Dharmawacana Artha [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JNANA DHARMA SEBAGAI PONDASI KEHIDUPAN Om Awighnamastu Namo Siddham Yang terhormat Bapak/Ibu dewan juri, dan hadirin umat se-dharma yang berbahagia, terimalah salam Panganjali umat dari saya Om Swastyastu Puji syukur kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita semua bisa berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apapun. Pada kesempatan yang baik ini saya akan menyampaikan dharmawacana dengan tema “ HUBUNGAN PENERAPAN ANTARA CATUR ASRAMA DAN CATUR PURUSA ARTHA “. Dan dengan judul “JNANA DHARMA SEBAGAI PONDASI KEHIDUPAN”. Alasan saya memilih tema ini karena ajaran Catur Asrama dan Catur Purusa Artha merupakan salah satu dari sekian banyak ajaran agama Hindu yang masih sangat relevan di jaman ini, dan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan saya memilih judul ini karena banyak generasi Hindu yang menyepelekan atau kurang sadar akan pentingnya masa brahmacari. Umat se-dharma, sebagai makhluk ciptaan tuhan kita ibarat barang elektronik. Ketika suatu perusahan memproduksi barang elrktronik maka perusahaan tersebut juga akan membuat buku petunjuk tentang alat tersebut. Begitu juga ketika Ida Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta beserta dengan isisnya, beliau juga menurunkan ajaran-ajaran sucinya sebagai pedoman dalam hidup ciptaanya. Dua contoh dari sekian banyak ajaran suci Tuhan yaitu ajaran tentaang empat jenjang kehidupan manusia atau Catur Asrama dan ajaran tentang empat tujuan hidup manusia atau Catur Purusa Artha. Tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua jika mendengar tentang Catur Asrama dan Catur Purusa Artha. Catur Asrama terdiri dari Brahmacari Asrama yaiitu masa menuntut ilmu pengetahuan, Grehasta Asrama yaitu masa membina rumah tangga, Wanaprsta Asrama yaitu masa mengasingkan diri dan mulai melepaskan ikatan keduniawian, dan yang terakhir Biksuka Asrama yaiitu masa dimana manusia sudah lepas dari ikatan keduniawian. Sedangkan Catur Purusa Artha terdiri dari Dharma artinya kebenaran, Artha artinya tujuan atau harta benda, Kama artinya keinginan/kenikmatan, dan Moksa artinya menyatunya atma dengan Brahman.



Dalam implementasinya Catur Asrama dengan Catur Purusa Artha mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Karena Catur Asrama adalah fase kehidupan dan Catur Purusa Artha adalah tujuannya. Masing-masing fase di dalam Catur Asrama mempunyai tujuan yang berbeda menurut Catur Purusa Artha. Pada masa Brahmacari tujuan utamanya adalah Dharma, pada masa Grahasta tujuan utamanya adalah Artha dan Kama, pada masa Wanaprasta tujuannya adalah mengurangi Artha dan Kama, dan pada masa Bhiksuka tujuannya adalah Moksa. Yang akan saya tekankan disini adalah mengapa Brahmacari menjadi fase awal dalam hidup ini? Dan mengapa Dharma menjadi tujuan pertama dalam hidup ini?. Umat sedharma, ada sebuah kutipan “Dharma su satyam uttamam”. Yang artinya lakukanlah segala sesuatu berdasarkan Dharma. Dan dalam kitab Sarasamusscaya.12. Dikatakan: “Yan paramarthanya, yan artha kama sadyan, dharma juga lekasakena rumuhun, niyata katemwaning arthakama mene tan paramartha wi katemwaning arthakama deninganasar sakeng dharma”. Artinya: pada hakekatnya, jika Artha dan Kama dituntut, maka seharusnya Dharma dilakukan lebih dulu, tak terasingkan lagi pasti akan diperoleh Artha dan Kama itu nanti, tidak akan ada artinya jika Artha dan Kama itu diperoleh menyimpang dari Dharma. Dari kutipan dan sloka tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam hidup ini Dharma adalah dasar untuk mendapatkan Artha, Kama, dan juga Moksa. Ibarat bangunan Dharma adalah pondasi, dan jika diibaratkan tubuh manusia Dharma adalah kaki. Jika segala sesuatu dilandasi dengan Dhrama maka keberhasilanlah yang akan kita peroleh. Disini juga berlaku hukum karma phala jika kita berbuat kebaikan maka kebaikan pulalah yang akan kita dapatkan, dan jika kita berbuat buruk maka keburukan juga yang kita dapatkan. Maka dari itu untuk mendapatkan Artha, Kama, dan untuk mencapai Moksa segala usaha dan tindakan kita harus berlandaskan Dharma. Agar kita bisa membedakan mana Dharma dan mana Adharma, maka kita harus bisa memberdayakan idep (akal dan budi) yang kita miliki dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan atau jnana akan membangun kemampuan berpikir untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk (wiwekajnana). Hal itu sama dengan arti dari salah satu simbol dewi Sarasvati yaitu angsa yang melambangkan kebijaksanaan. Itu artinya orang yang berilmu akan bijaksana



sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu ilmu pengetahuan juga merupakan bekal kita untuk mengarungi jenjang-jenjang kehidupan berikutnya. Ibarat kita berjalan di tempat gelap, ilmu pengetahuanlah yang menjadi lilin penerang jalan kita. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan?. Tentu dengan cara belajar, dan belajar yang paling efektif kita lakukan adalah pada saat masa Brahmacari. Karena pada masa Brahmacari fikiran kita masih tajam sehingga sangat efektif untuk menangkap dan meresapi pengetahuan. Selain itu pada masa Brahmacari ini kita masih menjadi tanggung jawab orang tua, sehhingga kita bisa lebih fokus karena pikiran kita belum bercabang-cabang. Agama Hindu adalah agama yang mengagungkan pendidikan, tapi sayangnya di jaman ini banyak umat kita yang menyepelekan pentingnya pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari sedikitnya generasi Hindu yang mengenyam pendidikan sampai tingkat sarjana. Selain itu, banyak umat kita yang hanya mementingkan dari segi ritual semata. Contoh ketika perayaan hari raya Sarasvati kita melakuakan upacara pada buku kita, padahal sebelum dan sesudah upacara dilakuakan buku-buku tersebut jarang kita baca. Yang lebih memprihatinkan lagi, umat kita masih banyak yang malas membaca kitab suci. Tidak seperti agama lain yang sedari kecil mereka sudah dibiasakan mengenal kitab sucinya. Padahal seharusnya kita sebagai umat Hindu harus fokus dan semangat dalam menempuh pendidikan. Contohnya seperti para Pandawa yang tekun mengikuti masa pendidikan mereka di asrama guru Drona. Dan guru Drona yang memiliki tekad kuat untuk belajar dengan Parasurama. Akhirnya mereka semua menjadi kesatriya yang bijaksna, tangguh, dan kuat. Ketekunan para tokoh tersebut dalam menuntut ilmu perlu kita contoh, mengapa? Saya ingin bertanya kepada umat se-dharma: Apakah umat se-dharma ingin tetap bodoh dan dibodohbodohi? Apakah umat se-dharma mau jadi sampah masyarakat? Apakah umat se-dharma mau jadi pecundang dalam setiap persaingan hidup ini? Tentu saja jawabannya tidak. Jadi kita sebagai generasi muda Hindu mari lebih tekun dan semangat lagi dalam menuntut ilmu di masa Brahmacari ini. Karena dengan ilmu kita bisa terbebas dari kebodohan, dengan ilmu pula kita bisa bermanfaat bagi masyarakat, karena ilmu membuat yang sulit menjadi lebih mudah, karena dengan ilmu kita bisa bersaing di jaman modern ini, dan dengan ilmu kita bisa lebih bijaksana untuk membedakan mana yang benar (Dharma) dan mana yang salah (Adharma). Sehingga kita



mampu melandasi setiap tindakan kita dengan Dharma dan pada akhirnya kita bisa mencapai setiap tujuan hidup kita yaitu Dharma, Artha, Kama, dan Moksa. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada salah kata yang kurang berkenan di hati umat se-dharma saya minta maaf, dan kepada Ida Sang Hyang Widhi saya mohon ampun. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, dan saya akhiri dengan Paramasantih. Om Santih, Santih, Santih Om.