Deteksi Dini Hiv [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DETEKSI DINI PASANGAN HIV DAN DAMPAK PADA ANAK



Acquired Immuno Deficiency Syndrome



Sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV Human Immunodeficiency Syndrome



Suatu retrovirus yang mengandung asam ribonukleat (RNA) yang menginfeksi sel sistem kekebalan dan sistem saraf.



Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman berat bagi pembangunan / kemajuan sosial.



Kasus – kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan pesat, banyak dijumpai pada orang dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.



Menurut Data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 – Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV.



Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita / meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.



AIDS pertama kali dikenali di Amerika Serikat pada 1981. Pada tahun 1994, virus yang dipastikan sebagai penyebab penyakit AIDS ini diberi nama Human Immunodeficiency Virus (HIV)



HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekabalan tubuh



Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahuntahun. Seseorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS. Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HIV primer akut yang lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan seperti sakit flu



GEJALA INFEKSI HIV/AIDS







Infeksi Akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu.







Infeksi Kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun







Sistem Imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS







AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya.



STADIUM INFEKSI (WHO)







Stadium I tanpa gejala ; pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap







Stadium II kehilangan berat badan kurang dari 10%. Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh







Stadium III penurunan berat badan lebih dari 10%. Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.







Stadium IV  Kehilangan berat badan lebih dari 10%



ditambah salah satu dari diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan



 Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP)



 Toksoplasmosis pada otak  Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan  Kriptokokosis di luar paru  Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa



dan kelenjar getah bening



 Infeksi virus Herpes Simpleks pada kulit atau mukosa



lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya



 PML (progressivemultifocalencephalopathy) atau



infeksi virus dalam otak



 Setiap infeksi jamur yang menyeluruh  Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan,



saluran paru dan paru



 Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh  Septikemia salmonela bukan tifoid



 TB di luar paru  Limfoma  Kaposi’s sarkoma



 Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC



PENULARAN HIV / AIDS



 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom)



 Kontak darah/luka dan transfusi darah yang tercemar virus HIV



 Penggunaan jarum suntik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV



 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya



 HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC,



sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin ; batuk ; ludah maupun ciuman bibir atau melalui gigitan nyamuk atau kutu



Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/AIDS adalah :



     



Pekerja seks komersial (PSK) dengan pelanggannya Pramuria/pramupijat Kaum homoseksual Penyalahguna narkoba suntik Penerima darah atau produk darah yang berulang Ibu rumah tangga



Jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV lebih besar dibandingkan jumlah PSK, ini dikarenakan dari 233.000 PSK dengan jumlah pembeli + 7-9 juta orang, 10-20% tidak memakai pelindung (kondom). Dengan kata lain 6 juta wanita terancam terinfeksi HIV karena menikah dengan pelanggan PSK. Diperkirakan sekitra 90% ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV tertular dari suami mereka yang sering “jajan” di luar rumah.



CARA PENCEGAHAN



 Tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami)



 Penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal



 Hindari penggunaan jarum suntik bersamaan  Jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa hubungan seksual aman)



 Pada ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV



 Hindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata



INDIKASI PENGUJIAN HIV 1. Pasien yang berada dalam resiko tinggi



 Laki-laki yang telah melakukan hubungan seks dengan laki-laki sejak tahun 1997



 Penyalahgunaan obat intravena sejak tahun 1977  Penderita hemophilia dan pasien lain yang telah



menerima transfusi darah atau produk darah sejak tahun 1977 yang tidak diuji untuk HIV



 Pasang seksual orang yang berasal dari kelompok tersebut



 Pasangan seksual orang yang diketahui terpapar HIV, orang dengan luka iris, terluka ulkus atau tusukan jarum yang lesinya mengalami kontak langsung dengan darag yang terinfeksi HIV



2. Pasien yang meminta pengujian. 3. Pasien dengan gejala AIDS atau ARC (AIDS-Related Complex) 4. Wanita dari kelompok resiko tinggi yang merencanakan kehamilan atau yang hamil 5. Donor darah, semen atau organ 6. Pasien dengan demensia dalam kelompok resiko tinggi



PEMERIKSAAN HIV Diagnosis HIV lain juga ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang mendukung kemungkinan adanya infeksi HIV adalah :



 Lahir dari ibu resiko tinggi atau terinfeksi HIV  Lahir dari ibu pasangan resiko tinggi atau terinfeksi HIV  Penerima transfusi darah atau komponennya tanpa uji tapis HIV



 Penggunaan obat prental atau intravena secara keliru  Kebiasaan seksual yang keliru



Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :



TES



KEUNTUNGAN



KELEMAHAN



Tes ELISA



Murah,efisien,cocok untuk test jumlah besar, dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV



Butuh staf dan teknisi laboratorium trampil dan terlatih, peralatan canggih



Tes Sederhana



Hasil cepat, tidak butuh peralatan khusus, dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas



Lebih mahal dari tes ELISA, butuh mesin pendingin, ada kontrol internal  hasil akurat



Tes Air Liur & Urine



Prosedur pengumpulan lebih Harus mengikuti prosedur testing sederhana, cocok untuk orang yang yang spesifik dan hati2, belum menolak memberikan darah, lebih banyak dievaluasi dilapangan aman



Tes Konfirmasi



Untuk memastikan suatu hasil positif dari tes ELISA



Mahal, membutuhkan peralatan khusus, petugas harus terlatih



Antigen Virus



Mengetahui infeksi dini HIV, skrinning darah, mendiagnosis infeksi bayi baru lahir



Kurang sensitif untuk tes darah



VCT (Voluntary Counseling & Testing)



Perlu pelayanan konseling yang efektif, konselor perlu disupervisi, konselor terkadang perlu konseling



Tujuan pengujian (testing) dan konseling untuk :



a) Menentukan apakah seseorang telah terkena infeksi HIV



b) Membantu memberikan informasi dan nasehat praktis serta dukungan moral kepada orang membutuhkan, baik mereka yang takut, sudah ketularan maupun kepada keluarga dan lingkungannya yang terdekat



Testing untuk diagnosa HIV selalu harus :  Secara sukarela  Hasilnya dirahasiakan  Disertai dengan konseling sebelum dan sesudah testing



Kualitas konseling sangat penting untuk keberhasilan upaya penanggulangan HIV/AIDS yang manusia. Oleh karena itu harus dilaksanakan upaya menjamin agar metoda dan isis konseling tepat guna, konsisten berkualitas, dirahasikan dan dilaksanakan dalam lingkungan dan suasana yang mendukung.



Konseling pra test HIV :



 Diskusikan arti hasil positif & jelaskan penyimpangan



 Diskusikan arti hasil negatif



(misalnya : serokonversi memerlukan waktu, perilaku resiko tinggi yang baru dilakukan mungkin memerlukan pengujian susulan)



 Siaplah untuk mendiskusikan rasa takut dan kekhawatiran pasien



 Diskusikan mengapa test diperlukan



 Galilah kemungkinan reaksi



pasien terhadap hasil yang positif. Ambilah langkah yang diperlukan untuk mengintervensi kemungkinan reaksi yang membahayakan  Galilah reaksi masa lalu terhadap stress yang parah  Diskusikan konfidensialitas masalah yang relevan dengan situasi test. Diskusikan juga siapa yang dapat melihat hasil test.  Diskusikan kepada pasien bagaimana menjadi seropositif dapat mempengaruhi status sosialnya



 Galilah perilaku resiko tinggi



dan anjurkan intervensi untuk menurunkan resiko  Catatlah diskusi dalam status  Berikan waktu untuk pasien bertanya



Konseling pasca test HIV :



1) Interpresentasi hasil tes. Jelaskan



2) 3)



4)



5)



penyimpangan (mis, “tes yang negatif masih berarti anda dapat tertular virus di masa depan, ini tidak berarti anda kebal terhadap AIDS”) Anjurkan pencegahan penularan Anjurkan follow-up pasangan seksual dan kontak jarum Jika hasil test positif, anjurkan untuk menghindari mendonorkan darah, sperma atau organ dan jangan menggunakan pisau cukur, sikat gigi dan barang lainnya yang mungkin mengandung darah secara bersama-sama Rujukan untuk dukungan psikologis yang tepat



Keuntungan diagnosis dini pada penderita HIV/AIDS :



 Intervensi pengobatan fase infeksi   







asimptomatik dapat diperpanjang Menghambat perjalanan penyakit kearah AIDS Pencegahan infeksi oportunistik Konseling dan pendidikan untuk kesehatan umum penderita Penyembuhan (bila mungkin) hanya dapat terjadi bila pengobatan pada fase dini



Generasi muda termasuk anak-anak manjadi ancaman terbesar terkena infeksi yang berbahaya ini. Sebagian besar kasus HIV AIDS di Indonesia adalah usia 20-29 tahun dan sebagian anak sudah mulai terjangkit.



Menurut data Departemen Kesehatan, di Indonesia sampai dengan Juni 2008 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 12.686 orang dan 6.277 kasus HIV. Penderita dari golongan usia 20-29 tahun mencapai 53.62% dan bila digabung dengan golongan usia sampai 49 tahun, maka angka menjadi 89.27%



Anak yang terkena AIDS di bawah usia 14 tahun sebanyak 228 anak, usia di bawah 1 tahun 62 orang ; 1-4 tahun 129 orang ; 5-14 tahun 47 orang Diperkirakan bahwa setiap hari sepuluh bayi terlahir dengan HIV.



Diperkirakan pada akhir 2015 terjadi penlurana HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu dengan HIV positif.



FAKTOR RESIKO PADA ANAK



WAKTU Selama Persalinan



RESIKO 5-10%



Ketika Persalinan



10-20%



Melalui Air Susu Ibu



10-15%



Keseluruhan Resiko Penularan



25-45%



SELAMA KEHAMILAN  Viral load ibu yang tinggi (infeksi baru / AIDS lanjut)  Infeksi plasenta (virus, bakteri, parasit)  Infeksi menular seksual SELAMA PERSALINAN  Viral load ibu yang tinggi  Pecah ketuban dini (lebih 4 jam)  Persalinan yang invasif  Chorioamnionitis



SELAMA MENYUSUI  Viral load ibu yang tinggi  Durasi menyusui yang lama  Makanan campuran pada tahap awal  Mastitis / abses pada payudara  Status gizi yang buruk  Penyakit mulut pada bayi



DAMPAK HIV AIDS   



Menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif 84%) Angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV / AIDS pada bayi, anak dan orang tua Adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/AIDS masih kuat



Salah satu efek jangka panjang endemi HIV / AIDS yang telah meluas adalah dampak pada indikator demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umur yang lebih muda terkena penyakit ini, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan anggka harapan hidup. Mengingat HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka yang berada pada umur produktif epidemi HIV/AIDS memiliki dampak yang besar pada ketersediaan dan produktivitas angkatan kerja.



PENCEGAHAN PADA ANAK     



Obat antiretrovirus, bedah caesar, pemberian makan formula dapat mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka Pencegahan transmisi maternal ke janin dengan mengurani jumlah ibu hamil dengan HIV (+) melalui kontrasepsi dan pemilihan pasangan Turunkan viral load serendah-rendahnya melalui terapi ARV Orang tua dari bayi yang terpapar HIV harus menyadari benar masalah yang dihadapi anaknya sejak awal



Prevention of mother to child transmission (PMCTC) secara komprehensif menggunakan 4 prong :



 Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduktif



A.



Abstinence (absen seks). Tidak melakukan hubungan seks



B.



Be faithful (bersikap setia). Tidak bergantiganti pasangan seks



C.



Condom. Cegah HIV dengan memakai kondom



1. Menyebarluaskan informasi (KIE) tentang HIV/AIDS 2. Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara kelompok (Peer Group Education) 3. Mobilisasi masyarakat 4. Konseling untuk perempuan HIV positif 5. Layanan yang bersahabat untuk pria



 Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif



      



KIE tentang HIV/AIDS dan praktek seks aman Konseling dan tes HIV sukarela untuk pasangan Pencegahan dan pengobatan IMS Promosi kondom Menganjurkan ibu HIV positif mengikuti keluarga berencana dengan cara yang tepat Senantiasa menerapkan kewaspadaan universal Membentuk dan menjalankan layanan rujukan



 Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya



  



Pemberian ARV profilaksis Konseling tentang makanan bayi (pemberian susu formula) Layanan persalinan yang aman (operasi caesar)



 Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya



   



Perawatan Medis (terapi profilaksis, terapi AR, terapi infeksi oportunistik, perawatan paliatif, tes CD4 dan viral load) Dukungan Psikologis (konseling, dukungan spiritual, dampingan sahabat, dukungan masyarakat) Dukungan HAM & Hukum (mengurangi stigma / diskriminasi) Dukungan Sosioekonomis (dukungan material, dukungan gizi)



PEMERIKSAAN PADA ANAK Pemeriksaan yang bisa dilakukan pada usia di bawah 18 bulan adalah pemeriksaan kultur HIV, tehnik PCR untuk mendeteksi DNA atau RNA HIV dan deteksi antigen p24. Infeksi HIV pada bayi di bawah 18 bulan dapat ditegakkan bila dua sampel dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dengan kultur DNA HIV atau RNA HIV menunjukkan hasil positif.



Peningkatan kasus HIV memerlukan peningkatan keterlibatan dokter khususnya dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis anak serta tenaga medis lainnya.



Mengurangi kehidupan seks bebas, menghibdari narkoba dan perilaku negatif lainnya adalah tindakan yang terus menerus harus di kampanyekan.