DHARMA WACANA MENGENAL HARI GALUNGAN Dan KUNINGAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DHARMA WACANA MENGENAL HARI GALUNGAN dan KUNINGAN



OM SWASTIASTU OM AWIGHNAMASTU YA NAMAH SIDHAM OM ANUBADRAH KERTAWO YANTU WISWATAH Serta Umat Sedharma yang berbahagia Sebagai umat beragama yang memiliki sradha dan bhakti patutlah kita menghaturkan angayubagia kehadapan IDA SANG HYANG WIDHI WASA, karena atas asung kerta waranugrahaNYAlah sehingga kita bisa berkumpul bersama – sama ditempat ini dalam keadaan sehat selalu guna menyampaikan dan mendengarkan pesan dhrama. Umat Sedharma yang berbahagia Pada 27 Maret hingga 6 April 2013 seluruh daerah di Pulau Dewata Bali telah merayakan Galungan dan Kuningan. Sehubungan adanya perayaan keagamaan tersebut maka hampir seluruh Pulau Bali akan dihiasi berbagai macam dekorasi sekaligus kegiatan keagamaan Hindu Bali. Galungan diperingati setiap 210 hari menurut penanggalan Hindu Saka atau setiap enam bulan sekali namun selalu dirayakan pada hari Rabu. Galungan berkaitan erat dengan Hari Raya Kuningan, yaitu jaraknya hanya 10 hari dan dianggap sebagai penutup perayaan Galungan. Oleh karena itu, biasanya cara mengucapkan selamat untuk orang yang merayakannya adalah dengan kalimat "Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan."  Kata ‘galungan’ berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan melambangkan kemenangan Dharma atas Adharma atau kebajikan melawan kejahatan yang berasal dari mitologi "Mayadenawa". Hal ini diyakini bahwa selama periode sepuluh hari perayaan Galungan semua dewa, termasuk dewa tertinggi Sanghyang Widi akan turun ke Bumi. Selain itu, diyakini pula bahwa roh-roh leluhur dan kerabat akan kembali untuk mengunjungi rumah mereka sehingga berbagai ritual dan sesaji dilakukan untuk menyambut mereka.



Selama festival, semua kawasan di Pulau Bali akan dihiasi tiang bambu yang disebut "penjor". Tiang-tiang itu nantinya akan dihiasi buah-buahan, daun kelapa, dan bunga. Tiang bambu tersebut juga akan diletakkan di dekat pintu masuk rumah. Festival yang digelar akan didahului berbagai persiapan yang dimulai tiga hari sebelum festival atau disebut Penyekeban sebagai penanda persiapan Galungan, Setiap keluarga akan membungkus pisang belum matang di pot tanah liat untuk mempercepat kematangan. Pada hari kedua yang disebut Penyajahan ibu-ibu akan mempersiapkan berbagai jenis kudapan yang diperlukan untuk sesajen dan akan dipersembahkan saat hari raya Galungan. Hari terakhir persiapan atau disebut Penampahan adalah saat warga Bali akan memotong hewan kurban yang akan digunakan dalam ritual. Selama Galungan, upacara Ngelawang akan digelar di setiap desa. Ritual ini untuk mengusir roh jahat yang dilakukan oleh tarian barong. Barong diundang ke setiap rumah dan kehadirannya dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan antara yang baik dan jahat di dalam rumah. Sebelum barong menari para penghuni rumah akan berdoa terlebih dahulu. Puncak parayaan disebut Kuningan. Hal ini diyakini bahwa pada hari tertentu, Sang Hyang Widi turun ke Bumi untuk memberikan berkat bagi semua orang. Sebagai penutupan rangkaian ritual Galungan, Kuningan juga menandai kembalinya dewa dan leluhur ke alam mereka sendiri. Umat Sedharma yang berbahagia Demikianlah Dharma Wecana yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, mengingat waktu yang membatasi kita maka saya akhiri dharma wecana ini dengan paramesanti. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM



MENGENAL HARI GALUNGAN dan KUNINGAN (DHARMA WACANA)



Oleh: I MADE WIRAJAYA VI E PAGI 10.07.01.1222



FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA DAN SENI UNIVERSITAS HINDU INDONESIA 2013