Doni Armando - 1902036 - Laporan Praktikum Mikrobiologi Dan Parasitologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI ILMU DASAR KEPERAWATAN



Disusun Oleh : Doni Armando 1902036



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2020/2021



HALAMAN PENGESAHAN



Laopran ini telah disetujui dan diterima sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktikum mikrobiologi dan parasitologi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta pada tanggal 19-20 Januari 2021



Yogyakarta, 20 Januari 2021



Mengetahui



Pembimbing Akademik



(Antonius Yogi P., S.Kep., Ns., MSN.)



i



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya, saya mampu menyelesaikan laporan praktikum mikrobiologi dan parasitologi ini. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.



Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saya mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk menjadi bahan pertimbangan saya dalam menyusun laporan-laporan dimasa mendatang, sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1.



Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns, MAN. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta.



2.



Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MSN. selaku Ketua prodi Sarjana Keperawatan dan Koordinator MK Ilmu Dasar Keperawatan II.



3.



Bapak Antonius Yogi Pratama, S. Kep., Ns. MSN. selaku Dosen Pembimbing



4.



Staf perpustakaan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang telah menyediakan buku sebagai sumber referensi.



5.



Teman - teman Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Semester III STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta



Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyusunannya. Penulis berharap semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Yogyakarta, 19 Januari 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan praktikum ......................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3 A. Mikroskop .................................................................................................... 3 B. Media Pertumbuhan ..................................................................................... 6 C. Sterilisasi .................................................................................................... 10 D. Inokulasi ..................................................................................................... 10 E. Pengecatan, Pengamatan & Penghitungan Bakteri .................................... 11 BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 15 A. Penggunaan Mikroskop .............................................................................. 15 B. Sterilisasi .................................................................................................... 17 C. Media Pertumbuhan ................................................................................... 20 D. Inokulasi ..................................................................................................... 22 E. Penghitungan Bakteri ................................................................................. 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31 A. Mikroskop .................................................................................................. 31 B. Media Pertumbuhan dan Sterilisasi............................................................ 33 C. Inokulasi ..................................................................................................... 35



iii



D. Pengecatan, Pengamatan, dan Perhitungan Bakteri ................................... 40 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 41 A. Kesimpulan ................................................................................................ 41 B. Saran ........................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Bidang ilmu mikrobiologi (mikros = kecil/ sangat kecil; bios = hidup/ kehidupan) mempelajari tentang bentuk, kehidupan, sifat, dan penyebaran organisme yang termasuk golongan mikroba (jasad renik). Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Walaupun sudah agak lama dikenal, namun dunia mikroba baru mulai terbuka secara luas sejak manusia menumukan sebuah alat yang disebut dengan mikroskop, hasil temuan Anthony van Leuwenhoek (1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana , hanya memiliki satu lensa, dan dapat mencapai pembesaran kurang dari 200 kali. Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai terungkap. Ketika Louis Pasteur (1882-1895) menemukan prinsip-prinsip fermentasi, yaitu satu di antara temuan-temuan dasar mengenai mikroba, rahasia seputar mikroba pun menjadi lebih jelas, dan keilmuan mikrobiologi mulai menemukan titik terang perkembangannya. Seorang dokter dari Jerman yang bernama Roberth Korch (1843-1910) memperluas lagi perkembangan tersebut dengan menemukan kaitan mikroorganisme-mikroorganisme tertentu dengan penyakit.



Praktikum merupakan



salah satu metode pembelajaran yang sangat



menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif. Melalui pelaksanaan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang konsep teori yang telah diterima dikelas pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II tentang mikrobilogi dan parasitologi.



1



2



B. Tujuan praktikum Setelah melakukan praktikum mikrobiologi & parasitologi, mahasiswa diharapkan dapat memahami dasar-dasar pemeriksaan kuman/specimen yang meliputi: 1. Pemeriksaan mikrobiologi dasar 2. Pemeriksaan parasitologi dasar



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Mikroskop Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kata mikrokospik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhock, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hork dan Marcello Malphigi yang mengadakan penelitian melalui Lensa yang sederhana itu menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil lainnya. Setelah itu pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Z Jansen telah menemukan mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada mikroskop yang dibuat oleh Antony Vaan Leuwenhock (1632-1723).



Mikroskop berasal dari dua buah kata yaitu mikro yang berarti kecil dan dari kata scopium yang artinya adalah penglihatan. Mikroskop adalah suatu alat yang berada didalam laboratorium yang dapat membrikan bayangan dari benda yang diperbesar hingga ukuran tertentu hingga dapat diihat dengan mata.



Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan daya pisah seseorang, sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat mengamati objek yang sangat halus. Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat kehidupan sel yang kecil. Pada mikroskop cahaya gabungan , terdiri dari dua atau lebih set lensa yang membelokan cahaya yang datang untuk membentuk gambaran lebih besar dari sel atau spesimen lain yang ingin dilihat.



3



4



Mikroskop mempunyai resolusi power (RP) yaitu kemampuan untuk memisahkan dua partikel pada jarak tertentu sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, misal dua partikel akan terlhat berbeda bila mereka terpisah dengan jarak sebesar 0,3 um, maka titik akan terlihat jelas. Tipe mikroskop dibedakan berdasarkan sumber cahaya yang dipakai dan RP, jenis mikroskop elektron dapat dilihat bagian yang lebih kecil didasarkan pada akselerasi aliran elektron yang mempunyai gelombang sekitar 100.000 kali daripada cahaya biasa. Pemilihan mikroskop ini tergantung pada kebutuhan, jika hanya ingin melihat sel maka cukup dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dapat mmeperbesar gambar maksimal sekitar 1.250 kali (dengan minyak emersi)



Keterampil menggunakan mikroskop dapat membantu kita mengamati dan membandingkan struktur sel hewan dan sel tumbuhan. Kemahiran dan ketelitian pemakai dalam menggunakan mikroskop sangat diperlukan. Hal ini dapat dicapai dengan mengenali baik bagian-bagian dari mikroskop, fungsinya serta cara penggunaan dan pemulihannya.



Semakin ahli kita dalam menggunakan mikroskop, maka akan semakin baik pula hasil pengamatan mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan mikroskop.



5



Bagian-bagian mikroskop: 1. Tabung mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur focus dan menggabungkan lensa objektif dengan lensa okuler. 2. Reflektor, terdiri dari dua jenis



cermin datar dan cermin cekung.



Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui luabang yang terdapat pada meja obejek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan telah terpenuhi. Sedangkan jika cahay yang dibutuhkan kurang maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk memantulkan cahaya. 3. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat, lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. 4. Kondensor, kondensor berfugsi untuk mengumpulka cahaya yang masuk, alat ini dapat diputar dan naik turunkan.



6



5. Micrometer (pemutar halus), pengatur ini berfungsi unutk menaikan dan menurunkan mikroskop secara lambat dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer. 6. Revolver, resolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara emutarnya. 7. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Dimana lensa ini diatur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif. 8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. 9. Makrometer (pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. 10. Mejs mikroskop, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan diamati. 11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mdah bergeser. 12. Lensa mikroskop, berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop. 13. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop. 14. Sendi inklinasi (pengatur sudut), berfungsi untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.



B. Media Pertumbuhan Media pertumbuhan organisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi berupa molekulmolekul kecil dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. (Anisah, 2015) 1.



Medium berdasarka fisik



7



a. Medium padat. Media padat adalah media cair yang mengandung substansi pemadat (misal, agar-agar, gelatin) dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi bahan pemadat ini akan membuat media setelah dingin akan menjadi padat. Media padat berguna unutk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya



ketika



tumbuh



mejadi



koloni.



Media



padat



juga



menampakkan difusi hasil metabolit yang ditamjpakkan pada halo di sekitar koloni. b. Media cair. Media cair yaitu media yang mengandung larutan cair dari satu atau lebih konstituen. Terkadang partikel adat dapat ditambahkan pada medium cair tersebut. medium cair pada tabung, botol atau labu Erlenmeyer umumnya dinamakan broth. c. Media setengah padat (semisolid). Media setengah pada yaitu mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Media semisolid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media, tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. 2. Berdasarkan kandungan bahan a. Media sintetik. Media sintetik adalah media



yang seluiruh



komposisinya diketahui. Media sintetik digunakan dalam penelitian mengenai uji metabolism suatu mikroorganisme. Banyak jenis mikroorganisme kemoorganotrof heterotof dapat tumbuh pada media sintetik dengan glukosa sebagai sumber karbon dan ammonium salt sebagai sumber nitrogen. Sebagai media secara kimia terdefinisi (chemically defined medium)



yang memiliki pengertian media



pertumbuhan yang hanya mengandung bahan yang diketahui struktur molekulnya dan kadar kemurniannya. b. Media kompleks. Media kompleks adalah media yang sebagian komposisisnya tidak diketahui dengtan pasti. Media kompleks



8



seringkali dibutuhkan karena kebutuhana anutrisi dari beberapa bakteri yang tidak diketahui sehingga sintetik tidak dapat dibuat untuk keperluan ini. Seringkali satu jenis media kompleks dapat cukup kaya untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis bakteri. Media ini dapat mengandung bahan yang tidak diketahui pasti komposisinya seperti peptone,



meat



extract



dan



yeast



extract



(Prescott,



2008).



Penggolongan media kmpleks sebagai media yang secara kimia tidak terdefinisi (chemically undefined medium), yaitu media pertumbuhan yang mengandung baik secara keseluruhan atau keseluruhan dari bahan alami, bahan dengan komposisi kimia yang tidak secara jelas terindentifikasi. Contoh media komplleks: ₋



Nutrient Broth







Trypic Soy Broth







Mac Conkey Agar



3. Berdasarkan Fungsi a. Media transport. Berfungsi unutk mengawetkan dan memelihara mikroorganisme tanpa adanya pertumbuhan yang signifikan pada saat pengumpulan sampel sampai pemrosesan sampel di kaboratorium. Contoh: Stuart’s transport medium b. Media



penyimpanan/pemelihara



memelihara



viabikitas



(preservation).



mikrooorganisme



dengan



Media waktu



untuk yang



diperpanjang dan melindunginya dari pengaruh yang merugikan selama waktu penyimpanan yang lama. Contoh: Nutrien agar miring c. Media suspense. Media untuk memisahkan mikroorganisme dari produk uji ke fase cair (pada saat pengenceran pertama) tanpa adany6a pertumbuhan atau penghambatan selama waktu kontrak. Media suspense dapat disebut sebagai diluent.



9



Contoh: pepton saline solution. d. Media



penyegaran/penyadaran



(resuscitation).



Media



yang



memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan terhadap kapasitas mikroorganisme yang strees dalam pertumbuhan normalnya tanpa mendukung adanya perbanyakan yang diperlukan. Contoh: Buffered pepton water. e. Media pengaya (enrichment). Media yang mengandung komposisi untuk penyediaan kondisi yang cocok dalam perkembangbiakan mikroorganisme. Media penyangga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: (1). Media selektif pengaya (selective enrichment) adalah media pengaya yang dapat mengembangbiakan mikroorganisme tertentu secara spesifik dan menghambat secara keseluruhan atau sebagian dari jenis lainnya. Contoh: Rappaprt-Vassiladis medium. (2). Media pengaya non-selektif (non selective enrichment) yaitu media pengaya yang mendukung pertumbuhan banyak jenis mikroorganisme. Contoh : Nutrient Broth. f. Media isolasi. Media padat atau semi-solid yang dapat menimbulkan mikroorganisme. Media isolasi dapat dibagi menjadi dua yaitu (1). Media isolasi selektif adalah media isolasi yang mengizinkan pertumbuhan jenis lainnya. Contoh : XLD (Xylose Lysine Deoxychilate) agar. (2). Media isolasi non-selektif yaitu media isolasi yang tidak menghambat secara selektif mikroorganisme tertentu. Contoh: PCA ( Plate Count Agar). g. Media diferensial/karakterisasi. Media untuk menguji satu atau lebih karakterisktik



biokimia



atau



fisiologis



mikroorganisme



untuk



identifikasi. Contoh : Mac Conkey agar h. Media identifikasi. Media yang dirancang untuk mengidentifikasi reaksi spesifik yang umumnya tidak membutuhkan uji konfirmasi lanjutan. Contoh : Bille esculin agar.



10



i. Media enimersi. Media selektif atau non-selektif yang berguna untuk perhitungan mikroorganisme. Medium ini juga dapat berperan sebagai media pengaya atau media penyegaran. j. Media konfirmasi. Media yang mengkontribusi secara keseluruhan atau sebagian untuk identifikasi atau karakterisasi mikroorganisme. Contoh : Kigler agar. k. Media dengan fungsi beragam. Media yang dapat dikelompokkan ke beberapa kategori diatas. Contoh : Blood agar dapat digolongkan media penyegaran, isolasi atau diferensial.



C. Sterilisasi Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Disinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat pathogen, namun tidak ddapat mengeliminasi dalam bentuk spora. (Tille, 2017)



D. Inokulasi Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan yaitu dengan cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaannya pembiakannya dengan pembelahan diri atau divisio. Pada jamur pembiakan dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual vegetatif dan generatif. Pada prose inokulasi biakan murni tidak hanya diperlukan medium yang tepat untuk menghasilkan biakan murni, tetapi juga metode pemeliharaan serta pencegahan dari luar. Media untuk membiakan bakteri harus steril sebelum digunakan. Pencemaran berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakan harus sangat hati-hati supaya mencegah terjadinya kontaminasi dari kuman.



11



Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bekteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini akan menghindari terjadinya kontaminasi (Waluyo, 2007)



E. Pengecatan, Pengamatan & Penghitungan Bakteri 1. Pengecatan Bakteri Untuk melakukan pengamatan atau identifikasi bentuk atau ciri-ciri suatu bakteri dapat menggunakan mikroskop dengan mengamati bakteri yang masih hidup atau tanpa diwarnai dan mengamati bakteri yang sudah mati dengan diwarnai. Untuk mempermudah pengamatan, bakteri diwarnai dengan zat warna. Identifikasi bakteri umumnya bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan oleh banyaknya bakteri yang tidak memiliki zat warna (Waluyo, 2007). Oleh karena itu, pewarnaan dilakukan untuk mengetahui sifat fisiologis dari bakteri yaitu reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Tujuan dari pewarnaan yang dilakukan adalah: a. Mempermudah untuk melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi ataupun fungsi b. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad c. Melihat struktur luar dan jika memungkinkan struktur dalam jasad d. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifatsifat fisik dan kimia yang ada dapat diketahui (Suriawiria,1999) Terdapat bebrapa macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple strain), pewarnaan diferensial (diferential strain), dan pewarnaan khusus (special strain) a. Pewarnaan sederhana, hanya menggunakan satu nacan zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.



12



Prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan pada mikroorganisme bakteri pada bakteri yang berbentuk bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. b. Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. c. Pewarnaan gram adalah salah satu teknk pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri. Bakteri yang diwarnai dengan menggunakan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.



2. Perhitungan Bakteri Menurut Juton, dkk (1980) ada du acara penghitungan jumlah mikroba yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak langsung (indirect method). a. Perhitungan secara langsung Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik mati maupu yang hidup. Berbabagai cara penghitungan mikroba secara langsung menggunakan (Dwidjoseputro, 2005): 1) Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikroskopis Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspense bahan atau biakan mikroba yang telah diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu luas tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel mikroba tiap bidang pemandangan mikroskopik. Luas bidang pemandangan mikroskopik dihitung dengan mengukur garis tengahnya. 2) Perhitungan sel langsung



13



Cara ini menggunakan bilik hitung (hemoci temometer) yang menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspense sekurang-kurangnya 107/ml. 3) Menghitung dengan alat penghitungan elektronik Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat ini banyak didasarkan atas kerja dengan lubang pengintai elektronik (dapat disamakan dengan mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang karena perbedaan konduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara elektris. 4) Menghitung dengan filter membrane Contoh cairan yang diasaring dan ditakar dengan filter steril yang terbuat dari membran berori. Bakteri yang tertahan oleh filter itu kemudian dihitung langsung. Dalam hal ini banyak bakteri dalam cairan tersebut tidak boleh terlalu banyak tersebar rata. 5) Menggunakan filter membrane (miliphore filter) Suspense bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membrane dapat dihitung jumlah sel dari volume suspense yang disaring (Jutono dkk, 1980) 6) Menggunakan counting chamber



14



Dasar perhitungan ialah dengan menempatkan satu tets suspense bahan atau biakan mikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati enga mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar kecilnya mikroba. Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser Bacteria Counter atau alat-alat lain yang sejenis. b. Perhitungan secara tidak langsung Jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan factor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat-sifat mikroba. Menurut Hadietomo (1990) menyatakan bahwa perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Penentuan volume total 2) Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematocrit pada pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukan ke dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder dan bergaris ukuran.



BAB III METODE PRAKTIKUM



A. Penggunaan Mikroskop 1. Langkah-langkah mengggunakan mikroskop : a. Turunkan terlebih dahulu meja preparat (menggunakan makrometer) b. Letakan preparat di meja preparat, atur preparat di bidang pencahayaan c. Putar revelover lensa objektifnya, biasanya menggunakan perbesaran lemah terlebih dahulu tetapi terlebih dahulu gunakan perbesaran 10, lalu diputar searah jarum jam hingga bunyi klik. d. Naikan meja preparat (menggunakan makrometer) biasanya kalau perbesaran 10 ridak mentok e. Setlah mentok, kita amati (lensa okuler) sambil menurunkan meja preparat pelan-pelan (menggunakan makrometer) f. Jika sudah terlihat belum focus, kita menggunakan makrometer (putar halus) g. Jika perbesarannya ingin lebih tinggi/besar, turunkan meja preparat menggunakan makrometer h. Kemudian kita putar lensa objektifnya dengan perbesaran 40 i. Naikkan meja preparat terlebih dahulu agar kaca prepart tidak pecah saat menyentuh lensa objektif perbesaran yang kuat 2. Pembuatan preparat: Alat dan abahan: a. Mikroskop b. Object glasss harus dibersihkan dengan alkohol (kaca preparat) c. Petri dish (cawan petri) d. Cover glasss (kaca penutup)



15



16



e. Air atau aquades f. Pipet tetes g. Silet h. Pinset i. Alkohol j. Tissue Langkah-langkah : a. Bersihkan dahulu object glasss menggunakan alkohol b. Setelah dibersihkan, letakkan di meja kerja c. Isi cawan petri menggunakan air d. Buat preparat dengan sayatan melintang daun rohoeo discolor e. Sayatan dimasukan ke air supaya sel-selnya tidak mengalami pengerutan f. Ambil sayatan daun rhoeo discolor menggunakan pinset g. Letakkan sayatan daun rhoeo discolor di obeject glass h. Tetesi menggunakan aquades/air i. Tutup menggunakan cover glass menggunakan pinset dengan sudut 450, kemudian lepaskan j. Turunkan lagi meja preparatnya k. Naikkan tubusnya (menggunakn makrometer) l. Setelah selesai, object glass harus dicuci dan dibereskan dahulu, dikeluarkan, turunkan meja preparatnya m. Untuk menjaga lensa tetap bersih lap menggunakan alkohol 3. Pembuatan preparat epitel mukosa mulut (pipi bagian dalam) : a. Gunakan tusuk gigi kemudian ambilah sel epitel di pipi dengan mengusap secara halus dan pelan b. Lakukan dengan mengusap-usap secara halus sebanyak 3-4 kali c. Tetesi menggunakan methylene blue 1 tetes sambil putar-putar tusuk gigi yang telah digunakan



17



d. Tutup menggunakan cover glass 450, kemudian lepaskan e. Turunkan terlebih dahulu meja preparat kemudian letakkan preparat di meja preparat f. Atur preparat di bidang pandang yang terdapat cahaya g. Atur lensa objektif, naikkan kembali meja preparat sampai mentok, kemudian amati



B. Sterilisasi 1. Cara melakukan sterilisasi ; Alat dan bahan : a. Cawan petri isi media b. Tabung reaksi berisi biakan bakteri c. Ose d. Alat penyemprot berisi alkohol 70% e. Tissue f. Bunsen Burner g. Korek api Langkah-langkah : a. Semprotkan sekitar meja dengan alkohol 70% beberapa kali, secara merata b. Lalu lap meja dengan menggunakan tissue c. Semprot kedua tangan dengan alkohol 70% d. Semprotkan lagi alkohol 70% ke semua permukaan alat di atas meja e. Letakkan pembakar spirtus dan nyalakan dengan korek api lalu dibiarkan sebentar f. Setelah didiamkan dan akan mulai bekerja, tangan disemprot lagi dengan alkohol dan diusapkan keseluruh permukaan tangan, jangan menyemprot alkohol ke pembakar spirtus/api Bunsen g. Pijarkan ose/jarum inekulum kemudian dinginkan



18



h. Buka mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya diatas api i. Ambil koloni tunggal dengan menempelkan jarum inokulum j. Tanam media baru dengan streak kontinyu k. Panaskan kembali mulut cawan l. Panaskan lagi jarum inokulum



2. Sterilisasi secara fisika Alat dan bahan : a. Biakan kuman E. Coli dalm aquades b. Media lempeng agar MHA c. Kapas steril d. Ose e. Lampu spiritus f. Korek api g. Alkohol 70% h. Sabun i. Betadine j. Spidol marker Langkah-langkah : a. Dengan menggunakan spidol bagilah media menjadi 3 sektor (I,II,II) b. Steriilisasikan ose dengan memijarkan diatas lampu spiritus dari pangkal menuju ke ujung. Kemudian biarkan dinginkan hingga 3 menit. c. Ambil 1 ose biakan E.Coli dan oleskan pada permukaan lempeng agar secara merata pada sektor I (sebagai control) d. Sterilisasikan ose dengan memijarkan di atas lampu spiritus dari pangkal menuju ujung, kemudian dibiarkan hingga 3 menit e. Ambil 1 ose biakan E.Coli kemudian lakukan sterilisasi kepada ose bulat dengan memijarkan di atas lampu spiritus



19



f. Sterilisasikan ose dengan memijarkan di atas lampu spiritus dari pangkal menuju ujung, kemudian dibiarkan dingin 3 menit g. Sisa suspense kuman dididihkan selam 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan mengambil 1 ose biakan E.Coli dan dioleskan pada pada permukaan lempeng pada agar sector III h. Inkubasikan pada incubator pada suhu 370 C selama 18-24 jam i. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar, kemudian bandingkan ketiganya (kalau koloni terlalu mengumpul dan tidak dapat dihitung, tulislah dengan tingkat pertumbuhan misalnya +1, +2, +3.



3. Sterilisasi secara kimia : Alat dan bahan : a. Aquades b. Kapas steril c. Media lempeng agar MHA d. Sabun e. Betadine f. Spidol marker Langkah-langkah : a. Dengan menggunakan spidol bagilah media lempeng agar menjadi 4 sektor (I,II,III,IV) b. Bagilah anggota mahasiswa menjadi 4 kelompok, atau untuk kelompok kontrol dan 3 macam antiseptik yang digunakan c. Kapas dibasahi menggunakan aquades kemudian diusapkan pada jari tangan mahasiswa I d. Kemudian tanam pada media pertama (kelompok kontrol) dengan melakukan penekanan secara lembut e. Kapas dibasahi dengan alkohol 70% lalu diusapkan pada jari tangan mahasiswa II



20



f. Lalu tenam pada media sektor II dengan cara ditekan secara lembut g. Kapas dibasahi dengan sabun, kemudian diusapkan pada jari tangan mahasiswa III h. Lalu tanam pada media sektor III dengan cara ditekan secara lembut i. Kapas dibasahi dengan betadine, kemudian diusapkan pada jari tangan mahasiswa IV j. Lalu tanam pada media sektor IV dengan ditekan secara lembut k. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 37 0C selama 18-24 jam l. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar, kemudian bandingkan keempatnya (kalau koloni terlalu mengumpul dan tidak bisa dihitung, tulislah dengan tingkat pertumbuhan misalnya +1, +2, +3.



C. Media Pertumbuhan 1. Pembuatan media pertumbuhan Alat dan bahan : a. Neraca analitik b. Hot plate stirrer c. Media bubuk nutrien agar (NA) dan nutrien broth (NB) d. Aquades e. Kapas steril f. Plastik wrap g. Autoklaf h. Inkubator i. Laminar air flow Langkah-langkah : tidak dijelaskan didalamk video 2. Pembuatan media nutrient broth Alat dan bahan : a. Nutrient bubuk



21



b. Aquades c. Magnet d. Erlenmeyer e. Magnetic stirrer Langkah-langkah : a. Seimbang nutrien bubuk sebanyak 8 gram dengan neraca analitik b. Siapkan aquades sebanyak 500 ml, kemudian campurkan dengan media bubuk dalam Erlenmeyer. c. Masukan magnet dalam erlenmeyer d. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan magnetic stirrer/ hot plate stirrer dengan suhu ± 200 0C dengan kecepatan 300 rpm magnet dalam Erlenmeyer. e. Campuran yang telah homogen ditandai dengan larutan menjadi berwarna bening atau kekuningan. f. Dinginkan dan atur pH larutan dari medium NB yang baik untuk menumbuhkan bakteri adalah 6,8-7,2. g. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi dengan plastik wrap, kekmudian sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada tekanan 1,5 ATM dan suhu 121 oC selama 15-30 menit. h. Kemudian lakukan prosedur ini secara aseptic dalam laminar air flow. i. Siapkan tabung steril sesuai dengan kebutuhan, kemudian tuangkan media pada wadah tersebut. j. Tutup tabung reaksi dengan kapas dan lapisi dengan plastik wrap, kemudian inkubasi selama 1 x 24 jam sebelum digunakan untuk melihat ada tidaknya media yang terkontaminasi. Media yang terkontaminasi ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan. k. Media yang siap digunakan dapat disimpan dalam suhu di bawah 30 o



C dan digunakan hingga 2 minggu.



22



l. Media yang telah melewati masa penyimpanan akan menjadi kering terutama medium NA pada cawan petri m. Media yang langsung digunakan setelah sterilisasi (tanpa melewati proses inkubasi) dapat terjadi kontaminasi tak terdeteksi yang dapat mengakibatkan hasil false positif.



D. Inokulasi 1. Prosedur aseptis : a. Bersihkan



area



kerja



dengan



menyemprotkan



alkohol



70%,



disemprotkan kearah meja yang akan menjadi area kerja. b. Lalu dilap menggunakanj tissue sampai kering. c. Siapkan 2 bunsen lalu diatur nyala Bunsen sehingga diperoleh nyala api berwarna biru untuk memperoleh daerah steril biarkan api menyala ± 10 menit sebelum bekerja, jarak api Bunsen disesuaikan ± 40 cm. 2. Inokulasi dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair Alat dan bahan : a. Cawan petri b. Tabung reaksi steril beserta rak tabung reaksi c. Pipet ukur steril d. Ose bundar e. Ose lurus f. Bunsen g. Alat swab yaitu cutton swab h. Incubator i. Media nutrient agar yang sudah menjadi cair j. Media nutrient broth k. Biakan bakteri staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa, bacillus subtulis, dan Escherichia coli 3. Pembuatan plat agar :



23



a. Siapkan pipet ukur steri, buka dari kertas pembungkus lalu pasangkan ujung pipet pada viller. b. Siapkan cawan petri steril, buka dari kertas pembungkus. c. Pipet 20 ml media nutrient agar yang telah mencair, ujung pipet dan mulut Erlenmeyer sebelum dan sesudah pengambilan media diflambir terlebih dahulu pada nyala api Bunsen. d. Masukkan media kedalaman cawan petri dan biarkan memadat. e. Semua pengerjaan dilakukan di dalam area aseptis yang dibatasi oleh api Bunsen dan pengerjaan dilakukan dekat dengan api Bunsen. f. Ulang prosedur yang sama untuk membuat plat agar pada 7 cawan petri lainnya. g. Kemudahan media dibiarkan memadat. 4. Pembuatan agar miring : a. Siapkan tabung reaksi steril dan pipet steril yang sudah terpasang viller. b. Pipet 5 ml media nutrient agar yang sudah mencair, ujung pipet dan mulut Erlenmeyer sebelum dan sesudah pengambilan media diflambir terlebih dahulu pada nyala api bunsen. c. Masukkan media kedalam tabung reaksi steril d. Letakkan tabung reaksi dengan posisi miring dengan bantuan bolpoin dan dibiarkan memadat. e. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan agar miring pada 3 tabung reaksi lainnya. 5. Pembuatan agar tegak : a. Buat agar tegak dengan memipet media nutrien agar yang sudah mencair, lalu dimasukan kedalam tabung reaksi steril letakkan tegak pada tabung reaksi dan dibiarkan memadat. b. Ulang prosedur yang sama untuk membuat agar tegak pada 3 tabung reaksi lainnya.



24



6. Pembuatan media cair : a. Siapkan pipet ukur steril, buka dari kertas pembungkus lalu pasangkan pada viller. b. Pipet 10 ml media agar NB, masukkan kedalam tabung reaksi steril dan letakkan di rak tabung reaksi. c. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan media cair pada 3 tabung reaksi lainnya. 7. Inokulasi plat agar : a. Sebelum melakukan proses inokulasi, jarum ose diflambir terlebih dahulu dengan cara dipijarkan pada nyala api bunsen hingga warnanya menjadi merah menyala, pemanasan dilakukan secara perlahan kearah pegangan jarum sampai batas kawat, pekerjaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. 8. Inokulasi pada plat agar dengan cara streak (gores) a. Buatlah 4 area pada plat agar dengan menggunakan spidol pada bagian luar cawan petri bagian alas. b. Ambil inukola bakteri pertama Bacilus subtilis inukola diambil menggunakan ose bundar yang sudah diflambir c. Inokulasikan bakteri ke setiap bagian dari plat agar dengan goresan yang rapat d. Ulang prosedur yang sama untuk menginokulasikan bakteri yang lainnya bakteri yang kedua adalah Staphylococcus aureus, bakteri yang ketiga adalah Pseudomonas aeruginosa, bakteri yang keempat adalah Escherichia coli e. Setiap pergantian jenis bakteri ose diflambir terlebih dahulu, setiap plat agar diinokulasikan bekteri yang berbeda 9. Inokulasi plat agar (cara swab) a. Alat swab yang digunakan adalah cutton swab



25



b. Buatlah 4 area pada plat agar dengan menggunakan spidol pada permukaan luar cawan petri bagian alas. c. Ambil inokula yang berasal dari media cair dengan menggunakan cotton swab bakteri pertama yang digunakan adalah Bacilus subtulis d. Celupkan cotton swab pada media cair, lalu inokulasikan bakteri ke setiap bagian dari plat agar dengan cara mengapuskan cotton swab tersebut e. Ulang prosedur yang sama untuk 3 jenis bakteri yang lain, bakteri yang kedua adalah Staphylococcus aureus, bakteri yang ketiga adalah Pseudomonas aeruginosa, dan bekteri



yang keempat adalah



Escherichia coli f. Setiap pergantian bakteri cotton swab yang digunakan selalu baru 10. Inokulasi pada agar miring : a. Ambil inokula dengan ose bundar kemudian inokulasikan bekteri pada media dengan cara goresan rapat secara zig-zag dimulai dari bagian bawah sampai bagian atas media agar miring, bakteri pertama yang digunakan adalah Bacilus subtulis. b. Ulang prosedur yang sama untuk pengerjaan pada 3 jenis bakteri yang lainnya, bakteri yang kedua adalah Staphylococcus aureus, lalu bekteri yang ketiga adalah Pseudomonas aeruginosa, dan bekteri yang keempat adalah Escherichia coli. c. Setiap pergantian jenis bakteri ose dilakukan flambir terlebih dahulu pada nyala api bunsen. 11. Inokulasi agar tegak : a. Ambil inukola dengan menggunakan jarum ose lurus, inokulanya berasal dari media padat, bekteri pertma yang digunakan adalah Bacilus subtulis kemuadian inokulasikan bakteri pada media dengan cara menunukkan jarum ose tepat pada poros tengah tabung sampai



26



mendekati dasar tabung kemuadian ditarik kembali secara perlahanlahan. b. Ulang prosedur yang sama untuk 3 jenis bakteri lainnya, bakteri kedua yang digunakan adalah Staphylococcus aureus, bakteri ketiga adalah Pseudomonas aeruginosa,



dan bakteri



yang keempat adalah



Escherichia coli. c. Setiap pergantian bakteri jarum ose diflambir terlebih dahulu. 12. Inokulasi media cair : a. Ambil inukola dengan menggunakan jarum ose bundar, karena inokula berasal dari media padat. b. Lalu inokulasikan bakteri pada media cair, media cair yang digunakan adalah NB, bakteri yang digunakan pertama adalah Bacilus subtulis. c. Ulang prosedur yang sama untuk 3 jenis bakteri yang lain, bekteri yang kedua adalah Staphylococcus aureus, bakteri yang ketiga adalah Pseudomonas aeruginosa,



dan bakteri



yang keempat adalah



Escherichia coli. d. Setiap pergantian bakteri jarum ose diflambir terlebih dahulu. e. Lakukan pra inkubasi pada semua media yang telah diinokulasikan, praikubasi dilakukan ± 30 menit dan media tetap berada pada area septis diantara 2 nyala api bunsen. f. Inkubasikan semua media yang telah diinokulasikan kedalam inkubator denagn suhu 37 oC, proses inkubasi dilakukan selama 24 jam.



E. Penghitungan Bakteri 1. Pengamatan bentuk bakteri : a. Sprayer yang berisi alkohol 70% yang digunakan untuk membersihkan area kerja



27



b. Woshing bottle yang berisi aquades yang digunakan untuk membilas larutan pewarna pada saat pembuatan fillum c. Satu set larutan pewarnaan gram d. Imersion oil e. Bunsen f. Object glass g. Cover glass h. Beberapa kultur mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan agar didalam cawan petri i. Ose yang digunakan untuk mengambil mikroorganisme j. Aquades dan pipet tetes k. Reagen pewarnaan gram diantaranya : cristall violet, lugol, alkohol 95%, safranin, imersion oil (memperjelas bentuk bakteri pada saat mikroskop) 2. Pembuatan filum/apusan bakteri : a. Sebelum melakukan praktikum semprotkan alkohol 70% keatas permukaan meja kerja kemudian lap menggunakan tissue b. Letakkan alat-alat yang dibutuhkan diatas meja c. Nyalakan bunsen d. Siapkan bakteri yang sudah tumbuh pada permukaan agar didalam cawan petri, koloni bakteri yang tumbuh dalam permukaan agar berbentuk bulat atau batang dapat tumbuh diatas permukaan agar atau aerobik atau dibawah permukaan agar (anaerob / anaerob fakultatif), lihat bebrapa bakteri berbentuk bulat berwarna orange dan terdapat bakteri berbentuk bulat berwarna putih e. Ambil object glass dan cover glass f. Ambil tissue kemuadian basahi dengan alhokol 70% g. Bersihkan object glass dari noda atau kotoran yang menempel



28



h. Letakkan diatas aluminium foil yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% selanjutnya cover glass juga dibersihkan dengan alkohol 70% (lakukan dengan hati-hati karena cover glass sangat tipis dan mudah pecah) i. Seterilisasikan dengan memijarkannya diatas api bunsen, pijarkan hingga merah dari ujung kawat sampai pangkal ose j. Ambil object glass yang telah dibersihkan, kemudian pipet aquades teteskan sedikit aquades diatas permukaan object glas tepat pada tengah-tengah k. Ambil cawan petri yang berisi koloni bakteri dan tentukan bekteri mana yang akan kita ambil, disini akan diambil bakteri berbentuk bulat berwarna putih l. Kemudian ambil ose, kita ambil ambil satu ujung ose m. Kemudian ambil objek glass, letakkan ose tepat pada aquades kemudian sebarkan memutar searah jarum jam, setelah tersebar dengan rata jangan lupa sterilkan kembali ose n. Kemuadian lakukan fiksasi/ perekatan dengan cara melakukan gelas objek diatas api secara cepat, lakukan sampai semua aquades dan air menguap o. Berikan label bulat putih lalu tempelkan pada bagian sisi yang tidak panas



3. Pewarnaan gram : a. Apusan bakteri atau filum kemudian kita teteskan larutan pewarna untuk urutan yang pertama adalah cristal violet teteskan diatas filum kemudian biarkan selama 1 menit, stelah 1 menit bias menggunakan aquades bilas dengan cara memegang gelas objek pada posisi miring, bilas sampai larutan Kristal bersih atau habis b. Kemudian buanglah sisa air yang tertinggal dan keringkan



29



c. Bagian bawah dilap dengan tissue secara perlahan dan bagian samping dilap dengan menekan-nekan secara halus, unutk bagian tengah keringkan dengan cara di kipaskan sampai kering d. Lanjutkan pewarnaan gram menggunakan regen yang kedua yaitu lugol e. Tetskan lugol tepat diatas apusan bakteri f. Kemudian diamkan selama 1 menit, setelah 1 menit miringkan objek glass kemudian bilas kembali bagian bawah dan pinggir glass kita lap menggunakan tissue dan bagian tengah di kipas-kipaskan sampai kering. g. Hilangkan warna pada objek glass dengan menggunakan alkohol 95% selama 10 sampai 20 detik atau sampai warna tidak luntur. h. Setelah kering, warnai lagi menggunakan larutan safranin selama 0-20 detik, kemudian bilas menggunakan aquades dan keringkan kembali. i. Stelah kering, teteskan 1 tetes minyak inersi (imersian oil) dan tutup menggunakan cover glass, usahakan pada saat menutup tidak terbentuk gelembung dibawah cover glass. j.



Terdapat 2 buah filum bakteri, pertama yaitu bakteri dari koloni berbentuk bulat berwarna putih dan kedua yaitu berbentuk bulat berwarna orange. Keduanya akan diperiksa dibawah mikroskop menggunakan lensa objektif.



k. Letakkan objek glass pada meja preparat l. Atur posisinya kira-kira bagian mana yang akan di amati dibawah lensa objektif m. Setelah posisi preparat diatur, dekatkan mata ke dekat lensa okuler n. Kemudian posisikan lagi kebawah, kaetas, kekiri dan kekanan, lihat pada lensa okuler, lihat bagian bakteri yang terlihat terpisah tidak menumpuk, pada awal pengamatan gunakan pembesaran paling kecil yaitu 4x.



30



o. Pada perbesaran 4x gambarnya masih tidak terlalu jelas dan terdapat adanya tumpukan bakteri. p. Ganti perbesaran 40x dengan menggeser kekanan dan kekiri untuk melihat bentuk bakteri yang lebih jelas, kemudian mengatur focus agar bakteri tampak lebih focus, disini bakteri terlihat dan ukurannya menjadi lebihbesar. q. Ganti pembesaran 100x, gambar bakteri yang dihasilkan lebih jelas dan terlihat lebih besar. r. Terakhir adalah preparat dari bakteri berbentuk bulat berwarna orange.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Mikroskop Mikroskop dapat membantu kita untuk melihat benda-benda yang sangat kecil sehingga dapat terlihat dengan jelas yang awalnya tidak dilihat dengan mata telanjang. Dari analisis video yang dilakukan, maka dapat diketahui bagianbagian dan fungsi mikroskop sebagai berikut : 1. Tabung mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur focus dan menggabungkan lensa objektif dengan lensa okuler. 2. Reflektor, terdiri dari dua jenis



cermin datar dan cermin cekung.



Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui luabang yang terdapat pada meja obejek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan telah terpenuhi. Sedangkan jika cahay yang dibutuhkan kurang maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk memantulkan cahaya. 3. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat, lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. 4. Kondensor, kondensor berfugsi untuk mengumpulka cahaya yang masuk, alat ini dapat diputar dan naik turunkan. 5. Micrometer (pemutar halus), pengatur ini berfungsi unutk menaikan dan menurunkan mikroskop secara lambat dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer. 6. Revolver, resolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara emutarnya.



31



32



7. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Dimana lensa ini diatur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif. 8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. 9. Makrometer (pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. 10. Mejs mikroskop, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan diamati. 11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mdah bergeser. 12. Lensa mikroskop, berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop. 13. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop. 14. Sendi inklinasi (pengatur sudut), berfungsi untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.



Pembuatan preparat melintang daun rhoeo discolor Hasil : Pembuatan preparat menggunakan daun rhoeo discolor



yang diletakkan



diatas object glass dengan menggunakan aquades. Hasilnya dapat diamati menggunakan mikroskop, dalam pengamatan menggunakan mikroskop terlihat selnya berwarna ungu dan tersusun rapat.



33



Pembahasan : Pada daun rhoeo discolor menggunakan aquades dalam preparatnya akan menghasilkan sel berwarna ungu, tersusun rapat, dan tidak mengalami pengerutan (plasmosis). Semakin banyak kandungan air yang terdapat pada daun rhoeo discolor, maka akan tersusun rapat sel-selnya karena konsentrasi air yang ada dalam epitel sel epidermis daun sama tingginya dengan konsentrasi air yang terdapat diluar sel.



B. Media Pertumbuhan dan Sterilisasi Gambar



Nama Bagian Autoklaf



Fungsi Mensterilkan



benda



dengan uap bersuhu dan mempunyai tinggi



tekanan



34



Oven



Mensterilkan gelas



alat-alat



yang



tahan



terhadap panas



Hand sprayer



Membersihkan



tangan



dari mikroba



Hot plate



Untuk



memanaskan



larutan



Laminar flow



Tempat



pengerjaan



bakteri secara aseptik



35



Bunsen



Memanaskan



dan



mensterilkan alat yang terbuat dari platina



Pembahasan : Sterilisasi merupakan kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan mikroba. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara fisika dan kimia: 1. Sterilisasi fisika dilakukan dengan menggunakan panas, radiasi dan filtrasi 2. Sterilisasi kimia adalah metode sterilisasi yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia



C. Inokulasi 1. Inokulasi plar agar dengan cara streak (gores) Plat agar streak baccilus subtilis



36



Plat agar staphylococcus aureus



Plat agar pseudomonas aeruginosa



Plat



agar



Escherichia



coli



Pembahasan: Setelah dilakukan proses inkubasi pada bakteri bacillus subtilis dihasilkan warna putih dengan bentuk zig-zag, staphylococcus aureus berwarna putih pekat, pseudomonas aeruginosa berwarna putih bening, dan Escherichia coli menghasilkan warna tidak terlalu pekat.



37



2. Inokulasi agar miring Agar miring bacillus subtilis



Agar miring staphylococcus aureus



Agar miring Escherichia coli



Pembahasan : Pada bakteri biakan pada nutrient agar (NA) miring, bakteri yang tumbuh diatas permukaan sesuai dengan goresan yang diberikan atas permukaan agar tidak ada bakteri yang tembus kebawah permukaan agar.



38



3. Inokulasi agar tegak Agar tegak bacillus subtilis



Agar



tegak



pseudomonas



aeruginosa



Pembahasan : Setelah dilakukan proses inkubasi pada agar tegak bacillus subtilis menghasilkan warna putih keruh dan terdapat endapan dibawahnya, sedangkan pada pseudomonas aeruginosa menghasilkan putih sedikit keruh namun tidak terdapat endapan. 4. Inokulasi media cair



39



Media cair bacillus subtilis



Media



cair



staphylococcus



aureus



Media



cair



pseudomonas



aeruginosa



Media cair Escherichia coli



40



Pembahasan : Dari penelitian yang sudah dilakukan, proses inkubasi didapatkan hasil media cair bacillus subtilis dan nutrient broth (NB) berwarna kekuninkuningan, sedangkan staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli menghasilkan warna keruh.



D. Pengecatan, Pengamatan, dan Perhitungan Bakteri Pengamatan pada khamir dan kapang Gambar



Hasil pengamatan Kepang



Khamir



Pembahasan : Setelah kapang diinkubasi selama 2-5 hari terdapat pertumbuhan pada medium PDA yang sudah dipotong, pertumbuhannya tidak terlalu banyak terlihat adanya hifa yang berwarna putih dan hijau. Setelah dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop terlihat bagian-bagian dari kapang. Setelah khamir dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x, struktur dan bentuk khamir terlihat semakin jelas.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kata mikrokospik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata. Media pertumbuhan organisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Disinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat pathogen, namun tidak ddapat mengeliminasi dalam bentuk spora. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bekteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini akan menghindari terjadinya kontaminasi. Pengamatan atau identifikasi bentuk atau ciri-ciri suatu bakteri dapat menggunakan mikroskop dengan mengamati bakteri yang masih hidup atau tanpa diwarnai dan mengamati bakteri yang sudah mati dengan diwarnai. Untuk mempermudah pengamatan, bakteri diwarnai dengan zat warna. Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik mati maupu yang hidup.



B. Saran



1. Bagi Institusi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta 41



42



Sebagai



referensi



tentang



Laporan



Praktikum



Mikrobiologi



dan



Parasitologi Ilmu Dasar Keperawatan. a. Mahasisawa dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam mengelola pemeriksaan mikrobiologi dan Pemeriksaan parasitologi. b. Mahasiswa mampu melakukan praktikum secara sesuai dengan teori yang diperoleh secara menyeluruh tanpa melupakan rasa kepedulian terhadap sesama. 2. Bagi Dosen Bethesda Yakkpum Yogyakarta Praktikum seharusnya dilakukan secara tatap muka, agar mahasiswa dapat mengerti dengan baik cara melakukan praktikum, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang di harapkan. 3. Bagi mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta Penulis menyarankan kepada mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum khususnya program Sarjana Keperawatan Semester III, kiranya dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi praktikum untuk meningkatkan baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.



43



DAFTAR PUSTAKA



Anisah, A. (2015). Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Bakteri Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anonim. (2015). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Surakarta : Laboratorium Biologi UMS. Anwar, K. (2020). Manajemen Laboratorium Pendidikan. Jawa Timur: Qiara Media. Dwijoseputro. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Yogyakarta: Djamvatan. Juntono, d. (1980). Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: UGM Press. Prescott, e.a. (2008). Microbiology. Jakarta: Erlangga. Ratna, H. &. (1990). Mikrobiologi Dalam Praktik. Jakarta; PT Gramedia. Tille, P. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical Microbiology. Missouri: Elsevier. Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: UNM Press.