Dinasti Ottoman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KERAJAAN OTTOMAN Osmanli Imparatoroglu, demikian orang Turki menyebutnya. Ottoman Empire, demikian dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia artinya adalah Kekaisaran Ottoman. Umat muslim mengenalnya sebagai Kekhalifahan Utsmani. Empire,



Imparatoroglu,



atau



Kekaisaran



adalah



sebuah



istilah



yang



menunjukkan kerajaan dengan kekuasaan yang sangat luas. Kita mengenal Kekaisaran Romawi (Roman Empire), Kekaisaran Jerman (Holy Roman Empire), atau Kekaisaran Cina (berbagai dinasti). Osmanli atau Utsmani merupakan kata yang menunjukkan nasab/silsilah dari penguasa kerajaan tersebut, yaitu anak cucu Utsman (Osman dalam bahasa Turki). Penggunaan nasab/silsilah sebagai nama bagi kerajaan memang lazim digunakan pada saat itu, misal Kekhalifahan Abbasiyah (keturunan Abbas R.A) atau Fatimiyah (Keturunan Fatimah. Awal Berdirinya dan Beberapa Catatan Singkat Para Pemimpinnya Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman atau Osmanlı İmparatorluğu adalah negara multi-etnis dan multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 – 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil. Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi. Kata Ottoman berasal dari nama nenek-moyang mereka, yakni Usman (nama khalifah ideal) yang kemudian menjadi Usmanli dan akhirnya disebut Ottoman.



Kerajaan Ottoman didirikan oleh Utsman, putra Artogrol (Urtughril). Artogrol adalah kepala suku Kayi di Asia kecil yang datang ke ke Turki dan mendapat kepercayaan dari penguasa Salajikah, Alauddin Kaikobad, untuk menjadi panglima perangnya. Jabatan tersebut kemudian beralih kepada Usman setelah ia wafat. Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258 bangsa Mongol meneruskan penaklukannya kearah utara, termasuk wilayah kekuasaan Saljuq. Sultan saljuq tidak dapat mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Bekas wilayah Saljuq dijadikan basis kekuasaannya dan para penguasa Saljuq yang selama dari pembantaian Mongol mengangkatnya sebagai pemimpin. Peristiwa tersebut berlangsung kira-kira tahun 1300 M. Osman’s contribution seem to have been limited to establishing the dynasty and beginning the policy of developing it primarily at Byzantine expense while avoiding conflict with the more powerful Turkoman neighbors until the state was strong enough to deal with them. Kemudian Orkhan, putra Usman, membentuk pasukan tangguh yang disebut Inkisyariah untuk membentengi kekuasaannya. Pada masa Orkhan dimulai upaya perluasan wilayah. Berturut-turut pasukan Iskisyariah dapat menaklukkan Broissa (Turki), Izmir (Asia Kecil), dan Ankara. Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Di masa ini berhasil Balkan, Andianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang diraih Murad I, kerajaankerajaan Kristen di Balkan dan Eropa Timur menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Bulgaria, Serbia, Transsylvania (Rumania), Hongaria, dan walacia (Rumania), untuk menggempur Kerajaan Ottoman. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran, kemenangan tetap di pihak Kerajaan Ottoman. Ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. pada tahun 1931, pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philadephia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian Kerajaan Ottoman secara bertahap tumbuh menjadi suatu kerajaan besar. Kesuksesan Bayazid I kembali menimbulkan kegelisahan di daratan Eropa dan mengakibatkan Paus menyeru umat Kristen Eropa supaya angakt senjata. Dengan dipimpin oleh raja Hongaria Sijismond, mereka bergabung dengan tentang Prancis dan Jerman. Maka terjadilah pertempuran di Nicopolis (25 September 1396). Kerajaan Ottoman berhasil memenangkan peperangan tersebut, sedangkan Eropa menerima kekalahan yang terparah.



Pada tahun 1402, Kerajaan Ottoman di bawah pemerintahan Bayazid I digempur oleh pasukan Timur Lenk (penguasa Mungol) yang jumlahnya tidak kurang dari 800.000 orang, sementara jumlah pasukan Bayazid hanyan 120.000 orang. Dalam pertempuran itu Bayazid I tewas, berikut sejumlah besar pasukannya. Akibat kekalahan itu, wilayah Ottoman hampir seluruhnya jatuh ke tangah Timur Lenk. Di samping itu, kekalahan tersebut menyebabkan terjadi perpecahan di antara putra-putra Bayazid I, yaitu Muhammad I atau Muhammad Celebi, Isa, Sulaiman, dan Musa. Pada masa berikutnya, Muhammad I berhasil membangun kekuatan, sehingga dapat menundukkan saudara-saudaranya. Usahanya diarahkan pada konsolidasi pemerintahan dan mengembalikan kekuasaan yang hilang selama pendudukan Timur Lenk. Pada tahun 1421 Muhammad I meninggal dan digantikan Murad II. Demikian selanjutnya Kerajaan Ottoman mengalami pasang surut. Dan puncak kejayaan Ottoman dicapai pada masa pemerintahan Sulaiman I. ia digelari al Qanuni (Pembuat Undang-Undang) karena keberhasilannya membuat undang-undang yang mengatur masyarakat. Selain itu Sulaiman I bisa menguasai Aljazair, Mesir, Hedjaz, Armenia, Irak, Asia Kecil, Balkan, Bulgaria, Bossnia, Yunani, Hongaria, Rumania, dan tiga laut, Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hitam. Karena keluasan wilayahnya, Kerajaan Ottoman menjadi adikuasa ketika itu. Ertughrul: Keputusan Yang Penting Utsmani/Ottoman sesungguhnya adalah sebuah bentuk kerajaan/kesultanan. Sejarahnya hampir sama dengan sejarah awal berdirinya Kerajaan Metaram Islam. Kisah itu dimulai dari Ertughrul, leluhur para sultan Ottoman. Ertughrul adalah termasuk bangsa turki yang bermigrasi dari Asia Tengah ke daerah Anatolia. Di wilayah ini pada saat itu terdapat dua kekuasaan politik yaitu Bani Seljuq dan Byzantium. Ertughrul bersama pasukan dan pengikutnya bergabung dan mengabdi kepada Sultan Bani Seljuq. Ia kemudian diberi daerah Ekisyehir di daerah antara Seljuq dan Byzantium, antara Anatolia dan Nice. Kisahnya adalah sebagai berikut, saat sedang memimpin kelompoknya melintasi Anatolia, Ertughrul melihat terdapat kepulan asap di kejauhan. Ia mendekati kepulan asap tersebut dan melihat Pasukan Seljuq sedang menghadapi bangsa Mongol. Ertughrul saat itu mengambil keptusan bersejarah untuk ikut campur dalam



pertempuran tersebut dan membela Seljuq. Akhirnya Seljuq menang dan ia mendapatkan hadiah sebagaimana yang telah disebutkan. Kita lihat, sebuah keputusan mempengaruhi sejarah manusia



Osman: Leleluhur Para Ottomans



Sultan Osman Gazi (1299-1324) Seperti lazimnya sistem pengisian jabatan di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman bergelar Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman memang setingkat panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan Bani Seljuq melemah, para panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan oleh Sultan Seljuq mendirikan kesultanan sendiri, yang disebut Kesultanan Ghazi. Ini mirip dengan pendirian Kesultanan Pajang dan Metaram saat Kesultanan Demak Bintoro melemah. Sebenarnya Osman telah diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda, dan panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di wilayahnya juga mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya. Sehingga saat Seljuq meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke permukaan. Inilah awal bedirinya kekuasaan Ottoman di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan tersebut menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani.



Osman adalah seorang yang kuat, sehingga ia digelari Kara (literal: hitam, maksudnya adalah kuat), Kuatnya Osman sangat dikenal, hingga dahulu muncul ungkapan orang tua kepada anaknya, “Semoga Engkau sekuat Osman!”. Pada Osman, ibukota kekuasaan yang awalnya di daerah Sogut dipindahkan ke Busra dan kekuasaan Ottomanpun terus membesar. Ottoman berhasil menaklukkan Gemlik dan meletakkan dasar yang kuat bagi berlangsungnya sebuah kesultanan Ottoman. Satu yang sering tidak disebut di buku sejarah, bahwa Osman adalah orang yang cukup religius. Ia selalu mendengarkan nasehat seorang Syaikh, yaitu Syaikh Edebali. Ia sering datang ke rumah beliau dan mendengarkan nasihat beliau atau berkumpul bersama grup darwis (sufi) di rumah beliau. Suatu hari saat sedang menginap di tempat Edebali, Osman bermimpi, ia melihat bulan turun ke dada Edebal. Cahayanya berkembang hingga ke dada Osman. Dari sana tumbuh pohon yang besar, hijau, dan banyak cabangnya. Bayangan pohon tersebut menutupi seluruh dunia. Esoknya Osman segera menanyakan tafsiran mimpinya kepada Edebali. Lalu Syaikh menyatakan bahwa Alloh telah memberikan kekuasaan kepada Osman dan anak-anaknya. Dunia akan berada di bawah perlindungan anak cucunya. Selain itu, mimpi mengisyarakan Syaikh agar menikahkan putrinya kepada Osman. Ternyata tafsiran Syaikh atas mimpi ini menjadi kenyataan. Keturunan Osman memang memerintah wilayah yang sangat luas, dari Jazirah Arab ke Wina, dari Aljazair ke Iraq. Membentang di tiga benua.



]



Orhan Sang Penakluk



Sultan Orhan Ghazi (1324-1361) Setelah Osman wafat, beliau digantikan oleh Orhan. Seperti ayahnya, Orhan bergelar Sultan Orhan Ghazi. Beliau memiliki beberapa isteri dan beberapa di antaranya adalah ningrat Byzantum. Misalnya Teodora, putri dari Kaisar Byzantium John VI Kantakouzenos. Atau isteri keduanya, Holofira, yang merupakan puteri Pengeran Byzantium di Yarhisar. the daughter of the Byzantine Prince of Yarhisar. Legendanya, Holofira ini meninggalkan upacara pernikahannya dengan Pangeran Bilecik dan beralih ke Orahan. Saya membayangkan ini seperti kisah-kisah cinta masa kini. Mungkin Orhan itu orangnya tampan



sehingga



Holofira



kepincut



sampai-sampai



meninggalkan



upacara



pernikahannya. Setelah menikah dengan Orhan, Holofira menjadi muslimah dan berganti nama menjadi Nilufer Hatun. Nilufer inilah yang melahirkan Murad, penggati Orhan nantinya. Awalnya Orhan bermusuhan dengan Kaisar Byzantium, Andronicus III dan berhasil menaklukkan sebagian besar kekuasaan Byzantium di Asia Kecil, seperi Nice dan Izmit. Tapi kemudian beliau menjalin aliansi dengan John VI Kantakouzenos. Ceritanya, Raja John VI ini awalnya tidak memiliki ambisi menjadi Kaisar, tetapi ia orang yang berpengaruh di kalangan pemerintahan. Ia hanya menjadi kepala pemerintahan administratif sampai calon kaisar yang masih muda naik tahta. Tetapi beberapa kalangan dekat Ratu, ibu dari calon kaisar yang masih kecil, curiga pada motivasi dari John VI, juga sang Rati sendiri. Sehingga saat John VI berkunjung ke Morea, pasukannya di ibu kota dihancurkan dan ia dinyatakan sebagai kriminal. Kaisar yang kecilpun segera dinobatkan.



Hal ini membawa perang sipil karena para pendukung John tidak mau menuruti keputusan sepihak tersebut. John IV mencari bantuan dari negara-negara tetangganya. Ternyata Ottomanlah yang menyanggupi membantunya. Mungkin pernikahan putrinya, Teodora adalah dalam rangka mengukuhkan ikatan aliansi tersebut. Ternyata Ottoman pertama kali menginjakkan kaki di Eropa dalam rangka membantu sekutunya Kaisar John VI Kantakouzenos ini. Ottoman kemudian mendapatkan daerah di Galipoli. Selain membantu John VI Kantakouzenos memenangkan perang sipil, Ottoman juga membantunya melawan Stephen Uros IV Dusan dari Serbia yang memanfaatkan situasi genting di Byznaitum untuk menduduki wilayah-wilayahnya.



Murad Sang Kaisar (Hudavendigar)



Sultan Murad Hudavendigar Han (1360-1389) Baru saat sultan ketiga naik tahta, Murad I, beliau mulai mengunakan gelar Hudavendigar atau Kaisat. Saya kira ini menunjukkan keinginan Murad untuk lepas dari baying-bayang Seljuq, seperti kita tahu, gelar Ghazi (panglima) yang diperoleh kakeknya adalah berasal dari pengabdiannya kepada Bani Seljuq. Selain itu, Murad memang sudah pantas untuk menyematkan gelar itu pada dirinya, saat itu, kekuasaan Ottoman telah berkembang hingga ke seberang benua, yaitu Eropa. Dengan wilayah yang luas tersebut, berarti Kerajaan Ottoman telah menaklukkan berbagai kota, seperti Nice, Edirne, dll. Para raja/pembesar kerajaan tersebutpun telah takluk kepada Ottoman. Sehingga tidak salah Murad menaikkan gelarnya dari Ghazi (panglima) menjadi Hudavendigar (kaisar). Karena pertama menggunakan gelar ini, Murad lebih dikenal sebagai Sultan Murad Hudavendigar Han. Gelar sultan Ottoman sejak Murad ini menjadi Sultan ____ Han.



Murad



memang



dikenal



sebagai



orang



yang



meletakkan



dasar-dasar



pemerintahan Ottoman. Beliau memindahkan ibu kota ke Erdine (Adrianopel), membangun diwan/administrasi baru dan membangun Jenissari (tentara baru). Beliau juga membnetuk sistem pemeirintahan provinsi dengan membentuk provinsi Anadolu (Anatolia) dan Rumeli (Eropa). Selain pertama menggunakan gelar Hudavendigar, Murad juga Sultan Ottoman pertama yang menetapkan gelar Sultan bagi para raja Ottoman. Murad I berhasil memperluas daerah kekuasaan Ottoman ke wilayah Macedonia dan Serbia. Namun beliau wafat saat pasukan penyusup Serbia berhasil menyelinap ke tenda beliau dan membunuhnya.



Beyazid Sang Petir



Sultan Yildirim Beyazid Han (1389-1402) Hudavendigar digantikan oleh puteranya Beyazid. Beyazid melanjutkan penaklukkan kearah Eropa. Namun penaklukkan tersebut kemudian berhenti karena terjadi serangan dari arah belakang, dari arah Asia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Kekuasaan Mongol yang besar dan kuat, Tamerlane. Beyazid secepat kilat berbalik arah dan meluncur dari Eropa ke Anatolia untuk menahan serangan Tamerlane. Namun kemudian beliau ditawan dalam Pertempuran Ankara. Memang kemudian Tamerlane tidak melanjutkan serangannya sehingga Kesultanan Ottoman tidak runtuh. Namun tertangkapnya Beyazid menimbulkan perebutkan kekuasaan antara anak-anak Beyazid sehingga kekuasaan Ottoman menjadi kacau. Ottomanpun kehilangan beberapa daerah kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena deerah tersebut memanfaatkan keadaan Ottoman yang sedang kacau untuk melepaskan diri (separatis). Masa perpecahan ini disebut masa Interegnum.



Walapun demikian, Beyazid tetap dikenang sebagai sultan yang sigap dan awas. Kecepatan pasukannya bergerak dari Eropa ke Anatolia untuk mengantisipasi serangan Tamerlane menjadikan beliau digelari Yildirim (Sang Kilat). Sehingga beliau bergelar Sultan Yildirim Beyazid Han. Selain itu, awasnya beliau sehingga mampu mengantisipasi serangan dari arah belakang menjadikan beberapa lukisan wajah beliau menggambarkan beliau sedang melirik atau menoleh ke belakang. Berbagai kisah beredar mengenai keadaan Beyazid dalam tawanan Timur. Ada yang menyatakan ia diperlakukan seperti budak, ada yang menyatakan ia dimasukkan dalam piala untuk dipertontonkan kepada orang lain. Dalam catatan di istanan Timur dikatakan bahwa Timur memperlakukan Beyazid dengan baik dan bahkan menangisi kematiannya. Setahun atau ada yang mengatakan tujuh bulan 12 hari dalam tawanan akhirnya Beyazid wafat. Timur akhirnya berhasil menangkap Sultan Yildirim Beyazid Han. Setelah berhasil mengalahkan Beyazid Sang Petir, Timur mengakui Mehmed Celebi anak Beyazid sebagai penguasa sah Ottoman. Tetapi saudara-saudaranya menolak mengakui kekuasaan Mehmed, maka terjadilah masa perpecahan dalam kekuasaan Ottoman. Anak-anak Beyazid mengkalim wilayah kekuasaannya sendiri. Suleyman Celebi menjadi Sultan Edirne, Isa Celebi di Bursa, dan Mehmed Celebi di Amasya. Mereka berperang satu sama lain untuk memperbutkan tahta Ottoman. Masa ini disebut sebagai masa Interregnum (Fetret Devli). Mehmed berhasil merebut Bursa dari Isa, kemudian Isa melarikan diri ke Barat Laut Anatolia. Namun kemudian Isa dibunuh oleh Suleyman. Hal ini menjadikan Mehmed sebagai penguasa tunggal di wilayah Anatolia dan Suleyman sebagai penguasa tunggal di Rumelia. Suleyman kemudian melakukan usaha menyerang Mehemed. Mehmed menyadari bahwa ia sendirian tidak akan sanggup menghadapi sang kakak tertua, Suleyman, sendirian. Maka ia menghubungi saudaranya Musa Celebi untuk menjalin aliansi. Aliansipun berhasil dibentuk. Untuk mencegah serangan Suleyman makin merangsek ke daratang Anatolia, Musa dengan kekuatan kecil menyerang Edirne. Taktik itu berhasil, Suleyman berbalik arah dan kembali ke Edirne. Tetapi ia berhasil dibunuh oleh Musa.Tetapi Musa kemudian mengklaim dirinya sebagai Sultan Edirne.



Mehmed yang tidak terima akan hal ini kemudian menyerang Musa dan berhasil mengalahkannya. Berakhirlah masa Fetret Devli (Interegnum) dan Ottoman kembali dipimpin oleh satu Sultan yaitu Sultan Mehmed Celebi Han.



Mehmed Celebi Sang Pendiri Kedua (2nd Founder)



Sultan Mehmed Celebi Han (1402-1421) Setelah berhasil mengkonsolidasikan kekuatan di dalam, Mehmed kemudian kembali merapikan wilayah Ottoman yang berantakan akibat Interegnum. Ia mulai dari wilayah Anadolu (Anatolia). Pada 1414 ia menaklukkan Izmir, Negeri Candar, Cilcia, dan Saruhan. Karaman yang mencoba menyerang Bursa berhasil ditepis. Setelah konsolidasi Anatolia, ia mengarah ke Rumelia (Eropa). Di Eropa Memed berhasil mengembalikan kekuasaan Ottoman dan kemudian menjadikan Wallachia membayar pajak pada Ottoman. Selain itu beliau juga melanjutkan pembangunan angkatan laut Ottoman. Karena prestasinya mengembalikan kekuasaan Ottoman, beliau dikenal sebagai pendiri kedua Ottoman, Second Founder. Gelar kebangsawanannya yang dipakai sejak masa Interegnum juga terus terbawa, sehingga beliau dikenal sebagai Mehmed Celebi, Celebi adalah gelar bangsawan yang berarti “Yang Terhormat.” Sebagian orang menyebut beliau masih keturunan Maulana Jalaluddin Rumi, seorang Sufi besar. Dalam masanya, beliau juga memperhatikan perkembangan kemasyarakatan. Hal ini berkat pengaruh wazirnya di Amasya dahulu, Sehiri. Beliau membangun berbagai masjid, madrasah, dan bangunan lainnya.



Peta wilayah Ottoman di masa Mehmed Celebi



Murad II Pengeran Muda Yang Handal



Sultan II Murad Han (1421-1444 dan 1446-1451) Saat diangkat sebagai sultan setelah wafatnya sang ayah, Mehmed Celebi, Murad II baru berusai belasan tahun (sekitar 19 tahun). Segera setelah pengangkatannya, Byzantium bermain prahara. Sebelumnya Byzantium telah bersedia menahan Musthafa Celebi Sang Penipu (Düzmece Mustafa). Sebelumnya Musthafa Celebi ini telah mencoba memberontak terhadap Mehmed Celebi tetapi berhasil ditangkis. Musthafa lari ke Byzantium lalu dengan bayaran Mehmed Celebi, Byzantium bersedia memenjarakan Musthafa. Segera setelah Murad II naik tahta, Byzantium mendeklarasikan Musthafa sebagai pewaris sah Beyazid Yildirim. Tetapi ini bersyarat bahwa Musthafa harus menyerahkan kota-kota penting jika ia naik tahta. Dengan bantuan Byzantium Musthafa berhasil mendarat di Rumelia dan mengalang kekuatan di sana. Banyak pasukan Ottoman yang kemudian mendukungnya.



Murad lalu mengrim pasukan di bawah Jenderal Senior, Beyezid Pasha. Tetapi Musthafa



Sang



Penipu



berhasil



membunuh



Sang



Jenderal



dan



iapun



mendeklarasikan diri sebagai Sultan Edirne. Lalu Musthafa Celebi mencoba menyerang ke wilayah Anatolia. Namun Murad II menunjukkan keahliannya sebagai panglima. Walaupun cukup kalah jumlah tetapi beliau bisa memenangkan pertempuran. Musthafa Sang Penipu pun menghindar ke Galipoli (Ulubat). Tetapi terus dikejar Murad II dengan bantuan pelaut asal Genose, Adorno. Msuthafa berhasil ditangkap dan dihukum mati. Murad II kemudian mengarahkan serangan ke Byzantium yang telah memplot pemberontakan Düzmece Mustafa tersebut. Murad II membentuk pasukan Azeb dan kemudian



melakukan



pengepungan



terhadap



Konstantinopel.



Di



tengah



pengepungan, Murad II mendengar adiknya, Musthafa, yang berusia 13 tahun melakukan pemberontakan dengan dukungan Byzantium dan negara-negara kecil di sekitar Anatolia. Pasukan Musthafa telah mengepung Busra, kota kedua terbesar setelah Edirne. Murad segera menuju Busra. Musthafa berhasil dikalahkan, ditangkap, dan dihukum. Negara-negara kecil di Anatolia (Aydin, Mentese, Teke dan Germian) juga menerima akibat dari keterlibatan mereka dengan pemberontakan tersebut. Negaranegara tersebut ditaklukkan dan dianeksasi oleh Murad II. Murad II lalu meneruskan perluasan wilayah di Seribia yang masih dalam keadaan bereperang dengan Ottoman. Salonica, Macedonia, Teselya dan Yanya berhasil dikuasai. Pemberontakan Penguasa Wallachiapun berhasil dipadamkan dan Wallachia dianeksasi. Semakin luasnya pengaruh Ottoman di Eropa menjadikan cemas Byzantium dan raja-raja Eropa lainnya yang kemudian melancarkan Perang Salib terhadap Ottoman. Pasukan Salib dipimpin oleh Pangeran Transylvania.



Sehzade (Pangeran) Mehmed yang diangkat menjadi Sultan menggantikan Murad II yang turun tahta



Dalam pertempuran ini, Ottoman kalah namun Pasukan Salib tidak bisa merangsek lebih jauh karena terkendala alam. Lalu dicapailah kesepakatan gencatan senjata 10 tahun yang dikenal sebagai Kesepakatan Segedin. Setelah itu Murad II turun tahta dan menaikkan putranya berusia 12 tahun Mehmed II sebagai Sultan. Beliau menyepi di Manisa. Melihat peluang sultan yang masih muda, rival Ottoman, Hungaria bersama Venice dan didukung Paus Eugene IV mempersiapkan Pasukan Salib baru untuk menyerang Ottoman. Melihat keadaan ini Mehmed II meminta ayahnya yang telah pensiun untuk memimpin pasukan menghadapi Pasukan Salib tersebut. Murad II menolak, lalu Mehmed mengirimkan surat yang sangat terkenal yang berbunyi, “Jika Engkau adalah sultan maka sudah sepantasnya Engaku memimpin pasukanmu dalam situasi yang sulit ini, maka majulah ke depan dan pimpin pasukanmu. Tetapi jika sayalah yang Sultan, maka saya mengingatkan Engkau untuk patuh kepada perintah Sultan, dan perintah saya adalah, Pimpinlah pasukan!.” Membaca surat ini Murad II tidak bisa menolak. Hal ini menandai masa kedua kepemimpinannya, Murad II kembali naik tahta. Tetapi sebagian orang menyatakan bahwa kembalinya Murad II ke tahta karena ada pemberontakan Jenissari. Wallohu a’lam mana yang benar. Lalu Murad II meluncur ke Edirne. Pasukan Ottoman sekita 40.000 lalu meluncur ke Varna dan menyerang Pasukan Salib. Pasukan Salib akhirnya bisa dikalahkan dalam Pertempuran Varna ini. Pertempuran ini menandai berkahirnya Perang Salib yang mencegah Ottoman menaklukkan Konstantinopel. Karena berikutnya, saat Konstantinopel sedang dalam Kepungan Mehmed II, tidak ada Pasukan Salib yang datang membantu. Empat tahun setelah Pertempuran Varna, terjadi kembali pertempuran besar yang disebut Pertempuran Kosovo Kedua. Murad II lagi-lagi berhasil memenangkan pertempuran yang dipicu invasi Hungaria ke wilayah Ottoman di Serbia. Dengan menangnya Ottoman di pertempuran ini, Balkan sepenuhnya dalam pengaruh politik Ottoman.



Salah satu sudut Bursa Muradiye Complex yang dibangun oleh Sultan II Murad Han Sebenarnya Murad II adalah seorang yang tidak suka berperang. Ini terlihat dari keinginannya untuk mundur dari kepemimpinan.



Makam Sultan II Murad Han di Bursa Muradiye Complex Tetapi keadaan memaksanya untuk terus berperang sebagaimana dalam kisah di atas. Selain pencapian militer, dalam bidang sosial, di zaman Murad dibangun ratusan masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Salah satu bangunan peninggalan Murad II yangbisa dilihat adalah Bursa Muradiye Complex, yang terdiri dari masjid, makam, madrasah, pemandian, dan taman. Murad II sendiri sebenarnya adalah seorang seniman dengan nama pena Muradi. Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di Kompleks Muradiye. Jika Anda berkunjung ke Bursa, Anda bisa menziarahi makam beliau.



Mehmed Sang Kaisar Roma



Fatih Sultan Mehmed Han (1444-1446 dan 1451-1481) Setelah Sultan II Murad Han wafat, beliau digantikan anaknya, Mehmed (Arabnya adalah Muhammad). Sultan Mehmed kemudian melanjutkan penaklukkan buyutnya, Yildirim Bayezid yang tertunda. Seperti yang kita ingat, bahwa Beyazid Sang Petir pernah melakukan pengepungan atas Konstantinopel, tetapi kemudian gagal karena ada serangan dari Tamerlame. Selain itu, perperangan antara Ottoman dengan Byzantium masih berlanjut setelah taktik Byzantium membangkitkan Pemberontakan Musthafa Celebi gatot alias gagal total. Murad II belum berhasil menaklukkan Konstantinopel karena pemberontakan adiknya, Musthafa. Maka, segera setelah beliau naik tahta, beliau berencana menaklukkan Konstantinopel, Pusat Kerajaan Byzantium. Mengenai penaklukkan Konstantinopel ini sebenarnya telah dinubuatkan (“diramalkan”) oleh Rasulullah Muhammad shallallohu ‘alyhi wa sallam. Secara politik dan ekonomis Konstantinopel memang menguntungkan. Secara politis Mehmed akan menjadi penguasa tunggal di selat Dardanella, selain itu ini akan menegaskan kekuasaan Ottoman agar negara lain tidak mencoba mengacau keadaan dalam negeri Ottoman seperti yang telah dilakukan Byzantium dengan melanggar kesepakatan dan membantu bahkan memprovokasi Pemberontakan Musthafa Celebi atau Musthafa Sang Penipu. Maka Mehmed II memulai usaha penaklukkan Byzantium. Saat itu, ibukota Ottoman telah dipindahkan ke Edirne. Maka dari sini usaha penaklukkan Konstantinopel dimulai. Mehmed II mulai membangun tembok-tembok tinggi di perbatasn Edirne. Ia juga memerintahkan insinyur terkemuka untuk membuat meriam yang sangat besar. Meriam ini menjadi salah satu bagian paling melegenda dari penaklukkan Konstantinopel, bahwa Sultan Memed II menggunakan meriam yang paling besar yang pernah ada di masa itu.



Mengetahui rencana Mehmed II, Kaisar Byznatium saat itu, Constantine XI, mulai memperkuat benteng-benteng kota yang sebelumnya memang kuat dan sangat sulit ditembus. Penguatan dinding-dinding kota tersebut menjadikan Konstantinopel semakin sulit ditaklukkan. Beliau juga menghubungi Roma untuk meminta bantua Pasukan Salib (Crusader) dari Paus. Namun pembicaraan bantuan berhenti karena adanya permintaan untuk menggabungkan Gereja Ortodox Konstantinopel dengan Gereja Katolik Roma. Setelah persiapan selesai Mehmed bersama pasukannya bertolak dari Erdirne menuju



Konstantinopel.



Sebelumnya



Mehmed



mengirimkan



surat



kepada



Constantine XI untuk menyerahkan kota secara damai. Namun Constantine XI menolak. Maka dimulailah pengepungan terhadap Konstantinopel. Namun kemudian Mehmed II menyadari bahwa pengepungan darat saja akan sia-sia karena armada laut dari beberapa negara lain masih membantu Byzantium. Menyadari hal ini, Mehmed II memerintahkan pembangunan armada laut. Saat armada laut akan mendekati Konstantinopel terdapat suatu masalah, yaitu di laut sekitar Konstantinopel telah dipasangi rantai-rantai besi sehingga kapal tidak bisa memasuki perairan Konstantinopel. Namun Mehmed tidak kehilangan akal. Ia kemudian membawa kapal-kapal tersebut melalui jalur darat untuk mendekati Konstantinopel.



Pemindahan



kapal-kapal



ini



juga



menjadi



legenda



dalam



penaklukkan ini di samping artillery atau meriam besar. Dua legenda yang sering disebut-sebut dalam kisah penaklukkan Konstantinopel adalah meriam terbesar dan pemindahan kapal lewat jalur darat. Bahkan pemindahan kapal ini juga memunculkan mitor tersendiri. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pemindahan kapal bukanlah dengan ditarik melalui jalur darat, melainkan dengan karamah Sultan Mehmed II. Wallohu a’lam, yang jelas sejarah di Turki membenarkan versi pemindahan kapal melalui jalur darat dengan ditarik oleh pasukan. Pemindahan melalui jalur darat ini berhasil mengantarkan 72 kapal perang mendekati Konstantinopel lewat laut. Bayangkan, di masa itu, 72 kapal perang diangkut dengan jalur darat! Setelah dua kali usaha penggempuran (assault) terhadap Konstantinopel dan belum berhasil menaklukkan kota tersebut pasukan Mehmed II mulai kehilangan kepercayaan. Namun, Mehmed II menyemangati kembali pasukannya dan



menyatakan bahwa akan diadakan penggempuran terakhir dan terbesar pada tanggal 29 Mei. Beliau menjanjikan bahwa penggempuran terakhir tersebut akan berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan janji beliau tersebut betul, gempuran (assault) besar terhadap Konstantinopel mengakhiri pengepungan (siege) dan berhasil menaklukkan Konstantinopel. Setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan Mehmed II Han mendapat gelar Fatih yang dalam Bahasa Arab berarti Pemenang, Pembuka Jalan, atau Penakluk dan beliau dikenal dengan Fatih Sultan Mehmed Han atau secara singkat Fatih Sultan. Mehmed kemudian memindahkan ibukota kesultanannya dari Edirne ke Konstantinopel dan mengganti nama kota tersebut menjadi Istanbul, ibukota kesultanan yang keempat. Setelah penaklukkan tersebut, karena berhasil meruntuhkan Byzantium dan mengambil alih ibu kota Romawi Timur, Fatih Mehmed mengkalim gelar Kayser-i Rûm(Caesar Romanus= Kaisar Romawi). Klaim ini wajar, karena Sultan telah menguasai hampir seluruh wilayah Byzantium dahulu. Namun kerajaan-kerajaan Eropa lainnya tidak mengakui hal tersebut sehingga Fatih Mehmed kemudian berusaha melakukan penaklukkan terhadap Roma, ibu kota Romawi Barat. Usaha penaklukkan ini hanya berjalan sampai Otranto, dekat Appulia. Namun, setelah wafatnya Fatih Sultan, usaha ini dihentikan dan pasukan Ottoman di Otranto ditarik mundur.



Peta Ottoman di masa Fetih Sultan. Hampir semua wilayah Byzantium “diwarisi” Ottoman.



Mehmed II mengijinkan orang-orang Yunani dan Yahudi untuk bermukim di tanah Ottoman. Setelah penaklukkan Konstantinopelpun, Fatih Mehmed tidak mengganggu institusi Greek Orthodox Patriarchate. Bahkan beliau mengizinkan Armenian Orthodox Patriarchate yang sebelumnya dilarang. Namun, Bulgarian Orthodox tetap berada di bawah kewenangan Greek Orthodox Patriarchate. Hal ini menunjukkan adanya toleransi beragama dalam Ottoman Empire, setidaknya pada masa Mehmed II. Toleransi juga ditujukan kepada Yahudi yang dipersilahkan untuk tinggal dan menetap di wilayah Ottoman khususnya Istanbul. Selain karena toleransi, kebijakan ini juga menguntungkan secara ekonomi karena banyak orang Yahudi dan Yunani yang berprofesi sebagai pedagang, juga banyak yang memiliki keahlian khusus (professional).



Firman Perlindungan Mehmed II terhadap Fransicans di Bosnia Setelah penaklukkan Bosnia akibat Rajanya yang menolak membayar tribute rutin, di tahun yang sama dengan tahun penaklukkan, Mehmed II mengeluarkan firman (titah) yang di dalamnya menyatakan perlindungan terhadap Komunitas Fransiscans Bosnia, greja mereka, dan segala kepemilikan mereka. Dalam Firman tersebut beliau juga bersumpah antas nama Alloh akan menjalankan Firman ini dengan tetap. Hal ini menunjukkan beliau adalah seorang yang toleran terhadap agama lain. Katanya, naskah asli firman ini masih disimpan di biara Fransiscan di Fojnica. Tidak salah jika Mehmed II dijuluki Fatih, ia tidak hanya berhasil menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga Morea, Bosnia, Albania. Mehmed II juga menaklukkan Trabzon dan mengakhiri Kerajaan Trebizon. Beliau juga mampu mengalahkan Uzun Hasan dari Kerajaan Ak Konyulu dalam Pertempuran Otlukbeli.



Konflik dengan Ak Konyulu bermula dari konflik yang terjadi di Karaman. Saat itu terjadi perselisihan antar pangeran memperbutkan tahta. Salah seorang pangeran, Ishak Bey, meminta bantuan Ak Konyulu dan seorang lagi, Pir Ahmed, meminta bantuan Ottoman. Ottoman menyepakati membantu Pir Ahmed dan berhasil mendudukkannya ke atas tahta. Tetapi kemudian Pir Ahmed menjalin perjanjian dengan Venice yang saat itu sedang bermusuhan dengan Ottoman (setelah Perang Salib kedua negara masih dalam keadaan perang). Hal ini menjadikan permusuhan antara Karaman dan Ottoman. Segera Mehmed II menaklukkan Karaman. Pir Ahmed kemudian meminta perlindungan Ak Konyulu yang kemudian melindunginya. Inilah yang semakin merusak hubungan kedua negara yang sudah tidak akur sehingga terjadi Pertempuran Otlukbeli dengan kemenangan di Ottoman. Fatih Mehmed memiliki panglima terkemuka yaitu Gedik Ahmet Pasha yang berhasil menaklukkan Otranto di wilayah Italia sekarang dan Caffa/Crimea di utara Laut Hitam (Karadeniz) dan menjadikan Crimea sebagai vassal Ottoman. Caffa adalah salah satu daerah kekuasaan Genoa. Secara militer, jika daerah ini tidak dikuasai, kapal-kapal Genoa dapat dengan mudah mencapai Istanbul dari Caffa. Sehingga ditaklukkanlah daerah ini.



Imperial Hall di Istana Topkapi (Topkapi Sarayi). Istana ini dibangun oleh Fatih Sultan Mehmed Han. Dalam bidang kebudayaan, Fatih Mehmed adalah Sultan yang memulai pembangunan Istana Topkapi. Keindahan dan kemegahan istana ini masih bisa kita lihat sampai sekarang. Selain itu beliau juga mendirikan Univeristas Fatih (Fatih Kulliyesi), 300 masjid, 57 sekolah, 59 tempat pemandian umum, 29 pasar, dll. Beliau juga memperbaruhi adminsitrasi dan sultan pertama yang menetapkan hukum tertulis (kanun).



Mehmed II juga meningkatkan kemampuan angkatan laut Ottoman. Hal ini dalam rangka mengimbangi kemampuan Venice dan Genoa yang saat itu menjadi musuh Ottoman. Kedua negara tersebut memang ahli dalam bidang kelautan. Untuk memperkuat angkatan laut, dibangunlah galangan kapal di daerah sekitar Istanbul. Semua pencapaian tersebut didapat tidak lain karena memang Mehmed II adalah Sultan yang pandai lagi berani. Selama masa 30 tahun kepemimpinannya, sudah 25 kali beliau mempimpin penaklukkan. Artinya hampir setiap tahun belaiu memimpin satu perperangan. Selain itu, saat menaklukkan Konstantinopel, usia beliau baru 21 tahun, saat itu beliau telah menguasai 7 bahasa. Hal ini berkat pendidikan dari guru beliau, Cendikiawan Aksemseddin. Beliau juga sangat tertarik pada ilmu pengetahuan, misalnya beliau mengundang Alu Kuscu, Ahli Astronomi, ke observatorium di Istambul. Setelah segala pencapaian yang luar biasa tersebut, Sultan Mehmed II wafat secara misterius. Ada yang mengatakan beliau diracun secara pelahan oleh dokternya yang masih keturunan Venice. Ada juga yang bilang beliau diracun atas perintah Beyazid II putera beliaul. Wallohu A’lam mana yang benar. Yang jelas, wafatnya beliau sempat dirahasiakan oleh wazir beliau, Karamanli Mehmet Pasha. Hal ini untuk mencegah chaos timbul setelah kewafatan Sultan. Sebelum Sultan baru dilantik, wafatnya Sultan dirahasiakan. Karamanli melihat ba Djem Zizim (Cem Sultan) yang saat itu menjabat gubernur Karaman dan Konya paling berpeluang untuk menjadi Sultan setelah beliau. Selain Djem, calon pewaris tahta yang lain adalah Beyazid, gubernur Sivas, Tokat, dan Amasya. Memang Karamanli Mehmet mengirimkan surat tetang berita wafatnya Sultan secara bersamaan ke Djem dan Beyazid. Secara matematis, Djem harusnya sampai lebih dahulu daripada kakaknya, Beyazid, karena posisi Djem saat itu lebih dekat ke Istnabul daripada posisi Beyazid. Oleh karena itu menurut Karamanli, Djem yang lebih berpeluang. Namun di Anatolia, kurir menuju Djem tertahan dan Djem akhirnya terlambat mengetahui berita wafatnya Sultan. Di Istanbul sendiri, Jenissari kemudian mengetahui wafatnya Sultan. Mereka menganggap kegiatan Karamali menyembunyikan wafatnya Sultan ini adalah langkah untuk mengangkat Djem. Mereka menyangka Karamanli adalah antek Djem. Kecurigaan timbul karena saat itu mereka tidak boleh masuk kota Istanbul. Padahal, Jenissari di saat itu lebih mendukung Beyazid. Akhirnya mereka



memerangi wazir Karamanli dan berhasil membunuhnya. Ishak Pasha, mantan wazir utama, melihat hal ini sebagai bahaya. Maka, sembari menunggu Sultan baru datang, yang kemungkinan besar itu adalah Beyazid karena Beyazid telah menerima berita wafatnya Sultan, Ishak Pasha mengangkat Korkut anak Beyazid sebagai pengurus tahta sebelum Beyazid sampai ke Istanbul. Pada 21 Mei 1481 Beyazid ditahbiskan menjadi Sultan Sementara Djem yang terlambat mengetahui berita wafatnya sang ayah, pada 27 Mei 1481 tiba di Inegol dengan 4000 pasukan. Tibanya Djem di Inegol ini dilihat sebagai usaha pembangkangan oleh Beyazid. Menurut nya Djem telah mengassault Inegol. Maka Beyazid mengirimkan tentaranya di bawah pimpinan Ayas Pasha untuk memerangi Djem. Lalu dimulailah perang saudara antara Beyazid dan Djem atau yang lebih dikenal sebagai Cem Sultan. Djem atau Cem Sultan terlah berebut tahta dengan Beyazid. Penguasaan Djem atas Inegol memantik pertempuran antara dua saudara. Beyazid mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ayas Pasha. Namun Djem berhasil mengalahkan pasukan Beyazid. Kemudian beliau mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan Anatolia. Merasa posisinya cukup menguntungkan, Djem mengirimkan tawaran kepada Beyazid untuk membagi kekaisaran menjadi dua, Rumelia (Eropa) untuk Beyazid dan Anadolu (Anatolia, Asia Kecil) untuk Djem. Beyazid yang tidak ingin jerih payah leluhurnya hancur menolak tawaran ini. Beliau lalu memimpin pasukan menuju Djem melalui Bursa. Di Yenisehir kedua pasukan bertemu lalu terjadilah pertempuran sengit dengan kemenangan di pihak Beyazid. Djem kemduain melarikan diri ke Kairo. Ia masih terus berusaha merebut tahta sejak saat itu, seperti Musthafa Celebi Sang Pengklaim (the pretender, sebelumnya saya terjemahkan sebagai penipu namun terjemahan tersebut adalah salah), tetapi tidak berhasil. Ia pernah menyerbu Anatolia kembali dan telah mengepung Konya tetapi dipaksa mundur oleh Beyazid. Djem kemudian berusaha kembali ke Kairo namun gagal karena jalanan dijaga oleh prajurit Beyazid. Lalu ia mencoba lewat laut dengan melewati Rhodes yang saat itu dikuasai Knight of St.John. Tetapi ia justru menjadi tawanan di sana.. Sebagian menyatakan beliau di sana karena undangan Grand Master Knight of St. John. Wallohu A’lam mana yang betul. Yang jelas sejak itu hingga wafatnya Djem tidak pernah melihat lagi tanah airnya. Artinya, Sultan de jurre



dan de facto setelah Mehmed Kaisar Romawi adalah Beyezid yang dikenal dengan gelar Sultan II Beyezid Han.



Beyezid : Sultan Turun Tahta



Sultan II Beyazid Han (1481-1512) Beyazid adalah seorang yang dermawan, beliau senang memberi sedekah kepada orang miskin. Disebutkan bahwa beliau menguasai dua bahasa, Turki dan Persia. Beliau juga menguasi dialek Uighur dan Cagatay, dua wilayah Turki (juga dua entitas kekuasaan/kerajaan di luar Ottoman). Beliau adalah juga pencinta syair dan sering mengundang penyair ke tempat beliau. Setelah



memenangkan



pertarungan



menuju



tahta,



Beyazid



melakukan



perluasan wilayah di Rumeila (Eropa). Beliau menaklukkan Herzegovina, berperang dengan Venice yang terus menjadi duri dalam daging bagi Ottoman, juga bias memaksa Moldavia untuk membayar upeti kepada Ottoman. Konflik dengan Venice yang maju dalam bidang kelautan menjadikan Ottoman memperbaiki angkatan lautnya. Di beberapa masa mendatang, angaktan laut Ottoman akan menjadi yang terhebat di Laut Tengah.. Pada masa Beyazid inilah pelaut terkenal Ottoman, Kemal Reis melakukan misi ke Spanyol yang sedang terbakar inqusisi. Misi pelayaran ini ditujukan untuk menyelamatkan Arab dan Yahudi Sephradic. Ini memperlihatkan toleransi yang dikembangkan Ottoman. Beliau



juga



memerintahkan



agar



semua



gubernurnya



memperlakukan



pengungsi dari Spanyol tersebut dengan baik. Pengungsi dari Spanyol itu sendiri sesungguhnya memperkaya wilayah Ottoman. Banyak di antara mereka yang ahli dagang, ilmuwan, dan seniman.



Selain ke daerah Rumelia, di daerah Anadolu atau di wilayah Asianya, Ottoman juga mulai terlibat konflik dengan Safavid Persia yang mulai membesarkan pengaruh politik. Safavid mendukung pemberontakan Shiah Kizil Bash. Pemberontakan ini sendiri sangat mengguncang Ottoman. Hal ini menjadikan para pangeran (shezade) melihat ayah mereka sudah tidak mampu mengontrol wilayah dan mereka kemudian mulai bersiap menaiki tahta. Terdapat tiga pangeran (sehzade) yang memiliki hak atas tahta. Ahmet gubernur Amasya, Korkut yang menjadi gubernur Manisa, dan Selim yang menjadi gubernur Trabizon. Ahmet saat itu berhasil mengalahkan pasukan Safavid dan tentara Karaman. Dengan kemenangan gemilang, Ahmet pulang ke Istanbul. Namun dalam perjalanannya,



Selim



mengobarkan



pemberontakan



di



sekitar



Istanbull.



Pemberontakan tersebut berhasil dikalahkan Beyazid II. Sesampainya di Istanbul, Ahmet dilarang masuk kota oleh ayahnya karena beliau curiga Ahmet akan mengkudetanya. Mungkin saat itu Ahmet bersama pasukan yang besar. Beberapa pejabat hendak menaikkan Ahmet ke tahta, tetapi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Faksi lain kemudian mencoba menaikkan Korkut ke tahta tetapi lagi-lagi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Agaknya Jenissari lebih mendukung Selim. Akhirnya Sultan II Beyazid Han memutuskan turun tahta untuk mencegah kekacauan semakin menjadi-jadi. Beliau menyerahkan tahta kepada Selim. Beyazid II kemudian memutuskan untuk keluar dari Istanbul dan kembali ke tempat kelahirannya, Didymoteicho. Tetapi sebelum sampai ke tempat tersebut, beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya, sekitar satu tahun setelah beliau lengser keprabon. Dan dimulailah masa Selim I. Apakah pilihan Jenissari atas Selim tepat dan membawa kegemilangan bagi Ottoman, insyaAlloh akan kita lanjutkan..



Selim Yang Sangar



Yavuz Sultan Selim Han (1512-1520) Selim memliki penampilan yang sangar. Ia memelihara kumis tetapi tidak seperti leluhurnya, ia memotong jenggotnya. Penampilannya juga unik karena ia memakai anting-anting. Dari penampilannya memang ia pantas digelari Yang Sangat (Yavuz, The Grim). Tetapi di balik kesangarannya Selim adalah seorang yang menyukai ilmu. Tidak hanya okol tetapi akalnya juga isi. Beliau dididik oleh cendikiawan ternama saat itu, Mevlana Abdulhalim. Beliau menyukai ilmu pemerintahan, teologi, dan sains. Beliau juga pandai berkuda, bergulat, dan memanah. Ini menunjukkan ia seimbang antara ketertarikan akan militeris dan keilmuan serta seni. Bahkan beliau menulis syair. Ini karakter yang bagus memang untuk menjadi Sultan. Beliau juga tidak menyukai kemewahan dan menyenangi kesimpelan sehingga uang



perbendaharaan



kekaisaran



bias



dihemat.



Pada



masanya



gudang



perbendaharaan pernah sangat dipenuhi harta lalu beliau berikrar “Jika ada anak cucuku yang bias memenuhi gudang ini lebih dari yang aku lakukan, ia boleh mengganti gembok gudang ini dari dengan gembok baru miliknya, tetapi jika tidak mereka harus tetap menggunakan gembok milikku ini” Tetapi tidak ada sultan setelah beliau yang sanggup menyaingi jumlah uang yang beliau kumpulkan di perbendaharaan kerajaan. Sehingga para sultan bergantian menggunakan gembok Selim. Walaupun terlihat sempurna, ada satu peristiwa yang memang kurang baik. Selim menghabisi seluruh saudara dan ponakan laki-lakinya agar tidak ada ancaman munculnya pengklaim tahta (the pretender) seperti yang muncul di zaman kakeknya, kakek buyutnya, bahkan yang terjadi antara dia dan Ahmet. Mungkin saat



itu Selim berfikiran untuk mencapai kestabilan negara. Seperti represi di zaman Pak Harto untuk stabilitasi negera. Memang tujuannya baik, tetapi mungkin caranya kurang pas untuk ditiru. Kepribadian Selim memang dikatakan energik. Sidang kerajaan (royal court) pada masanya sangat dinamis, penuh dengan reward tetapi punishment-nya juga ngeri. Bisa hingga hokum penggal. Dikisahkan Selim beberapa kali memenggal kepada



wasir



utamanya.



Ini



menjadikan



sebagian



orang



menganggapnya



berkarakter temperamental. Wajarlah jika beliau dijuluki Yavus (Yang Hebar, Yang Sangar). Maka gelarnya adalah Yavuz Sultan Selim epribadiannya memang sangar dan hebat. Tapi bagaimana dengan pencapaiannya? Agaknya pencapainnya juga hebat, seperti yang terlihat dalam kisah gembok perbendahaaraan kerajaan. Dalam penaklukan, Selim mengarahkan lebih dahulu perhatiannya ke Savafid Persia yang sedang berkembang di bawah Shah Ismail. Hal ini mengingat kekacauan yang diakibatkan pemberontakan Kizil Bash yang didukung Safavid. Ottoman belum sempat membalas ini di masa Beyazid II. Maka Selim segera berangkat bersama pasukannya menyerang Safavid. Tentara dua kerajaan bertemu di Caldiran dan terjadilah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Caldiran.



Monumen di lokasi Pertempuran Chaldiran Selim memenangkan perang dan Shah Ismail melarikan diri. Selim terus berjalan menuju Tabriz, pusat kekuasaan. Beliau mengekspor para seniman dan ilmuwan dari kota ini ke Istabul. Ini menunjukkan perhatian beliau terhadap seni. Hasil dari kampanye ini adalah memulihkan kekuasaan Ottoman di senatero Anatolia.



Selim meneruskan penaklukkannya ke arah Mameluk di Turki. Ada yang menyatakan penyerangan ini didasarkan impian Selim untuk menyatukan seluruh Turki Islam ke dalam kekuasaan Ottoman., termasuk Mameluk yang juga bersuku bangsa Turki ini. Secara politik penaklukkan ke Mameluk akan mengamankan perbatasan Anatolia Ottoman yang sering terancam kekuatan baik Mameluk maupun Safavid, dua kekuatan besar di samping Ottoman di wilayah timur tengah saat itu. Kemenangannya di Pertempuran Marj Dabiq menjadikan Ottoman berkuasa atas wilayah Syiria. Sultan Mamaluk, Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri, wafat dalam pertempuran ini dalam berbagai versi. Setelah memenagkan pertempuran ini, Selim melanjutkan penaklukkannya ke Kairo yang saat itu diperintah al-Ashraf Turman Bey II, wakil Sultan terdahulu yang telah dinobatkan sebagai Sultan baru Mameluk. Dalam Pertempuran Ridaniyah, Turman Bey II berhasil dikalahkan dan Ottomanpun berkuasan atas seluruh Mesir. Selim juga memperluas kekuasaan Ottoman ke daerah Nejed, tempat dua situs suci muslim, Makkah dan Madinah. Setelah kedua tempat ini ditaklukkan, Selim menggunakan gelar Khadimul Haramayn(Pelayan Dua Kota Suci). Gelar ini masih digunakan para sultan Saudi sekarang. Setelah Makkah dan Madinah (Nejed) dikusai, Selim meminta Al-Mutawakil III untuk menyerahkan gelar Khalifah kepadanya secara resmi. Al-Mutawakil III adalah keturunan terakhir Kekhalifahan Abbasiyah (Abbasids) yang berdiam di Kairo. Memang sejak Baghdad jatuh, para Khalifah keturunan Abbasiyyah bermukim di Kairo. Jadi, secra resmi gelar Khalifah, Amirul Mukminin masih dipegang oleh AlMutawakil III.



Wilayah Ottoman di masa Selim I, tiga kali lipat dari yang sebelumnya



Gelar tersebut kemudian diserahkan kepada Selim. Kelengkapan kebesaran Khalifah, yaitu pedang Nabi Muhammad, selendang Nabi Muhammad, dan cap kemudian diserahkan. Mengenai selendang tersebut, saya pernah membaca di Tarikh al-Khulafa bahwa mantel khalifah yang diwariskan dari khalifah ke khalifah memang adalah mantel Nabi Muhammad. Warna mantel tersebut adalah hijau. Mantel tersebut menjadi perangkat kebesaran Khalifah dai Dinasi Abbasiyah (Abbasid) dikarenakan dulu mantel tersebut dihadiahkan Nabi Muhammad SAW kepada Abbas RA, leluhur para sultan Abbasiyah. Benda-benda tersebut masih bisa Anda lihat di Istana Topkapi, Istanbul. Penganugerahan gelar Khalifah dilaksanakan di Masjid Ayasofya Istanbul. AlMutawakil III sendiri yang mengalungkan selendang Khalifah kepada Selim. Setelah mendapatkan gelar Khalifah, Selim menggunakan gelar baru, Malik ul-Barreyn, wa Khakan ul-Bahrayn, wa Kasir ul-Jayshayn, wa Khadim ul-Haramayn, Raja dua daratan (Eropa dan Asia), Khakan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Hitam), Penakluk dua pasukan (Safavid dan Mameluk), dan Pelayan dua tanah suci (Mekkah dan Madinah). Gelar yang besar ini memang pantas untuk pencapaiannya yang luar biasa. Di masanya, wilayah Ottoman meluas tiga kali lipat. Setelah hingar-bingar tersebut, Selim kembali mempersiapkan tentara. Katanya, tentara tersebut untuk penyernagan Hungaria. Tetapi sebelum itu Selim wafat. Secara umum beliau wafat akibat sakit. Tetapi ada juga yang mengatakan beliau diracun. Sekitar 8 tahun masa pemerintahan Selim disebut dalam sejarah sebagai masa gelmilang Ottoman. Walaupun tidak mencapai puncaknya, pencapaian Selim dalam waktu singkat layak dipuji.



ISKANDAR ZULKARNAIN (Alexander Yang Agung) Alexander Yang Agung atau Iskandar Zulkarnain, penakluk yang tersohor dari dunia silam itu dilahirkan di Pello tahun 356 SM, ibukota Macedonia. Orang tuanya, Raja Philip II dari Macedonia, seorang ahli perang. Dengan kemampuannya, ia mampu mengorganisir Angkatan Bersenjata Macedonia, menjadi mesin tempur yang berkualitas tinggi. Dengan Angkatan Bersenjatanya itu, Philip II menaklukan Yunani dan daerah sekitarnya. Sayang ketika ia merancang penyerangan Kekaisaran Persia, dan di tahun 336 SM memulai penyerangan ke bagian timur Kekaisaran tersebut, ia tewas dalam pertempuran. Yang tatkala ia baru berusia empat puluh tahun. Memang jauh-jauh hari Philip II telah mempersiapkan putranya, Iskandar. Tidaklah sulit bagi Iskandar untuk menduduki tahta, mengantikan ayahnya. Tatkala itu ia baru berusia dua puluh tahun, masih muda belia. Seorang anak muda yang memiliki kehandalan militer, dan ia juga diserahkan oleh ayahnya pada seorang filosof, yakni Aristoteles. Di masa itu disebutkan Aristoteles, seorang yang paling cendikiawan dan filosof yang termasyhur zaman itu. Semula bangsa yang menjadi taklukan Macedonia menganggap dengan kematian Philip II, mempunyai peluang untuk mengusir dari daerah mereka. Melepaskan diri dari genggaman sepenuhnya dari Macedonia. Akan tetapi anggapan mereka sirna seketika. Dua tahun setelah Iskandar naik tahta. Anak muda ini mampu mengatasi gejolak di daerah tersebut. Setelah itu Iskandar mulai melirik Persia, sesuai dengan cita-cita ayahnya. Kekuasaan bangsa Persia, selama dua ribu tahun sangatlah luas. Terbentang mulai dari Laut Tengah hingga ke India. Walaupun di masa itu kejayaan Kekaisaran Persia mulai surut, namun bagi Macedonia masih tetap merupakan lawan tangguh. Tahun 334 SM, Iskandar melancarkan serangan awal ke Persia. Iskandar hanya mempunyai tentara 35.000 orang, jelaslah tidak sebanding dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Persia. Ini merupakan misi berani mati dari Iskandar.



Kendati



pun



banyak



rintangan



yang



harus dihadapi,



Iskandar



berhasil



memenangkan pertempuran tersebut Dan dalam pertempuran tersebut, yang menjadi kunci kemenangannya adalah karena pasukan benar-benar terlatih. Lalu Iskandar sendiri adalah panglima perang yang gagah berani. Ketiga, dia langsung memberi komando di atas pelana kudanya. Semua membuat rasa percaya diri para tentaranya semakin kuat untuk menggempur musuh-musuh mereka. Iskandar Zulkarnain memang seorang penakluk yang tidak ada duanya, di masa itu. Setelah melumat Persia, menerjang Asia Kecil, Mesir menyerah tanpa perlawanan. Di sana dia diberi gelar Firaun dan dinobatkan sebagai dewa. Babylon pun dilabraknya, itulah akhir dari kejatuhan Kekaisaran Persia. Raja Darius III terbunuh oleh tentaranya sendiri, karena tidak ingin melihat raja itu menyerah pada Iskandar. Asia Tengah pun ia jamah. Demikian juga India bagian barat Ia beristrahat beberapa tahun. Dalam peristrahatan yang agak panjang tersebut, ia mulai memikirkan tentang kebudayaan. Ia ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa bangsa Yunani, bukanlah bangsa barbar. Walaupun ia pernah menaklukan bangsa Persia, ia pun menaruh perhatian pada kebudayaan Persia. Berkat dukungan gurunya, Aristoteles, Iskandar Zulkarnain memadukan kebudayaan Yunani dan Persia, pertemuan antara Timur dan Barat. Demikianlah selintas riwayat hidup Iskandar Zulkarnain atau lebih dikenal di dunia barat, Alexander the Great. Ada orang bilang ia hanya seorang militer yang haus penaklukan, dan seorang barbar. Tapi dalam kenyataannya, di zamannya hidup para filosof termasyhur. Dan berkembangnya kebudayaan barat dan timur. Pengaruhnya kebudayaan tersebut sampai mendunia. Sayang, dia meninggal pada usia muda tahun 323 SM, saat berada di Babylon. Ia terserang demam panas, dan menghembuskan nafas dalam usia belum lagi tiga puluh tahun. Yang perlu dicatat; Iskandar berhasil mendekatkan kebudayaan Yunani dengan Timur Tengah, sehingga masing-masing mendapat manfaat, sekaligus mempertinggi kebudayaan masingmasing. Pun pengaruh kebudayaan Yunani menyebar ke India, dan Asia Tengah. Agaknya kebesaran Iskandar Zulkarnain itu menjadi insprasi Tambo untuk menghubungkan nenek moyang suku bangsa Minangkabau.



Dalam sejarah disebutkan bahwa seluruh keluarga Iskandar Zulkarnain terbunuh, karena perebutan kekuasaan. Lalu kenapa tiba-tiba muncul tiga orang putra Iskandar Zulkarnain? Dan tiga putra tersebut, menjadi raja di negeri Rum, Cina dan Minangkabau. Dua negeri yang ditunjuk, yaitu Romawi (Rum Timur) dan Cina adalah negeri memiliki kebudayaan tinggi. Jika kita simak, penaklukan Iskandar Zulkarnain sampai ke India, dan pengaruh kebudayaan Yunani pun menjalar ke daerah taklukannya, termasuk Rum. Sedangkan pengaruh kebudayaan Yunani kepada Cina, perlu kajian yang khusus. Lalu



siapakah



"pencipta” Tambo



itu. Apakah



dia



seorang



perantau



dari



Minangkabau, yang pernah mengembara ke India, Cina, Rum, Yunani. Atau dia hanyalah seorang pendengar yang cerdas, yang mampu menyerap dan menyimpan dalam kepalanya setiap kisah yang diceritakan pencerita lain. Lantas kapan dia hidup? Kita memang buta akan masalah ini. Lagi pula, awal mula Tambo tersebut dikabakan lewat oral atau lisan. Sedang ketika Tambo dituliskan dengan huruf latin (atau Arab Melayu: kalau ada), tidak ada sedikit pun menjelaskan siapa”pencipta” kaba asal-usul itu. Tapi yang lebih penting adalah mencari kenapa asal-usul suku bangsa Minangkabau itu dihubungkan dengan Iskandar Zulkarnain. Sebagai makhluk Tuhan yang diberi bekal dengan akal atau pikiran, kita tidak berdosa membuat hipotesa. Apakah tidak mungkin masih tersisa keluarga Iskandar Zulkarnain dari pembantaian karena perebutan kekuasaan di Macedonia, setelah ia meninggal? Hal itu bisa saja terjadi. Sebagai seorang raja besar, sudah lumrah ia juga mempunyai istri atau selir di luar istana. Dan keturunan yang ada di luar istana itu, mendengar ayah mereka mangkat, dan kekuasaannya diperebutkan oleh panglima-panglimanya. Tentulah mereka menyingkir ke daerah lain, yang lebih aman. Di antara mereka yang selamat, Alif, Dipang, Diraja. Kebetulan nasib baik berpihak kepada mereka, sehingga menjadi pemimpin di suatu wilayah. Maharaja Alif menjadi raja di negeri Ruhum (Rum Timur). Lalu Maharaja Dipang dan Maharaja Diraja dapat kita asumsikan bersama ke negeri Cina. Di Cina, Dipang dapat merebut kekuasaan, ia naik tahta dengan gelar Maharaja Dipang. Sementara itu Diraja hanya mendapat kedudukan sebagai kerabat raja.



Bila kita hubungkan dengan waktu atau masa, kematian Iskandar Zulkarnain pada tahun 323 SM. Kita patok saja usia mereka sekitar dua puluh tahun, maka masa Dipang dan Diraja di negeri Cina sekitar 300 SM. Lantas kita harus mencari pula, dinasti apa yang berkuasa tahun 300 SM. Penulis mendapatkan raja Cina yang berkuasa sekitar 250-210 SM, dia adalah Shih Huang Ti (Mendekati masa hidup Dipang dan Diraja). Shih Huang Ti juga menyebut diri Wang, yang artinya raja. Dalam dialek Minang, ucapan Waangdipakai untuk orang kedua. Memang banyak pemakaian kata atau bahasa Cina ke dalam bahasa kita, seperti cawan, teko dan sebagainya. Dan kalau kita simak secara seksama, tampak ada pengaruh Cina terhadap kebudayaan Minangkabau, seperti pakaian pengantin perempuan, pakain lelaki, perhiasan dan lain-lain. Baiklah, kita menjemput kembali mamangan asal-usul : Di mano asa titiak palito, dari baliak telong nan batali Dari mano asa nenek moyang kito, dari lereng gunung Marapi



Kita coba menfasirkan baris kedua dari pantun ini : kata telong, jelaskan bukan berasal bahasa Minangkabau tapi dari Cina, yaitu sebuah lentera yang terbuat dari kertas, atau dikenal juga dengan sebutan lampion. Alat penerangan ini lumrah dipakai pada tempo dulu oleh masyarakat Cina. Sedangkan alat penerangan di Minangkabau, yaitu suluh (ada yang terbuat dari daun kelapa kering, dan ada juga bambu yang diberi sumbu, yakni obor). Maka dapatlah kata "kata telong” merupakan kata bermakna tersirat, bahwa sebelum mereka menetap di lereng gunung Marapi, nenek moyang suku bangsa Minangkabau itu pindah dari negeri asalnya, ialah negeri Cina. Diraja tinggal bersama saudara tengahnya, Dipang di Cina beberapa lama. Bila dihubungkan dengan Shih Huang Ti adalah sama dengan Dipang, maka perpindahan Diraja dari Cina, bukanlah perpindahan biasa, dapatlah kita samakan dengan eksodusnya Nabi Musa dari Mesir, karena perselisihan dengan Firaun.



Dikisahkan Diraja melarikan diri dari Cina, mempunyai persamaan dengan eksodus Musa dan pengikutnya. Karena di masa pemerintahan Shih Huang Ti terjadi pembantaian terhadap mereka yang tidak sepaham dengan sang raja itu. Hal tersebut itu dilakukan oleh karena Shih Huang Ti ingin "menyelamatkan” kekuasaannya, dari lawan-lawannya. Kemungkinan bahaya tersebut pun datang dari Diraja, saudaranya sendiri. Melihat keadaan seperti itu, Diraja dan keluarga serta pengikutnya yang setia, segera melarikan diri. Dari pantai mereka lalu berlayar menuju Sumatra. Hipotesa yang saya buat ini, belumlah final. Sementara itu "kebenaran” Maharaja Diraja memang putra bungsu Iskandar Zulkarnain, baru dikaji sebatas kulit pertama. Tapi saya akan mengajak pembaca terlebih dahulu ke masalah : Apakah Iskandar Zulkarnain sang raja Macedonia tersebut, yang dimaksud oleh Tambo – seperti tertulis dalam al-Quran, surat al- Kahfi ? "Mereka



akan



bertanya



kepadamu (Muhammad) tentang



Zulkarnain.



Katakanlah aku akan bacakan kepadamu tentangnya. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka)bumi, dan Kami telah memberi kepadanya jalan (untk mencapai) segala sesuatu. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yangberlumpur hitam, dan dia mendapatkan di situ segolongan umat. Kami berkata: Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.Berkata Zulkarnain: Adapun orang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang yang bermal saleh, maka baginya pahala yang terbaik, sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah Kami. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila ia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala yang ada padanya. Kemudian ia menempuh suatu jalan (yang lain lagi) Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapannya kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.



Mereka berkata,”Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatlah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka? Zulkarnain



berkata,”Apa



yang



telah



dikuasakan



oleh



Tuhanku



kepadaku



terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan antara kamu dan mereka. Berikanlah potonganpotongan



besi



hingga



apabila



besi



itu



telah



sama



rata



dengan



kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain,”Tiuplahapi itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata,” agar kutuangkan(yang mendidih) besi panas itu.” Maka mereka tidak bisa mendaki dan mereka tidak (pula)melobanginya.Zulkarnain



berkata,”Ini (dinding) adalah



rahmat



dari



Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia kan menjadikanya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar,”Kami biarkan mereka bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiupkan lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semua, dan Kami nampakan jahanam kepada orang-orang kafir dengan jelas. Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, adan adalah mereka yang tidak sanggup mendengarnya” (Q,S: 18; 83-101) Dari cuplikan al-Quran, surat al-Kahfi tersebut, kelihatan "pembuat Tambo” ingin menjelaskan kepada para pendengar bahwa "nenek moyang” itu adalah orang yang terpilih, sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Tuhan. Zulkarnain, bukan sekadar pemimpin militer tapi juga orang yang berilmu, sehingga dia diberi tugas oleh Tuhan memberantas orang-orang kafir. Dan Rasulullah pun seorang negerawan, pemimpin militer dan umat manusia. Maka kita tafsirkan Tambo asal-usul tersebut, diciptakan dan dikabakan oleh seseorang yang telah memeluk agama Islam. Kemungkinan ia berada dan hidup di zaman Minangkabau mencapai puncaknya . Dan bukanlah hal yang muskil apabila asal-usul suatu suku bangsa atau bangsa dikisahkan secara berlebihan. Pengkaitan dengan negeri Rum, Cina merupakan kebanggaan tersendiri. Disamping itu "pembuat Tambo” diperkirakan dalam membaca dan menerjemahkan al-Quran (dan menafsirkan), belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang penerjemahkan . Sehingga dalam memahami surat al-Kahfi, lebih terkesan tergesa-gesa. Lagi pula yang



dimaksud



dituju



hanyalah



"kehebatan”



Zulkarnain,



yang



kemudian



dihubungkan dengan Iskandar Zulkarnain (Padahal al-Quran hanya menyebut



Zulkarnain, bukan Iskandar Zulkarnain) Dari berbagai pendapat umum disimpulkan bahwa Yakjuj dan Makjuj merupakan bagian kisah asal-usul dan pemikiran munculnya Tambo. Karena rangkaiannya, di masa lampau negeri Minangkabau terus-menerus dijajah oleh kerajaan maupun bangsa lain. Dan Yakjuj dan Makjuj merupakan bahaya bagi umat manusia, di mana sikap kedua mahkluk tersebut membuat kerusakan di muka bumi ini. Implementasi dari mereka yang suka berbuat kerusakan dimuka ini, antara lain: penjajahan bangsa lain terhadap bangsa lainnya. Catatan: Bangsa lain dalam membesarkan bangsanya sendiri, senantiasa mengaitkan asal-usul nenek moyang mereka dengam mitologi: bangsa Yunani dan Romawi mengaitkan dengan para dewa. Demikian pula dengan bangsa Jepang, yang mengaitkan dengan Dewa Matahari. Tampaknya demikian pula dengan suku bangsa Minangkabau. Di Indonesia, al-Quran diterjemahkan pertama kali oleh Syekh Abdur Rauf asSingkile pada abad ke 16. Al-Quran tersebut diterjemahkan (dan tafsiran) dengan bahasa Melayu, yang berhuruf Arab gundul. Istilah Yakjuj dan Makjuj (Ya’juj dan Ma’juj) disebut dalam al-Quran, pada surat al-Kahfi:94 dan surat al-Anbiya:98. AlQuran menyebutkan sifat dari Yakjuj dan Makjuj itu adalahmufsiduna fi al-ard (yang merusak di muka bumi). Pada surat al-Kahfi: dikatakan bahwa penduduk di antara dua gunung merasa cemas kalau Yakjuj dan Makjuj itu datang ke negeri mereka. Mereka bersedia membayar upeti pada Zulkarnain, bila ia bisa membangun tembok pertahanan. Sementara itu pada surat al-Anbiya 96 digambarkan bahwa apabila pintu telah terbuka, dan Yakjuj dan Makjuj masuk, maka terjadilah hari kiamat. Kitabkitab tafsir berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud Yakjuj dan Makjuj. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Yakjuj dan Makjuj tersebut adalah bahaya dari Mongol yang telah memporak-porandakan Bagdad. Tapi kenyataan tersebut dianggap keliru oleh para ahli tafsir lain. Karena Mongol setelah itu telah banyak berbuat dalam membangun dan mendirikan kembali kerajaan Islam, seperti di Turki dan India.



BANJIR NUH Informasi yang disampaikan kepada kita: Maharaja Diraja berlayar setelah banjir besar pada zaman Nabi Nuh. Akan tetapi Tambo tidak menyebutkan bahwa Maharaja Diraja dan pengikutnya merupakan bagian dari umat Nabi Nuh. Tambo hanya menyatakan masa keberangkatan dan berlabuhnya Maharaja Diraja lereng kaki gunung Marapi ketika banjir besar tersebut selesai. Ditilik kepada masa terjadinya banjir Nabi Nuh tersebut, sekitar dua puluh dua abad sebelum masehi (XXII SM). Waktu itu kebudayaan manusia sudah berkembang, dan bumi ini telah terkembang sebagaimana yang kita temui sekarang ). Jelaslah asumsi yang dikabarkan oleh Tambo tentang bumi belum mengacu pada ilmu Bumi. Lagi pula kita dibuat bingung karena antara satu informasi dengan informasi saling bertolak belakang. Misalnya, dengan merujuk Maharaja Diraja sebagai salah seorang putra Iskandar Zulkarnain (Abad ke III SM). Dan sangat kacau lagi, apabila ada pula inforamsi yang menyatakan, Zulkarnain yang dimaksud tersebut seorang raja Turki, yang hidup sekitar abad 11 Masehi. Yang kemudian anaknya mendirikan kerajaan Inderapura di Pesisir Selatan. Catatan: Tentang Banjir di zaman Nabi Nuh, bukan saja dimuat dalam al-Quran tapi juga dimuat oleh kitab-kitab lainya: Perjanjian Lama (Bibel). Banjir itu terjadi ketika Nabi Nuh berusia 600 tahun. Maurice Bucalle dalam bukunya” Bibel, Al-Quran dan Sains Modern” (penerbit Bulan Bintang: penerjemahan H.M.Rasjidi) : berpendapat bahwa keterangan al-Quran lebih layak dipercaya. Ia menyatakan bahwa Banjir Nabi Nuh hanya menghukum umat Nuh, bukan seluruh umat yang ada di dunia ini. "Bagaimana mungkin orang dapat menggambarkan bahwa Banjir Nuh itu membinasakan penghidupan di atas seluruh dunia (kecuali penumpang Perahu Nabi Nuh) pada abad ke XXI atau abad ke XII SM. Pada waktu itu di beberapa tempat di dunia telah berkembang bermacam-macam peradaban yang bekas-bekasnya dapat kita lehat sekarang. Bagi Mesir umpamanya, waktu itu adalah zaman yang menyaksikan akhir Kerajaan lama dan permulaan Kerajaan baru.” Jadi kesimpulan Maurice menyatakan bahwa penjelasan al-Quran tentang Banjir Nuh lebih akurat, layak dipercaya, sesuai dengan Sains Modern.