Desain Alternatif Penilaian Dampak Program [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DESAIN ALTERNATIF PENILAIAN DAMPAK PROGRAM



Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran



Dosen Pengampu: Dr. Haryanto, M.Pd



Disusun Oleh: Shoffan Fatkhulloh NIM. 17707251002



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul: DESAIN ALTERNATIF PENILAIAN DAMPAK PROGRAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Haryanto, M.Pd. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan penyempurnaan makalah ini.



Yogyakarta, April 2018 Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------------------------- i DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii BAB I: PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------- 1 A.



LATAR BELAKANG ------------------------------------------------------------------------------------------ 1



B.



RUMUSAN MASALAH --------------------------------------------------------------------------------------- 1



C.



TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2



BAB II: PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------------------------------------------ 3 BIAS------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 3



A. 1.



Selection Bias --------------------------------------------------------------------------------------------------- 5



2.



Sumber Bias Lainnya ------------------------------------------------------------------------------------------ 6 QUASI-EXPERIMENTAL DESIGN ---------------------------------------------------------------------- 8



B. 1.



Quasi-Experiments --------------------------------------------------------------------------------------------- 8



2.



Pengontrolan Kelompok -------------------------------------------------------------------------------------- 8



3.



Desain Quasi-Experimental---------------------------------------------------------------------------------- 9



BAB III: PENUTUP ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 12 A.



KESIMPULAN -------------------------------------------------------------------------------------------------- 12



B.



SARAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 12



DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 13



ii



BAB I BAB I: PENDAHULUAN



PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pada pertemuan sebelumnya telah membahas penelitian randomized field experiments yang dipergunakan dalam melakukan penilaian terhadap dampak program. Metode penelitian tersebut seringkali digunakan oleh evaluator karena hasil yang diperoleh mampu menunjukkan ketidakbiasan dari program tersebut. Dengan adanya ketidakbiasan inilah, hasil dari penilaian dampak mampu memberikan penilaian yang berimbang dan akurat. Untuk melakukan penelitian randomized field experiments terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam praktiknya, kondisi di lapangan terkadang tidak memungkinkan untuk melakukan desain penelitian tersebut sehingga diperlukan desain penelitian alternatif dalam melakukan penilaian dampak. Menurut Rossi, dkk. (2004), desain penelitian alternatif yang dapat dilakukan dalam melakukan penilaian dampak, yaitu Quasi-Experiments Design. Dalam pandangannya, hasil yang diperoleh dari quasi-experiments design mampu menghasilkan pengukuran yang sebanding dengan hasil yang diperoleh dari penelitian yang menggunakan randomized field experiments. Berdasarkan pandangan tersebut, pada kesempatan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai desain alternatif penilaian dampak program dengan mengacu pendapat Rossi, dkk., yaitu quasi-experiments design. Oleh sebab itu, penulis menyusun makalah yang berjudul DESAIN ALTERNATIF PENILAIAN DAMPAK PROGRAM dengan tujuan untuk mengetahui desain quasi-experiments dan memahami cara menganalisisnya.



B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang mendasari disusunnya makalah ini, sebagai berikut : 1. Apa itu quasi-experiments design? 2. Apa sajakah hal-hal yang harus diperhatikan dalam quasi-experiments design?



1



C. TUJUAN Adapun tujuan disusunnya makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui lebih jelas quasi-eperiments design. 2. Untuk hal-hal yang harus diperhatikan dalam quasi-eperiments design.



2



BAB II: PEMBAHASAN



BAB II PEMBAHASAN



Sebelum membahas desain quasi-experiments, sebaiknya perlu dibahas terlebih dahulu bias yang dimaksud dalam penilaian dampak program. Agar semakin memperjelas siapakah lawan yang harus dihadapi pada saat melakukan penilaian dampak program. A. BIAS Bias dalam dampak program merupakan kesalahpahaman penilaian dalam memperkirakan hasil yang sesungguhnya sehingga diperoleh hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai sebenarnya. Bias inilah yang mampu mempengaruhi evaluator dalam mengevaluasi suatu dampak program, sehingga perkiraan penilaian yang diperoleh menjadi tidak akurat dan adil. Sehingga sebisa mungkin, bias dari pengukuran dampak program ini harus diminimalisir. Bias dapat dihasilkan dari beberapa penyebab, seperti desain penelitian yang secara sistematis kurang memperhatikan atau melebih-lebihkan dampak yang tidak teramati yang berlangsung tanpa kedapatan intervensi. Bias yang disebabkan oleh hal seperti ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.1 berikut.



Gambar 2.1 Ilustrasi bias dalam perkiraan efek program Bias seperti ini merupakan kesulitan tersendiri ketika melakukan penilaian terhadap dampak program. Hal tersebut menjadi sulit dikarenakan dalam melakukan penilaian kita tidak dapat 3



mengamati bagaimana hasil sampel yang tidak menerima intervensi untuk sampel yang menerima program. Dalam kata lain, tidak ada instrumen yang mampu merekam hal tersebut untuk satu populasi yang sama. Oleh sebab itu, diperlukan suatu desain penelitian yang mampu merekam kedua data tersebut agar dapat diketahui bagaimana perbandingan antar keduanya. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan digunakannya randomized field experiment design yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, bias juga dapat disebabkan dari keadaan sampel atau peserta program itu sendiri. Misalnya, seperti yang diilustrasikan oleh Rossi,dkk. (2004) dimana dilakukan evaluasi terhadap dampak program membaca untuk anak-anak dengan menekankan penguasaan kosakata. Dalam penelitian tersebut, sudah disiapkan instrumen yang valid dan sensitif dalam perekaman atau penjaringan data. Dengan menggunakan teknik analisis membandingkan antara hasil sebelum program dan setelah program akan diperoleh besaran efek dari program tersebut. Dengan menggunakan teknik analisis yang seperti demikian mengakibatkan muncul asumsi bahwa apabila peserta program tidak mengikuti program tersebut maka penguasaan kosakata yang dimiliki peserta program diasumsikan stagnan. Padahal dalam kenyataannya, meskipun peserta program tidak mengikuti program tersebut, penguasaan peserta program terhadap kosakata tetap akan mengalami perkembangan meskipun tidak semaksimal apabila peserta program memiliki program tersebut. Adanya tumpang tindih antara keadaan alamiah dengan efek dari program inilah yang menyebabkan kebiasan. Sehingga, sulit untuk mengetahui besaran efek program yang sesungguhnya dari program tersebut. Hal tersebut dapat diilustrasikan seperti pada gambar 2.2 berikut.



Gambar 2.2 Ilustrasi bias dalam mengestimasikan efek program penguasaan kosakata 4



1. Selection Bias Berdasarkan uraian sebelumnya jelas bahwa dalam melakukan penilaian terhadap dampak suatu program diperlukan perbandingan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sebagai syarat dalam melakukan perbandingan antara populasi dalam kelas eksperimen dengan kelas control, yaitu populasi dari kedua kelas haruslah dalam keadaan setara. Kesetaraan ini juga yang menjadi dasar atau alasan digunakannya randomized field experiments seperti pada pembahasan sebelumnya. Apabila kesetaraan keadaan awal populasi ini tidak diperhitungkan, tentu akan memberikan dampak kebiasan lainnya. Bias yang dihasilkanpun juga akan mempengaruhi validitas hasil dari penilaian dampak dari program tersebut. Terutama dalam penilaian dampak program yang menggunakan desain perbandingan kelompok nonequivalent harus mewaspadai akan timbulnya bias seperti ini. Bias seperti inilah yang disebut dengan selection bias. Selection bias muncul dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti (1) adanya unsur ketidaktepatan dalam pemilihan responden atau sampel. Sebagai contohnya, dalam suatu program terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana masing-masing kelas diisi oleh sukarelawan dan non-sukarelawan sehingga apapun hasil yang diperoleh tidak dapat dibandingkan secara pasti karena efek program yang diterima sampel sukarelawan dengan efek program yang diterima oleh non-sukarelawan bisa jadi berbeda. (2) adanya factor eksternal yang berbeda dan tidak dapat dihindari dalam diri suatu populasi sampel, seperti budaya, ekonomi, karakteristik individu, dan sebagainya, dan (3) hilangnya data dari suatu kelompok eksperimen atau kontrol sehingga antara kedua kelompok tidak lagi dapat dilakukan perbandingan (disebut dengan Atrisi). Misalnya, dalam kelompok eksperimen terdapat satu atau beberapa anggota yang pada awalnya berkenan mengikuti program kemudian di tengah pelaksanaan program mereka menolak untuk melanjutkan program. Sehingga berakibat besaran pembanding antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak lagi setara. Hal yang demikian menyebabkan timbulnya atrisi. Namun, terkadang hal tersebut tidak menyebabkan timbulnya atrisi sebab meski terdapat anggota yang memutuskan kontrak program di tengah jalan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa bias dalam penilaian dampak program tidak hanya dihasilkan sebelum program dimulai melainkan juga dapat dihasilkan saat maupun setelah program dijalankan. Oleh sebab itu, sebagai seorang evaluator hal ini harus diperhatikan dengan seksama. 5



2. Sumber Bias Lainnya Selain berbagai macam jenis bias yang telah disebutkan sebelumnya, masih terdapat berbagai jenis sumber yang dapat juga memunculkan bias. Jenis-jenis sumber bias lainnya ini, juga tidak boleh dipandang sebelah mata karena ketika mengabaikan hal tersebut tentu akan merepotkan evaluator pada saat melakukan analisis. Terlebih lagi terhadap program-program yang berhubungan dengan permasalahan sosial termasuk dalam dunia pendidikan yang memiliki potensi memunculkan bias lebih besar. Menurut Rossi, dkk (2004) alasan yang paling mendasar mengapa program-program sosial memiliki tingkat kesulitan tersendiri (dalam hal ini berkaitan dengan bias), yaitu terdapatnya faktor-faktor alamiah atau kebiasaan-kebiasaan yang seringkali mengganggu dalam penilaian efektivitas program. Misalnya, seperti yang dicontohkan oleh Rossi, dkk (2004) terdapat program pelatihan keterampilan yang diberikan kepada pemuda harus bersaing dengan mereka yang mampu memperoleh tingkat keterampilan yang setara meskipun tidak melalui program yang ada. Jika dihadapkan dengan fakta seperti ini, tentu dapat menimbulkan pertanyaan apakah program tersebut benar-benar efektif atau tidak. Oleh sebab itu, dalam sub-sub bab ini perlu dibahas lebih lanjut berkaitan sumbersumber lain yang berpotensi menimbulkan bias. Rossi, dkk (2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis sumber lain yang berpotensi menghasilkan bias lainnya. Adapun ketiga jenis sumber tersebut, sebagai berikut : a. Tren Sekuler Tren sekuler merupakan salah satu sumber yang berpotensi menghasilkan bias. Tren sekuler dapat diartikan sebagai perubahan kekinian yang sedang berkembang di kalangan masyarakat, daerah, maupun negara (Rossi, dkk., 2004). Misalnya, dalam suatu daerah, masyarakatnya sedang memiliki tren natalitas sedang mengalami penurunan sehingga apabila pada periode tersebut diberlakukan program, seperti Keluarga Berencana (KB), tentu program tersebut terlihat efektif. Padahal keefektifan program tersebut belum dapat dijamin disebabkan efektivitasnya tertutup oleh bias tren penurunan natalitas.



b. Interfering Events Sedangkan untuk interfering events memiliki unsur kesamaan dengan tren sekuler. Perbedaan yang mencolok antara keduanya, yaitu jika dalam tren sekuler kita tidak dapat mengetahui ataupun memperkirakan kapan tren tersebut berakhir. Sedangkan interfering 6



events merupakan gangguan yang terjadi pada jangka waktu tertentu (jangka pendek). Misalnya, pemadaman listrik yang mengganggu komunikasi dapat menghambat pengiriman suplemen makanan sehingga program gizi yang sedang dilaksanakan menjadi terganggu. Contoh lainnya, seperti program untuk meningkatkan kerjasama suatu kelompok masyarakat yang dilaksanakan saat terjadi bencana alam akan terlihat efektif, padahal efektivitas program tersebut bisa saja tertutupi oleh keadaan krisis pada saat itu juga.



c. Pematangan Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penilaian dampak harus sering mengatasi kenyataan bahwa proses pematangan dan perkembangan alami dapat menghasilkan perubahan besar secara terpisah dari program. Jika perubahan tersebut termasuk dalam perkiraan efek program, maka perkiraan tersebut akan bias. Misalnya, efektivitas kampanye untuk meningkatkan minat dalam olahraga di kalangan dewasa muda mungkin dapat tertutupi oleh penurunan umum dalam minat yang terjadi ketika mereka memasuki angkatan kerja. Tren maturasi dapat mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua juga. Misalnya, sebuah program untuk meningkatkan praktik kesehatan preventif di kalangan orang dewasa mungkin tampak tidak efektif karena kesehatan umumnya menurun seiring bertambahnya usia. Sekali lagi, berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebulumnya semakin membuktikan bahwa bias dalam penilaian dampak tidak dapat dipandang sebelah mata karena segala bentuk bias yang ada tentu akan mempengaruhi hasil dari penilaian dampak suatu program. Apabila desain penelitian yang digunakan randomized field experiement, tentu segala bentuk bias yang telah diuraikan sebelumnya dapat terminimalisir karena telah dilakukan pengacakan di awal sehingga kesetaraan sampel sudah dapat dipastikan dengan mudah. Hanya tinggal melakukan perawatan sampel pada saat eksperimen dilakukan agar selection bias tidak muncul. Sedangkan, dalam bahasan kali ini, segala bentuk bias atau sumber yang berpotensi menghasilkan bias harus benar-benar diperhatikan. Hal tersebut bertujuan agar seorang evaluator mampu memperoleh desain penelitian yang sesuai dan mampu menjaring informasi yang valid. Jika mengacu terhadap saran yang diberikan oleh Rossy, dkk, terdapat satu desain penelitian yang mampu mewujudkan hal tersebut, yaitu Quasi-Experimental Design yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya.



7



B. QUASI-EXPERIMENTAL DESIGN 1. Quasi-Experiments Desain quasi-experiemental dapat dikatakan bukan merupakan desain penelitian eksperimen sesungguhnya. Ia hanya mengadopsi beberapa bagian dari penelitian eksperimen. Hal tersebut disebabkan, desain penelitian ini tidak mampu mengontrol sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan bias seutuhnya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Tuckman (1972) bahwa desain quasi-experimental merupakan bagian dari desain eksperimen sesungguhnya dimana mereka hanya mampu mengontrol beberapa sumber-sumber dari invaliditas. Rossi, dkk (2004) dalam pandangannya berpendapat bahwa quasi-experimental design ini sangat berguna apabila ketika dalam mendeskripsikan penilaian dampak program terdapat pengacakan (randomized) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pandangan lain, Tuckman (1972) juga berpandangan serupa bahwa “quasi-experimental design exist for situations in which complete experimental control is difficult or impossible”. Lanjutnya, kesulitan tersebut juga terdapat dalam penelitian yang berhubungan dengan Pendidikan. Bahwasannya dalam dunia pendidikan terkadang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengacakan terhadap suatu sampel karena kondisi di lapangan memiliki batasanbatasan yang tidak memungkinkannya dilakukan hal tersebut, seperti pemilihan subjek atau manipulasi kondisi. Misalnya, penelitian yang melibatkan warga sekolah khususnya siswa. Pada kenyataannya, hampir di semua sekolah memiliki sistem yang baku (kecuali sekolah yang memang dikhususkan sebagai laboratorium) sehingga pembagian, pemilahan, maupun pengacakan tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti karena hal tersebut nantinya akan berdampak terhadap sistem yang sudah ada. Oleh sebab itu, desain penelitian ini sangat bermanfaat ketika menjumpai situasi yang seperti demikian.



2. Pengontrolan Kelompok Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa dalam melakukan evaluasi (dalam bahasan ini berkaitan dengan penilaian dampak program) harus terbebaskan dari segala macam bentuk bias. Dengan batasan-batasan yang ada, Picardi dan Masick (2014) menyarankan dua solusi untuk mengatasi sumber-sumber yang berpotensi menghasilkan bias :



8



a. Holidng Variables Constant Picardi dan Masick (2014) menjelaskan bahwa dalam menjaga variabel agar tetap konstan, seorang peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengurangi penjelasanpenjelasan alternative (penjelasan yang berpotensi menghasilkan bias). Misalnya, Hahn, dkk (2011), Oostrom, dkk (2012), dan Peterson & Luthans (2006) menguraikan bahwa perbedaan individu antar grup dapat ditangani dengan melakukan penilaian demografis variabel dan pengalaman sebelumnya yang kemudian ditentukan melalui hasil analisis statistik.



b. Matched Design Rossi,dkk (2004) berpendapat bahwa matched design merupakan salah satu prosedur yang dapat digunakan dalam membentuk kelas kontrol dengan cara membangun kesamaan unsur dengan kelas eksperimen. Sebagai contoh, Latham, Ford, dan Tzabbar (2012) memanfaatkan interrupted-time series quasi-experimental dengan pelanggan rahasia mengukur rating kinerja dari pelayan di tiga restoran yang berbeda. Adapun prosedur dalam melakukan penilaiannya, pelanggan rahasia tersebut disesuaikan keadaannya berdasarkan demografis dari pelanggan restoran tersebut seperti usia, pendidikan, dining preferences¸ dan penghasilannya. Dengan menyesuaikan pelanggan rahasia tersebut dapat menambah validitas dari hasil studi yang diperoleh karena pelanggan rahasia tersebut telah didesain agar dapat merefleksikan tipe dari pelanggan restoran tersebut (Picardi dan Masick, 2014). Dengan memanfaatkan kedua solusi yang ditawarkan oleh Picardi dan Masick, tentu dapat semakin meminimalisir bias-bias yang nantinya dapat dihasilkan dari kelas kontrol. Oleh sebab itu, desain penelitian quasi-experiment merupakan desain alternative yang dapat dijadikan sebagai pilihan ketika dalam melakukan penilaian dampak program, tidak dimungkinkan untuk menggunakan randomized field experiment.



3. Desain Quasi-Experimental Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa desain quasi-experimental merupakan bagian dari desain eksperimen yang sesungguhnya dimana desain tersebut hadir untuk situasi disaat terdapat kesulitan atau tidak memungkinkan dalam melakukan pengontrolan. Quasi-experimental sendiri dapat digolongkan ke dalam studi reflexsive 9



controls. Hal tersebut dikarenakan inti dari quasi-experimental design adalah bagaimana cara membandingkan dampak program untuk sasaran yang sulit atau tidak memungkinkan dilakukan pengontrolan, sehingga cara yang memungkinkan untuk digunakan, yaitu seperti cermin yang mampu memantulkan bayangan dengan sempurna.



Dalam studi reflexsive



controls, perkiraan efek program sepenuhnya berasal dari informasi sasaran sebanyak dua kali atau lebih penggalian dan setidaknya satu diantaranya dilakukan sebelum pelaksanaan program. Ketika menggunakan reflexsive control, hal yang harus dilakukan adalah mengasumsikan bahwa sasaran tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh selain intervensi. Desain quasi-experimental sendiri memiliki beberapa bentuk atau pola desain yang dapat diterapkan. Rossi, dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa desain kuasi eksperimental yang dapat digunakan, yaitu time-series design dan simple pre-post studies.



a. Time-Series Design Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terkadang kelompok pembanding atau kelas kontrol tidak dapat dimasukkan ke dalam eksperimen. Misalnya, ketika terjadi perubahan sistem di sekolah secara menyeluruh, maka akan sulit menemukan sekolah kedua yang (1) sebanding dengan sekolah pertama, (2) belum menerima intervensi, dan (3) bersedia diajak bekerjasama. Perubahan-perubahan seperti demikian terkadang yang menyulitkan peneliti dalam mengatur kelas kontrol. Dalam menyikapi keadaan sulit yang demikian, Tuckman (1972) memberikan solusi menggunakan time-series design, seperti pada diagram berikut : O1O2O3O4



X



O5O6O7O8



Time-series design ini sedikit berbeda dengan one group pretest-posstest design. Dalam one group pretest-posstest design, peneliti hanya memberikan tes sekali sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (dalam bahasan kali ini perlakuan merupakan program). Sedangkan pada desain ini, pemberian tes sebelum dan perlakuan tidak hanya diberikan satu kali melainkan dilakukan beberapa kali sehingga desain ini mampu memperkirakan hal-hal yang mampu mempengaruhi validitas hasil yang diperoleh nantinya. Adapun contoh dari time-series design seperti pada gambar 2.3 berikut



10



Gambar 2.3 Contoh empat jenis penelitian yang menggunakan time-series design. (sumber: Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting Educational Reseach)



b. Simple Pre-Post Studies Simple pre-post studies merupakan salah satu pengukuran dampak dalam satu kelompok yang sama yang dilaksanakan sebelum dan sesudah mengikuti program dalam kurun waktu yang cukup lama untuk memperoleh efek yang diharapkan. Desain seperti ini, terlihat sederhana tetapi cukup efektif mengingat sasaran yang dituju, yaitu dampak dari suatu program. Akan tetapi, desain ini memiliki satu kekurangan, yaitu kurang mampu dalam memperkirakan efek bias dari pematangan (maturation). Misalnya, sepeti yang dicontohkan dalam Rossi, dkk (2004) terdapat seorang evaluator yang berkeinginan untuk melakukan penilaian terhadap efek medicare dengan membandingkan status kesehatan seseorang sebelum memunihi persyaratan dengan keadaan mereka setelah mengikuti program setelah beberapa tahun. Dari hal tersebut tampak jelas terdapat bias (dari sumber maturation) yang dapat mengganggu validitas hasil penilaian. Karena efek penuaan pada umumnya mengarah ke kondisi kesehatan yang semakin memburuk sehingga grafik perkembangan akan mengalami penurunan. Perubahan seperti itulah yang menyebabkan desain ini kurang sesuai apabila digunakan untuk penilaian dalam jangka waktu panjang, sehingga lebih disarankan untuk evaluasi dalamjangka waktu yang relative lebih pendek. Jika evaluasi dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lebih panjang, disarankan menggunakan time-series design yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun ilustrasi dari simple pre-post design ini dapat divisualisasikan, seperti berikut : O1



X 11



_____O2



BAB III: PENUTUP



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab 2, dapat disimpulkan bahwa desain quasi-experimental merupakan bagian dari desain eksperimen sesungguhnya dimana mereka hanya mampu mengontrol beberapa sumber-sumber dari invaliditas. Adapun hal utama yang harus diperhatikan dalam desain quasi-experimental, yaitu perkiraan sumber yang dapat menimbulkan efek bias terhadap dampak program dan bagaimana pengontrolan sumber tersebut yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk desain quasi-experimentalyang seperti apa.



B. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu perlu dilakukannya pengkajian lebih lanjut yang berkaitan dengan desain-desain quasi-experimental lain yang memungkinkan bisa digunakan dalam melakukan penilaian dampak program. Sehingga, semakin banyak referensi desain quasi-experimental yang dapat digunakan atau dijadikan sebagai pilihan dalam melakukan penilaian dampak program.



12



DAFTAR PUSTAKA Picardi, Carrie A., & Masick, Kevin D,. 2014. Research Methods : Designing and Conducting Research With a Real-World Focus. Thousand Oaks, California : SAGE Publication, Inc. Rossi, Peter H., et all. 2004. Evaluation A Systematic Approach 7th Edition. Thousand Oaks, California : SAGE Publication, Inc. Tuckman, Bruce W,. 1972. Conducting Educational Research. New York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.



13