Dilema Moral Dalam Film Alangkah Lucunya Negeri Ini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dilema Moral dalam Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Oleh : Grace Meintha Carolina Sinulingga NPM : 1706056995 Dilema moral merupakan suatu kondisi dimana seseorang dihadapkan pada sebuah situasi untuk mengambil sebuah keputusan tindakan dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Dilema moral sering terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja terkadang kita tidak menyadari hal tersebut. Dilema moral ini sering sekali membawa kita terhadap sebuah keputusan yang salah. Apabila kita sudah mengambil keputusan yang salah maka hasil yang akan kita dapat di kemudian hari tidak akan sebaik yang kita harapkan. Film Alangkah Lucunya Negeri ini, yang dirilis pada tahun 2011 silam, menceritakan banyak kejadian yang dialami Muluk. Ia dihadapkan terhadap masalah-masalah yang menimbulkan dilema moral dalam dirinya. Muluk yang sudah menganggur selama dua tahun sering sekali menjadi bahan pembicaraan di lingkungan tempat ia tinggal. Masalah ini membuat Muluk selalu berada di bawah tekanan. Ia sudah pergi ke berbagai tempat untuk melamar pekerjaan, tetapi hasil yang didapatkan adalah nihil. Tidak ada perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan gelar yang disandang Muluk. Saat kejadian ini Muluk pasti mengalami dilema moral yang luar biasa, ia tentu saja memiliki keinginan yang besar untuk bekerja, tetapi kondisi tidak sesuai dengan harapannya. Dilema moral pertama yang harus dihadapinya adalah bekerja sebagai seorang manajer dalam usaha pencopetan. Kita semua mengetahui bahwa usaha pencopetan merupakan sebuah usaha yang menyalahi moral yang ada pada masyarakat. Dilema yang harus ia hadapi adalah bekerja di tempat pencopetan atau tetap menganggur. Namun, Muluk lebih memilih untuk bekerja di tempat pencopetan tersebut dengan niat untuk membantu anak-anak tersebut agar kelak dapat lepas dari usaha tersebut dan memulai sebuah usaha yang halal. Hal yang dipilih Muluk tersebut merupakan sebuah pilihan yang baik karena ia berhasil melakukannya. Dilema moral yang dialami Muluk memberikan hasil yang positif bagi orang-orang yang berada di sekitar.



Dilema moral yang kedua dihadapi oleh teman Muluk, Samsul. Samsul merupakan seorang sarjana keguruan. Namun, ia juga dihadapkan masalah yang sama dengan Muluk. Ia tidak mendapatkan pekerjaan. Setiap hari, Samsul hanya berjudi dengan teman-temannya di sebuah pondok. Hingga suatu hari Muluk mengajaknya untuk bekerja bersama dengan Muluk. Awalnya, Samsul berpikir kalua Muluk akan membawanya ke sebuah tempat bagus. Namun, realitanya Muluk mengajak Samsul ke sarang pencopet. Samsul yang baru saja tiba ditempat itu tentu saja mengalami dilema moral. Jika ia bekerja di tempat itu, maka orang-orang akan mencibir pekerjaan yang dilakukannya. Akan tetapi, jika dia tidak memilih untuk bekerja di tempat tersebut, makai a akan melanjutkan hari-harinya menjadi seorang penjudi. Namun, ditengah dilema yang dihadapinya, akhirnya Samsul memutuskan untuk mengajar pencopet-pencopet tersebut. Usaha yang dilakukannya pun tak sia-sia, ia berhasil membantu anak-anak tersebut menjadi orang-orang yang lebih berpendidikan. Dia berhasil menyelamatkan anak-anak tersebut dari gelapnya dunia buta aksara. Hasil dari dilema moral yang dihadapi Samsul menghasilkan hasil yang positif sama seperti hal yang dilakukan oleh Muluk. Dilema moral yang ketiga dihadapi oleh teman Muluk, Pipit. Pipit merupakan seorang gadis yang senantiasa duduk di depan layer kaca dan berharap untuk memenangkan kuis berhadiah yang diadakan di televisi. Pipit sangat terdidik di bidang agama sehingga Pipit diajak Muluk untuk bekerja bersama di sarang pencopet tersebut. Pipit ditugaskan Muluk untuk mendidik spiritual pencopet-pencopet cilik tersebut. Dilema moral yang dihadapi Pipit cukup berat. Ia sudah terbiasa dididik secara agama oleh ayahnya dan sekarang ia diharuskan untuk mencari nafkah di tempat yang haram. Akan tetapi, dilema moral yang dialami Pipit lagi-lagi membuahkan hasil yang positif. Pipit yang memilih untuk mendidik spiritual anak-anak tersebut berhasil melakukan tugasnya. Ia mampu mendidik anak-anak tersebut menjadi orang-orang yang memiliki iman. Semua hal berjalan sangat lancer. Perlahan-lahan kebiasaan buruk dalam hal mencopet mulai berkurang. Anak-anak tersebut kini sudah mulai berdagang asongan. Muluk membuat sebuah acara kecil-kecilan untuk melepas anak-anak tersebut menjadi seorang pedagang asongan. Namun, hal yang tidak diinginkan mereka terjadi. Orangtua mereka memaksa untuk melihat lokasi tempat mereka bekerja. Tentu saja semua hal yang telah mereka ceritakan berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi di kehidupan mereka. Pada saat itu, orangtua mereka tentu mengalami kekecewaan yang sangat mendalam. Orangtua mereka kecewa karena mereka sudah



bekerja di sebuah tempat yang tidak sesuai dengan moral manusia. Pada saat ini terjadi, tentu mereka bertiga yaitu Muluk, Samsul dan Pipit dihadapkan pada sebuah dilema moral. Mereka tidak mengetahui apa yang akan mereka lakukan kedepannya. Jika mereka melepas pekerjaan mereka, maka mereka harus kembali kedalam dunia yang dahulu. Jika mereka bertahan, maka mereka akan menimbulkan kekecewaan yang jauh lebih dalam daripada yang sebelumnya. Dilema moral yang mereka hadapi sungguhlah berat. Namun, akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti bekerja di tempat tersebut. mereka melakukan hal tersebut karena tidak ingin disingkirkan dari pergaulan yang ada ditengah masyarakat. Setelah mereka menyelesaikan segala urusan mereka, mereka berpamitan untuk meninggalkan tempat tersebut. Dilema moral yang kini terjadi menimbulkan kekecewaan tersendiri untuk pencopet-pencopet tersebut. Mereka tidak lagi diarahkan oleh Muluk. Akan tetapi, inilah yang harus dihadapi mereka. Mereka harus menerima keputusan Muluk dan teman-temannya. Dilema moral yang terakhir dihadapi oleh tokoh utama dalam film ini, Muluk. Ketika Muluk melaksanakan pekerjaan barunya sebagai guru mengemudi, ia melihat pencopet-pencopet yang kini bekerja sebagai pedagang asongan. Ia menyapa anak-anak tersebut dan melemparkan senyuman untuk mereka. Namun, kebahagiaan tidak berlangsung lama, seketika petugas satpol pp sudah datang untuk merazia orang-orang yang mengasong tersebut. Muluk tak tinggal diam melihat kejadian ini. Ia menyuruh anak-anak tersebut untuk berlari meninggalkan petugas tersebut. Dilema moral yang dihadapi Muluk adalah membiarkan anak-anak tersebut ditangkap atau menyelamatkan merek dengan menyerahkan dirinya untuk ditangkap oleh petugas. Akhirnya, Muluk lebih memimlih untuk menyerahkan dirinya demi anak-anak tersebut. Muluk melakukan hal tersebut karena ia tidak ingin anak-anak memiliki masa depan yang kelam. Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa tidak semua dilema moral membawa kita terhadap ketidakberuntungan. Disaat kita mengalami dilema moral, kita harus menanyakan kata hati kita. Kata hati tidak pernah salah. Kata hati selalu menuntun kita ke jalan yang benar. Apabila kita mengalami dilema moral, jadikanlah hal tersebut sebagai latihan untuk kita agar dapat menentukan pilihan di kemudian hari.