Dogmatika 2 Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Maia Nurhayati Br Ginting



NIM



: 18.01.1680



Tingkat/Jurusan



: III-A/Teologi



Mata Kuliah



: Dogmatika II



Dosen



: Pardomuan Munthe, M.Th.



Kelompok 6



Reformasi Ajaran Keselamatan c. Dasar dan Tujuan Reformasi menurut Luther, Calvin, dan Zwingly d. Ciri Doktrin Pembenaran Lutheranisme, Calvinisme, Anabaptisme I.



Pendahuluan Reformasi berarti suatu tindakan yang dilakukan untuk memperbaharui yang telah ada. Tokoh reformator yang berjuang untuk pembaharuan Gereja seperti Martin Luther, Yohanes Calvin, Zwingli, menjadi tokoh utama dalam pembaharuan ini. Salah satu pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh reformator tersebut adalah mengenai doktrin keselamatan.



II.



Pembahasan II.1.



Pengertian Reformasi Reformasi adalah gerakan untuk mengadakan pembaruan dalam



kekristenan Barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17. Reformasi boleh dikatakan dimulai oleh kemunculan golongan Lollard, Waldens, dan Hussit. Mereka menyerang struktur gereja yang hierarkis dan legalistik serta keburukan-keburukan yang terdapat dalam gereja.1 II.2.



Dasar dan Tujuan Reformasi II.2.1. Martin Luther Martin Luther dikenal sebagai seorang tokoh reformator gereja di



Jerman



pada



abad



ke-16.



Gerakan



Reformasi



yang



diusahakannya telah menyebabkan berdirinya sebuah gereja lain disamping Gereja Katolik Roma, yaitu Lutheran. Ia lahir pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben,



1



F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2011), 391.



Thuringen, Jerman.2 Adapun yang menjadi dasar reformasi Martin Luther adalah dikota Roma Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Para klerus (rohaniawan GKR) hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot dikota suci itu.3 Melihat kekacauan dan kemerosotan kekristenan yang terjadi di Roma, Martin Luther bertujuan melakukan reformasi teologi atau ajaran. Maka, tujuan reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther adalah pembaharuan ajaran. Luther melihat bahwa ajaran GKR pada masa itu jauh melenceng dari Alkitab. 4 Reformasi teologi yang dilakukan Luther dapat disimpulkan dalam tiga pokok : 1. Kembali Kepada Alkitab Menurut Luther, Gereja dan hidup kekristenan harus diperbaharui dan dikembalikan kepada dasarnya. Alkitab, Firman Allah yang menyatu dengan hukum, janji dan anugerah Allah adalah dasar kehidupan moral, etis dan pandangan hidup gereja. Sola Scriptura, hanya berdasarkan Alkitab, dan tidak ada yang lain, yang menjadi dasar kehidupan gereja. Pemahaman ini menuntut agar Alkitab dimiliki oleh semua umat, dapat dibaca dan dimengerti oleh rakyat. Alkitab bukan hanya milik para imam yang menganggap diri pemilik wewenang membaca dan menafsirkan Alkitab. 2. Pembenaran oleh Iman Pembenaran oleh iman adalah merupakan ajaran Alkitab yang sangat mendasar. Hanya dengan ‘pembenaran oleh iman’, manusia berdosa dapat diselamatkan (Rom. 1:17). Sebenarnya, pernyataan Luther ini bukanlah hal yang baru. Hanya lagi pernyataan ini tidak pernah diperdengarkan sebelumnya.



Luther



hanya



menemukan



kembali



suara



alkitabiah ini, melalui pergumulan pribadi tentang keselamatan. Pembenaran oleh iman, dan hanya oleh iman, sola fide, 2



F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 124. 3 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 125. 4 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 3233.



diperoleh bukan melalui usaha manusia atau melalui pembelian surat afflat, melainkan hanya melalui anugerah Allah, sola gratia. Sola fide dan sola gratia telah membebaskan jiwa-jiwa yang selama ini terbelenggu oleh harga secarik kertas, dan oleh bayangan api yang bernyala-nyala, ciptaan pejabat-pejabat gereja semata-mata. 3. Imamat orang-orang Percaya Imamat orang-orang percaya ini dihubungkan Luther dengan arti kebebasan orang Kristen. Dalam tulisannya, The Freedom of a Christian, 1520, Martin Luther mengatakan bahwa “Seorang Kristen adalah seorang tuan yang bebas secara sempurna atas semua orang,, dan tidak terikat kepada apa dan siapapun. Akan tetapi, seorang Kristen adalah seorang hamba yang sempurna, yang terikat kepada semua orang”. Dasar Luther adalah 1 Kor. 9:19, ‘aku bebas terhadap semua orang’. Kemudian dalam Rom. 13:8 dikatakan, ‘jangan berhutang kepada siapapun, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab mengasihi berarti sudah memenuhi hukum taurat’. Kebebasan seorang Kristen adalah karena dia telah dikasihi Kristus dan keterikatan seorang Kristen adalah karena dia harus mengasihi orang lain seperti Kristus telah mengasihinya.5 II.2.2. Yohanes Calvin Yohanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan pemimpin gerakan reformasi gereja abad ke-16. Yohanes Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa di sebelah kota Paris, Prancis. Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu hukum. Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum. Study hukumnya sangat mempengaruhi dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja reformasi yang dipimpinnya.6 Calvin sama sekali tidak tertarik terhadap bidang kerohanian. Sebaliknya, justru beliau tertarik pada karya-karya kalangan humanis. Kemudian setelah 5 6



Darwin Lumbantobing, Teologi Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2010), 171-173. F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 49-50.



sang ayah meninggal pada tahun 1531, beliau merasa lebih bebas untuk mengikuti minatnya sendiri, yaitu dengan menempuh pendidikan yang berciri-ciri humanis.7 Yang



mendasari



Reformasi



Calvin



ialah



ketika



para



Humanisme Kristen di Perancis juga bersentuhan dan berkenalan dengan “Injili”



dan gerakan



reformasi Luther, sementara



pemerintahan setempat masih merupakan pendukung GKR. Ternyata Calvin adalah pendukung reformasi, terutama setelah khotbahnya di Paris 1533, yang sangat tajam mengecam ajaran dan praktek



GKR.



Setelah



Calvin



memutuskan



untuk



terjun



sepenuhnya dengan gerakan Reformasi, ia lebih banyak bekerja di Swiss, mula-mula di Basel, kemudian di Jenewa. Di Basel ia menulis mahakaryanya, Religions Christianae Instutio; Pengajaran Agama Kristen; disingkat Institutio. Ketika Calvin mulai menetap di Jenewa (1535), kota itu baru saja membebaskan diri dari pemerintahan uskup GKR setempat seraya beralih ke Reformasi. Kota itu jadinya diperintah oleh dewan kota dan dengan mereka yang duduk di lembaga inilah Calvin bekerjasama untuk memberlakukan asas-asas reformasi dalam kehidupan Gereja dan masyarakat. Untuk itu perlu ditegakkan disiplin yang ketat. Disiplin yang ketat ini, termasuk di bidang moral dan di Strasburg Calvin bekerjasama dengan Martin Buccer, reformator setempat. Dan belajar banyak tentang tata ibadah dan sistem organisasi gereja. Calvin menjadikan reformasi yang dicanangkan Luther menjadi konkret dan lebih jelas wujudnya dalam kehidupan bergereja.8 Reformasi bagi Calvin berarti merumuskan teologi kembali berdasarkan Alkitab dan membangun gereja kembali bertolak dari contoh jemaat mula-mula dalam perjanjian lama. Teologi Calvin juga berpusat pada Kristus, yang menyatakan kemuliaan dan rahmat Allah. Calvin menekankan bahwa kemuliaan Allah adalah tujuan utama dari segala-galanya, baik untuk Allah, maupun untuk 7 8



Jonatan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 275. Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 54-56.



manusia. Menurut Calvin, baik pengudusan maupun pembenaran merupakan buah persekutuan dengan Kristus yang terwujud kalau manusia mulai percaya kepada Kristus. Calvin sangat menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dalam usahanya untuk melakukan kehendak Allah. Ajaran tentang pembenaran justru menyadarkan orang percaya bahwa mereka tetap berdosa dan memerlukan anugerah Allah.9 II.2.3. Ulrich Zwingli Zwingli dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1484 di Wildhaus, Toggenburg, Swiss.



Sejak tahun 1500-1502 ia belajar pada



Universitas Wina, yang menjadi pusat studi klasik pada masa itu. Di sini ia belajar filsafat skolastik, astronomi, fisika. Tujuan utamanya



adalah



menjadi



seorang



humanisme.10



Program



pembaharuan yang dimulai oleh Zwingli di Zurich dalam tahun 1519 secara esensial adalah humanis. Zwingli memandang reformasi



sebagai



suatu



proses



pendidikan,



sehingga



mengumandangkan pandangan-pandangan baik dari Erasmus maupun dari perkumpulan-perkumpulan humanis di Swiss.11 Dasar reformasi Zwingli adalah ia melihat ajaran-ajaran GKR tentang penjualan surat Indulgensia, kewenangan Paus, dan menyembah orang-orang kudus seperti maria sudah jauh dari ajaran Alkitabiah.12 Tujuan reformasi Zwingli adalah mengecam praktik-praktik penjualan surat pengampunan dosa, menentang Mariology dan hukum-hukum Gereja Katolik yang melarang kalangan imam untuk menikah.13 Zwingli mengajarkan siapa yang percaya Injil akan diselamatkan, hanya Allah sendiri yang mengampuni dosa melalui Yesus Kristus dan Yesus Kristus satu-satunya pengantara kita. Segera sesudah itu terjadilah pembaruan-pembaruan Gereja.14 Awal dari reformasi Zwingli adalah berawal dari ketika dia bekerja 9



Christian De Jonge, Apa Itu CALVINISME, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 51-57. F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 199. 11 Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 158-159. 12 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 199-200. 13 Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 268. 14 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 200. 10



sebagai pastor para tentara bayaran di Swiss. Dimana apa yang ia lihat membuatnya tidak menyetujui tindakan anak muda yang menjual jasa sebagai tentara bayaran, dan ia menyuarakan hal itu. Tindakan ini merupakan awal karir Zwingli yang kelak akan menjerumus ke reformasi politik dan agama. 15 Seperti halnya Luther, dia meletakkan penekanan atas hubungan langsung antara manusia



dan Alllah,



menginginkan



kesucian



menolak upacara



nilai dan



perbuatan



baik, dan



kebiasaan.



Zwingli



menginginkan pemutusan penuh dengan masa lalu, mendorong penghancuran patung-patung, dan mencela misa sejak awal. Karena bagi Zwingli keselamatan adalah pengalaman batin yang murni dimana sakramen dan upacara tidak memainkan peranan. 16 Zwingli menerbitkan 67 artikel yang antara lain berisi penolakan terhadap keutamaan otoritas kepausan, penolakan terhadap pemujaan orang-orang kudus, penolakan terhadap larangan menikah untuk para Imam, mengkritisi tentang api penyucian dan penegasan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber yang berotoritas untuk pengajaran tentang keselamatan.17 II.3.



Ciri Doktrin Pembenaran II.3.1. Menurut Lutheranisme Lutherisme adalah aliran yang berpegang pada ajaran Luther. Firman dan sakramen adalah kata kunci dalam kehidupan gerejagereja lutheran dan merupakan pusat ajaran luther. Firman sematamata mengacu pada Alkitab sebagaimana dinyatakan lewat semboyan



Sola



Scriptura



dan



sakramen



mengacu



pada



penghargaan tinggi atas kedua sakramen. Bagi luther sakramen adalah firman yang kelihatan, atau yang dipergerakkan.18 Luther memahami ‘kebenaran Allah’ merujuk pada atribut ilahi yang tidak membeda-bedakan (adil), dalam arti Ia memberikan kepada setiap



Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 24. Mangisi S. E. Simorangkir, Ajaran Dua Kerajaan Luther, (Bandung : Satu-satu, 2011), 98. 17 Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 270. 18 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 44. 15 16



individu tepat seperti jasa yang diperbuat oleh individu itu, tidak lebih dan tidak kurang.19 Salah satu pandangan sekali dari ajaran Luther tentang pembenaran hanya oleh iman adalah bahwa seorang yang berdosa tidak mampu mencapai pembenaran dirinya sendiri. Allah-lah yang mengambil inisiatif dalam pembenaran, memberikan semua sumber yang diperlukan untuk membenarkan orang berdosa. Salah satu dari sumber-sumber itu adalah ‘kebenaran Allah’. Dengan kata lain, kebenaran menjadi dasar orang berdosa, dibenarkan bukanlah kebenaran dari orang itu sendiri, melainkan suatu kebenaran yang diberikan kepadanya oleh Allah.20 Pembenaran oleh iman dan hanya oleh iman, Sola Fide



diperoleh bukan melalui usaha



manusia atau melalui pembelian surat afflat, melainkan hanya oleh anugerah Allah, Sola fide. Sola fide dan sola gratia telah membebaskan jiwa-jiwa yang selama ini terbelenggu dosa.21 II.3.2. Menurut Calvinisme Pertama-tama Calvin menekankan bahwa kemuliaan Allah (Gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-galanya, baik untuk Allah maupun untuk manusia. Allah menciptakan dunia dan manusia demi kemuliaanNya dan manusia tidak mempunyai tugas lain dari memuliakan Allah. Karena dosanya, manusia tidak mampu memberikan kehormatan yang patut diberikan kepadaNya. Tetapi kalau Allah mengampuni dan membenarkannya, maka ia dapat memuliakan Allah dengan hasil yang biarpun jauh dari sempurna, dapat berkenan kepada Allah.22 Calvin memahami kata ‘pembenaran’ sebagai sesuatu yang merujuk hanya pada peristiwa dinyatakan menjadi benar, proses pembenaran batin yang menyertainya, yang diberi istilah ‘penyucian’ atau ‘kelahiran kembali’.23 Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), sama seperti Luther. Namun Calvin sangat Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 119. Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 137. 21 Darwin Lumbantobing, Teologi Pasar Bebas, 173. 22 Christian De Jonge, Apa Itu CALVINISME, 55. 23 Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 137. 19 20



menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang-orang



Kristen



yang



bersyukur



karena



Allah



telah



menyelamatkan mereka.24 Tentang keselamatan, ajaran Calvin sama dengan Luther, Calvin sangat menekankan keyakinan bahwa keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia melalui iman (sola gratia dan sola fide). Karena itu mereka sama-sama melancarkan protes terhadap ajaran GKR yang memahami dan ajaran dan keselamatan ini dalam suatu wawasan yang biasa dikenal dengan istilah ‘predestinasi’.25 Predestinasi mengajarkan bahwa sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, bahkan sebelum penciptaan, Allah telah menetapkan beberapa orang untuk memperoleh keselamatan dan yang lainnya untuk penghukuman.26 Secara sederhana predestinasi berarti bahwa jumlah dan jati diri dari ‘orang-orang yang terpilih’, yakni mereka yang akan disela matkan, sudah ditetapkan oleh Allah yang berdaulat itu sebelum dunia diciptakan. Calvin mendefenisikan sebagai ‘keputusan Allah yang kekal, yang dengannya, Ia menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendakNya akan terjadi atas setiap orang’. Dengan demikian penebusan Kristus terbatas pada orang-orang yang telah terpilih itu; keselamatan mustahil tersedia bagi semua manusia, itu hanya disediakan bagi mereka yang telah ‘dipredestinasikan’ (ditetapkan sebelumnya) untuk selamat.27 II.3.3. Menurut Anabaptis Anababtis berasal dari bahasa Yunani : ana dan baptizo yang berarti membabtiskan kembali. Kata ini dipergunnakan untuk menunjukan kepada bermacam-macam kelompok Kristen di Eropa Daratan pada abad ke 16 yang menolak anak-anaknya untuk dibabtiskan.



Mereka



menekankan



babtisan



orang



percaya



(dewasa).28 Baptisan yang diberikan kepada orang dewasa saja 24



F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, 52. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 65. 26 F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 53. 27 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja, 65-66. 28 F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 11. 25



tentulah mengutamakan manusia yang harus mengusahakan imannya dahulu, barulah dipandang layak menerima tanda belas kasih Allah. Sebab itu baptisan akil balig menjadi tanda dan syarat mutlak dari segala fakta yang bersifat taurat.29 Mereka menegaskan bahwa jemaat Kristen hanya boleh terdiri dari orang-orang percaya saja, mereka menolak adanya baptisan anak-anak. Bukankah dalam PB dikatakan “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Markus 16:16), jadi percaya dulu baru dibaptis.30 III.



Kesimpulan Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther, Yohanes Calvin, dan Zwingli merupakan pembaharuan doktrin gereja. Martin Luther menentang ajaran/doktrin keselamatan yang ditetapkan oleh GKR yang dimana menurutnya ajaran/doktrin yang ditetapkan oleh GKR ini tidak sesuai dengan Alkitab sehingga harus diperaharui. Calvin juga sama dengan Martin Luther yang ajarannya berpusat kepada Alkitab. Tetapi perbedaannya dari Luther adalah Calvin merumuskan teologi kembali berdasarkan Alkitab dan membangun gereja kembali bertolak dari contoh jemaat mula-mula dalam perjanjian lama. Zwingli mengecam praktikpraktik penjualan surat pengampunan dosa, menentang Mariology dan hukumhukum Gereja Katolik yang melarang kalangan imam untuk menikah. Jadi reformasi yang dilakukan oleh Zwingli bersifat humanis.



IV.



Daftar Pustaka Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2003. Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2013. End, Th Van den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2001. I.H.Enklar & H. Berkhof, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2015. Jonge, Christian De, Apa Itu CALVINISME, Jakarta: Gunung Mulia, 2008. Lumbantobing, Darwin, Teologi Pasar Bebas, Pematang Siantar: L-SAPA, 2010. McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM, 2016.



29 30



H. Berkhof & I.H. Enklar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 153. Th Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2001),178.



Simorangkir, Mangisi S. E., Ajaran Dua Kerajaan Luther, Bandung : Satusatu, 2011. Wellem, F. D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 2011. Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2011. Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2015.