Destilasi Fraksionasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laboratorium Satuan Operasi II Semester V 2016/2017



LAPORAN PRATIKUM DESTILASI FRAKSIONASI



Pembimbing Kelompok Tgl. Pratikum Nama Nim Kelas



: Ir. Swastanti Brotowati,M.Si : IV (Empat) : 13 Oktober 2016 : Qadriani Baharuddin : 331 14 050 : 3B



JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2016



DESTILASI FRAKSIONASI I.



TUJUAN  Menjelaskan prinsip destilasi fraksionasi secara semi-batch.  Melakukan pemisahan campuran biner dengan metode destilasi fraksionasi.  Menentukan setiap komponen hasil destilasi dengan menggunakan kurva kalibrasi.







Mengetahui jumlah stage dari destilasi fraksionasi dengan menggunakan kurva standar. II.



III.



PERINCIAN KERJA  Membuat kurva kalibrasi  Menghitung berat jenis umpan yang belum didistilasi  Melakukan distilasi dengan alat distilasi fraksionasi  Melakukan pengukuran volume, dan berat jenis pada bottom produk



ALAT DAN BAHAN A. Alat  Rangkaian alat destilasi  Piknometer 25 mL  Erlenmeyer 100 mL dan 250 mL  Pipet ukur 25 mL  Gelas Kimia 100 mL dan 400 mL  Gelas ukur 100 mL dan 2.000 mL  Bulb  Neraca digital  Labu semprot B. BAHAN Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :  Etanol  Aquadest  Tissue  Aluminium Foil



IV.



DASAR TEORI



A. Pengertian Destilasi Bertingkat Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dan lain-lain. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat. Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak. Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang



berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak dalam kondensat. B. Prinsip Destilasi fraksionasi Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap dam masuk kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali kedalam labu destilasi. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya. Pemisahan campuran cairan menjadi komponen dicapai dengan distilasi fraksional. Prinsip distilasi fraksional dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram titik didih-komposisi (Gambar 1). Dalam gambar ini, kurva atas menggambarkan komposisi uap pada berbagai titik didih yang dinyatakan di ordinat, kurva bawahnya menyatakan komposisi cairan. Bila cairan dengan komposisi l2 dipanaskan, cairan akan mendidih pada b1. Komposisi uap yang ada dalam kesetimbangan dengan cairan pada suhu b 1 adalah v1. Uap ini akan mengembun bila didinginkan pada bagian lebih atas di kolom distilasi (Gambar 2), dan embunnya mengalir ke bawah kolom ke bagian yang lebih panas. Bagian ini akan mendidih lagi pada suhu b 2



menghasilkan uap dengan komposisi v2. Uap ini akan mengembun menghasilkan cairan dengan komposisi l3. Jadi, dengan mengulang-ulang proses penguapan-pengembunan, komposisi uap betrubah dari v1 ke v2 dan akhirnya ke v3 untuk mendapatkan konsentrasi komponen A yang lebih mudah menguap dengan konsentrasi yang tinggi.



Gambar 1 Gambar 1 Diagram titik didih- komposisi larutan ideal campuran cauran A dan B. Komposisi cairan berubah dari l 1 menjadi l2 dan akhirnya l3. Pada setiap tahap konsentrasi komponen B yang kurang mudah menguap lebih tinggi daripada di fasa uapnya.Contoh soal 12.1 Distilasi fraksional Tekanan uap benzen dan toluen berturut-turut adalah 10,0 x 104 N m-2 dan 4,0 x 104 N m-2, pada80°C. Hitung fraksi mol toluen dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan yang terdiri atas 0,6 mol toluen dan 0,4 molar benzen. Hitung fraksi mol toluen x dalam fas uap.Jawab Dengan bantuan hukum Raoult (bab 7.4(b)), komposisi uapnya dapat dihitung sebagai



berikut. Jumlah mol toluen di uap /jumlah mol benzen di uap = [0,60 x (4,0 x 104)]/[0,40



x



(10,0



x



104)]



=



0,60.



Fraksi mol toluen di uap x adalah: x/(1 - x) = 0,60; x = 0,60 / (1,0 + 0,60) = 0,375. Bila dibandingkan dengan komposisi cairan, konsentrasi toluen di fasa uap



lebih



besar



menunjukkan



bahwa



adanya



pengaruh



distilasi



fraksional. Kolom distilasi yang panjang dari alat distilasi digunakan di laboratorium (Gambar 2) memberikan luas permukaan yang besar agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan. Di puncak kolom, termometer digunakan untuk mengukur suhu fraksi pertama yang kaya dengan komponen yang lebih mudah menguap A. Dengan berjalannya distilasi, skala termometer meningkat menunjukkan bahwa komponen B yang kurang mudah menguap juga ikut terbawa. Wadah penerima harus diubah pada selang waktu tertentu. Bila perbedaan titik didih A dan B kecil, distilasi fraksional harus diulang-ulang untuk mendapatkan pemisahan yang lebih baik. Produksi minyak bumi tidak lain adalah distilasi fraksional yang berlangsung dalam skala sangat besar.



Gambar 2 Pemisahan campuran dengan destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih. Cara ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang mempunyai titik didih berbeda. Campuran antara air dan bensin pun dapat dipisahkan dengan cara destilasi. Semakin jauh perbedaan titik didih, semakin mudah campuran tersebut dipisahkan. C. Diagram Kesetimbangan Untuk membahas distilasi seringkali digunakan bentuk yang disederhanakan yaitu menjadi diagram hubungan antara komposisi fasa uap (Y) dengan komposisi fasa cair kesetimbangannya (X) pada tekanan uap. Diagram ini disebut dengan kesetimbangan atau diagram x,y.



Pressure mercuri Total Pressure Parsial Pressure benzene



Parsial Pressure toluena



Mole Fraksion Benzene



Grafik tekanan100 uap campuran Benzena-Toluena dan data tekanan uap zat, maka : Y1



X1 0



100



Diagram Kesetimbangan a. Distilasi Rektifikasi secara Batch Distilasi ini sering digunakan untuk memisahkan komponen-komponen zat padat kualitas yang sangat kecil dan hasilnya dapat berubah-ubah (versatile). Hal ini disebabkan oleh perubahan komposisi umpan sesuai



dengan banyaknya pengurangan komponen yang lebih volatil. Cara destilasi ini umpan ditempatkan didalam labu (ketel) pemanas. Akibat mengalami pemanasan sampai pada titik didihnya maka akan terbentuk uap. Uap tersebut akan melewati kolom atau plate-plate yang dikondensasikan.



Pada



saat



awal



(start



up)



seluruh



kondensat



dikembalikan dalam kolom agar terjadi pengontakan dengan fase uap yang datang dari ketel hingga suatu saat komposisi pada puncak kolom konstan. Apabila telah mencapai kesetimbangan baru dapat dilakukan pengaturan refluks. Bila refluks dipertahankan konstan maka konsentrasi produk juga akan semakin menurun seiring dengan menurunnya komposisi umpan. Metoda analisis juga dapat digunakan diagram Mc. Cabe-Thiele, dengan persamaan garis operasi yang sama dengan yang digunakan untuk bagian rektilikasi pada destilasi kontinyu.



Ya 1 



RO . X D XD  ' R D .1 R D  1



Sistem ini dapat juga dioperasikan untuk membuat komposisi puncak konstan dengan cara meningkatkan rasio refluks bersamaan dengan perubahan komposisi umpan dalam ketel. Diagram Mc. Cabe-Thiele dalam hal ini akan mempunyai berbagai garis-garis operasi dengan kemiringan yang berbeda-beda yang letaknya adalah sedemikian rupa sehingga jumlah tetap ideal yang diperlukan untuk peluruhan dan X D, kC, XB selalu sama. Untuk menentukan rasio refluks yang diperlukan XD konstan dan XB tertentu diperlukan perhitungan dengan metoda cobacoba, karena jenjang terakhir pada garis operasi yang diandaikan itu harus jatuh tepat pada XB . akan tetapi jika rasio ref luks awal sudah dipilih (R O > R min) dengan metode ini nilai XB untul tahap-tahap berikut pada



distilasi itu bisa didapatkan dengan mengandaikan nilai untul R D lalu menggambarkan garis operasi, dan membuat jumlah jenjang yang tepat dan ujungnya adalah XB. Metoda alternatif dalam menjalankan distilasi Rektifikasi secara bacth adalah dengan menetapkan rasio refluks dan membiarkan kemurnian hasil atas berubah menurut waktu dan menghentikan distilasi apabila kualitas hasil atau konsentrasi rata-rata didalam hasil total telah mencapai suatu nilai tertentu. Untuk menghitung kinerja dari pendidih ulang kita gambarkan garisgaris operasi dengan kemiringan konstan dengan bermula pada titik Xdi dan kemudian XB, terus berubah kenilai yang lebih kecil dan membuat jenjang-jenjang yang sesuai dengan jumlah tahap ideal yang ada untuk persamaan sebagai berikut : Misalkan jumlah mol dalam ketel B dengan komposisi XB jika menguap sejumlah dB yang fraksinya XD, maka sisanya menjadi ( B - dB ) dengan fraksi ( XB - dXB ). Neraca komponen : B - XB + XB - dXB + ( B - dB )( XB - dXB ).



dB  dX B dX B   B XB  X D   X B  X D 



Persamaan ini dapat diselesaikan secara integrasi grafik dengan batasan awal dan akhir operasi destilasi sehingga persamaan menjadi : F



dB ln B B B  B 



XD



 (X



XB



dX B D  XB )



Dimana



F



= Jumlah mol saat awal destilat



B



= Jumlah mol residu pada saat destilasi dihentikan



XD



= Fraksi ol destilat



XB



= Fraksi mol residu



Xi



= Fraksi mol umpan pada saat destilasi



XDi



= Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan



Dari persamaan diatas dengan dibantu oleh diagram Mc. Cabe – Thiele maka dapat diselesaikan secara grafik seperti dibawah ini :



1 XD  XB



AT



b



XB



XD XB



Dari gambar tersebut dapat dihitung luas total (AT) dengan cara membagibagi atas beberapa segmen. Semakin banyak segmen uang dibuat maka semakin banyak teliti hasil perhitungannya. Dari hasil besar AT yang didapat maka dapat disubtitusikan kedalam persamaan diatas sehingga :



Ln F - Ln B - AT



Dengan demikian jumlah mol residu (bottom) dapat dihitung dan jumlah mol produk juga dapat dihitung. Komposisi produk rata-rata dapat dihitung dengan persamaan :



X rata 



Dimana : F



F . X D  B. X B D



= Jumlah mol umpan mula-mula



D



= Jumlah mol destilat total setelah destilasi dihentikan



XF



= Fraksi mol umpan mula-mula



XD



= Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan



V. PROSEDUR KERJA 1. Kalibrasi piknometer a. Disiapkan larutan (H2O) yang telah diketahui nilai � nya. b. Ditimbang bobot pikno kosong yang telah bersih dan kering c. Ditimbang bobot pikno + larutan d. Dihitung nilai volume piknometer hasil kalibrasi Bobot larutan Vol pikno= ρ larutan 2. Membuat sampel kalibrasi a. Disiapkan 6 buah Erlenmeyer b. Pada masing-masing Erlenmeyer dibuat larutan etanol dengan komposisi berbeda beda c. Sampel kalibrasi yang telah jadi, lalu diukur nilai � nya menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi. d. Dihitung nilai fraksi volume etanol sampel kalibrasi lalu dibuat kurva kalibrasi. 3. Proses pemisahan (distilasi fraksionasi) a. Disiapkan Feed campuran antara air-etanol. Diambil 30 ml feed untuk diukur � nya dan sebanyak 3200 ml lalu dimasukkan ke dalam labu destilat. b. Dinyalakn alat distilasi fraksionasi, diatur nilai refluksnya, dan diatur suhu tiap plat nya. Perlu dicatat pada alat yang digunakan nilai T2 tidak boleh lebih dari 80°C karena akan menyebabkan koil pemanas sangat berpijar dan menimbulakn resiko yang besar. c. Dijalankan proses distilasi selama 20 menit. d. Setelah 20 menit, diambil distilat dan bottom product nya, untuk diukur volume dan � nya. e. Ditentukan fraksi mol etanol masing-masing sampel melalui kurva kalibrasi.



VI.



DATA PENGAMATAN a. Data untuk penentuan densitas Berat piknometer kosong = 27,5526 g Berat piknometer + aquadest = 53,8786 g Suhu aquadest = 30 ℃ Densitas aquadest 30 ℃



= 0,99567 g/ml



Berat piknometer + feed = 50,8436 g Berat piknometer + destilat = 48,2688 g Berat piknometer + bottom = 51,0480 g b. Volume Volume feed = 3089 ml Volume destilat = 87 ml Volume bottom = 2972 ml



VII.



PERHITUNGAN a. Penentuan densitas Berat piknometer kosong Berat piknometer + aquadest Suhu aquadest



= 27,5734 g = 53,8706 g = 30 ℃



Berat aquadest



= (Berat pikno + aquadest) – berat pikno



Densitas aquadest 30 ℃



kosong = 53,8706 g – 27,5734 g = 26,2972 g = 0,99567 g/ml



Vol aquadest = vol piknometer



=



Berat aquadest densitas aquadest 30℃



=



26,2972 g 0,99567 g /ml



= 26,4115 ml Densitas ( ρ ¿



=



( Berat piknometer+ sampel )−Berat piknometer kosong Volume piknometer 



Feed (umpan) Densitas ( ρ ¿ =



52,0432 g−27,5743 g 26,4115 ml



= 0,926 g/ml 



Destilat Densitas ( ρ ¿ =



48, 622 g−27,5734 g 26,4115 ml



= 0,797 g/ml 



Bottom Densitas ( ρ ¿ =



52,0970 g−27,5734 g 26,4115 ml



= 0,928 g/ml b. Penentuan volume komponen  Feed (umpan) Volume feed = 3089 ml Densitas feed = 0,926 g/ml % volume etanol = 45,3 % (hasil ploting dari kurva standar) Volume etanol feed = %vol etanol × vol feed = 45,3 % × 3089 ml Volume air feed



= 1399,317 ml = Volume feed – volume etanol



= 3089 ml – 1399,317 ml = 1689,683 ml 



Destilat Volume destilat Densitas destilat % volume etanol Volome etanol detilat



= 87ml = 0,797 g/ml = 96 % (hasil ploting dari kurva standar) = %vol etanol × vol destilat = 96% × 87 ml



Volume air destilat 



Bottom Volume bottom Densitas bottom % volume etanol Volume etanol bottom



= 83,52 ml = volume destilat – volume etanol = 87 ml –83,52 ml = 3,48 ml = 2972 ml = 0,928 g/ml = 50 %



= %vol etanol × vol bottom = 44% × 2972 ml



= 1307,68 ml Volume air bottom = volume bottom – volume etanol = 2972 ml – 1307,68 ml = 1664,32 ml  Neraca Massa Komponen  Etanol F = D + B Vol etanol feed= vol etanol destilat + vol etanol bottom 1399,317 ml 1399,317 ml  Air F Vol air feed 1689,683 ml 1689,683 ml



= 83,52 ml + 1307,68 ml = 1391,2 ml = D + B = vol air destilat + vol air bottom = 3,48 ml + 1664,32 ml = 1667,8 ml



c. Penentuan mol dan fraksi mol  Feed (umpan)



Mol etanol feed = =



Mol air feed



vol etanol feed × ρ etanol BM etanol 1399,317 ml × 0,789 g /ml 46 g /mol



= 24,00 mol vol air feed × ρ air = BM air =



1689,683 ml × 0,99567 g /ml 18 g /mol



= 93,4648 mol Mol total feed



= mol etanol feed + mol air feed = 24,00 mol + 93,4648 mol = 117,46488 mol mol etanol feed Fraksi mol etanol = mol total feed = Fraksi mol air 



24,00 mol 1 17,56488 mol



= 0,204 = 1 – fraksi mol etanol = 1 – 0,204 = 0,796



Destilat Mol etanol destilat= =



Mol air destilat



vol etanol destilat × ρ etanol BM etanol 83,52ml × 0,789 g /ml 46 g /mol



= 1,4325 mol vol air destilat × ρ air = BM air =



3,48 ml × 0,99567 g/ml 18 g /mol



= 0,1924 mol Mol total destilat = mol etanol destilat + mol air destilat = 1,4325 mol + 0,1924 mol



= 1,6249 mol mol etanol destilat Fraksi mol etanol = mol total destilat = Fraksi mol air







1,4325 mol 1,6249 mol



= 0,8815 = 1 – fraksi mol etanol = 1 – 0,8815 = 0,1185



Bottom Mol etanol bottom= =



Mol air bottom



vol etanol bottom × ρ etanol BM etanol 1307,68 ml × 0,789 g /ml 46 g /mol



= 22,4295 mol vol air bottom × ρ air = BM air =



1664,32 ml × 0,99567 g /ml 18 g /mol



= 92,0618 mol Mol total botto; = mol etanol bottom + mol air bottom = 22,4295 mol + 92,0618 mol = 114,5 mol mol etanol bottom Fraksi mol etanol = mol total botto , = Fraksi mol air



22,4295 mol 114,5 mol



= 0,19589 = 1 – fraksi mol etanol = 1 – 0,2438 = 0,7635



d. Penentuan stage destilasi



Yd



=



Xd R+ 1



=



0,8815 5+1



= 0,1469



VIII.



PEMBAHASAN Destilasi ftraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan suatu campuran yang mempunyai perbedaan tekanan uap zat murni dan titik didih yang tidak terlalu jauh. Dalam destilasi fraksionasi terdapat suatu kolom fraksionasi dimana tejadi proses refluks agar waktu kontak antara cairan dan uap terjadi lebih lama sehingga pemisahan lebih efektif. Pada praktikum ini, campuran yang akan dipisahkan dengan menggunakan destilasi fraksionasi adalah campuran etanol-air. campuran tersebut ini dipanaskan dalam labu destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi Setelah dipanaskan dan mencapai titik didihnya yaitu 78,6 oC, etanol akan mulai menguap dan masuk menuju kolom fraksionasi pada alat. Uap yang mengalir naik melalui bagian rektifikasi dikondensasikan oleh kondensor parsial. Sebagian akan tercairkan sebagai destilat dan sebagian lagi di akan masuk ke piring bagian teratas puncak di dalam menara. Arus yang masuk ini di namakan refluks. Arus ini menjadi zat cair yang mengalir ke bawah kolom dan akan berinteraksi dengan uap yang mengalir ke atas. Sebelum melakukan proses destilasi, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi berat jenis campuran etanol air dengan variasi % volume etanol dan air dengan menggunakan piknometer. Dengan menggunakan kurva kalibrasi ini, konsentrasi komponen etanol dan air pada feed, destilat dan bottom product bisa diketahui.



Setelah kalibrasi, campuran etanol-air sebanyak



3200 mL dimasukkan secara perlahan kedalam labu destilasi (feed). Sebelum di masukkan ke dalam labu destilast sampel feed ini diukur berat jenisnya menggunakan piknometer dan di plotkan pada kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi volume umpan. Pengambilan destilat akan dilakukan setiap 20 menit, setiap pengambilan ini akan diukur densitasnya dan volumenya. Sedangkan buttom akan diambil volumenya sebanyak 30 mL serta dilakukan pengukuran densitas. Densitas yang diperoleh dari destilat dan buttom



kemudian di plotkan pada kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi etanol yang di peroleh dan selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk volume sehingga dapat dihitung volume untuk umpan, destilat, dan bottom. Dari hasil perhitungan volume umpan, destilat, dan bottom tersebut kemudian dilakukan perhitungan neraca massa Untuk neraca massa total diperoleh nilai input (feed) sama dengan nilai ouputnya (destilat + bottom). Sedangkan pada neraca massa komponennnya baik dari komponen etanol maupun air diperoleh nilai input tidak sama dengan nilai outputnya. Dimana pada neraca massa komonen etanol diperoleh nilai input (feed) lebih besar daripada nilai outputnya (destilat + bottom) dengan selisih sebanyak 8,117 ml. Dan untuk neraca massa komponen air diperoleh nilai input (feed) juga lebih besar dari nilai outputnya dengan selisih sebanyak 21,883 ml. Adanya selisih nilai pada setiap neraca massa komponen ini menunjukkan adanya kesalahan pada percobaan yang dilakukan, kesalahan yang terjadi di akibatkan karena kesalahan pada penentuan berat jenis, selain itu pada waktu percobaan terdapat beberapa titik kebocoran pada alat destilasi sehingga mempengaruhi neraca massa komponennya. Setelah didapatkan volume etanol dan air pada sampel feed, destilat dan buttom selanjutnya masing-masing sampel dikonversi menjadi fraksi mol. Fraksi mol ini akan digunakan dalam kurva kesetimbangan pada diagram McCabe-Thiele untuk mengetahui berapa banyak stage yang dilewati oleh senyawa yang teruapkan, dalam praktikum ini pada menit ke 40 banyaknya stange yang dilewati oleh senyawa yang teruapkan sebanyak tujuh stage. Jumlah stage ini sesuai dengan yang dilakukan pada praktikum yakni jumlah stage pada kolom fraksionasi berjumlah tujuh IX.



stage. KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa :



1. Komposisi komponen dari campuran etanol air yakni :  Feed Volume etanol = 1399,317 ml Volume air = 1689,683 ml Fraksi mol etanol = 0,204 Fraksi mol air = 0,796  Destilat Volume etanol = 83,52 ml Volume air = 3,48 ml Fraksi mol etanol = 0,8815 Fraksi mol air = 0,1185  Bottom Volume etanol = 1307,68 ml Volume air



= 1664,32 ml



Fraksi mol etanol



= 0,19589



Fraksi mol air



= 0,7635



2. Jumlah stage dari destilasi fraksionasi yang ditentukan dari kurva kesetimbangan yaitu 7 stage.



DAFTAR PUSTAKA Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar Bachtiar.Wahyuni.2016. Laporan Praktikum destilasi Fraksionasi. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang



www.scribd.com/247523049/doc/-Laporan-Tetap-Destilasi-Fraksionasi