Diklat Perkerasan Kaku PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH



DIKLAT PERKERASAN KAKU



|2017



MODUL 6 PENGENDALIAN MUTU PELAKSANAAN PERKERASAN KAKU



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



KATA PENGANTAR Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponenkomponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik. Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini diuraikan mengenai teori pengendalian mutu pelaksanaan setiap tahap kegiatan dalam konstruksi perkerasan kaku.



Bandung, Oktober 2017 Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah



Diklat Perkerasan kaku-2017



i



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................................... I DAFTAR ISI .............................................................................................................................. II DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... III DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. III PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ........................................................................................ IV BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 1 B. DESKRIPSI SINGKAT .............................................................................................................. 1 C. TUJUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................................... 1 D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ............................................................................ 2 E. ESTIMASI WAKTU ................................................................................................................. 2 BAB 2 PENGENDALIAN MUTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU....................... 3 A. UMUM .................................................................................................................................. 3 B. PENGENDALIAN MUTU SELAMA PELAKSANAAN ................................................................. 3 C. PENGENDALIAN MUTU PADA PENENTUAN PROPORSI CAMPURAN BETON ....................... 9 D. PENGENDALIAN MUTU PADA UNIT PENAKAR (BATCHING PLANT) ................................... 10 E. PENGENDALIAN MUTU PADA UNIT PENCAMPURAN BETON............................................. 11 F. PENGENDALIAN MUTU SEBELUM PENGECORAN BETON .................................................. 11 G. PENGENDALIAN MUTU PADA PELAKSANAAN PENGECORAN ............................................ 13 H. PENGENDALIAN MUTU SETELAH PEMBETONAN ............................................................... 17 I. PENGUJIAN BETON SEMEN ................................................................................................ 19 J. TOLERANSI PENYIMPANGAN.............................................................................................. 22 K. PEMBUKAAN UNTUK LALU LINTAS .................................................................................... 23 L. RANGKUMAN ..................................................................................................................... 23 M. LATIHAN ............................................................................................................................. 23 BAB 3 PENUTUP ....................................................................................................................... 24 A. UMPAN BALIK DAN TINGKAT LANJUT ............................................................................................... 24 B. KUNCI JAWABAN ............................................................................................................................... 24



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 29 GLOSARIUM .......................................................................................................................... 30



Diklat Perkerasan kaku-2017



ii



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



DAFTAR TABEL Tabel 1 - Ketentuan Kuat Tekan



21



DAFTAR GAMBAR Gambar 1 - Penanganan agregat Gambar 2 - Penyimpanan agregat halus Gambar 3 - Penyimpanan agregat kasar Gambar 4 - Gudang penyimpanan semen



6 6 7 8



Diklat Perkerasan kaku-2017



iii



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta pelatihan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda mempunyai gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini. 2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep pentingnya. 3. Segeralah membuat Ringkasan Materi tentang hal-hal esensial yang terkandung dalam modul ini 4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi modul ini, tangkaplah konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya. 5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang relevan baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media cetak maupun dari media elektronik. 6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi modul ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri, kemudian lihat kunci jawabannya. 7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman sejawat atau catat untuk bahan diskusi pada saat tutorial. 8. Peserta membaca dengan seksama setiap Sub Materi dan bandingkan dengan pengalaman Anda yang dialami di lapangan. 9. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila belum dapat menjawab dengan sempurna, hendaknya Anda latihan mengulang kembali materi yang belum dikuasai. 10. Buatlah Ringkasan Materi, buatlah latihan dan diskusikan dengan sesama peserta untuk memperdalam materi



Diklat Perkerasan kaku-2017



iv



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



BAB 1 PENDAHULUAN



A.



LATAR BELAKANG



Perlunya pengawasan terhadap setiap langkah pada konstruksi perkerasan kaku agar didapatkan mutu perkerasan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan, seperti pengendalian mutu beton bukan hanya untuk mendapatkan beton yang memenuhi spesifikasi, tetapi juga untuk alasan ekonomis. Jika tingkat pengawasan yang dilaksanakan adalah rendah, maka akan menghasilkan deviasi standar yang lebih tinggi sehingga harus dicapai kekuatan rata-rata yang lebih tinggi yang tentunya memerlukan pemakaian semen yang lebih banyak. Pengawasan pekerjaan perkerasan kaku harus dilakukan pada seluruh tahapan pekerjaan sejak pekerjaan awal sampai pekerjaan akhir dengan pengujian-pengujian dan pengamatan dilapangan.



B.



DESKRIPSI SINGKAT



Mata Diklat ini membekali peserta diklat tentang pemahaman mengenai Pengendalian Mutu Pelaksanaan Perkerasan Kaku yang meliputi pengendalian mutu selama pelaksanaan, pengujian beton semen, hingga pembukaan lalu lintas. Pembelajarannya melalui kegiatan pengamatan (studi lapangan) dan seminar hasil studi lapangan.



C.



TUJUAN PEMBELAJARAN



Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai berikut: 1. Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan mengevaluasi mutu konstruksi perkerasan kaku. 2. Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu: a. Mampu Memahami Proses Pengendalian Mutu Bahan. b. Mampu Melakukan Pemeriksaan Visual Proses Produksi. c. Mampu Melakukan Pemeriksaan Hasil Produksi Di Batching Plant Diklat Perkerasan kaku-2017



1



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



d. Mampu Memahami Proses Pengendalian Campuran Beton Di Lokasi Pekerjaan Lapangan. e. Mampu Mengevaluasi Permukaan Akhir. f.



D.



Mampu Mengevaluasi Contoh Inti dan Pengujian Kekuatan Beton.



MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK



Dalam modul Konsep dasar konsruksi perkerasan kaku ini terdapat satu materi yang akan dibahas, yaitu: 1. BAB 1 – Pengendalian mutu konstruksi perkerasan kaku, meliputi:



E.



a.



Pengendalian Mutu Selama Pelaksanaan



b.



Pengendalian Mutu Pada Penentuan Proporsi Campuran Beton



c.



Pengendalian Mutu Pada Unit Penakaran (Batching Plant)



d.



Pengendalian Mutu Pad Unit Pencampuran Beton



e.



Pengendalian Mutu Sebelum Pengecoran Beton



f.



Pengendalian Mutu Pada Pelaksanaan Pengecoran



g.



Pengendalian Mutu Setelah Pembetonan



h.



Pengujian Beton Semen



i.



Toleransi Penyimpangan



j.



Pembukaan Untuk Lalu Lintas



ESTIMASI WAKTU



Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) mata diklat yang terakhir yang harus diikuti adalah Mata Diklat Pendalian Mutu Pelakasanaan Perkerasan Kaku. Mata Diklat ini akan dilaksanakan selama 3 jam pelatihan, @ 45 menit.



Diklat Perkerasan kaku-2017



2



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



BAB 2 PENGENDALIAN MUTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU



Indikator keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan mengevaluasi mutu konstruksi perkerasan kaku.



A.



UMUM



Tujuan pengendalian mutu pekerjaan beton adalah untuk mengukur dan mengawasi variasi bahan-bahan campuran dan mengukur serta mengawasi operasional pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap kekuatan dan keseragaman beton. Operasional pekerjaan yang dimaksud adalah pengendalian mutu bahan, penakaran (batching), pencampuran (mixing), pengecoran (placing), perawatan (curing), dan pengujian (testing). Perlunya pengawasan terhadap mutu beton bukan hanya untuk mendapatkan beton yang memenuhi spesifikasi, tetapi juga untuk alasan ekonomis. Jika tingkat pengawasan yang dilaksanakan adalah rendah, maka akan menghasilkan deviasi standar yang lebih tinggi sehingga harus dicapai kekuatan rata-rata yang lebih tinggi yang tentunya memerlukan pemakaian semen yang lebih banyak. Pengawasan pekerjaan beton harus dilakukan pada seluruh tahapan pekerjaan sejak pekerjaan awal sampai pekerjaan akhir berupa pengujian campuran.



B.



PENGENDALIAN MUTU SELAMA PELAKSANAAN



Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengendalian mutu selama pelaksanaan perkerasan kaku adalah sebagai berikut : 1. Pekerjaan Awal Pekerjaan yang dilakukan, antara lain :  



Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan



Diklat Perkerasan kaku-2017



3



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



   



Peralatan dan Organisasi Kontraktor Penentuan tugas dan tanggung jawab Menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan Peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian



2. Pengendalian mutu bahan Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan, baik mutu maupun jumlahnya. Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak. a. Agregat a) Kualitas bahan yang akan digunakan harus sudah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan b) Memeriksa apakah ukuran maksimum agregat sudah memenuhi ketentuan harus  1/3 tebal pelat atau  ¾ jarak bersih minimum antar tulangan. c) Agregat untuk campuran beton harus ditangani secara baik, karena agregat yang memiliki mutu bagus bisa menghasilkan beton yang tidak baik disebabkan oleh kesalahan penanganan agregat. Untuk mendapatkan agregat yang memenuhi persyaratan, perlu diperhatikan bagaimana cara pengelolaan agregat : 



Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya







Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m. Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan dijaga agar tidak membentuk kerucut







Segregasi dalam agregat kasar dapat dikurangi jika agregat dipisahkan dalam ukuran-ukuran tersendiri dapat dikurangi jika agregat



dipisahkan dalam



ukuran-ukuran tersendiri. 



Harus dilakukan pemeriksaan secara efektif pada tumpukan agregat di batch plant terhadap kemungkinan adanya segregasi



Diklat Perkerasan kaku-2017



4



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final







Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di satukan







Pencampuran dua atau lebih agregat halus dengan ukuran yang berbeda harus dengan cara yang menghasilkan campuran agregat yang baik







Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam sebelum digunakan







Waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam







Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut harus mempunyai kadar air yang seragam







Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. 



Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.







Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi







Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya . 



Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.







Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi



Cara penanganan dan penyimpanan agregat yang baik dan tidak baik ditunjukkan pada gambar 1 sampai gambar 3.



Baik



Tumpukan material dibuat sedemikian sehingga tidak terjadi material menggelinding pada lereng tumpukan Diklat Perkerasan kaku-2017



Tidak disetujui Marerial yang turun dari truk menggelinding pada lereng untuk sampai ke bawah sehingga terjadi segregasi. Truk 5



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



beroperasi berulang-ulang di atas tumpukan material yang sudah ada



Dapat diterima Tumpukan dibuat secara melingkar dalam lapis-lapis horizontal oleh bulldozer yang bekerja dari material yang dijatuhkan dari ban berjalan (conveyor belt)



Secara umum kurang bisa diterima Marerial yang turun dari truk menggelinding pada lereng untuk sampai ke bawah sehingga terjadi segregasi. Truk beroperasi berulang-ulang di atas tumpukan material yang sudah ada



Gambar 1 - Penanganan agregat



Benar



Gunakan ban berjalan yang dapat dipindah-pindah serta dilengkapi kerucut berdinding curam untuk jatuhnya bahan, yang dijaga pada lokasi yang serendah mungkin dan gunakan saringan halus untuk menjaga angin yang menerbangkan butir-butir halus dari ban berjalan



Salah Bahan yang dijatuhkan bebas dari ujung penimbun, memberi kesempatan pada angin untuk memisahkan butiran halus dari bahan-bahan kasar



Gambar 2 - Penyimpanan agregat halus



Diklat Perkerasan kaku-2017



6



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



benar salah Menempatkan bahan dalam tumpukan sendiri-sendiri tidak lebih dari satu muatan truk dan tidak terjadi kemungkinan turunnya agregat ke bawah sampai ke tepi tumpukan Gambar 3 - Penyimpanan agregat kasar b. Semen Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan Spesifikasi semen untuk perkerasan kaku. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan. Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1)



Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat, seperti tampak pada Gambar 4.



2)



Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak semen



3)



Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa



4)



Semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain



5)



Semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman



Diklat Perkerasan kaku-2017



7



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



benar



salah Gambar 4 - Gudang penyimpanan semen



6)



Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat



7)



Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0C



8)



Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.



c. Air Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Diklat Perkerasan kaku-2017



8



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari. d. Bahan Tambah (Admixtures) Penggunaan bahan tambah dilakukan untuk maksud : 



Kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau







Pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing), pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat, atau







Pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh



Perhatikan proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan. Pastikan setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan.



C.



PENGENDALIAN MUTU PADA PENENTUAN PROPORSI CAMPURAN BETON



Pengendalian mutu pada proses penetuan proporsi campuran campuran beton meliputi kegiatan: a. Pengujian agregat yang meliputi, gradasi, berat jenis, penyerapan dan kadar air agregat b. Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan dan percobaan campuran di laboratorium. c. Proporsi rencana campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan d. Data perencanaan campuran, meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, kelecakan dan kekuatan e. Volume takaran, meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat.



Diklat Perkerasan kaku-2017



9



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



D.



PENGENDALIAN MUTU PADA UNIT PENAKAR (BATCHING PLANT)



Kegiatan pengendalian mutu pada unit penakar, meliputi : a. Pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur semen, agregat, air dan bahan tambah



Peralatan yang digunakan harus memadai dan dapat beroperasi dengan baik  Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat tersebut harus dilengkapi dengan bak penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran (batching controls).  Untuk mutu beton fc’> 20 MPa atau K250 seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc’< 20 MPa atau K250 diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995 b. Pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala timbangan  Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.  Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali menimbang. Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti. Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala selama pelaksanaan.  Semen yang berbeda merek tidak boleh digunakan pada pencampuran yang bersamaan  Semen harus ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%  Apabila digunakan semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam zak  Agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %  Air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat. Toleransi penakaran maksimum 1%  Bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalam berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%.  Abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat dengan batas ketelitian 3 % -



Diklat Perkerasan kaku-2017



10



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



E.



PENGENDALIAN MUTU PADA UNIT PENCAMPURAN BETON



Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan alat pengaduk dan material bahan campuran beton. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan Bahan tambah apabila diperlukan yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan selesai. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik, kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik. Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Spesifikasi beton siap pakai (Ready-mixed Concrete)).



F.



PENGENDALIAN MUTU SEBELUM PENGECORAN BETON



Pengendalian mutu sebelum pengecoran meliputi kegiatan : a. Tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air



Diklat Perkerasan kaku-2017



11



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



b. Pemeriksaan acuan: kesesuaian acuan, alinyemen, kemiringan



c. Pemeriksaan pemasangan tulangan 



Pemasangan besi sebagai tulangan, harus pada tempatnya sesuai rencana dan tidak boleh bergeser lebih dari 2,5 cm dalam arah horizontal serta tidak boleh berbeda lebih besar 1,25 cm dalam arah vertikal







Sambungan antara tulangan, harus mempunyai bagian yang tumpang tindih (overlap) sepanjanag 33 kali diameter tulangan tetapi tidak boleh kurang dari 45 cm .



Diklat Perkerasan kaku-2017



12



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



c. Pemeriksaan sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinyemen, dudukan dan ruji



G.



salah



pemasangan yang benar



salah



dudukan ruji yang benar



PENGENDALIAN MUTU PADA PELAKSANAAN PENGECORAN



Pengedalian mutu pada saat pelaksanaan pengecoran meliputi: a. Persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cuaca. 



Jumlah dari kondisi peralatan harus dalam keadaan jumlahnya.



baik



dan



cukup



Peralatan tersebut semuanya harus disediakan sesuai dengan



jenis dan kualitas beton yang direncanakan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan harus disediakan peralatan cadangan. 



Tenaga kerja, jumlah dan kemampuan (skill) tenaga kerja harus sesuai dengan jumlah peralatan, jenis serta volume campuran yang akan dihasilkan dan waktu pelaksanaan yang direncanakan.







Sebelum memulai pengerjaan pelaksanaan perkerasan kaku, haru selalau di prediksi



keadaan



lingkungan



seperti kecepatan angin,



kelembapan,



temperature adukan beton, dan temperature udara, sehingga penguapan yang bakal terjadi tidak lebih dari 1 kg/m2/jam Diklat Perkerasan kaku-2017



13



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final







Jika pelaksanaan pengecoran dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, maka pencegahan penguapan harus dilakukan, sebagai berikut :



i.



ii. iii. iv.



Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 320 C. Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir, maka dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat



b. Pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segregasi) dan keterlambatan 



Sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut, pengangkutan harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton



c. Pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsistensi 



Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating), rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton  30 C.







Apabila digunakan truck mixers atau truck agitators, rentang waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton  30 C.



d. Pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan sambungan. Penempatan beton 



Pengecoran



beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi



segregasi. Diklat Perkerasan kaku-2017



14



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final







Bila pelaksanaan dilakukan pada cuaca panas,dan bila temperature beton basah (fresh concrete) diatas 24 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungidari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai.Temperatur agregat kasar diturunkan dengan cara menyemprotkan air. Pengecoran harus dihentikan bila temperature beton pada saat dituangkan lebih dari 32o C.







Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.







Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang.







Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat.







Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar.







Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, maka pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan, kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.







Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya dengan metode yang sesuai, yaitu : pemadatan dengan tangan atau pemadatan dengan getaran.







Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).







Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan



Diklat Perkerasan kaku-2017



15



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



sambungan konstruksi (construction joint) yang telah ditentukan sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. 



Bila pekerjaan pengecoran terhenti lebih dari 30 menit akibat kekurangan bahan adukan beton, maka pada daerah tersebut harus dilakukan pembuatan sambungan pelaksanaan







Dalam pengecoran beton harus dihindari terjadinya segregasi antara partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.







bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, campuran beton tidak boleh digunakan kecuali diberikan bahan tambahan(aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)







Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.







Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.



Pemadatan 



Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik laindi dalam cetakan







Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.







Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada



Diklat Perkerasan kaku-2017



16



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



agregat. 



Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain







Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam sesuai tabel dibawah ini Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam)



Jumlah Alat



4 8 12 16 20



2 3 4 5 6



e. Penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi. f.



Pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen, perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan



H.



PENGENDALIAN MUTU SETELAH PEMBETONAN



Pengendalian mutu setelah pembetonan meliputi: a.



Waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari 



Acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dicor sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar tidak merusak perkerasan beton.







Setelah acuan dibongkar, bagian sisi perkerasan beton harus dirawat (curing)







Bila ada lokasi keropos yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus







Lokasi yang banyak keroposnya dianggap pekerjaan yang cacat mutu dan harus dibongkar dan diganti



Diklat Perkerasan kaku-2017



17



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



b. Perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan dan lama waktu perawatan  Permukaan Perkerasan Beton Semen yang terekspos harus segera dirawat dengan penyemprotan segera setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan dengan sikat sesuai dengan kondisi berikut ini : 



Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak terputus, dan disemprotkan dengan merata dalam 2 kali penyemprotan :







Pertama-tama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak begitu mengkilap”, dan







Yang kedua 10 sampai 30 menit setelah itu atau sebagaimana disarankan pabrik pembuatnya.







Pada permukaan dengan acuan tetap, penyemprotan pertama haruslah dalam 30 menit setelah penggarukan dan yang kedua haruslah 15 sampai 45 menit sesudahnya.







Masing-masing penyemprotan harus dengan kadar yang sesuai dengan sertifikat pengujian harus memenuhidengan aplikasi minimum 0,20 ltr/m2, kecuali bahwa:







Untuk lokasi yang disemprot selain dengan alat penyemprot mekanik, kadar penyemprotan harus lebih tinggi 25% dari kadar yang disebutkan dalam sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien, harus memenuhi nilai minimum 0,20 ltr/m2. Lokasi ini termasuk permukaan untuk sambungan dan ruas-ruas dengan tepi acuan bergerak yang ditunjang oleh acuan sementara pada saat penyemprotan awal







Setiap ruas yang penyemprotannya tidak memenuhi syarat harus disemprot ulang dalam waktu 6 (enam) jam dengan kadar penyemprotan yang telah diuji tidak kurang dari kekurangan dua kali penyemprotan semula.







Lapisan perawatan harus dipertahankan utuh dalam bentuk selaput (membrane) yang menerus dan tidak patah sampai kekuatan lapangan sebesar 300 kg/cm2dicapai. Setiap kerusakan selaput perawatan (curing membrane) harus diperbaiki dengan penyemprotan manual pada lokasi yang cacat.







apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah dicor sebelumnya dengan umur kurang dari 7 hari harus dilakukan penyemprotan



Diklat Perkerasan kaku-2017



18



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



ulang minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas pada lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan konstruksi. c.



Perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan pencatatan temperatur



d.



Sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran bagian atas pada sambungan.



e.



Penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan sambungan dan penutupan.



f.



Pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian. Begitu beton mengeras, permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus atau Perkerasan Beton Semen harus diuji dengan memakai mistar lurus (straightedges) sepanjang 3,0 m. Lokasi yang menunjukan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0 m, itu harus ditandai dan segera diturunkan elevasinya dengan gurinda yang telah disetujui, sampai elevasinya tidak melampaui 3 mm bilamana diuji ulang dengan mistar lurus sepanjang 3,0 m. Bilamana penyimpangan penampang melintang terhadap yang semestinya malampaui 12,5 mm, perkerasan beton harus dibongkar dan diganti kembali.



I.



PENGUJIAN BETON SEMEN



Kegiatan pengujian untuk pengendalian mutu perkerasan kaku, meliputi 



Campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara.







Pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.



a. Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)



Satu pengujian "slump", atau lebih, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan dilakukan



sesaat



sebelum



pengecoran,



Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan



tanpa



Diklat Perkerasan kaku-2017



membentuk



rongga,



celah, gelembung udara atau 19



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat. b. Pengujian Kuat Tekan







untuk mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah benda uji ), yang selisih nilai antara keduanya ± 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.







Untuk



keperluan



pengujian



kuat



tekan



beton,



harus menyediakan



benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 034810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. 



Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak. Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran.







Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-masing mutu beton > 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m 3 beton dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah < 60 m3, maka untuk setiap maksimum 10 m 3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.







Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton jumlah masing-masing mutu > 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 15 m3 beton secara acak, dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah < 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m 3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m 3 tercapai harus



Diklat Perkerasan kaku-2017



20



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



diperoleh satu hasil uji. 



Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang disyaratkan dalam Tabel 1 Tabel 1 - Ketentuan Kuat Tekan Mutu Beton











fc’ (MPa)



bk (kg/cm2)



50 45 40 35 30 25 20 15 10



K600 K500 K450 K400 K350 K300 K250 K175 K125



Kuat Tekan Karakteristik (kg/cm2) Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder 150x150x150mm 150mm - 300mm 500 600 450 500 400 450 350 400 300 350 250 300 200 250 150 175 100 125



Apabila setelah selesai pengecoran



beton seluruhnya untuk masing-



masing mutu beton terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum, maka apabila tidak dinilai dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik yang lain, tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 pemeriksaan benda uji berturut-turut,fcm,4 terjadi tidak kurang dari 1,15 fc‘. Masing-masing hasil uji tidak boleh kurang dari 0,85 fc‘. 



Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan pengujian beton inti (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan pengambilan beton inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada satu lot







Jika kuat lentur dalam 28 hari untuk setiap lot kurang dari 90% dari kuat lentur beton minimum yang disyaratkan maka lot yang diwakili pengujian balok ini harus dibongkar dan diganti.



Diklat Perkerasan kaku-2017



21



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



Contoh untuk uji kuat tarik lentur dan slump



J.



Contoh untuk uji kuat tarik tekan



TOLERANSI PENYIMPANGAN a.



Kerataan Permukaan baik Melintang atau Memanjang Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.



b.



Ketebalan Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang



perlu



untuk



menentukan



ketebalan



perkerasan



setelah



penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174 (Test method for measuring length of drilled concrete cores). Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai. Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. Diklat Perkerasan kaku-2017



22



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



K.



PEMBUKAAN UNTUK LALU LINTAS



Perkerasan beton tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil pengujian terhadap benda uji yang dicetak dan dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998 mencapai 90% kuat lentur minimum sebesar 45 kg/cm2 atau yang disyaratkan. Sebelum dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan harus telah selesai dikerjakan. Baik peralatan maupun lalu lintas, termasuk kendaraan proyek tidak diperkenankan melewati permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus yang telah selesai sampai beton tersebut mencapai paling tidak 70% dari kekutan yang disyaratkan.



L.



RANGKUMAN



Pengendalian mutu konstruksi perkerasan kaku pada saat pelaksanaan, meliputi: a. Pengendalian mutu pada penentuan proporsi campuran beton b. Pengendalian mutu pada unit penakaran (batching plant) c. Pengendalian mutu pada unit pencampuran beton d. Pengendalian mutu sebelum pengecoran beton e. Pengendalian mutu pada pelaksanaan pengecoran f. Pengendalian mutu setelah pembetonan g. Pengujian beton h. Pembukaan untuk lalu lintas



M.



LATIHAN



Jawab pertanyaan dibawah ini dengan jelas ! 1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan agregat untuk mendapatkan agregat yang memenuhi persyaratan? 2. Bagaimana cara penyimpanan semen untuk campuran beton? 3. Apa saja pengendalian mutu yang harus dilakukan pada penentuan proporsi campuran? 4. Apa yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran beton untuk konstrukdi perkerasan kaku? Diklat Perkerasan kaku-2017



23



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



BAB 3 PENUTUP



EVALUASI KEGIATAN BELAJAR Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner tertulis : 2. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan isi dari materi modul tersebut. 3. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi, kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran, ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-lain. 4. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Diklat, yaitu peserta dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Diklat terkait dengan penyiapan perlengkapan diklat, sarana dan prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll. 5. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.



A. UMPAN BALIK DAN TINGKAT LANJUT Peserta telah menyelesaikan pelatihan ini, untuk mengukur pemahaman peserta maka perserta diharuskan melaksanakan seminar hasil pelatihan



B. KUNCI JAWABAN 1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan agregat untuk mendapatkan agregat yang memenuhi persyaratan? Jawab: Diklat Perkerasan kaku-2017



24



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final







untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda, maka sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya







Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m. Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan dijaga agar tidak membentuk kerucut







Segregasi dalam agregat kasar dapat dikurangi jika agregat dipisahkan dalam ukuran-ukuran tersendiri dapat dikurangi jika agregat



dipisahkan dalam



ukuran-ukuran tersendiri. 



Harus dilakukan pemeriksaan secara efektif pada tumpukan agregat di batch plant terhadap kemungkinan adanya segregasi







Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di satukan







Pencampuran dua atau lebih agregat halus dengan ukuran yang berbeda harus dengan cara yang menghasilkan campuran agregat yang baik







Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam sebelum digunakan







Waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam







Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut harus mempunyai kadar air yang seragam







Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. 



Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.







Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi







Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya . 



Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.







Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi



Diklat Perkerasan kaku-2017



25



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



2. Bagaimana cara penyimpanan semen untuk campuran beton? Jawab: 



Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat,







Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak semen







Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa







Semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain







Semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman







Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat







Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0C







Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.



3. Apa saja persyaratan air yang dapat digunakan untuk campuran beton ? Jawab : Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari. 4. Apa saja pengendalian mutu yang harus dilakukan pada penentuan proporsi campuran? Jawab:



 Pengujian agregat yang meliputi, gradasi, berat jenis, penyerapan dan kadar Diklat Perkerasan kaku-2017



26



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



air agregat  Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan dan percobaan campuran di laboratorium.  Proporsi rencana campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan  Data perencanaan campuran, meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, kelecakan dan kekuatan  Volume takaran, meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat 5. Apa yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran beton untuk konstrukdi perkerasan kaku? Jawab: 



Pengecoran



beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi



segregasi. 



Bila pelaksanaan dilakukan pada cuaca panas,dan bila temperature beton basah (fresh concrete) diatas 24 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungidari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai.Temperatur agregat kasar diturunkan dengan cara menyemprotkan air. Pengecoran harus dihentikan bila temperature beton pada saat dituangkan lebih dari 32o C.







Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.







Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat.







Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar.







Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, maka pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan, kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.







Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).







Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan



Diklat Perkerasan kaku-2017



27



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



sambungan konstruksi (construction joint) yang telah ditentukan sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. 



Bila pekerjaan pengecoran terhenti lebih dari 30 menit akibat kekurangan bahan adukan beton, maka pada daerah tersebut harus dilakukan pembuatan sambungan pelaksanaan







Dalam pengecoran beton harus dihindari terjadinya segregasi antara partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.







bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, campuran beton tidak boleh digunakan kecuali diberikan bahan tambahan(aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)







Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.







Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.



Diklat Perkerasan kaku-2017



28



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



DAFTAR PUSTAKA



1. AUSTROADS (1992). Pavement Design. A Guide to the Structural Design of Road Pavements. Design of New Rigid Pavements. Australia. 2. Cement and Concrete Association (unknown). Lesson 28 : Road construction. Concrete Technology and Construction Practical Applications. Cement and Concrete Association Conference and Training Centre. Fulmer Grange, Fulmer, Slough. 3. Road Research Laboratory (1955). A. Guide to concrete pavement construction. Department of Scientific and Industrial Research. London. 4. Spesifikasi Umum Binamarga Bidang jalan dan jembatan revisi 3 (2010), Kementerian PUPR



Diklat Perkerasan kaku-2017



29



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



GLOSARIUM



Acuan tetap (fix form) Metode penghamparan beton dimana pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara acuan Acuan gelincir (Slip form) Metode penghamparan beton dimana pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, di antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak bahan penutup sambungan (joint sealant): bahan bersifat plastis, yang memenuhi spesifikasi, yang diisikan atau dipasang pada reservoar sambungan perkerasan kaku, dengan tujuan untuk mencegah agar sambungan tidak dimasuki air dan benda-benda lain (terutama benda keras) yang mempengaruhi kinerja sambungan batang pengikat (tie bar): sepotong batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara melintang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat dua pelat yang berdampingan agar tidak memisah beban sumbu standar: beban 8,16 ton (18 kip) yang bekerja pada sumbu tunggal yang dipasangi dua buah roda ganda lean concrete lantai kerja untuk pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk lapisan struktur. Namun wajib ada sebelum pekerjaan beton (rigid). Fungsinya hanya sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. Tebal LC ini biasanya 10 cm. LC ini pada dasarnya terbuat dari beton dengan mutu K175 uji atau batang penyalur beban (dowel): sepotong batang baja polos, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara longitudinal pada sambungan melintang dengan fungsi untuk memadukan dua panel beton yang berdampingan agar dapat bekerja sama ketika ketika dilewati kendaraan Diklat Perkerasan kaku-2017



30



Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final



sambungan lidah alur (key ways joint): salah satu bentuk sambungan memanjang yang ditujukan untuk mengurangi tegangan pelengkungan (curling stresses) dan biasanya disediakan untuk kepentingan pelaksanaan sambungan muai (expansion joint) salah satu jenis sambungan (umumnya sambungan melintang) yang ditujukan untuk membebaskan tegangan tekan yang terjadi pada pelat beton dan bangunan (misal jembatan) di dekat pelat beton pada saat pelat beton mengalami pemuaian, baik akibat peningkatan suhu maupun penggunaan jenis agregat yang mempunyai pemuaian besar sambungan pelaksanaan (construction joint) jenis sambungan melintang yang dibuat untuk menyatukan dua buah pelat beton yang berdampingan yang dicor pada saat yang berbeda sambungan susut (contraction joint) jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak susut beton agar terjadi pada sambungan serta untuk membatasi kemungkinan penanggaan (faulting) pelat akibat pengaruh pelengkungan (warping) pelat tulangan batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara longitudinal dan melintang pada pelat beton dengan letak penempatan tulangan sesuai ketentuan yang berfungsi untuk mengatur jarak dan lebar retakan serta mengikat bagian bagian pelat pada retakan tersebut sehingga tetap menjadi satu kesatuan pada waktu menerima beban lalu lintas



Diklat Perkerasan kaku-2017



31