14 0 3 MB
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang pembentukannya dipengaruhi oleh proses – proses geologi. Berdasarkan proses pemanfaatannya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok ; mineral logam, mineral industri serta batubara. Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi juga ahli – ahli geofisika, geokimia, geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan sebagainya. Salah satu pulau yang mempunyai karakteristik batuan yang paling komplek di Indonesia adalah Pulau Sulawesi sebagai akibat dari pertemuan tiga lempeng raksasa dunia yaitu lempeng Pasifik dari arah timur, lempeng Eurasia dari arah utara dan lempeng India - Australia dari arah barat daya. Dalam menentukan karakteristik batuan yang komplek tersebut dibutuhkan informasi geologi, yakni jenis batuan, geomorfologi, dan struktur geologi. Untuk mengetahui informasi geologi tersebut dengan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
1
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN melakukan kegiatan eksplorasi berupa pemetaan geologi. Pemetaan geologi dilaksanakan melalui pengamatan morfologi dan bukaan-bukaan batuan dan tanah. Unsur-unsur yang diamati terutama meliputi jenis batuan dan tatanan lateral serta vertikalnya, struktur geologi yang berkembang, dan indikasi keterdapatan endapan mineral. Salah satu endapan mineral yang menjadi primadona saat ini adalah endapan laterit. Dalam endapan laterit ditemukan banyak mineral berharga diantaranya bijih nikel. Keterdapatan endapan laterit sangat banyak ditemukan di Pulau Sulawesi terutama di Provinsi
Sulawesi
Tengah
dan
Sulawesi
Tenggara.
Salah
satunya
perusahaan pertambangan nikel, PT. Mori Nikel Abadi yang telah ada mendapatkan Izin Usaha Pertambangan bijih nikel di wilayah Desa Tiu Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Pada peyelidikan ini dilakukan pemetaan sebaran laterit dalam menentukan karakteristik laterit sebagai langkah awal dalam melakukan eksplorasi yang berkelanjutan. 1.1.1. Perizinan Izin Usaha Pertambangan, berada di Desa Tiu Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara, beberapa legalitas perusahaan yang telah dimiliki salah satunya izin usaha jasa pertambangan, dan kelengkapan legalitas lainnya. 1.1.2. Status Kegunaan Lahan Berdasarkan pemanfaatan lahannya secara umum lokasi masuk kawasan areal penggunaan lain (APL).
1.2
Maksud dan Tujuan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
2
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan kegiatan eksplorasi nikel laterit, berupa pemetaan awal untuk mengetahui indikasi penyebaran laterit dipermukaan sedangkan tujuannya adalah untuk memperoleh data geologi, data topografi, tes pit, yang kemudian dijadikan pengembangan untuk menentukan titik pengeboran.
1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan
1.3.1
Administratif dan Geografis Kegiatan eksplorasi (Pemetaan) ini dalam Blok IUP PT. Sumber
Swarna Pratama dan PT. Cahaya Murni Sejahtera secara admnistratif terletak di Desa Tiu Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis, Kabupaten Morowali Utara terletak pada 1°31′ – 3°04′ Lintang Selatan dan 121°02′ – 123°15′ Bujur Timur. Kabupaten Morowali Utara mempunyai batas-batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Buyuntaripa, Desa Korondoda, Desa Bugi Kecamatan Tojo dan Desa Rompi Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una; Sebelah timur berbatasan dengan Desa Rata, Desa Gunung Kramat, Desa Matawa, Desa Mangkapa Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai, dan Laut Banda; Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Solonsa Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali dan Desa Nuha, Desa Matano, dan Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan; dan Sebelah barat berbatasan dengan Desa Uelene, Desa Mayasari Kecamatan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
3
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Pamona Selatan dan Desa Pancasila, Desa Kamba, Desa Matialemba, Desa Kancu’u dan Desa Masewe Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.
1.3.2
Kesampaian Wilayah Kesampaian lokasi Pit PT. Mori Nikel Abadi dari kota Kolonodale ke
Desa Tiu Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua dengan waktu tempuh ± 30 menit atau dengan jarak 13 Km.
Gambar 1.1 Peta lokasi IUP PT. Sumber Swarna Pratama dan PT. Cahaya Murni Sejahtera.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
4
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Tabel 1.1. Titik kordinat Blok IUP PT. Sumber Swarna Pratama dan PT. Cahaya Murni Sejahtera.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
5
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
1.4
Keadaan Umum Lingkungan. Kabupaten Morowali Utara adalah salah satu daerah otonomi baru di
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Morowali yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Morowali Utara Di Provinsi Sulawesi Tengah, Ibu Kotanya berkedudukan di Kolonodale, memiliki 10 kecamatan, 122 desa dan 3 (tiga) kelurahan. Secara geografis Kabupaten Morowali Utara terletak antara 01O31’12” Lintang Selatan dan 03O46’48” Lintang Selatan serta antara 121O02’24” Bujur Timur dan 123O15’36” Bujur Timur, memiliki luas wilayah daratan 10.018,12 Km2 dan wilayah Lautan seluas 8.344,27 Km² sehingga total luas wilayah Kabupaten Morowali Utara adalah 18.362,39
Km².
Berdasarkan
luas
wilayah
daratan
tersebut
maka
Kabupaten Morowali Utara merupakan 1 (satu) dari 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki luas wilayah daratan terbesar yakni sekitar
14,72
persen
dari
luas
daratan
Provinsi
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Sulawesi
Tengah.
Tahun 2021
6
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Berdasarkan data luas kecamatan dari 10 kecamatan di Kabupaten Morowali Utara, Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bungku Utara seluas 2.406,79 Km² atau 24,02 persen dari luas Kabupaten Morowali Utara, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Petasia Barat seluas 480,30 Km² atau sebesar 4,79 persen dari luas Kabupaten Morowali Utara.
Wilayah Kabupaten Morowali Utara memiliki topografi yang terdiri dari dataran, perbukitan dan pegunungan. Posisi desa-desa yang ada di wilayah ini tersebar pada ketiga bentang lahan tersebut dengan dataran sebagai daerah terbesar yang menjadi permukiman masyarakat. Ketinggian masing-masing wilayah administrasi desa berkisar antara 2 meter di atas permukaan laut (dpl) terletak di Desa Tokonanaka, Kecamatan Bungku Utara sampai dengan 248 meter di atas
permukaan
laut
terletak
Desa
Uepakatu,
di
Kecamatan
Mamosalato. 1.5
Waktu Pelaksanaan. Kegiatan pemetaan permukaan dilakukan dalam kurun waktu 10 hari,
yang dimulai pada tanggal 9 - 19 september 2021. Area yang terpetakan selama 10 hari kurang lebih 1.382 Ha dengan peresentase area yang prosepk secara visual dipermukaan yaitu 75 % dan 25 % yang masuk kategori laterit yang kurang prospek. Namun semua area masih tergolong area laterit yang perlu lagi didetailkan dengan studi eksplorasi baik pengeboran maupun eksplorasi geofisika.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
7
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemetaan Waktu kegiatan Kegiatan
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
ke 1
ke 2
ke 3
ke 4
ke 5
ke 6
ke 7
ke 8
ke 9
ke 10
Mobilisasi Pemetaan
1.6
Metode dan Peralatan. Metodologi pemetaan nikel laterit adalah perpaduan antara survei
langsung berupa pengambilan data di lapangan antara lain pemetaan, deskripsi batuan, pengambilan sample permukaan, sample tes pit kemudian analisis uji laboratorium. Sedangkan pengambilan data secara
tidak
langsung berupa studi literatur, analisis data citra satelit dan pengolahan data dengan menggunakan beberapa software yang relevan. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemetaan sebagai berikut : 1.
Peta Topografi 1 : 5.000
2.
GPS (Global Position System)
3.
Kompas geologi
4.
Palu geologi
5.
Kamera digital
6.
Ransel
7.
Kantong sampel
8.
Meteran
9.
Alat gali manual
10.
Alat tulis menulis
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
8
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
PERSIAPAN & STUDI LITERATUR
PEMETAAN GEOLOGI
DESKRIPSI & UJI SAMPLE
ANALISA DATA & PELAPORAN Gambar 1.2. Alur kegiatan eksplorasi
I.7
Pelaksana. Kegiatan pemetaan nikel laterit di wilayah IUP PT. Mori Nikel Abadi di
Desa Tiu Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara, dilaksanakan oleh tim Geolog (Ahli Geologi), dengan ketua tim oleh Ir. Ramli, ST.MT. dan Adhe Nugraha Gilang, ST. yang dibantu oleh tim teknis lapangan Eksplorasi PT. Mori Nikel Abadi.
BAB II
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
9
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN GEOLOGI REGIONAL
Lokasi Pemetaan secara umum kondisi geologi regioanal dibagi dalam bagian geomorfologi, formasi & litologi serta struktur geologi, 2.1
Geomorfologi Berdasarkan elevasi, wilayah Kabupaten Morowali Utara sebesar
52,74 persen berada pada ketinggian antara 100-200 meter dpl, sebesar 33,74 persen berada pada ketinggian antara 200-500 meter dpl, dan sebesar 13,52 persen berada pada ketinggian di bawah 1000 meter dpl. Menurut tingkat kelerengan wilayah ini sebesar 52,30 persen memiliki kemiringan topografi lebih besar dari 40 persen (curam-sangat curam), sebesar 11,70 persen memiliki kemiringan di bawah 2 persen (datar agak landai), sebesar 12,56 persen memiliki kemiringan antara 3 persen -15 persen dan 23,30 persen luas wilayah memiliki kemiringan antara 16 persen-40 persen (miring agak curam) dan danau seluas 0,14 persen. Akibat curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta topografi dengan dominasi kemiringan curam, maka wilayah
ini
memiliki
pula
kawasan-
kawasan
yang
rawan
bencana,
khususnya bencana banjir, longsor maupun rawan gempa. Wilayah Kabupaten Morowali Utara tersusun atas beberapa jenis batuan antara lain, batuan Mollase, batuan Kapur, batuan Skiss, batuan Basik, Ultra basik dan Sedimen. Dari sisi geomorfologi, wilayah ini tersusun atas beberapa bentuk lahan (landform), yaitu bentuk lahan Aluvial (A), Marine (M), Volkanik (V), Tektonik dan Struktural (T). Bentuk lahan aluvial terbentuk dari proses fluvial yang umumnya tersebar di dataran rendah DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
10
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN dengan kemiringan antara 0-3 persen, dan banyak dijumpai di sekitar sungai-sungai besar. Bentuk lahan marine tersebar pada wilayah datar agak cekung di sepanjang pantai. Bentuk lahan tektonik dan vulkanik tersebar pada relief yang bergelombang sampai bergunung. Akibat bentuk lahan yang bervariasi tersebut, maka wilayah Kabupaten Morowali Utara memiliki topografi yang bervariasi. 2.2
Formasi dan Litologi Berikut tatanan stratigrafi daerah Morowali Utara yang meliputi
beberapa litologi penyusn daerah tersebut sebagai berikut; Qal ALUVIUM dan ENDAPAN PANTAI terdiri atas pasir, lempung, lumpur kerikil dan kerakal. Satuan ini berupa material lepas seperti kerakal, kerikil, pasir dan lumpur, merupakan endapan sungai, rawa dan pantai, mineral kromit terdapat sebagai endapan letakan pantai pada satuan ini. JKm FORMASI MASIKU : Formasi ini didominasi oleh batuan sedimen yang memperoleh tekanan kuat seperti: batu sabak, serpih, filit, batupasir dan batulempung. Formasi Masiku menumpang selaras di atas
Formasi
Nanaka.Berdasarkan fosil yang ada, Lingkungan pengendapan formasi Masiku adalah laut dalam. Kml FORMASI MATANO terdiri atas batugamping hablur, kalsilutit, argilit dan serpih dengan sisipan rijang dan batusabak. Batugamping mengandung fosil Heterohelix sp., sedangkan rijang mengandung radiolaria. Fosil - fosil tersebut menunjukkan umur Kapur Akhir dan lingkungan pengendapan laut dalam. Tebal formasi mencapai 1000 m.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
11
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Daerah Kolodale Kabupaten Morowali Utara (sumber: www.indonesia-geospasial.com )
tl FORMASI TETAMBAHU terdiri atas batugamping, napal, batupasir dengan lensa rijang. Berdasarkan kandungan fosil moluska dan amonit dalam kalsilutit maka umur Formasi ini adalah Jura Akhir, sedangkan lensa rijang yang
mengandung
radiolaris
mungkin
menunjukkan
lingkungan
pengendapan laut dalam. Tebal Formasi mencapai 500 m. Tmpt
FORMASI
TOMATA
terdiri
atas
perselingan
serpih,
batupasir,
konglomerat serta sisipan lignit. Batupasir halus banyak mengandung fosil foraminifera
yang
menunjukkan
lingkungan
pengendapan
laut
umur
Miosen
dangkal
dan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Akhir-Pliosen setempat
dengan payau.
Tahun 2021
12
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Tebal
Formasi
ini
diperkirakan
sekitar
500
m.
MTosu KOMPLEKS ULTRAMAFIK merupakan bagian dari jalur ofiolit Sulawesi
terdiri
atas
harzburgit,
lherzolit,
wherlit,
websterit,
dunit,
piroksenit dan serpentinit. Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali pengalihtempatan sejak kapur sampai Miosen Tengah. 2.3
Struktur Geologi Di daerah Morowali Utara dan sekitarnya terdapat 3 mendala geologi
yang memiliki ciri batuan dan sejarah pencenanggaan yang berbeda yaitu ; Mendala Sulawesi Barat dibagian barat, Mendala Sulawesi Timur di bagian tengah dan timur dan Mendala Banggai - Sula di bagian paling timur. Sejarah tektonik yang menyatukan ketiga mendala tersebut dapat diuraikan mulai jaman Kapur, yaitu saat Mendala Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti gerakan penunjaman landai ke arah barat di bagian timur Mendala Sulawesi Barat. Penunjaman ini mengakibatkan terbentuknya bancuh tektonik dan dan sekis glaukopan. Fase tektonik berikutnya pada Oligosen, yaitu saat benua mikro Banggai - Sula bergerak ke barat seiring terjadinya sesar besar mendatar (Sesar Sorong), sementara penunjaman di bagian timur Mendala Sulawesi Barat masih berlanjut. Pada Miosen Tengah ketiga mendala menyatu dengan kontak tektonik dan sebagian batuan dari bagian timur Mendala Sulawesi mencuat ke atas Mendala Banggai - Sula. Pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedmine molasa secara tak selaras di atas ketiga mendala tersebut, serta terjasi batuan terobosan granit di Mendala Sulawesi Barat. Pada Plio-Plistosen seluruh daerah tersebut mengalami pencenanggaan serta penerobosan oleh
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
13
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN granit yang sebelumnya hanya terjadi di Mendala Sulawesi Barat. Setelah itu
diikuti
kenampakan
pengangkatan
di
bentang
seluruh
daerah
alam
hingga
seperti
menghasilkan sekarang.
Gambar 2.2 Peta geologi & Struktur bagian timur Pulau Sulawes (Simandjuntak dkk., 1993).
BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN 3.1.
PENYELIDIKAN SEBELUM LAPANGAN
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
14
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Tahap persiapan merupakan tahap awal kegiatan pemetaan nikel laterit, sebelum dilaksanakannya kegiatan lapangan, yang meliputi: 1. Pengkajian data dan informasi dari berbagai literatur dan hasil penelitian terdahulu (data sekunder), terutama yang berhubungan dengan geologi dan bahan galian di daerah penyelidikan (desk study) 2. Persiapan peta dasar, berupa peta-peta yang mendukung pelaksanaan kegiatan, meliputi: Peta administrasi wilayah Morowali Utara. Peta Topografi skala 1 : 5.000 3. Peta geologi regional skala 1 : 250.000; Peta Geologi Regional daerah Morowali Utara. 4. Persiapan instrumen survei, berupa daftar data dan informasi awal tentang bahan galian, serta persiapan peralatan survei lapangan. Adapun peralatan dan alat bantu utama yang digunakan, antara lain : Palu geologi tipe “Estwing” jenis batuan beku dan batuan sedimen; digunakan untuk memecah batu untuk pengambilan sampel/conto batuan/bahan galian. Kompas geologi tipe “Brunton”; digunakan untuk mengukur azimuth (arah) dan besar slope (kemiringan), serta kedudukan perlapisan batuan dan orientasi arah struktur geologi. GPS (Global Positioning System) tipe “Garmin - Etrex Summit” dan “Garmin - 12”; digunakan untuk menentukan posisi (titik koordinat), titik ketinggian (elevasi), profil lintasan (tracking), penggambaran rute perjalanan dan menyimpan data titik / rute perjalanan yang
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
15
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN telah dilalui (way points), serta dilengkapi juga dengan kompas digital untuk menentukan arah. Kantong sampel; digunakan untuk menyimpan sampel/conto batuan. Alat gali sederhana berupa skop dan cangkul digunakan untuk pembuatan parit uji (trench-pit). Tabel deskripsi batuan dan mineral; digunakan untuk mendeskripsi sampel
batuan
atau
mineral,
untuk
mengetahui
kandungan
kristal/mineral, tekstur, serta penamaannya secara lapangan. Kamera foto untuk pengambilan dokumentasi foto. Peralatan
pendukung
lapangan
lainnya,
seperti
ransel,
sepatu
lapangan, dan lain-lain. Perangkat
komputer
serta
program-program
yang
mendukung
pekerjaan; digunakan untuk pengolahan data, baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun data gambar/peta, serta untuk pengetikan (typing), pengeditan (editing), dan pencetakannya (printing). Alat gambar dan alat tulis-menulis. 3.2.
PENYELIDIKAN LAPANGAN
3.2.1 Pemetaan Geologi Diawali dengan survei tinjauan, pada tahapan survei tinjau ini dilakukan pengamatan sepintas tentang kondisi lapangan secara umum, meliputi penentuan lokasi-lokasi pengamatan yang strategis, pengamatan singkapan, gejala-gejala geologi, pengukuran, dan pengambilan conto awal. Penentuan
lokasi
pengamatan
dilakukan
dengan
alat
GPS
(Global
Positioning System), kompas geologi, dibantu dengan mencocokan peta
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
16
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN topografi dengan morfologi daerah yang akan ditentukan, serta dengan bantuan
informasi
dari
masyarakat
setempat
atau
pihak
lain
yang
memahami keadaan wilayah IUP tersebut. 3.2.1.1 Lokasi dan Luasan Pemetaan geologi dilakukan di keseluruhan blok IUP yang terletak di Desa Tiu Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Luas lokasi dari keseluruhan wilayah yang telah dipetakan adalah seluas 500 ha. Pemetaan Geologi yang dilakukan secara keseluruhan pada skala yang lebih detail. 3.2.1.2 Metode dan Skala Pemetaan geologi permukaan dilakukan berdasarkan peta topografi dan peta geologi regional daerah kajian, dengan tujuan untuk menafsirkan dan merekonstruksi kondisi geologi lokal permukaan daerah penyelidikan. Metode kerja yang dilakukan adalah dengan cara lintasan terpilih di sepanjang aliran sungai atau lereng-lereng bukit, untuk mengetahui batuan dasar yang tersingkap serta pengukuran gejala geologi untuk mengetahui variasi litologi, urutan stratigrafi, dan struktur geologi, yang diekspresikan dalam bentuk peta geologi daerah penyelidikan. Dari rekonstruksi peta geologi ini diharapkan dapat diketahui dimensi, arah, posisi dan hubungan stratigrafi, serta penyebaran bahan galian. 3.2.1.3 Pengambilan Conto Pengambilan conto batuan/tanah dilakukan berdasarkan skala luasan lokasi dan perubahan litologi batuan dilapangan. Karena lokasi penyelidikan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
17
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN merupakan daerah perbukitan dan pedataran, sungai sehingga singkapan batuan dengan mudah dijumpai di lokasi penyelidikan. Pengambilan conto batuan dilakukan dengan melakukan sampling pada singkapan dengan menggunakan palu geologi. Beberapa urutan pengamatan dalam kegiatan pemetaan Geologi antara lain: Pendeskripsian
dan
pencatatan
data,
sketsa
dan
potret,
serta
pengeplotan lokasi dan sebaran bahan galian ke peta dasar. Pencatatan dan pengambilan data-data pendukung lainnya, seperti kondisi struktur geologi, tataguna lahan, serta kondisi tata ruang dan perencanaan wilayah di daerah IUP.
3.2.2. Pemetaan Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan topografi permukaan bumi, baik mengenai unsur alami maupun unsur buatan manusia. Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang disajikannya. 3.2.2.1 Lokasi dan Luasan Pemetaan topography dilakukan di keseluruhan seluas 1.382 ha. 3.2.2.2 Metode dan Skala Pada dasarnya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan, yaitu pengukuran topografi, pengolahan data ukuran dan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
18
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN pencetakan peta.
Pemetaan topography dalam blok IUP nikel laterit
menggunakan metode Teresteris dan Fotogrametris yaitu menggunakan alat ukur GPS yang di overlay dengan data citra satelit (DEM), Data tersebut selanjutnya di input dan diolah menggunakan software pemetaan. Penggunaan data citra satelit yang saat ini bisa di dapatkan melalui website USGS atau website BIG. Penggunaan data citra satelit yang dikonversi dalam data DEM dapat membantu dalam pembuatan kontur. Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titiktitik kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi, sehingga dapat digambarkan diatas bidang datar dalam skala tertentu. Yang dimaksud dengan kerangka pemetaan adalah jaringan titik kontrol (X, Y) dan (z) yang akan digunakan sebagai referensi pengukuran dan titik kontrol pengukuran. 3.3. Penyelidikan Laboratorium Pada penyelidikan ini dilakukan analisis labaoratorium setiap stasiun sample permukaan. Proses analisis laboratorium diawali dengan melakukan preparasi setiap conto batuan. Kemudian hasil prepasi di analisis X-Ray Fluoresence (XRF). XRF yang digunakan adalah XRF Epsilon 4 yaitu penganalisis XRF benchtop multi-fungsi untuk setiap segmen industri yang membutuhkan analisis unsur berbagai jenis logam.
BAB IV HASIL PENYELIDIKAN 4.1.
Geomorfologi Wilayah Pemetaan
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
19
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan. Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang mengakibatkan modifikasi permukaan bumi. Lokasi wilayah pemetaan merupakan bagian proses geomorfologi secara endogen dan eksogen. Proses endogen salah satu
pembentukan
pegunungan yang terdapat diwilayah pemetaan dimana bagian dari proses tektonik yang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik regional yang memicu munculnya batuan induk atau ultramafik di permukaan. Sedangkan proses eksogen sendiri bagian dari proses laterisasi terhadap batuan induk yang membentuk lapisan limonite saprolit. Desa Tiu dan sekitarnya yang merupakan wilayah prospek tambang PT. Mori Nikel Abadi memiliki geomorfologi yang relatif pedataran dan perbukitan yang bergelombang miring. Lapisan tanah laterit yang bagus dan tebal dijumpai pada wilayah pedataran dan sebagia dijumpai di wilayah perbukitan
akan
tetapi
memiliki
lapisana
tanah
laterit
yang
tipis.
Berdasarkan peta geomorfologi bahwa lokasi pemetaan memiliki bentuk lahan dataran berombak landai, dataran landai, kaki lereng miring, pegunungan curam, perbukitan agak curam sanpai perbukitan sangat curam. Bentuk lahan yang baragam menjadi peluang dalam menentukan perencanaan tambang yang baik.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
20
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.1. Kenampakan bentuk gemorfologi daerah lokasi pemetaan PT. Mori Nikel Abadi.
Gambar 4.1. Peta geomorfologi pada daerah pemetaan PT. Mori Nikel Abadi.
4.2.
Geologi dan Prospeksi Wilayah Pemetaan Luasan area PT. Mori Nikel Abadi yang telah terpetakan seluas 1.119
ha yang terdiri dari dua loaksi IUP yaitu IUP SSP seluas 5.63 ha dan IUP
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
21
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN CMS seluas 5.56 ha. Pembagian blok berdasarkan luasan masing-masing IUP yang telah terpetakan. 4.2.1 Pemetaan Litologi (Batuan Dasar) Dari hasil kegiatan prospeksi dalam hal ini kegiatan pemetaan bahwa daerah penyelidikan tersusun oleh batuan dari formasi ultramafik yang terdiri dari batuan serpentinit dan dunit. Batuan serpentinit adalah batuan yang telah mengalami proses serpentinisasi yang mana proses metamorfik geologi suhu rendah yang melibatkan panas dan air di mana batuan ultramafik dengan kandungan silika yang rendah teroksidasi (oksidasi anaerobik
dari
Fe2
+
oleh
proton-proton
air
yang
mengarah
ke
pembentukan H2) dan dihidrolisis dengan air menjadi serpentinit. Dunit yang berada di dekat dasar laut dan di sabuk pegunungan terubah menjadi serpentin dan beberapa mineral langka seperti awaruit (Ni3Fe), dan bahkan besi murni. Dalam proses tersebut sejumlah besar air diserap ke dalam batuan sehingga meningkatkan volume dan menghancurkan struktur. Penyebaran batuan serpentinit tidak merata sebagian masih dijumpa batuan berupa batuan beku ultrabasa jenis batuan dunit.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
22
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.2. Jenis litologi batuan serpentinit yang tersingkap di air terjun Gunung Tabakar.
Batuan beku dunite merupakan salah satu jenis batuan beku ultra basa yang memiliki komposisi olivin hampir 100 %. Dunit merupakan batuan yang mengandung mineral utama olivine, diagram fasanya menunjukkan bahwa terdiri dari dua fasa yaitu forsterite dan fayalite. Fasa forsterite meleleh pada suhu 1890 oC dan fayalite meleleh pada suhu 1205oC.
Dunit
merupakan
batuan
monomineralik
ultrabasik
yang
terkandung banyak olivine. Dunit mengandung 36-42 % MgO dan 36-39 % SiO2. Batuan serpentinit yang dominan menyusun daeran pemetaan merupakan bagian dari batuan dasar dunit yang sudah mengalami proses serpentinisasi dari jutaan tahun yang lalu. Tanah laterit yang terbentuk di lokasi
pemetaan
merupak
lapukan
batuan
serpentinite,
sehingga
dipermukaan mudah dijumpai batuan yang sudah mengalami pelapukan tinggi membentuk rokcy saprolite.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
23
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.3. Jenis litologi batuan dunit yang tersingkap di lokasi pemetaan PT. Mori Nikel Abadi.
Penyebaran material batuan pada wilayah izin usaha pertambangan secara tidak merata. Namun penyebaran litologi batuan lebih didominasi oleh batuan serpentinit yang mana memiliki karakteristik laterisasi yang bagus. Batuan dasar dunite masih sering dijumpai pada area tertentu yang memiliki kondisi topografi yang terjal. Beberapa batuan dunit yang tersingkap pada wilayah pemetaan yang tidak memiliki hasil laterisasi yang bagus ini disebabkan karena batuan banyak mengandung mineral silika yang tinggi sehingga pelapukan tidak berlangsung secara sempurna. Selain karena faktor kandung mineral silika juga dipengaruhi karena kondisi topografi yang sangat terjal sehingga air tidak bisa melarutkan batuan secara sempurna.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
24
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Gambar 4.1. Peta sebaran litologi ultramafik pada daerah pemetaan PT. Mori Nikel Abadi.
Batuan ultramafik yang mengalami laterisasi menyebar secara meyeluruh
pada
area
pemetaan
yang
tersusun
oleh
jenis
batuan
serpentinit dan dunit. Penyebaran laterite tidak secara homogen, dimana karakteristik laterit yang berubah-ubah baik secara warna maupun tekstur yang dimilikinya. Sebagian besar wilayah yang memiliki laterit dengan kandungan mineral Fe yang tinggi dan sebagian lagi mengandung Fe yang rendah. Sedangkan ketebalan laterit juga beragam ada beberapa area yang memiliki lapisan yang tebal dan sebagian dijumpai lapisan laterit yang tipis. 4.2.2 Pemetaan Prospek Laterit Karakteristik laterit yang terdapat di IUP SSP termasuk karakteristik laterit yang bagus dengan kandungan Fe yang cukup tinggi yaitu 30 – 50 % yang terletak dibagian utara barat laut, dengan kenampakan laterit yang kaya dengan mineral hematit (Fe2O3) dan goetit (FeO(OH)). Laterit ini terbetuk dari batuan dasar serpentinit sehingga kaya akan kandungan besi pada bagian zona limonit dan semestinya kaya juga dengan
unsur
Nikel pada zona saprolite. Luas penyebaran laterit dengan kandungan Fe
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
25
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN yang tinggi dan tekstur soil yang bagus memiliki luasan 74 % dari total atau 585 ha.
Foto 4.4. Kenampakan laterit yang kaya usnsur besi (Fe) yang terdapat pada lokasi pemetaan IUP SSP PT. Mori Nikel Abadi.
Sebagian kecil area yang memiliki laterit dengan kandungan unsur Fe yang rendah dan kandungan mineral clay yang tinggi, ini dipengaruhi oleh kondisi topografi yang terjal sehingga tidak terjadi pelapukan yang sempurna dan beberapa faktor lain seperti tingginya kandungan mineral silika dan asbes yang resisten terhadap pelapukan. Sebaran laterit dengan kandungan Fe yang rendah menempati area pemetaan 26 % dari luas lokasi secara keseluruhan atau 202 ha.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
26
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.5. Kenampakan laterit yang rendah usnsur besi (Fe), tinggi mineral clay yang terdapat pada lokasi pemetaan IUP SSP PT. Mori Nikel Abadi.
Penyebaran laterit yang dengan indikasi unsur besi (Fe) yang tinggi menyebar dibagian utara barat daya dan bagian tengah dengan bentuk topografi datar hingga perbukitan. Sedangkan laterit yang memiliki kandungan Fe yang rendah menyebar ditengah hingga bagian timur lokasi dengan bentuk topografi yang terjal terutama pada area gully erotion atau di daerah aliran sungai.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
27
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Gambar 4.3. Kenampakan sebaran laterit pada lokasi pemetaan IUP SSP PT. Mori Nikel Abadi.
Karakteristik laterit pada IUP CMS memiliki perbedaan dengan IUP SSP meskipun sama-sama tersusun batuan ultrabasa dan berada dalam wilayah hamparan yang sama. Lokasi IUP CMS memiliki kandungan kadar Fe yang tinggi hampir menempati seluruh area pemetaan dengan kandungan Fe 25 – 53 % sedangkan kanduangan Ni sedang yaitu 0,6 – 0,9 % dan kandungan silika (SiO2) yang rendah yaitu 1 – 17 % . Mineral pembawa besi yang tinggi yakni mineral Goethite dan Hematit dan lebih dominan menyebar secara luas. Sebagian wilayah utara juga mengandung mineral Mangan oksida (MnO) yang cukup tinggi suatu indikasi proses laterisasi cukup tinggi pada zona transisi limonit.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
28
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.6. Kenampakan laterit yang kaya usnsur besi (Fe) yang terdapat pada lokasi IUP CMS pemetaan PT. Mori Nikel Abadi.
Lokasi pemetaan IUP CMS yang memiliki kandungan Unsur besi (Fe) yang rendah sampai sedang yaitu berada dibagian tengah dengan pelamparan ke arah selatan. Kandunngan unsur Fe yang terkandung pada tanah leterit yaitu (6 – 25) % dan kandungan Ni permukaan termasuk cukup bagus dengan sebaran kandungan Ni (0,3 – 0,6)%. Rendahnya kandungan Fe pada wilayah tersebut karena faktor kondisi topografi yang terjala dan kandungan silika (SiO2) yang cukup tinggi yaitu antara (27 – 42)% sehingga batuan dasar diwilayah tersebut sangat resisten dengan pelapukan. Tanah laterit lebih didominasi oleh mineral clay dibandingkan dengan mineral-meneral laterit pembawa besi yang tinggi. Dengan memperhatikan hasil lapukan yang tidak merata, dengan dijumpainya banyak bongkahan batuan dipermukaan yang mengindikasina daerah tersebut memiliki lapisan laterit yang tidak tebal.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
29
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.7. Kenampakan laterit yang rendah usnsur besi (Fe), tinggi mineral clay yang terdapat pada lokasi pemetaan IUP CMS PT. Mori Nikel Abadi.
Penyebaran laterit yang dengan indikasi unsur besi (Fe) yang tinggi menyebar dibagian utara barat daya hingga bagian tengah dengan bentuk topografi datar hingga perbukitan. Sedangkan laterit yang memiliki kandungan Fe yang rendah menyebar ditengah hingga bagian selatan. Luas area dengan laterisasi yang bagus yaitu 454 ha atau 76 % dari total luasan lokasi IUP CMS yang terpetakan sedangkan luas area laterit dengan kandungan Fe yang rendah yaitu 141 hektar atau 24 %. Sebagian besar area IUP CMS yang tidak terpetakan dan diperkirakan memiliki hamparan laterit yang masih luas dan prospek. Dibagian timur IUP CMS dianggap tidak memiliki potensi yang bagus karena lokasi tersebut merupakan bagian dari rawa dan danau yang tidak layak untuk dikembangkan sebagai bagian dari are tambang yang prospek.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
30
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Gambar 4.4. Kenampakan sebaran laterit pada lokasi pemetaan IUP CMS PT. Mori Nikel Abadi.
4.3
Struktur Geologi Wilayah Pemetaan Struktur geologi pada daerah pemetaan telah dijumpai adanya
indikasi kuat dilapangan. Pada wilayah IUP SSP dijumpai beberapa air terjun yang merupakan suatu indikasi bahwa wilayah tersebut telah dipengaruhi oleh patahan (sesar) yaitu berupa sesar turun. Salah satu yang mempengaruhi adanya sesar turun suatu daerah adalah adanya aktivitas tektonik yang pernah terjadi dimasa lampau. Aktivitas tektonik yang pernah berlangsung diwilayah lokasi PT. Mori Nikel Abadi merupakan bagian dari aktivitas tektonik regional Mandala Banggai - Sula di bagian paling timur. Struktur geologi yang pernah terjadi merupakan trigger munculnya batuan dasar kepermukaan serta penyebab utama mempercepat proses laterisasi diwilayah PT. Mori Nikel Abadi.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
31
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Foto 4.8. Kenampakan air tejun pada lokasi pemetaan IUP CMS PT. Mori Nikel Abadi.
BAB V KESIMPULAN Dari hasil kegiatan eksplorasi awal dalam hal ini pemetaan di wilayah perencanaan tambang PT. Mori Nikel Abadi bahwa: 1. Geomorfologi
wilayah
pemetaan
memiliki
geomorfologi
dataran
berombak landai, dataran landai, kaki lereng miring, pegunungan curam, perbukitan agak curam sampai perbukitan sangat curam.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
32
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN 2. Jenis batuan penyusun lokasi merupakan bagian dari formasi batuan ultramafik yang terdiri dari batuan serpentinit dan dunit. Dimana batuan dunit yang merupakan batuan dasar utama dan sebagian besar telah mengalami perubahan secara serpentinit. Dengan kondisi demikian hasil lapukan dan leterisasi akan menghasilkan lapisan limonite dan saprolit yang kaya dengan usur Fe dan Ni. 3. Lokasi pemetaan dibagi dalam dua blok yaitu blok IUP SSP dan blok IUP CMS. Luasan Blok IUP SSP adalah 585 ha memiliki laterit dengan kandungan Fe yang tinggi (25 – 50)% dan Ni permukaan yang cukup tinggi (0,7 - 1,3)% kandungan silika yang rendah (1,5 – 25)%. Sedangkan Luasan Blok IUP SSP adalah 202 ha memiliki laterit dengan kandungan Fe yang rendah (10 – 25)% dan Ni permukaan yang cukup tinggi (0,3 - 0,7)% kandungan silika yang tinggi (25 – 45)%. Blok IUP CMS adalah 454 ha memiliki laterit dengan kandungan Fe yang tinggi (25 – 53)% dan Ni permukaan yang cukup tinggi (0,6 - 1,2)% kandungan silika yang rendah (1,2– 17)%. Sedangkan Luasan Blok IUP SSP adalah 141 ha memiliki laterit dengan kandungan Fe yang rendah (6 – 25)% dan Ni permukaan yang cukup tinggi (0,3 - 0,6)% kandungan silika yang tinggi (17 – 42)%. 4. Struktur geologi yang terdapat pada wilayah pemetaan merupakan sesar turun yang diindikasikan dengan dijumpainya beberapa air terjun di sekitar gunung tabakara.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
33
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN
Daftar Pustaka Badan Standarisasi Nasional Tentang Pedoman Pelaporan Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI 4726 : 2011. Effendi dan Bawono,1997 Peta Geologi Lembar Manado Sulawesi Utara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Idrus, A., Titisari, A.D., Warmada, I.W., Setijadji, L.D. 2007. Eksplorasi Sumberdaya Mineral. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
34
PT. MORI NIKEL ABADI
LAPORAN KEGIATAN PEMETAAN PERMUKAAN Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik Nomor : 1827 K/30/Mem/2018, KESDM, 2018. Rusman,E,Sukido,Sukarno,D,Haryono,G, Simanjuntak T.O. 1993 Keterangan Peta Geologi Lembar Lasusua Kendari,Sulawesi Tenggara, skala 1:250.000, Pusat Bang Geologi. Bandung. Surono.
2013. Geologi lengan tenggara sulawesi. Badan Geologi. Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Bandung
DESA TIU KEC. PETASIA BARAT KAB. MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
Tahun 2021
35