari itu menurut IRR 2000, sebagai operator maupun praktisi kesehatan kita dilarang untuk melakukan paparan radiologi tanpa menyelidiki terlebih dahulu apakah pasien wanita tersebut dalam keadaan hamil atau tidak, khususnya jika paparan radiografis akan dilakukan di daerah pelvis. Batasan Dosis Pembahasan mengenai dosis ini, menurut ICRP dibagi menjadi tiga golongan:



7



1. Pasien Pemeriksaan radiografi pada pasien dibedakan lagi menjadi 4: a) Pemeriksaan langsung yang dihubungkan dengan penyakit Pada pemeriksaan ini tidak ada batasan dosis, namun harus memiliki indikasi yang tepat agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Operator maupun praktisi harus memiliki pengetahuan yang memadai mulai dari teknik pengambilan gambar sampai efek samping. b) Pemeriksaan sistemik Pemeriksaan jenis ini tidak memiliki batasan dosis yang tetap tetapi dari hasil pemeriksaan iniharus ada informasi yang berguna dan penting bagi pasien. c) Pemeriksaan untuk tujuan khusus Tidak memiliki batasan dosis yang tetap, pasien akan mendapat manfaat secara tidak langsung. 2001 Guidance Notes menekankan bahwa keperluan serta manfaat dari pemeriksaan ini harus diperhatikan secara seksama. d) Pemeriksaan untuk penelitian Tidak memiliki batasan dosis yang tetap, semua pemeriksaan harus disetujui oleh sekelompok ahli yang terpercaya dan semua relawan percobaan ini harus sepenuhnya mengerti dan memahami risiko yang akan dialaminya. 2. Pekerja di instalasi radiologi Pekerja di instalasi radiologi ini dibagi menjadi dua: Classified workers, yang dimaksud disini adalah operator, dimana berpotensi untuk mendapatkan paparan radiasi yang besar. Operator harus melakukan personal monitoring serta pemeriksaan rutin tahunan. Non-classified workers atau non operator radiograf. Batas dosisnya 3/10 dari operator radiograf. Semua staf kedokteran gigi harus menerima dosis tahunan kurang dari 6 mSv. Untuk dosis individual, telah ada regulasi khusus yaitu; 1mSv untuk operator radiograf dan 0,3 mSv untuk non operator. Sebagai tambahan, untuk operator maupun staf lain yang sedang hamil maka, selama masa kehamilan dosisnya tidak boleh melebihi 1 mSv. Sumber radiasi bagi dokter gigi beserta staf nya berasal dari 3 sumber utama: a) Sinar radiasi primer b) Pancaran dari pasien 8



c) Kebocoran 3. Masyarakat umum Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah seseorang yang secara tidak sengaja terkena paparan radiasi, sebagai contoh, pasien di ruang tunggu. Pertimbangan yang bisa dilakukan adalah dengan memperhatikan dengan benar penempatan alat, ketebalan dinding pemisah, dan hal lainnya yang sudah ditetapkan di regulasi 1999. Metode untuk mengukur dan memonitor dosis radiasi Tiga alat utama untuk memonitor dan mengukur dosis radiasi. Alat ini memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing. keterangan gambar: A = film badge B = TLD C = ionization bleeper D = TLD extremity monitor 1. Film Badge Berupa frame plastik yang terdiri dari beberapa macam filter metal dan sebuah film radiografi kecil yang bereaksi terhadap radiasi. Dipakai dibagian luar setinggi organ reproduksi. Alat ini mampu memberikan catatan permanen dari dosis yang diterima, pemeriksaannya tidak segera, mampu menilai tipe dan energi radiasi yang dialami, alatnya sederhana, kuat dan tahan lama. Sehingga alat ini merupakan alat yang paling sering dan paling banyak digunakan. Selain kelebihan yang telah diutarakan, ada beberapa kekurangan diantaranya tidak memberikan informasi baru, memerlukan proses pengolahan yang berpotensi untuk terjadi kesalahan serta badge mudah kehilangan filternya. 2. Thermoluminescent dosemeters (TLD) Digunakan untuk personal monitoring seluruh tubuh ataupun terbatas pada bagian ektremitas, kandungan lithium fluoridenya mampu mengabsorpsi radiasi serta dapat di-refill, mudah dilakukan pembacaan hasil pengukuran dan sesuai untuk penggunaan luas. Namun, alat ini relatif mahal dan hasil pembacaannya tidak dapat diperiksa dan dinilai ulang. 3. Ionization chambers 9



Merupakan alat yang digunakan untuk monitoring personal (bahkan digunakan oleh ahli fisika) untuk mengukur paparan radiasi. Radiasi mengakibatkan ionisasi pada molekul udara di ruang tertutup, hasilnya dapat diukur dan langsung dibaca. Alat ini merupakan metode yang paling akurat dan bisa memberikan informasi secara cepat, namun tidak bisa memberikan catatan permanen, tidak menunjukkan tipe atau energi radiasi, kurang sensitif terhadap energi radiasi yang rendah serta mudah rusak.



10



BAB 2 RADIOGRAFI INTRAORAL Kelainan pada periapikal dapat berupa gambaran radiolusen, radiopak, dan gambaran campuran antara radiolusen dan radiopak. Dalam teknik radiografi, terdapat radiografi ekstraoral dan intraoral. Yang termasuk teknik intraoral adalah: radiologi periapikal (meliputi teknik bisektris dan teknik parallel), teknik bite wing, teknik oklusal dan teknik buccal object rule.



2.1 Radiologi Periapikal Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intraoral yang dibuat untuk melihat suatu gigi dan jaringan di sekitar daerah apikalnya. Pada satu film kita bisa dapat dua sampai empat gambaran gigi beserta tulang alveolar di sekitarnya. Radiografi periapikal dirancang untuk memberikan gambar diagnostik bagian apikal gigi dan jaringan sekitar mereka. .Mulut penuh ujian intraoral terdiri dari 14 radiografi periapikal dengan dua film gigitan sayap dan menyediakan gambar dari semua gigi dan struktur terkait.. tunggal radiografi periapikal sering dibuat dari gigi individu atau kelompok gigi untuk mendapatkan informasi untuk pengobatan atau diagnosa dari penyakit lokal atau kelainan.. The membelah (pendek-kerucut) dan paralelisasi (lama-kerucut) teknik adalah dua teknik yang paling umum digunakan.. Kedua teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. . preferensi Petugas gigi yang menentukan teknik yang akan digunakan. 2.1.1 Indikasi Utama Indikasi klinis utama untuk radiografi periapikal meliputi: 



Adanya infeksi atau inflamasi pada daerah apical 11



       



Adanya suspek kelainan pada bagian periodontal Terjadi trauma pada gigi beserta tulang alveolar Melihat ada tidaknya kelainan posisi pada gigi yang belum tumbuh Melihat morfologi dari akar gigi sebelum dilakukan ekstraksi Perawatan endodontik Pemeriksaan preoperative dan postoperative pada bedah apikal Evaluasi secara mendetil pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar Evaluasi pre & postoperative pada pemasangan implan



Gambar 8.1. Gambaran hubungan geometri ideal antara film, gigi dan sinar-X



2.1.2 Teknik Radiografi Periapikal Anatomi dari rongga mulut tidak selalu memungkinkan untuk kita mencapai posisi yang ideal saat pemotretan. Untuk mengatasinya, ada dua teknik radiografi periapikal yang telah dikembangkan :  



Teknik paralel Teknik bisektris



Teknik Paralel Teori 1. Film diletakkan pada holder di dalam mulut sejajar sumbu panjang gigi. 2. Ujung tabung sinar X diarahkan pada sudut yang tepat (vertikal dan horizontal) terhadap gigi dan filmnya. 3. Dengan menggunakan film holder beserta film packet dan posisi ujung tabung sinar X yg tepat, teknik ini dapat dilakukan berulang.



Gambar 8.2. Diagram menunjukan posisi film telah ditempatkan di mulut menjadi sejajar dengan sumbu panjang gigi, dikarenakan lereng palatum.



12



Teknik Posisi



Gb. 8.3. Diagram menunjukan pembesaran gambar yang dihasilkan menggunakan A short cone dan sinar yang menyebar dan B long cone dan sinar-X sejajar yang dekat.



Teknik radiografi untuk gigi permanen dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gunakan film dan holder dengan ukuran yang sesuai. Untuk gigi insisivus dan kaninus, gunakan holder anterior dan film dengan ukuran 22 x 35 mm dengan posisi vertikal. Untuk gigi premolar dan molar, gunakan holder posterior dan film dengan u 2. kuran 31 x 41 mm dengan arah posisi horizontal, kemudian: a. Bagian dari film yang berwarna putih menghadap ke arah kepala tabung sinar X. b. Titik orientasi yang menonjol pada film diletakkan berlawanan dengan mahkota gigi (untuk mencegah terjadinya superimpose titik tersebut pada bagian apex). 3. Kepala pasien menyandar dengan dataran oklusal sejajar bidang horizontal. 4. Film dan film holder diletakkan dalam mulut dengan ketentuan: a. Gigi insisivus dan kaninus rahang atas – film diletakkan sedemikian rupa sehingga tingginya dapat mencapai lengkung palatum. b. Gigi insisivus dan kaninus rahang bawah – film diletakkan pada dasar mulut, kira-kira tingginya sejajar dengan gigi kaninus atau premolar pertama. c. Gigi premolar dan molar rahang atas – film diletakkan di tengah lengkung palatum, agar tingginya cukup untuk mencapai lengkung palatum. d. Gigi premolar dan molar rahang bawah – film diletakkan pada sulcus lingual di sebelah gigi yang akan difoto. 5. Holder diputar sehingga gigi yang akan difoto menyentuh bite block. 6. Letakkan cotton roll pada sisi yang berlawanan dengan bite block. Hal ini membantu untuk menjaga kesejajaran gigi dengan film dan mengurangi ketidaknyamanan akibat penggunaan holder. 7. Pasien diminta untuk menggigit perlahan, untuk menstabilkan posisi holder.



13



8. Pindahkan locator ring ke bawah tongkat indikator sampai berkontak dengan wajah pasien. Hal ini untuk mendapatkan jarak yang tepat antara titik fokus dengan film. 9. BID disejajarkan dengan locator ring, untuk mendapatkan sudut vertikal dan horizontal serta menempatkan kepala tabung di tengah-tengah film secara automatis. 10. Lakukan pemaparan foto Teknik bisektris Teori Teori dasar teknik sudut bisektris ditunjukkan pada Gambar 8.13 dan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Paket film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang akan difoto tanpa dibengkokkan. 2. Tentukan sudut antara sumbu panjang gigi dengan sumbu panjang film. 3. Ujung tabung sinar X diletakkan pada sudut sebelah kanan garis bisektris dengan pusat arah sinar diarahkan ke apeks gigi. 4. Dengan prinsip geometris segitiga sama sisi, ukuran panjang sebenarnya gigi di mulut akan sebanding dengan panjang gigi pada film. Cara untuk menentukan bidang bagi gigi anterior atas antara axis gigi dan film yang digunakan sebagai pegangan adalah tonjol dari gigi bersangkutan dihubungkan dengan pupil mata dari sisi lain sedangkan untuk menentukan bidang bagi gigi posterior atas yang digunakan sebagai pegangan adalah garis yang menghubungkan tonjol bukal gigi yang bersangkutan dengan jarak antar pupil kedua mata. Dalam pelaksanaan teknik bisecting angle terdapat beberapa prosedur yaitu: 1. bidang verikal atau sagital posisi kepala disandarkan sedemikian rupa sehingga bidang vertikal tegak lurus pada bidang horizontal. 2. bidang horisontal atau oklusal maxilla: sejajar bidang horizontal atau lantai mandibula: sejajar bidang horizontal atau lantai 14



3. perhatikan palatum dan vestibulum, apakah mudah muntah, hiposalivasi atau hipersalivasi pada pasien. 4. letakkan film di dalam mulut pada regio yang akan dibuat radiograf. Kemudian ajarkan bagaimana memegang film dan ingatkan supaya film tidak bergerak. 5. operator harus berdiri 3 meter di belakang tabung atau dibelakang dinding pemisah. 6. tempatkan tabung sinar X mengarah pada gigi yang akan dibuat radiograf dengan sudut yang sudah ditentukan. 7. setelah dilakukan pemotretan lanjutkan dengan processing film. 8. setelah jadi, masukkan radiograf ke tempatyang tidak mudah rusak.



Adapun arah konus yang digunakan: a. arah konus gigi rahang atas: 1. tegak lurus bidang bagi 2. gigi anterior -



incisivus 1 : pada ujung hidung



-



incisivus 2 : pada lubanh hidung



-



kaninus



: pada cuping hidung



3. gigi posterior diarahkan ke garis yang menghubungkan tragus ke ala nasi b. arah konus gigi rahang bawah 1. tegak lurus bidang bagi 2. gigi anterior: konus diarahkan pada protuberantia 3. gigi posterior: konus diarahkan ke garis yang berada ¼ inci atau 0,6 cm di atas tepi mandibula dan sejajarnya.



Sudut vertikal ujung tabung sinar X



15



Sudut horizontal ujung tabung sinar X Pada dataran horizontal, pusat sinar harus diarahkan ke daerah kontak interproximal, untuk menghindari efek overlapping. Oleh karena itu, sudut-sudut horizontal ditentukan berdasarkan bentuk rahang dan posisi gigi Perbandingan antara teknik paralel dan bisektris Keunggulan dan kelemahan dari masing-masing teknik dapat disimpulkan sebagai berikut : Keunggulan penggunaan teknik paralel. 



Gambar yang dihasilkan lebih akurat secara geometris dan terdapat lebih sedikit magnifikasi/pembesaran.







Bayangan dinding zigomatikum terdapat diatas apikal gigi M3.







Lapisan tulang periodontal terlihat dengan jelas.







Jaringan periapikal terlihat dengan akurat dengan pemendekan dan elongasi minimal.







Mahkota gigi terlihat jelas sehingga dapat membantu mendeteksi karies proximal.







Sudut vertikal dan horizontal ujung tabung sinar akan otomatis didapat jika positiong device telah ditempatkan dengan benar.







Sinar X diarahkan dengan tepat ke tengah film – semua bagian film terradiasi, tidak ada coning off ataupun cone cutting.







Pencetakan ulang foto dapat dilakukan pada kunjungan yang berbeda dan dengan operator yang berbeda.







Posisi relatif paket film, gigi, dan sinar diperoleh tanpa tergantung posisi kepala pasien. Hal ini sangat membantu pengananan pada pasien dengan keterbatasan. 16



Kelemahan penggunaan teknik paralel. 



Penempatan paket film dapat menjadi sangat tidak nyaman bagi pasien, terutama pada gigi posterior, umumnya menyebabkan gagging







Penempatan film holder didalam mulut sulit bagi operator yang belum berpengalaman,







Keadaan anatomi rongga mulut terkadang menyebabkan teknik ini tidak dapat digunakan, misalnya pada palatum yang dangkal atau datar.







Apeks gigi terkadang dapat terlihat terlalu dekat dengan batas film.







Penempatan film holder pada area molar ketiga sangat sulit.







Teknik ini tidak dapat memberi hasil yang memuaskan dengan jarak titik tumpu yang pendek terhadap kulit (misalnya pada short spacer cone) sebagai akibat dari magnifikasi/pembesaran.







Film holder harus dapat disterilisasikan dengan autoclave atau sekali pakai.



Keunggulan teknik bisektris 



Penempatan film dapat dikatakan nyaman untuk dilakukan pada seluruh area rongga mulut.







Penentuan posisinya relatif mudah dan sederhana.







Jika semua sudut ditentukan dengan tepat, gambar gigi yang didapat akan sama dengan ukuran gigi sebenarnya dan adekuat (tetapi tidak ideal) pada kebanyakan kepentingan diagnosis.



Kelemahan teknik bisektris 



Banyaknya variabel yang terlibat pada pengambilan foto seringkali menyebabkan hasilnya mengalami distorsi.







Penentuan sudut vertikal yang tidak tepat dapat menyebabkan pemendekan atau elongasi gambaran yang diinginkan.







Lapisan tulang periodontal sangat sedikit terlihat.







Bayangan dinding zigomatikum seringkali menimpa akar gigi molar rahang atas.







Sudut vertikal dan horizontal harus ditentukan untuk tiap pasien, yang berarti diperlukan keterampilan pada penggunaan teknik ini. 17







Coning off atau cone cutting dapat terjadi jika arah sinar tidak pertengahan film, biasanya pada penggunaan segiempat sejajar.







Sudut horizontal yang tidak tepat dapat menyebakan gambaran overlap mahkota dan akar gigi.







Bagian mahkota gigi seringkali mengalami distorsi, hal ini menyulitkan deteksi karies proximal.







Akar bagian bukal gigi premolar dan molar rahang atas mengalami pemendekan



2.2 Teknik Bitewing Radiografi dengan teknik bitewing berasal dari teknik asalnya yaitu pasien menggigit (bite) sebuah sayap (wing) kecil yang diletakkan pada film intraoral . Film holders yang modern, sedikit mengeliminir penggunaan wing (sekarang digantikan oleh tab), tetapi penggunaan dan indikasi klinisnya masih tetap sama. Film pribadi didisain untuk memperlihatkan mahkota premolar dan molar di salah satu sisi rahang. Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. 2.2.1 Indikasi    



Mendeteksi adanya karies Memonitor penjalaran karies Menilai restorasi Melihat keadaan periodontal



2.2.2 Persyaratan Teknik 



Tab atau bite-platform harus diletakkan pada pertengahan film dan terletak paralel







terhadap tepi insisal gigi rahang atas dan rahang bawah. Film harus diletakkan horizontal panjang gigi untuk vertical bitewing atau vertikal



 



panjang gigi untuk vertical bitewing (Gbr 9.2) Gigi posterior dan film harus berkontak Gigi posterior dan film harus sejajar - bentuk lengkung gigi mungkin saja membutuhkan dua posisi film yang terpisah untuk mendapatkan persyaratan yang baik







pada gigi



premolar dan molar (Gbr 9.3). Pada arah horizontal, tube X-ray diarahkan sehingga sinar menembus gigi dan film berada pada sudut yang benar, dan langsung melewati seluruh area kontras (Gbr 9.3). 18







Pada arah vertikal, tube X-ray diarahkan ke arah bawah (kira-kira 5º - 8º ke arah







horizontal) untuk mengkompensasi kecenderungan naiknya kurva monson (Gbr 9.4). Posisi harus sesuai



2.2.3 Teknik Posisi Ada 2 teknik, yaitu :  



Menggunakan tab yang dilekatkan pada film dan tube X-ray diletakkan sejajar mata. Menggunakan film pocket holder dengan arah sinar untuk memfasilitasi posisi dan kesejajaran tube X-ray.



Gambar 9.2. Gambaran posisi film yang ideal pada beberapa tipe bitewing yang berbeda.



Gambar 9.3



Gambaran posisi film dan tube X ray yang ideal untuk radiografi bitewing pada bentuk lengkung gigi yang berbeda. 19



Gambar 9.4



Posisi film yang ideal dengan sudut sinar X-ray rata-rata 5º - 8º ke arah vertikal untuk mengkompensasi kurva Monson.



2.2.4 Penggunaan Tab Yang Dilekatkan Pada Film Teknik radiografi dapat diringkaskan sebagai berikut : 1. Ukuran film yang sesuai dan tab yang dilekatkan seperti terlihat pada gambar 9.5 (ii) : a. Film ukuran besar (31 x 41 mm) untuk dewasa b. Film ukuran kecil (22 x 35 mm) untuk anak-anak di bawah 12 tahun. Apabila gigi molar kedua permanen telah tumbuh, dapat digunakan film ukuran besar. c. Film ukuran lebih panjang (53 x 26 mm) digunakan untuk orang dewasa. 2. Posisikan pasien dengan kepala tersangga dan bidang oklusal gigi sejajar horizontal. 3. Perkirakan bentuk dari lengkung gigi dan banyaknya film yang diperlukan. 4. Operator memegang tab di antara ibu jari dan jari telunjuk, lalu masukkan film packet ke sulcus lingualis pada gigi posterior 5. Tepi anterior film packet harus berada di distal gigi caninus rahang bawah pada bagian lingual - pada posisi ini, tepi posterior film packet meluas, biasanya hanya sampai sisi mesial gigi molar ketiga rahang bawah 6. Tab diletakkan pada permukaan oklusal rahang bawah 7. Pasien diinstruksikan untuk menggigit tab 8. Untuk memastikan film packet dan gigi sudah berkontak, operator dapat menarik tab yang terdapat di antara gigi rahang atas dan rahang bawah dengan kuat 9. Kemudian operator dapat melepaskan tab 10. Lalu arahkan berkas sinar X langsung pada daerah yang berkontak, dengan sudut yang tepat antara gigi dan film packet, kira-kira 5°-8° angulasi vertikal ke arah bawah 11. Lakukan exposure 20



12. Ulangi prosedur untuk gigi premolar dengan menggunakan film packet yang baru dan posisi kepala tabung sinar X yang sesuai. Keuntungan :   



Sederhana Relatif murah Tab dapat dibuang (disposible), sehingga tida diperlukan prosedur pengontrolan infeksi







silang secara extra Dapat digunakan pada anak-anak dengan mudah



Kerugian : 



Penilaian operator pada angulasi vertikal dan horizontal kepala tabung sinar-X seringkali







tidak tepat Gambaran radiografinya tidak dapat direproduksi dengan akurat, sehingga tidak cocok



 



untuk memriksa penjalaran karies Sering terjadi coning off atau cone cutting pada bagian anterior Film packet dapat tergeser dengan mudah oleh lidah



2.2.5 Kesimpulan Teknik radiografi bitewing, walaupun sederhana dan masih banyak digunakan, tetapi tergantung pada operator dan kurang akurat. Dianjurkan untuk memilih teknik yang tidak tergantung pada pemeriksaan subyektif dan yang lebih akurat dalam menggunakan film holder dan beam-aming devices. Akan tetapi, teknik radiografi bitewing dapat digunakan karena hasil foto dan struktur anatomis yang terlihat tidak berbeda jauh yaitu suatu variasi keakuratan. Dapat dilihat pada gambar 9.8 - 9.10.



21



Gambar 9.8



Contoh foto bitewing horizontal kanan dan kiri pada pasien dewasa, yang dapat digunakan untuk pemeriksaan karies dan restorasi dengan bagian-bagian gigi yang terlihat pada foto.



Gambar 9.9



Contoh foto bitewing horizontal kanan dan kiri pada pasien anak-anak dengan bagian-bagian gigi yang terlihat pada foto.



Gambar 9.10 Contoh foto bitewing vertikal kanan dan kiri pada pasien dewasa. Masing-masing sisi menggunakan dua film untuk dapat melihat premolar dan molar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan dua set foto bitewing. Pada prakteknya teknik bitewing dipengaruhi oleh faktor paparan, sehingga dosis radiasi bagi pasien harus dijaga agar tetap minimal, tetapi hasil foto tidak dapat untuk semua tujuan diagnosis. Lebih jauh dijelaskan pada bab 19 dan 21. 2.3 Teknik Foto Oklusal 22



Teknik foto oklusal menjelaskan teknik foto intraoral yang menggunakan sinar-X dengan paket film (5,7 x 7.6 cm) atau film intraoral yang diletakkan pada bidang oklusal. Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film.



Film yang digunakan adalah film oklusal.



Teknik pemotretannya yaitu pasien



diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut. Proyeksi oklusal rahang atas 1. Upper standard occlusal (standard occlusal) 2. Upper oblique occlusal (oblique occlusal) 3. Vertex occlusal (vertex occlusal)



Proyeksi oklusal rahang bawah 1. Lower 900 occlusal (true occlusal) 2. Lower 450 occlusal (standard occlusal) 3. Lower oblique occlusal (oblique occlusal)



2.3.1. Upper standard occlusal Proyeksi ini menunjukan gigi anterior maksila dan mandibula. Indikasi klinis 1. pemeriksaan periapikal pada gigi anterior atas, terutama pada anak-anak tetapi juga pada dewasa yang tidak dapat menggunakan film periapikal. 2. untuk melihat letak dari gigi kaninus yang tidak erupsi,gigi supernumerary dan gigi yang tidak mempunyai benih. 3. sebagai garis tengah ketika menggunakan parallax method untuk menetapkan posisi bukal atau palatal dari gigi kaninus yang tidak erupsi. 4. memeriksa ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau tumor pada gigi anterior rahang atas.



23



5. Pemeriksaan fraktur dari gigi anterior dan tulang alveolar. Ini terutama digunakan pada anak-anak dengan trauma karena penempatan filmnya mudah dilakukan. Teknik dan posisi 1. Pasien duduk dengan dengan posisi kepala bersandar dengan bidang oklusal horizontal sejajar lantai dan dibutuhkan suatu perlindungan terhadap tiroid. 2. Letakkan film di dalam mulut pada permukaan oklusal gigi. Bagian film yang berwarna putih berada di atas, kemudian meminta pasien untuk menggigit film secara perlahan. Film diletakan di tengah-tengah mulut pada panjang garis perpotongan untuk orang dewasa dan anterior-posterior untuk anak-anak. 3. Tabung sinar-X berada ditengah atas pasien, bertujuan agar sinar sampai ke batang hidung pada sudut 650-700 terhadap film.



Gambar 10.1 A. Gambar menunjukkan posisi dari paket film pada hubungan lengkung rahang. 24



B. Posisi pasien dari depan dengan menggunakan pelindung tiroid. C. Posisi pasien dari samping. D. Gambar menunjukkan posisi dari samping.



Gambar 10.2 Salah satu contoh foto radiografi upper standard occlusal. 2.3.2 Upper oblique occlusal Proyeksi ini menunjukan bagian posterior maksila dan gigi posterior atas pada satu sisi Indikasi klinis 



Pemeriksaan periapikal pada gigi posterior atas, terutama pada orang dewasa yang tidak dapat menggunakan film periapikal.







Memeriksa ukuran dan perluaan dari lesi, seperti kista, tumor atau osteodystrophies pada posterior maksila.







Pemeriksaan pada dasar antral.







Untuk menentukan posisi akar yang salah pada antrum selama ekstraksi gigi posterior atas.







Pemeriksaan pada fraktur gigi posterior dan yang berhubungan dengan tulang alveolar termasuk tuberositas.



Teknik dan Posisi 1. Pasien duduk, posisi kepala bersandar dengan bidang oklusal horizontal sejajar lantai. 2. Permukaan putih pada film mengarah ke atas, diletakkan ke dalam mulut pada permukaan oklusal gigi bawah, dengan panjang sumbu anteroposterior. Pasien diminta untuk mengigit secara perlahan 25



3. Tabung x-ray berada di samping wajah pasien, membentuk sudut 65 0-700 terhadap film, di tengah regio yang dibutuhkan



Gambar 10.3 A. Gambar menunjukkan posisi dari paket film pada hubungan lengkung rahang untuk upper oblique occlusal sebelah kiri. B. Posisi pasien dari depan pada teknik foto upper oblique occlusal sebelah kiri dengan menggunakan pelindung tiroid. C. Gambar menunjukan posisi dari depan.



Gambar 10.4 Salah satu contoh foto radiografi upper oblique occlusal kiri 2.3.3 Vertex occlusal Proyeksi foto ini menunjukkan hubungan gigi geligi di maksila dari arah atas. Untuk memperoleh gambar dari foto ini sinar-X harus melalui sejumlah jaringan, menghasilkan dosis



26



yang besar dari radiasi kepada pasien. Sebuah kaset intraoral berisi layar yang memperkuat dalam proyeksi ini dapat mengurangi jumlah dosis. Indikasi klinis 



Penilaian posisi bukal palatinal dari caninus yang tidak erupsi



Teknik dan Posisi 1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, dengan posisi bidang oklusal horizontal dan sejajar dengan lantai. 2. Kaset diletakkan di dalam plastik kecil untuk menghindari kontaminasi saliva dan infeksi silang. 3. Lalu kaset dimasukkan kedalam mulut pasien diatas bidang oklusal dari gigi rahang bawah dengan posisi anteroposterior lalu pasien diinstruksikan untuk menggigit film. 4. Tabung sinar-X diposisikan di bawah pasien pada garis median, dimana merupakan puncak paling bawah dari tengkorak. Sinar utama mengarah kira-kira ke arah saluran akar dari gigi insisivus rahang atas. (Lihat gambar 10.5)



Kerugian Foto Puncak Oklusal jarang digunakan karena memepunyai beberapa kelemahan dan kerugian: 1. Detail dan kontras pada film kurang baik karena ada intensifying screen, massa dari jaringan menyerap sinar-X dan akan menanggung akibat sebagai konsekuensinya. 2. Arah utama sinar-X dapat mengarah langsung ke organ reproduksi 3. Waktu relatif lebih lama dibutuhkan (sekitar satu detik) terlepas dari penggunaan intensifying screen. 4. Terdapat radiasi langsung ke arah kelenjar pituitary dan lensa mata. 5. Jika sinar-X diarahkan lebih ke anterior akan terjadi superimpose dari bayangan tulang frontal dan akan mengaburkan gambaran maksila bagian anterior



27



Gambar 10.5 A. Gambar menunjukkan posisi dari film pada hubungan lengkung rahang. B. Posisi pasien dari depan pada teknik foto vertex occlusal dengan menggunakan pelindung tiroid. C. Posisi pasien dari samping. D. Gambar menunjukkan posisi dari samping.



Gambar 10.6 28



Salah satu contoh foto vertex occlusal. 2.3.4 Lower 900 occlusal Proyeksi ini menunjukkan gambaran dari hubungan gigi geligi pada mandibula dan dasar mulut. Variasi minor juga digunakan untuk menunjukkan lesi unilateral. Indikasi klinis 



Deteksi penampakan dan posisi dari calculi radioopak di kelenjar ludah submandibula.







Penilaian posisi bukal-lingual dari gigi di mandibula yang tidak erupsi







Evaluasi pelebaran bukal-lingual dari badan mandibula dikarenakan kista, tumor atau osteodistrofi.







Penilaian dari pergeseran akibat fraktur dari badan mandibula bagian anterior dalam arah horizontal.



Teknik dan Posisi 1. Film paket dengan permukaan yang putih menghadap ke bawah dan dimasukkan kedalam mulut pasien diatas bidang oklusal dari gigi rahang bawah dengan posisi anteroposterior lalu pasien diinstruksikan untuk menggigit film. 2. Pasien kemudian disandarkan dan direbahkan kepalanya hingga terasa nyaman. 3. Tabung sinar X dengan kolimator bundar yang sesuai ditempatkan di bawah dagu pasien, di garis tengah, dipusatkan pada sebuah garis khayal yang menghubungkan M1, dengan sudut 90o tehadap film (Lihat gambar 10.7).



Variasi teknik Untuk menunjukkan bagian khusus dari mandibula, film paket ditempatkan di dalam mulut pasien dengan posisi anteroposterior di atas daerah yang dimaksud. Tabung sinar X tetap diarahkan pada sudut 90o tehadap film, dipusatkan di bawah badan mandibula pada daerah itu.



29



Catatan : Foto oklusal dibawah 90° dibuat jika pemeriksa dapat melihat ke dalam mulut pasien. Oleh karena itu, radiograf dibuat dengan titik koma yang ditimbulkan jauh dari pemeriksa.



Gambar 10.7 A. Gambar menunjukkan posisi dari film (bagian yang putih menghadap ke bawah) pada hubungan dengan lengkung rahang. B. Posisi pasien dari samping pada teknik foto lower 900 occlusal. C. Gambar menunjukkan posisi dari samping.



Gambar 10.8 Salah satu contoh film lower 900 occlusal.



30



2.3.5 Lower 450 occlusal Proyeksi ini menunjukkan gambaran dari hubungan gigi depan bagian bawah dan regio anterior dari mandibula. Hasil radiografi menyerupai sebuah sudut bisektris yang luas pada teknik periapikal dari regio ini. Indikasi klinis 



Penilaian periapikal dari gigi insisif bawah, terutama digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang tidak dapat menggunakan film periapikal.







Evaluasi dari ukuran dan besarnya lesi seperti sebuah kista atau tumor yang mengenai regio anterior mandibula.







Penilaian dari fraktur pergeseran tempat dari regio anterior mandibula dalam arah vertikal.



Teknik dan posisi : 1. Pasien duduk dengan kepala disandarkan, dengan posisi bidang oklusal horizontal dan sejajar dengan lantai. 2. Film paket dengan permukaan yang putih menghadap ke bawah dan dimasukkan kedalam mulut pasien diatas bidang oklusal dari gigi rahang bawah dengan posisi anteroposterior lalu pasien diinstruksikan untuk menggigit film. 3. Tabung sinar-X diposisikan pada garis median, ditengah-tengah melewati puncak dagu dengan sudut 45o terhadap film (Lihat gambar 10.9).



31



Gambar 10.9 A. Gambar menunjukan posisi dari film paket (bagian yang putih menghadap ke bawah) pada hubungan lengkung rahang. B. Posisi pasien dari samping pada foto lower 450 occlusal. C. Gambar menunjukkan posisi dari samping.



Gambar 10.10 Salah satu contoh film lower 450 occlusal. 2.3.6 Lower oblique occlusal Proyeksi ini dibuat untuk memberikan gambaran dari kelenjar saliva submandibular, bagian yang penting untuk diproyeksikan ke dalam film Hal ini karena pancaran sinar X adalah oblique, semua gambaran anatomi dari jaringan terlihat distorsi.



Indikasi klinis 



Deteksi dari kalkulus radioopoak pada kelenjar saliva submandibula.







Perhitungan dari posisi bukolingual dari gigi M3 yang belum erupsi.







Evaluasi dari besar dan luasnya kista,tumor atau osteodistropis pada bagian posterior dari badan dan sudut mandibula.



32



Teknik dan posisi 1. Film paket dengan permukaan yang putih menghadap ke bawah dan dimasukkan kedalam mulut pasien diatas bidang oklusal dari gigi rahang bawah, diatas bagian pemeriksaan dengan posisi anteroposterior lalu pasien diinstruksikan untuk menggigit film. 2. Kepala pasien disandarkan, kemudian diputar menjauhi daerah pemeriksaan dan dagu dinaikkan. Posisi perputaran ini memberikan posisi berikutnya dari tabung sinar X. 3. Tabung sinar X dengan kolimator bundar diarahkan ke atas dan dilanjutkan melewati film, dari bawah dan belakang sudut mandibula dan sejajar bagian lingual dari mandibula (Lihat gambar 10.11).



Gambar 10.11 A. Gambar menunjukkan posisi dari film paket (bagian putih menghadap ke bawah) pada hubungan lengkung rahang. B. Posisi pasien dari depan pada teknik foto lower oblique occlusal sebelah kiri. C. Gambar menunjukkan posisi dari samping dan mengindikasikan dagu pasien naik dan kepala berputar menjauh dari sinar.



33



Gambar 10.12 Salah satu contoh foto lower oblique occlusal.



2.4 Buccal Object Rule Suatu radiografi periapikal standar hanya dapat menentukan obyek dalam dua dimensi, yaitu hubungan anterior-posterior dab superior-inferior. Hubungan medio-lateral tidak adapat ditentukan. Dengan buccal object rule, hubungan ini dapat ditentukan. Cara ini ditemukan oleh Clark (1910). Buccal object rule juga disebut sebagai teknik pergeseran tabung (tube shift technique). Dasar teknik ini adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau benda asing yang bergerak searah dengan gerakan konus menunjukkan bahwa objek berada di bagian lingual, apabila objek bergerak berlawanan dengan gerakan konus maka objek berada di labial atau bukal.



34



35



36



37



BAB III TEKNIK RADIOGRAFI EKSTRA ORAL



Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, Film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex. (Haring. 2000) 1. Radiografi sefalometri Radiografi sefalometri adalah suatu bentuk pengukuran dan peniruan dari radiografi tengkorak yang digunakan secara luas di bidang ortodonsia untuk menilai hubungan antara gigi dengan rahang saat tulang wajah posisi istirahat. Pengukuran ini penting untuk perkembangan tulang kepala. Pengukuran dan perbandingan dari titik tertentu, jarak dan garis diantara tulang wajah, dimana hal ini sekarang merupakan bagian yang penting dalam pengukuran ortodonsia.



38



Keuntungan terbesar mungkin didapat dari radiografi ini jika dilakukan penjiplakan atau pengukuran dan hal ini penting jika digunakan untuk mengawasi kemajuan perawatan. Indikasi Utama Indikasi dapat dibagi menjadi dua yaitu indikasi ortodonti dan bedah ortognati. 1. Ortodonti 



Diagnosis awal : menegaskan yang mendasari keabnormalan skeletal dan jaringan



 



lunak Rencana perawatan Mengawasi kemajuan perawatan, contohnya untuk menilai syarat-syarat penjangkar







dan inklinasi insisivus. Memperkirakan hasil perawatan, contohnya untuk memastikan target telah tercapai satu atau dua bulan sebelum rencana aktif selesai dan memperbolehkan rencana perawatan retensi.



2. Bedah Ortognati  Evaluasi praoperasi dari pola-pola skeletal dan jaringan lunak  Untuk membantu rencana perawatan  Memperkirakan hasil setelah operasi pembedahan dan follow up studi jangka panjang Peralatan Beberapa tipe alat yang berbeda tersedia untuk radiografi sefalometri, salah satunya sebagai unit-unit yang terpisah atau sebagai alat-alat tambahan unit dental panoramic. Pada alat ini pasien dapat dalam keadaan duduk atau berdiri. Walaupun berbeda-beda akan tetapi persyaratan-persyaratan penting untuk alat tipe ini adalah sama dan termasuk :  Cephalostat (craniostat) : 1. Alat untuk menempatkan dan menstabilkan kepala dengan telinga untuk memastikan kestabilan posisi pasien (beberapa unit juga mempunyai batang penunjuk infraorbital ). 2. Fixed anti-scatter grid untuk menghentikan penyebaran photons sampai pasien



 



meraih film dan menghasilkan gambar akhir 3. Pemegang kaset Kaset (biasanya berukuran 18 x 24 cm) berisi layar penguat dan indirect-action film Aluminium wedge filter. Ini adalah bagian lain cephalostat dan letaknya antara pasien dengan bagian depan kaset, atau ini dilekatkan pada tubehead, menutupi bagian depan dari emerging beam. Fungsinya adalah untuk melemahkan sinar X secara selektif pada 39



bagian jaringan lunak wajah karena jaringan ini tidak cukup tebal untuk memghasilkan sebuah bayangan radiografi sendiri. Penambahan yang melemahkan ini memungkinkan 



profil jaringan lunak terlihat pada radiografi akhir. X-ray generating apparatus seharusnya dapat: 1. Pada posisi tetap menghubungkan cephalostat (approx. 2 m) dengan film sehingga radiografi-radiografi reproducible dan sama. 2. Kemampuan produksi sebuah tabung sinar X adalah :  Penetrasi yang cukup untuk menyentuh film  Parallel secara alami untuk memperkecil pembesaran antara sisi R dan L pada mandibula dan memastikan bahwa titik S, N dan A setajam mungkin.  Kolimasi pada perkiraan segita tajam untuk membatasi daerah pasien yang teriritasi pada basis cranium dan tulang wajah yang dikehendaki, sehingga melindungi tulang tenggorak dan cervical spine.



PROYEKSI RADIOGRAFI UTAMA 1. True Cephalometri pada tengkorak Dasar yang dgunakan untuk menggambarkan proyeksi lateral adalah :  Film diletakkan paralel ke bidan sagital dan kepala pasien  Sinar X ray tegak lurus antara film dan bidang sagital Teknik dan Posisi  Pasien diposisikan dengan cepalostat, dengan bidang sagital kepala vertikal sejajar dengan horizontal bidang Frankfort gigi secara keseluruhan pada keadaan intercusp maksimum. 40







Kepala tidak boleh bergerak dengan mengunkan ear rods plastic dimasukkan ke



 



meatus auditory eksternal. Selapis aluminium diposisikan untuk menutupi bagian depan film. Peralatan didesain untuk memastikan bahwa pasien dalam posisi yang benar, sinar x ray horizontal dan dipusatkan pada ear rod.



Ket : Pasien diposisikan dengan cepalostat, dengan bidang sagital kepala vertikal dan sejajar dengan film dan horizontal bidang Frankfort , dimana gigi secara keseluruhan pada keadaan intercusp maksimum. Gambaran Cephalometri Menghasilkan gambaran diagramatik dari beberapa titik anatomi atau petunjuk pada radiograf pada lateral skull. Titik ini tergambar pada sehelai kertas asetat tercatat secara digital . Sebagai sistem dasar true skull  Outline dan inklinasi gigitan  Hubungan posisi basis gigi mandibula dan maksila ke basis krtanii  Hubungan basis dental satu ke yang lain contohnya pola skeletal  Hubungan posisi antara tulang tengkorak dan jaringan lunak wajah Titik Utama Cephalometri  Sella (S) : pertengahan sella tursica (ditemukan melalui inspeksi)  Orbitale (Or) : titik terendah dari margin infra orbital  Nasion (N) : titik paling anterior pada sutura frontonasal  Anterior Nasdal Spine (ANS) : ujung dari anterior nasal spinal  Subspinal or point A : midline terdalam antara ANS dan Prostion  Prosthion (Pr) : titik paling anterior dari alveolar crest di premaksila  Infradental (Id)



biasanya anterior Insisif RA : titik paling anterior dari alveoar crest di premaksila



 Supramental/Posisi B



biasanya anterior Insisif RB : Titik terdalam di garis luar tulang antara infradental



 Pogonion (Pog)



dan Pogonion : titik paling depan dari tulang dagu 41



 Gnathion (Gn)



: titik luar dan bawah dari outline tulang dagu



 Menton (Me)  Gonion (Go)



: :



 Posterior nasal spine



horizontal antara ramus mandibula : ujung dari spina posterior dari tulang palatum di



 Articulare (Ar)



palatum keras : titik yang membagi garis belakang dari garis posterior



 Porion (Po)



dari mandibula dan tulang temporal : titik paling atas dari tulang eksternal, misalnya



diletakkan jauh antara Po dan Me titik rendah dari tulang luar simph mandibula titik luar lateral dan sambungan ascending dan



melalui kebetulan dengan titik paling atas dari ear rods cephalostat



Bidang dan Sudut Utama Cephalometri 1. Bidang Frankfort, yaitu bidang miring yang melewati tengkorak yang terlihat sebagai garis yang menghubungkan porion dan orbitale. 2. Bidang Mandibular, yaitu bidang miring yang melewati tengkorak yang memperlihatkan garis terrendah dari ramus horizontal mandibula. Adapun beberapa definisinya, yaitu: a. Tangent pada garis terendah mandibula b. Garis yang menghubungkan gnathion dang onion c. Garis yang menghubungkan menton dan gonion 3. Bidang Maksila, yaitu bidang miring yang melewati terkorak yang terlihat sebagai garis yang menghubungkan spina nasalis anterior dan posterior 42



4. Bidang SN, yaitu bidang miring yang melewati tengkorak yang terlihat sebagai garis yang menghubungkan sella dan nasion 5. SNA, yaitu berhubungan dengan posisi anteroposterior maksilla, yang terlihat sebagai titik A ke dasar cranium 6. SNB, yaitu berhubungan dengan posisi anteroposterior dari mandibula, yang terlihat sebagai titik B ke dasar cranium 7. ANB, yaitu berhubungan dengan posisi anteroposterior dari maksilla ke mandibula, yang mengindikasikan pola skeletal secara anteroposterior (Kelas I, II, atau III) 8. Kemiringan Insisal Maksilla, yaitu sudut antara sumbu panjang insisif maksilla dan bidang maksilla 9. Kemiringan Insisal Mandibula, yaitu sudut antara sumbu panjang insisif mandibula dan bidang mandibula 2. Postero-anterior Cephalometri pada Rahang Teknik dan Posisi Hal ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai: 1. Alat penstabilisasi kepala pada cephalostat dirotasikan hingga 900 2. Pasien diposisikan pada alat dengan kepala dimasukkan ke dalam dan dengan garis dasar radiografi yang horizontal dan tegak lurus pada film, sebagai contoh: pada posisi dahihidung 3. Kepala diimobilisasikan pada alat dengan memasukkan batang plastik telinga pada meatus auditorius externus. 4. Tembakan x-ray tertentu yang mengarah horizontal dengan pusat sinar dipusatkan pada cervical tulang belakang yang sejajar dengan ramus mandibula.



43



1. Teknik Roentgen Panoramik Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan dalam satu Rontgen foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dan lain-lain. Dental panoramik tomografi telah menjadi teknik radiografi yang populer di bidang Kedokteran Gigi, dikarenakan oleh : 



Seluruh gigi dan struktur pendukungnya terlihat dalam satu film.







Tekniknya dianggap sederhana.







Dosis radiasinya relatif rendah, terutama pada unit DC yang modern dengan intensifying screen yang “rare-earth”—dosisnya sebanding dengan 3 atau 4 kali radiografi periapikal.



Kekurangan utama pada teknik ini adalah bahwa hasil filmnya berupa radiografi sectional, dan seperti kebanyakan bentuk tomografi hanya struktur didalam section yang akan terlihat jelas dan fokus pada hasil filmnya. Dalam panoramik tomografi, bagian section atau focal trough diatur sedemikian rupa agar kurang lebih mirip bentuk tapal kuda, yang sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Sayangnya, kualitas gambar yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan radiografi intraoral (periapikal dan bitewing) dan interpretasinya lebih sulit, seperti yang akan dijelaskan.



44



Gambar 15.1 Contoh dari Dental Panoramik Tomografi (DPT). A Foto seorang anak dalam periode campuran. B. Gigi geligi pada orang dewasa. C. Pada orang dewasa yang tidak bergigi



Kriteria Pemilihan (Selection Criteria) 



Sebagai bagian dari penilaian orthodontik dimana terdapat kebutuhan untuk mengetahui keadaan gigi-geligi dan ada/tidaknya gigi.







Untuk menilai lesi tulang atau suatu gigi yang belum erupsi yang terlalu besar untuk dilihat pada film intraoral.







Sebelum tindakan bedah yang menggunakan anestesi umum.







Sebagai bagian dari penilaian pendukung tulang periodontal dimana terdapat pocket yang lebih dari 5 mm.







Penilaian pada molar ketiga, pada saat menentukan apakah gigi tersebut harus dicabut atau tidak.



Lebih lanjut, di Rumah Sakit Gigi dan Mulut, DPT juga digunakan untuk menilai: 45







Fraktur semua bagian pada mandibula, kecuali region anterior.







Penyakit antral—terutama dasar, posterior dan dinding medial dari antral.







Penyakit destruktif permukaan artikular dari TMJ.







Puncak tulang alveolar vertikal sebagai bagian dari rencana implant.



“panoramik radiografi hanya boleh dilakukan jika terdapat tanda dan gejala klinis”, dan sesuai dengan pernyataan tersebut “tidak terdapat pembenaran untuk mempertimbangkan pemeriksaan panoramik pada interval waktu yang sembarangan”.



Dental Panoramik Tomografi Lengkung gigi, meskipun berbentuk kurva, bukan merupakan bentuk lengkung suatu lingkaran. Untuk menghasilkan eliptikal yang dibutuhkan, focal trough berbentuk tapal kuda, peralatan tomografi panoramik menerapkan prinsip tomografi rotasional sinar sempit, tetapi dengan dua atau lebih pusat rotasi. Ada berbagai unit dental panoramik yang tersedia, semuanya berfungsi dengan prinsip yang sama tetapi berbeda dalam hal bagaimana pergerakan rotasional diubah untuk meniru eliptikal dari lengkung gigi. Ada 4 metode : 



Dua pusat rotasi tetap dengan dua lengkung sirkular yang terpisah.







Tiga pusat rotasi tetap dengan tiga lengkung sirkular yang terpisah.







Pusat rotasi yang terus bergerak dengan lengkung sirkular multipel untuk membentuk bentuk eliptikal.







Kombinasi tiga pusat rotasi tetap dengan pusat rotasi yang bergerak.



Bagaimanapun focal trough dihasilkan, harus selalu diingat bahwa bentunya tiga dimensi. Oleh karena itu, focal trough kadang disebut sebagai focal corridor. Semua struktur didalam corridor, termasuk gigi mandibula dan maksila, akan terlihat fokus pada akhir radiografi. Puncak vertikal pada corridor ditentukan oleh bentuk dan tinggi sinar x-ray dan ukuran film.



46



Gambar 15.5 Diagram menunjukan utama



yang



metode telah



digunakan



untuk



menghasilkan



focal



trough yang mendekati



bentuk eliptikal dari lengkung gigi dengan pusat rotasi yang berbeda-beda. A 2 stationary, B. 3 stationary, C. Pergerakan kontinu, D. Kombinasi 3 stationary dan pusat yang bergerak. Gambar 15.6 Diagram menunjukan bagaimana tinggi focal corridor tiga dimensi ditentukan. Tinggi sinar x-ray (x) dikolimasi untuk menutup tinggi film (f). Pemisahan focal trough dan film (d), digabung dengan angulasi sinar x-ray 80 keatas menghasilkan gambaran akhir yang sedikit membesar.



Peralatan Ada beberapa unit dental panoramik tomografi yang tersedia. Meskipun berbeda dalam desainnya, semuanya terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: 



Sebuah tubehead x-ray, yang menghasilkan sinar x-ray sempit bentuk fan, menyudut keatas sekitar 80 terhadap horizontal







Sebuah kaset dan cassette carriage.







Patient-positioning apparatus termasuk lampu penanda sinar (light beam markers).



Hampir semua mesin panoramik modern mempunyai suatu operasi mode-continuous dan menghasilkan gambaran yang disebut continuous image yang menunjukan gambaran tidak terputus dari rahang. Meskipun demikian, satu mesin telah dikembangkan yang menghasilkan gambaran yang disebut split-mode image karena gambar radiografik dipotong oleh zona tidak 47



terekspos yang lebar, vertikal dan putih dengan duplikasi pada midline, Alat split-mode sekarang hanya tinggal sejarah, tetapi gambar split-mode mungkin masih bisa ditemukan pada pasien.



Gambar 15.7 Diagram menunjukan suatu panoramik tomograpfi yang terbentuk secara bertahap sekitar 18 detik, menggambarkan bagaimana berbagai bagian pasien tergambar pada berbagai tahap selama pemaparan. Gambar 15.8 Contoh mesin dental panoramik tomografi. Komponen dasar yang biasanya ada pada kedua mesin tersebut: tubehead x-ray, cassette carrier dan patient positioning apparatus. Gambar 15.9 A. Dental panoramik tomografi mode continuous. B. Dental panoramik tomografi mode split, menunjukan setiap sisi rahang terpisah pada kedua sisi film dan dengan dupikasi struktur dekat midline. Teknik dan Posisi 



Pasien diharuskan untuk melepaskan semua anting, perhiasan, pin rambut, kacamata, gigi palsu atau alat orthodontik.







Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien.







Sebuah apron timah pelindung tidak perlu dipakai. NRPB/RCR Guidelines on Radiology Standards in Primary Dental Care (1994) menyarankan untuk tidak menggunakan apron timah katena dapat menginterferensi gambaran akhir 48







Pasien harus ditempatkan secara akurat pada mesin dengan menggunakan berbagai alat head-positioning dan pemandu penanda sinar. (Pada sebagian unit, wajah pasien menjauh dari peralatan dan menghadap operator dan pada unit yang lain menghadap kearah sebaliknya).







Pasien harus diinstruksikan untuk menempatkan lidahnya oada atap mulut sehingga menempel pada palatum keras dan tidak boleh bergeser selama pemaparan (±18 detik).







Setting pemaparan yang sesuai harus dipilih, biasanya berkisar antara 70-100 kV dan 412 mA.



Catatan: Panoramik tomography pada umumnya dianggap tidak sesuai untuk anak dibawah usia 5 tahun, karena lamanya waktu pemaparan dan pentingnya pasien untuk tetap diam.



Gambar 15.10 Diagram dari atas, menunjukan pergerakan realtif dari tubehead x-ray, pembawa kaset dan film selama pemaparan dari unit panoramik mode-continuous. A. Awalnya sisi kiri rahang digambar (posisi 1). Saat tubehead x-ray bergerak kebelakang kepala pasien untuk menggambar gigi depan, pembawa kaset bergerak kedepan wajah pasien dan pusat rotasi 49



bergerak kedepan sepanjang lengkung hitam (panah) menuju midline. B. Tubehead x-ray dan pembawa kaset terus bergerak disekitar kepala pasien untuk menggambar sisi yang berlawanan dan pusat rotasi bergerak kebelakang sepanjang lengkung hitam (panah) menjauh dari midline. Sepanjang pemaparan, film juga terus bergerak seperti pada gambar, sehingga berbagai bagian film dipapar setiap waktu. Pentingnya Posisi Pasien yang Akurat Menempatkan posisi kepala pasien pada tipe peralatan ini merupakan hal yang penting— harus ditempatkan secara akurat sehingga gigi terletak didalam fokal trough. Efek penempatan kepala terlalu jauh kedepan, terlalu jauh kebelakng atau asimetris dalam relasinya terhadap fokal trough. Bagian rahang diluar fokal trough akan menjadi tidak fokus. Sinar x-ray berbentuk baling-baling menyebabkan malposisi yang digambarkan sebagai distorsi dalam bidang horizontal, yaitu gigi terlihat terlalu lebar atau terlalu sempit dibanding memendek atau elongasi. Meskipun begitu akuratnya posisi kepala pasien, inklinasi gigi insisif, atau pola dasar tengkorak yang ada, dapat membuat tidak mungkin untuk menempatkan posisi gigi-gigi mandibula dan maksila didalam fokal koridor secara ideal.



Gambar 15.11 A. Pasien ditempatkan pada Siemens Orthophos. B. Pasien ditempatkan pada Planmeca PM2002. Perhatikan bite-peg, dagu dan dahi atau pendukung temporal untuk memudahkan penempatan. Garis penanda slight-beam juga disediakan seperti pada Gambar B.



50



Gambar 15.12 Diagram menunjukan posisi mandibula dalam relasi terhadap fokal trough ketika pasien tidak diposisikan secara benar. A Pasien terlalu dekat dengan film dan didepan fokal trough. B Pasien terlalu jauh dari film dan dibelakang fokal trough. C dan D Pasien ditempatkan asimetris terhadap mesin.



Gambar 15.13 Diagram menunjukan dinding vertikal dari fokal trough pada regio insisif dan posisi relatif gigi dengan berbagai abnormalitas dental atau skeletal yang menyertai. A. Kelas I. B. Gross Kelas II Divisi I Maloklusi dengan overjet yang besar. C. Angel Kelas II Skeletal. D. Angel Kelas III Skeletal. Area yang diwarnai diluar fokal trough akan kabur dan tidak fokus.



Teknik Bidang Terbatas Suatu perkembangan terkini dalam area panoramik tomography adalah kemampuan untuk mengatur peralatan menyinari hanya pada beberapa bagian saja pada rahang ketika informasi spesifik diperlukan, daripada menyinari semua gigi-geligi. Hal ini mengakibatkan penurunan dosis radiasi yang signifikan. Berbagai teknik yang dikenal dengan field-limitation techniques sangat mungkin.



51



Gambar 15.14 Diagram yang menunjukan berbagai gambaran panoramik segmental yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik bidang terbatas yang baru dikembangkan. Seperti terlihat, hanya bagian yang dipilih yang dipapar dan gambaran film panoramik. Anatomi Normal Bayangan anatomis normal yang jelas terlihat pada radiografik panoramik bervariasi dari mesin yang satu dengan yang lainnya, tetapi secara umum dapat dibagai menjadi: 



Bayangan struktur nyata atau yang sebenarnya, atau mendekati, fokal trough.







Bayangan artedaktual atau tidak nyata dihasilkan oleh pergerakan tomografik dan oleh struktur pada sisi yang berlawanan atau jauh dari fokal trough. Angulasi sinar x-ray sebesar 8 derajat keatas berarti bahwa bayangan ghost ini muncul pada level tinggi dibandingan struktur yang mengebabkannya.



Dua tipe bayangan ini secara jelas digambarkan pada Gambar 15.15 dan 15.16



52



Gambar 15.15 A. Posisi tulang tengkorak hemisectioned pada mesin dental panoramik. B. Resultan radiografik menunjukan bayangan nyata di kiri dan bayangan radioopak ghost dikanan. Gambar 15.16 A. Posisi kepala cadaver hemisected pada mesin dental panoramik. B. Resultan radiiografik menunjukan bayangan nyata jaringan keras dan lunak dikanan dan bayangan ghost di kiri.



Bayangan Nyata atau Sebenarnya (Real Shadow) Bayangan Jaringan Keras yang Penting Ini termasuk: 



Gigi.







Mandibula.







Maksila, termasuk dasar, medial dan dinding posterior dari antrum.







Palatum keras.







Arkus Zygomatikus.







Procesus Styloideus.







Tulang Hyoid.







Septum Nasalis dan Conchae.







Orbital rim.







Dasar Tengkorak.



Bayangan nyata tambahan sering dihasilkan oleh penopang kepala vertikal dari plastik. 53



Bayangan Udara (Air Shadow) 



Mulut







Oropharynx



Bayangan Jaringan Lunak yang Penting (Lihat Gambar 15.18) 



Lubang telinga







Kartilago nasalis







Palatum lunak







Dorsum lidah







Bibir dan pipi







Lipatan nasolabial



Bayangan Ghost atau Artefaktual (lihat Gambar 15.19) Bayangan ghost yang lebih penting, diantaranya: 



Vertebrae servikalis







Body, angulus dan ramus sisi kontralateral dari mandibula.







Palatum.



Gambar 15.17 Suatu dental panoramik tomograph menunjukan bagian penting dari bayangan nyata jaringan keras, termasuk penopang kepala palstik, tergambar dari satu sisi radiografik, NS — nasal septum, MIT — middle and inferior turbinates, O — orbital margin, HP — palatum keras, A — dasar antrum, Z — zygomatic arch, EAM — external auditory meatus, MP — mastoid process, SP — styloid process, H — hyoid, P — penopang kepala plastik.



54



Gambar 15.18 Sebuah dental panoramik tomograph menunjukan bagian utama jaringan lunak dan bayangan udara tergambar pada satu sisi radiografik, NC — nasal cartilages, EL — lubang telinga, SP — palatum lunak, DT — dorsum lidah, Or — oropharnyx, NF — lipatan nasolabial, M — mulut.



Gambar 15.19 Sebuah Dental Panoramik Tomograph menunjukan bagian anatomis utama ghost atau bayangan artefaktual pada satu sisi gambar radiografik, P1—palatum, Md—mandibula, CV —vertebrae servikalis



55



Keuntungan dan Kerugian Keuntungan 



Area yang luas tergambar dan semua jaringan yang ada didalam fokal trough ditunjukan dalam film, termasuk gigi anterior, meskipun pasien tidak bisa untuk membuka mulutnya.







Pengambilan gambar mudah dimengerti bagi pasien, dan oleh karena itu merupakan pertolongan yang membantu.







Pergerakan pasien dalam bidang vertikal hanya mendistorsi bagian dari gambaran yang dihasilkan pada saat itu saja.







Posisi relatif mudah dan tidak harus ahli.







Keseluruhan gambaran rahang memungkinkan penilaian yang menyeluruh terhadap adanya penyakit tak terduga yang menyertai.







Gambaran kedua sisi mandibula pada satu film berguna ketika menilai fraktur dan nyaman bagi pasien yang terluka.







Keseluruhan gambaran berguna untuk evaluasi status periodontal dan penilaian orthodontik.







Dasar antrum, medial dan dinding posterior terlihat dengan baik.







Kedua kepala kondilus terlihat pada satu film, mempermudah dalam membandingkannya (lihat Bab 29). 56







Dosisi radiasi (dosis efektif) sekitar 1/3 dari dosis full-mouth intraoral (lihat Bab 3).







Perkembangan teknik bidang terbatas dengan penurunan resultan dosis.



Kerugian 



Gambaran tomografik mewakili hanya satu bagian dari pasien. Struktur atau abnormalitas yang tidak ada di fokal trough mungkin tidak terlihat jelas (Gambar 15.20).







Jaringan lunak dan bayangan udara dapat menghalangi struktur jaringan keras yang diperlukan (lihat Gambar 15.21).







Ghost atau bayangan artefaktual dapat menghalangi struktur pada fokal trough (Gambar 15.22).







Pergerakan tomografik bersama-sama dengan jarak antara fokal trough dnegan film menghasilkan distorsi dan magnifikasi hasil gambar (± 1.3x).







Penggunaan film indirect-action dan intensifying screens menghasilkan kehilangan sebagian kuliatas gambar.







Teknik ini tidak cocok pada anak dibawah usia 5 tahun atau pada pasien cacat karena lamanya waktu pemaparan.







Sebagian pasien tidak sesuai dengan bentuk fokal trough dan sebagian struktur menjadi tidak fokus



Gambar 15.20 A. Oklusal standar RA menunjukan gigi 1.3 dan 2.3 yang belum erupsi dan sebuah kista dentigerous yang besar (panah) berhubungan dengan gigi 1.3. B. Dental panoramik tomograph menunjukan dua gigi kaninus yang belum erupsi tidak fokus (panah) dan hanya sebuah praduga adanya kista dentigerous, karena terletak diluar fokal trough.



57



Gambar 15.21 A. Bitewing kanan menunjukan tidak adanya bukti karies dimesial pada gigi 4.5 (panah). B. Dental pannoramik tomograph menunjukan sebuah lesi yang jelas pada gigi tersebut (panah). Gambaran ini dihasilkan oleh bayangan udara berlebihan pada sudut mulut.



Gambar 15.22 A. Periapikal region 4.1, 4.2, 3.1, 3.2 menunjukan suatu area yang radiolusen pada apeks gigi 4.1 (panah). B. Dental panoramik tomograph menunjukan tidak adanya bukti suatu lesi (panah) atau bayangan superimpose vertebrae servikalis.



58



Error Contoh berbagai eror diperlihatkan dalam Gambar 15.23-15.25 dan posisi yang sering eror dirangkum pada Tabel 15.1



59



Gambar 15.23 Contoh dari artefak yang disebabkan oleh perhiasan atau objek lain. A. Kegagalan untuk melepaskan anting berbentuk lingkaran (ring)—perhatikan tiap anting menyebabkan dua bayangan, yang satu jelas (fokus, panah tertutup) dan satu lagi tidak jelas (kabur, panah terbuka). Bayangan yang kabur pada anting yang kiri ditandai dengan panah putih terbuka, sedang yang kanan dengan panah hitam terbuka. B. Kegagalan untuk melepaskan kancing anting, bayangan jelas (panah tertutup) dengan bayangan kabur (panah terbuka). C. Kegagalan untuk melepaskan kalung—bayangan tidak jelas kabur (panah). D. Kegagaln untuk melepaskan gigi palsu sebagaian dari metalik pada RA atau RB. E. Kegagalan untuk melepaskan alat orthodontik pada RA.



60



F. Apron pelindung ditempatkan terlalu tinggi pada leher, menyebabkan suatu bayangan radioopak yang tebal disekitar bagian anterior dari mandibula (panah). Untuk alasan inilah apron leher diusahakan tidak dipakai saat radiografik panoramic. G. Piringan tulang metalik digunakan untuk fiksasi mandibula yang fraktur sisi kirinya, menyebabkan bayangan tidak jelas (panah) pada sisi kanan filmnya.



Tabel 15.1 Rangkuman Posisi Yang Sering Eror dalam Dental Panoramik Tomography dan Akibat Kesalahannya Pada Film Posisi Eror Pasien terlalu jauh dari film



Akibat pada Film Gigi anterior melebar dan tidak fokus



Pasien terlalu dekat dengan film



Gigi anterior mengecil dan tidak fokous



Posisi pasien asimetris (kepala



Gigi posterior membesar pada satu



bergeser ke kanan atau ke kiri)



sisi dan mengecil pada sisi lain



Posisi dagu pasien terlalu tinggi



Distorsi bentuk mandibula dan gigi



atau terlalu rendah



anterior tidak focus



Pasien masih memakai anting,



Bayangan artefactual objek yang



perhiasan, gigi palsu atau alat



salah



orthodontik Gagal untuk memberi instruksi



Distorsi vertikal atau horizontal



pada pasien agar tetap diam



bagian dari gambar yang dihasilkan



selama pemaparan



saat pergerakan



61



Gambar 15.24 Contoh posisi yang sering eror. A. Posisi pasien terlalu jauh dari film—pelebaran gigi insisif. B. Posisi pasien terlalu dekat dengan film—reduksi lebar gigi insisif. Lidah tidak menempel pada palatum—kumpulan radiolusen pada film. C. Posisi pasien dengan bidang Frankfort dan dagunya kebawah—memperpendek gigi insisif bawah dan menambah bayangan disekitar bagian posterior dari mandibula.



62



D. Pasien ditempatkan asimetris pada mesin—pembesaran gigi dan rahang pada sisi kanan, mengecil pada sisi kiri. E. Posisi tubehead x-ray dan film diatur terlalu rendah terhadap pasien—antrum dan kondilus tidak tergambar tetapi bayangan dagu terlalu jelas (panah) Catatan: Dental panoramic tomograph tidak boleh dianggap sebagai alternatif dari radiografik intraoral. Meskipun demikian, dapat dianggap sebagai alternatif dari radiografik lateral oblique kiri dan kanan atau proyeksi bimolar (lihat Bab 11) dikarenakan keahlian operator yang tidak terlalu dibutuhkan untuk menghasilkan film panoramic yang sesuai. Nilai diagnostik dari film-film ini semakin meningkat jika dokter mengetahui batasannya dan menerapkan suatu pendekatan yang sistematik terhadap interpretasinya, sebagaimana diterangkan pada Bab 18. Nilai diagnostiknya akan semakin dipertinggi dengan semakin banyaknya penggunaan radiografik panoramic digital dengan semua keuntungan manipulasi gambar yang dimilikinya.



63



Gambar 15-25. Contoh dari owing yang eror pada pergerakan pasien saat pemamparan. A. Pergerakan pasien dalam bidang vertikal—distorsi gambar pada regio gigi 4.3 dan 4.4 (panah) disebabkan oleh pembukaan mulut. Perhatikan bahwa hanya bagian pasien yang disinar saat pergerakan yang mengalami distorsi, sisanya tidak terkena. B. Pergerakan yang terus bergoyang selama pemaparan. C. Pergerakan kesamping tiba-tiba dalam bidang horizontal saat gigi anterior disinar yang menyebabkan gambaran kabur.



BAB IV 64



RADIOANATOMI



Pada dental radiografi, kita dapat menentukan struktur anatomi gigi secara makro antara lain : -



Mahkota atau crown yaitu bagian atas suatu gigi yang menghubungkan bagian bawah, akar pada cervix pada persambungan semen toenamen, dan membatasi permukaan gigi



-



molar/premolar/sudut potong incisivus. Akar atau root adalah bagian gigi yang ditutupi oleh sementum, proximal terhadap leher



-



gigi dan biasanya dalam alveolus gigi, disebut juga anatomical root. Periapikal adalah region yang terletak di atau mengelilingi apex gigi. Furkasi adalah area tempat akar gigi terbagi menjadi beberapa akar. Membrane periodontal adalah jaringan penyambung fibrosa yang menyelubungi akar gigi, memisahkannya dari dan melekatkan pada tulang alveolar, jaringan tersebut berjalan dari dasar mukosa gingival sampai fundus rongga tulang, dan fungsi utamanya adalah



-



memepertahankan gigi dalam rongganya. Laminadura adalah satu dari dua jenis tulang yang menyusun tulang alveolar, disebut demikian karena kontinuitas serat-serat utama membrane periodontal ke dalamnya. Jumlah besar bahan yang mengandung semen yang telah terkalsifikasi membuat tulang lebih resisten terhadap sinar x dibandingkan tulang yang mengelilinginya sehingga



-



tampak pada radiogram gigi sebagai garis radiopak tipis. Alveolar crest adalah batas tulang kompakta pada bagian tepi alveolus dentin yang



-



berbentuk ligkaran. Dentin adalah bagian keras dari gigi yang mengelilingi pulpa dan enamel di bagian mahkota dan dengan enamel di bagian mahkota dan dengan semen pada akar gigi, lebih



-



keras dan lebih padat dari pada tulang namun lebih lunak dari enamel. Sementum adalah jaringan penyambung kaku mirip tulang yang melapisi akar gigi dari persambungan sementum email sapai apex dan melapisi apex seluran akar, ini juga berfungsi sebagai struktur perekat untuk ligamentum periodontal, dan dengan demikian membantu menyokong gigi, disebut juga sebstansia ossea dentis.



65



1. Anatomi radiografi pada mandibula  Tulang Tulang trabekula pada mandibula cenderung horizon pada sumsum tulang.  Foramen lingualis (The midline pit) Midline pit terdapat pada region apical incisivus sebuah lingual. Tampak sebagai  







gambaran radioluscent. Genial Tubercle Merupakan tonjolan kecil tulang dan radiopak. Mental Fossa (concavity on the buccal side) Adalah cekungan radioluscent pada region apical incisivus. Terletak di atas midline pit. Canalis mandibularis (dental canal) Tampak pada posterior mandibula dengan lebar 2.5-3 mm. Canalis mendibula merupakan saluran radioluscent yang dibatasi oleh pinggiran radiopak. Canalis







 



 



berjalan dari foramen sampai ramus mandibula. Cabang dental canal Adalah terusan dental canal yang tampak radioluscent dengan pinggiran tipis radiopak. Foramen mentale Merupakan suatu foramen yang radioluscent, terletak di bawah P1 dan P2 Mylohioid ridge Merupakan perlekatan M.myiohyoid. terjadi perubahan radiopacity menjadi radioluscent. External oblique ridge Terletak pada region molar berupa garis radiopak. Angulus mandibulae 66



Terlihat jelas pada proyeksi ekstraoral di daerah posterior. Pada sedut ini terdapat penonjolan-penonjolan tulang kecil (small protuberance) untuk pelekatan  



  







M.masseter. Lingula Merupakan tulang kecil yang menonjol dan tampak radioluscent. Processus coronoideus Tampak pada proyeksi occipitomental, panoramic dan kadang-kadang pada radiografi intraoral. Processus condylaris Tampak pada proyeksi ekstraoral, namun secara khusus dapat dilihat dalam TMJ. Variant of normal Midline pit kadang ada dua. Laminadura Merupakan pemadatan tulang yang tampak radiopak di sebelah luar membrane periodontal. Sigmoid notch Merupakan cekungan halus, disebut juga incisura mandibula.



2. Anatomi radiografi pada maxilla  Tulang Tulang trabekula pada maxilla tidak punya kecendurangan seperti halnya 



mandibula. Ruang sumsum lebih kecil dan bulat. Anterior nasal spine Terlihat sebagai proyeksi segitiga, pada garis tengah sisi bukal terdapat anterior nasal spine. Juga terlihat sutura palatine median sebagai gambaran radioluscent dari atas ke bawah di tengah palatum. 67







Canalis incisivus Terletak di anterior palatum pada garis tengahnya yakni 0,5 inchi di belakang I1 pada suatu titik pertemuan antara sebagian maxilla dengan premaxilla. Bentuk canal ini bermacam-macam, ada yang seperti jantung, bulat, atau lingkaran kecil



  



ada yang tidak tepat di tengah palatum. Fossa lateralis Terletak antara akar I2 dan akar C. Dasar hidung Berjalan horizontal di daerah anterior maxilla sebagai garis radiopak. Laminadura Laminadura pada cuspid kadang tidak jelas bahkan menghilang (normal).



Setelah mengetahui anatomi radiografi secara normal, operator dapat melakukan interpretasi dengan tujuan diagnosis. Seorang operator harus selalu memperhatikan masalah DDC (detail, Density, dan Contrast) - Detail menyangkut sturktur anatomi gigi dalam radiograf yang terlihat diupayakan -



medekati sempurna. Density (densits) adalah derajat kehitaman pada film foto atau film roentgen yang telah



-



tampak dan diproses. Contrast (kontras) adalah perbedanan densitas diantara berbegai region pada radiografi.



B. Radiopatologi 68



Patologi atau kelainan dapat dideteksi melalui foto radiografi. Cara untuk menndiagnosis suatu patologi : - Kelengkapan foto (DCC) - Keadaan korona dari cervix ke cervix - Keadaan alveolar crest o Normal : terletak 1-1,5 mm di bawah cementoenamel junction. o Tidak normal : Terjadi resorbsi sehingga terjadi penurunan puncaknya lebih dari -



-



1,5 mm di bawah CEJ. Keadaan membrane periodontal o Normal : Tidak terjadi pelebaran. o Tidak normal : Bila terjadi karies dan akhirnya membrane periodontal melebar sampai mendesak laminadura. Keadaan laminadura o Normal : Gmabaran radiopak diluar membrane periodontal. Tebalnya biasanya hampir sama dengan ketebalan membrane periodontal. o Tidak normal : BIla laminadura putus dan menghilang akibat adanya



-



pathogenesis. Keadaan furkasi o Normal : Laminadura sekitar daerah furkasi utuh. o Tidak normal : Bila laminadura sekitar daerah furkasi putus, sehingaa terlihat bagian radioluscent.



69



BAB V RADIODIAGNOSIS UNTUK GIGI DAN MULUT



Interpretasi pada radiologi dapat dikatakan sebagai proses mencari atau menemukan semua informasi yang terdapat pada gambar radiografik yang berwarna hitam, putih dan abu-abu. Tujuannya adalah untuk dapat: 



Mengidentifikasi terdapatnya penyakit







Melengkapi informasi akan sifat dasar dan perkembangan suatu penyakit







Memungkinkan diperolehnya diagnosis pembanding.



Untuk memperoleh tujuan ini dan memaksimalkan lapangan diagnostik,interpretasi harus dilakukan dalam kondisi yang spesifik, mengikuti aturan, dan dengan petunjuk yang sistematis. Sayangnya, interpretasi sering kali terbatas pada penglihatan yang sekilas dibawah kondisi yang sangat tidak tepat. Klinisi sering menjadi korban pada cara spot diagnosis dan tunnel vision ini. Ini dikarenakan banyak kasus yang memerlukan radiografi sebagai penunjang diagnosis utamanya. Bab ini menyediakan pendekatan tentang pengenalan pada bagaimana radiografi harus diinterpretasi, kondisi penglihatan yang spesifik dibutuhkan dan petunjuk sistematis yang disarankan.



Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk interpretasi Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk menginterpretasi gambaran radiografi dental dapat dirangkum sebagai berikut: 



Kondisi penglihatan yang optimum



70







Memahami sifat dasar dan batasan dari gambaran radiografi baik hitam, putih maupun abu-abu.







Pengetahuan mengenai radiografi apa yang dipakai dalam kedokteran gigi, sehingga penilaian yang tepat dari kualitas film dapat dilakukan.







Pengetahuan yang mendetail mengenai ukuran dari gambaran radiologis struktur anatomi normal.







Pengetahuan yang mendetail mengenai gambaran radiologi dari kondisi patologis yang melibatkan kepala dan leher







Pendekatan sistematis untuk melihat seluruh radiografi dan untuk melihat dan menggambarkan lesi yang spesifik







Adanya film sebelumnya untuk digunakan sebagai pembanding



Kondisi penglihatan yang optimun Hal ini meliputi: 



Viewer dengan cahaya terang yang sama, seragam (disarankan pada intensitas yang bervariasi agar dapat melihat densitas film yang berbeda-beda). (lihat gambar 18.1)







Kamar penglihatan yang gelap dan sepi.







Area sekeliling film pada viewer harus ditutupi oleh warna gelap sehingga cahaya hanya melewati film.







Gunakan kaca pembesar untuk melihat detail agar lebih jelas dalam film intraoral.







Film harus kering



Kondisi penglihatan yang ideal ini memberikan pengamat kesempatan yang baik untuk melakukan persepsi semua detail yang terdapat pada gambaran radiografi. Dengan banyaknya rangsangan eksternal yang bersamaan, seperti cahaya yang kurang baik dan kondisi penglihatan yang tidak adekuat, jumlah informasi yang terdapat pada gambar radiografi berkurang (lihat gambar 18.2). Film harus dilihat saat sudah kering, bila masih basah saat pemrosesan akan memperlihatkan beberapa distorsi dari gambar. 71



Gambar 18.1A Kotak penglihatan wardray menggunakan sumber cahaya terang tambahan untuk melihat film gelap yang over-exposed.B.pembaca X-ray SDI-cahaya yang kurang baik terkecuali pelihat film intraoral dengan pembesar didalamnya.



Gambar 18.2 Efek dari kondisi penglihatan yang berbeda pada radiografi periapikal yang sama. A. Dengan latar hitam. B.Dengan latar putih. Terdapat penglihatan detail yang lebih baik sekitar gigi molar pada A.



Sifat dasar dan batasan pada gambar radiografi Pentingnya mengerti tentang sifat dasar dan batasan dari gambaran radiografi dijelaskan pada bab 1 (revisi untuk bab 1 direkomendasikan untuk mengingat architect’s house dan masalah dalam persepsi). Untuk mengulangi pertanyaan, gambaran akhir dideskripsikan sebagai 72



’gambaran dua dimensi yang terbuat dari bayangan superimposed hitam, putih, dan abu yang bervariasi’ – suatu gambar bayangan (shadowgraph).



Ketepatan dari kualitas radiografi Agar dapat menilai dan menginterpretasi setiap radiografi secara benar, para klinisi harus mengetahui seperti apa gambaran radiografi dan stuktur apa yang harus terlihat. Untuk alasan ini maka bab dalam radiografi harus melingkupi: 1. MENGAPA suatu peroyeksi diambil 2. BAGAIMANA proyeksi diambil 3. APA hasil radiografi yang harus terlihat dan bentuk anatomi apa yang ditunjukkan



Ga mbar 18.3 contoh dari bagaimana teknik radiografi yang bermacam-macam dapat merubah hasil gambar pada objek yang sama. A. Proyeksi yang benar. B sudut vertikal yang salah menghasilkan gambar yang berelongasi. C sudut vertikal yang salah menghasilkan gambat yang memendek. D dan E. Sudut horizontal yang salah menghasilkan gambar yang distorsi



Dengan pengetahuan praktis dari radiografi, para klinisi berperan untuk membuat penilaian menyeluruh yang tepat dari film individual.



73



Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas gambar telah didiskusikan pada bab 16. dan melingkupi: 



Perlengkapan X-ray







Image receptor film atau kombinasi film/screen







Proses







Pasien







Operator dan teknik radiografi



Ketepatan dari radiografi dapat dibuat dengan mengkombinasikan faktor tersebut dan dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai gambar akhir. Pertanyaan ini berhubungan dengan: 



Teknik radiografi







Faktor paparan dan kepadatan film







Proses



Teknik (lihat gambar 18.3) 



Teknik apa yang telah digunakan?







Bagaimana pasiennya, film, dan posisi tabung X-ray?







Apakah ini contoh yang baik pada proyeksi radiografi ini?







Berapa banyak distorsi yang ada?







Apakah gambarnya memendek atau memanjang?







Apakah ada rotasi atau asimetri?







Seberapa baik resolusi gambar dan ketajamannya?







Apakah filmnya berkabut?







Bayangan artefaktual mana yang muncul?







Bagaimana variabel teknik ini merubah gambar akhir radiografi?



Faktor Paparan (lihat gambar 18.4) 



Apakah radiografi terpapar secara benar untuk alasan spesifik yang diminta? 74







Apakah terlalu gelap dan sangat memungkinkan karena overexposed?







Apakah terlalu terang/pucat dan sangat memungkinkan karena underexposed?







Seberapa baik kontrasnya?







Efek apa yang terjadi pada faktor paparan yang bervariasi dalam zona yang diperiksa?



Proses 



Apakah radiografi diproses dengan benar?







Apakah terlalu gelap dan memungkinkan untuk overdeveloped?







Apakah terlalu pucat dan memungkinkan untuk underdeveloped?







Apakah kotor dengan adanya emulsi dan sangat underfixed?







Apakah film basah atau kering?



Dengan pengalaman, penilaian kritis dari kualitas ini bukan prosedur yang panjang, tetapi sesuatu yang yang tidak pernah dilihat berlebihan. Kualitas radiografi yang buruk adalah petunjuk diagnostik yang buruk dan terkadang tidak memiliki nilai diagnostik sama sekali.



Gambar 18.4. contoh dari bagaimana variasi dari faktor paparan dapat membedakan kualitas gambar pada objek yang sama. A. Overexposed.B. Agak overexposed C paparan yang benar. D. Underexposed 75



Pengetahuan detail dari anatomi normal Pengetahuan detail dari gambaran radiografi struktur anatomi normal sangat penting bila para klinisi ingin dapat mengetahui gambaran abnormal dari banyak penyakit yang mempengaruhi rahang. Bukan hanya pengetahuan yang menyeluruh tentang anatomi jaringan keras dan lunak tetapi juga pengetahuan mengenai: 



Tipe radiografi yang sedang diinterpretasi (contohnya radiografi konvensional atau tomografi)







Posisi pasien, film dan tabung X-ray.



Hanya dengan semua informasi ini para klinisi dapat menghargai bagaimana struktur anatomi normal yang bervariasi, yang dilewati sinar X, akan muncul pada tiap radiografi tertentu.



Pengetahuan detail mengenai kondisi patologis Interpretasi radiografi tergantung pada pengetahuan tentang pola tipikal dan gambaran dari penyakit yang berbeda. Gambaran yang paling penting dijelaskan pada Bab 19-31.



Pendekatan sistematis Pendekatan sistematis untuk melihat radiografi penting untuk memastikan tidak ada informasi relevan yang tertinggal. Pendekatan sistemis ini dapat digunakan untuk: 



Seluruh radiografi







Lesi spesifik



Seluruh radiografi



76



Pendekatan yang sistematis akan mencukupi sepanjang itu logis, berurutan dan seksama. Beberapa urutan yang disarankan diceritakan pada bab berikutnya. Untuk sebuah contoh, pendekatan sistematis yang disarankan untuk interpretasi menyeluruh dari tomografi dental panoramik (lihat bab 15) dapat dilihat pada gambar 18.5. Tipe dari rangkaian penglihatan



yang berurutan ini membutuhkan disiplin dari sisi



pengamat. Sangat mudah mengalihkan perhatian terhadap sesuatu yang tidak biasa atau abnormal, lalu melupakan sisa radiografi lainnya.



77



PANDANGAN UMUM DARI SELURUH FILM 1. Perhatikan kronologis dan perkembangan usia pasien 2. Telusuri gambaran



dari semua bayangan anatomis normal dan



bandingkan bentuk dan radiodensitas mereka. GIGI GELIGI 3. Perhatikan khususnya pada : a. Jumlah gigi yang ada b. Tahapan perkembangan c. Posisi d. Kondisi Mahkota (i) Karies (ii) Tambalan e. Kondisi Akar (i) Panjang (ii) Pengisian (iii) Resorpsi (iv) Rasio mahkota-akar JARINGAN APIKAL 4. Perhatikan khususnya pada : a. Integritas lamina dura b. Gambaran radiolusen dan radioopak yang berhubungan dengan apikal



78



Gambar 18.5 Contoh dari tomografi panoramik dental dan urutan sistematis yang dianjurkan untuk melihat tipe film seperti ini



Lesi spesifik Deskripsi sistematis dari suatu lesi harus melingkupi: 



Tempat atau posisi anatomi







Ukuran







Bentuk







Outline/pinggiran atau perifer







Radiodensitas struktur internal







Efek dari sekeliling struktur yang berbatasan







Waktu terjadinya, bila mengetahui.



Membuat diagnosis banding tergantung dari pendekatan sistematis ini. Ini dijelaskan secara detail dan dijabarkan nanti (lihat bab 24).



Perbandingan dengan film sebelumnya (Jika ada) Terdapatnya film sebelumnya untuk tujuan membandingkan adalah petunjuk yang tidak ternilai untuk interpretasi radiografi. Keadaan, perluasan dan bentuk dari lesi dapat dibandingkan untuk mengetahui kecepatan perkembangan dan pertumbuhan, atau derajat penyembuhan. Catatan: harus diingat bahwa melihat untuk membandingkan harus dilakukan dengan teknik yang sebanding dan pada densitas yang sebanding pula.



Kesimpulan



79



Interpretasi radiografi yang berhasil, tidak peduli bagaimana kualitasnya, bergantung sepenuhnya pada pengetahuan para klinisi akan gambar radiografi, dapat mengetahui ukuran dari gambaran nornal dan juga fitur yang mencolok yang berhubungan dengan kondisi patologis. Bab selanjutnya dirancang untuk menegaskan pekerjaan ini dan untuk memperkuat pendekatan dasar untuk menginterpretasi sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA



Margono, Gunawan. 1998. Radiografi Intraoral. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Whaites Eric. 2003. Essentials of Dental Radiography and Radiology. Philadelphia : Elsevier.



80