1A - Perspektif Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan Maternitas Dan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TRANSKULTURAL NURSING PERSPEKTIF KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS DAN ANAK Tugas ini sebagai pemenuhan penugasan Transkultural Nursing Dosen Pengampuh : Karyadi M.Ke,PhD dan Kustati M.Kep.Sp.Kep.An



Disusun Oleh Kelompok 1A : Ajeng Diana Syafitri Lubis



(11201040000001)



Alfiyatus Salimah



(11201040000002)



Alivia Putri Laili Shiffa



(11201040000003)



Dian Kurnia Agustina



(11201040000004)



Fia Aulia Rosalina



(11201040000005)



Riska Wahyuni Utami



(11201040000006)



Robihatur Rosyidah



(11201040000007)



Yunita Aryanti



(11201040000008)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2021



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang kami susun untuk memenuhi tugas pembuatan makalah Discovery learning mata kuliah Transkultural Nursing. Selanjutnya kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Allah Swt., orang tua, dan dosen pengampu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi kami dan juga pembaca pada umumnya. Aamiin ya robbal ‘alamin. Akhir kata dengan segala ketulusan, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam makalah ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Jakarta, 21 September 2021



Tim Penyusun



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 BAB I ...................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN .................................................................................................. 3 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 BAB II ..................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5 2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan .............................................. 5 2.2 Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan ... 9 2.3 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural ................ 11 2.4 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya .................................................. 13 2.5 Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural Sepanjang Daur Kehidupan Manusia ............................................................................................................ 16 2.6 Perawatan Kehamilan dan Kelahiran ......................................................... 21 2.7 Perawatan dan Pengasuhan Anak ............................................................... 22 BAB III ................................................................................................................. 24 PENUTUP ............................................................................................................. 24 3.1 Kesimpulan dan Saran ................................................................................ 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25



2



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai fenomena yang terjadi di tatanan praktek pelayanan keperawatan klinik dan komunitas menuntut pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.Hal ini tentunya memerlukan teori dan model yang sesuai dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat, khususnya perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai yang terjadi di masyarakat. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk membentuk kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur yang universal. Perbedaan kultur tersebut



dapat



menjadi



sumber



informasi



dalam



melaksanakan



keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Transcultural nursing ini berasal dari disiplin ilmu antropologi yang dikembangkan ke dalam konteks keperawatan.Konsep keperawatan transkultural ini didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi pada klien. Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk mengenal budaya setempat dan menghormatinya Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah,yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit



3



yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perspektif transkultural dalam keperawatan & beberapa instrumen pengkajian budaya? 2.



Bagaimana keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan ?



3.



Apa saja konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural?



4.



Apa saja pengkajian asuhan keperawatan budaya?



5.



Apa saja aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia?



6.



Bagaimana perawatan kehamilan dan kelahiran?



7.



Bagaimana perawatan dan pengasuhan anak?



4



BAB II



PEMBAHASAN 2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sulit diubah. Transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya yang satu dapat mempengaruhi budaya yang lain. Budaya merupakan salah satu perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Pola kehidupan yang berlangsung lama, diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilainilai yang mempengaruhi pembentukan karakter pola pikir, pola interaksi perilaku yang memiliki pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah Transcultural Nursing Theory (Leininger, 1978). Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Dasar teori adalah pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien oleh perawat, bila tidak terjadi cultural shock. Cultural shock akan dialami klien ketika kondisi perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan ini menyebabkan munculnya rasa ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi seperti pada kasus nyeri. Keperawatan transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang ditekankan. pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan dengan menghargai nilai budaya individu. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan. Menurut Leininger (2002) Transkultural keperawatan adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada belajar dan praktik yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan antara budaya dengan menghargai asuhan,



5



sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Harmoko dan Riyadi, 2016). Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku peduli. Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.Perilaku peduli semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Bentuk kepedulian orang-orang di sekitar pasien/klien baik perawat yang bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat mengembalikan semangat sembuh. Kesehatan fisik selalu berkorelasi dengan kondisi manusia sebagai makhluk psikologis. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat stereotip bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalannya waktu,Transcultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya: a. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: 1) Faktor teknologi (Technological Factors): •



Persepsi sehat-sakit







Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan



6







Alasan mencari bantuan/pertolongan medis







Alasan memilih pengobatan alternatif







Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan



2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) •



Agama yang dianut







Status pernikahan







Cara pandang terhadap penyebab penyakit







Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan



3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship & Social Factors) •



Nama lengkap & nama panggilan







Umur & tempat lahir,jenis kelamin







Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga







Pengambilan keputusan dalam keluarga



4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) •



Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas







Bahasa yang digunakan







Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan







Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktivitas kebersihan diri dan aktivitas sehari-hari



5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) •



Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:







Peraturan dan kebijakan jam berkunjung







Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu







Cara pembayaran



7



6) Faktor ekonomi (Economic Factors) •



Pekerjaan







Tabungan yang dimiliki oleh keluarga







Sumber biaya pengobatan







Sumber lain: penggantian dari kantor,asuransi dll.







Patungan antar anggota keluarga



7) Faktor Pendidikan (Educational Factors) ingkat pendidikan klien Jenis pendidikan Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif Pengetahuan tentang sehat-sakit b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/ individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi: 1) Komunikasi (Communication) : Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’ 2) Space (ruang gerak) : Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. 3) Orientasi social (social orientation) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan sosial keagamaan. 4) Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang. 5) Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.



8



6) Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetika,penyakit yang spesifik pada populasi tertentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis,koping dan dukungan sosial. c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: 1) Identitas budaya 2) Ethnohistory 3) Nilai-nilai budaya 4) Hubungan kekeluargaan 5) Kepercayaan agama dan spiritual 6) Kode etik dan moral 7) Pendidikan 8) Politik 9) Status ekonomi dan sosial 10) Kebiasaan dan gaya hidup 11) Faktor/sifat-sifat bawaan 12) Kecenderungan individu 13) Profesi dan organisasi budaya 2.2 Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Kebudayaan merupakan fenomena yang universal, yang memiliki gambaranyang khas tiap kelompok tertentu,mencakup pengetahuan, kepercayaan, adat dan ketrampilan yang dimiliki anggota kelompok tersebut.Pada era globalisasi kemajuan teknologi, transportasi, telekomunikasi daninformasi telah semakin



9



menghubungan dunia dalam berbagai aspek kehidupan,dan dengan sangat cepat dan kuat masuk ke seluruh bangsa-bangsa di dunia.dengan berbagai kemajuan tersebut, mobilitas penduduk dunia semakinmeningkat, dan informasi tentang berbagai hal di dunia dengan cepat mengglobal.Perubahan tersebut membawa dampak terjadinya perubahan budaya padapenduduk dunia.Penduduk dari kelompok sosiokultural yang berbeda akan mempunyai perbedaanbudaya, kepercayaan, tata nilai dan gaya hidup. !eberapa faktor tersebut secarabermakna akan mempengaruhi cara individu berespon terhadap masalahkeperawatan, terhadap



pemberi



pelayanan



keperawatan



dan



terhadap



keperawatanitu



sendiri.Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan professional harus dapatmengetahui,



memahami



dan



bertindak



dengan



perspektif



global



bagaimanamerawat pasien dengan berbagai macam budaya yang berbeda dari berbagaitempat di dunia saat ini. Jika faktor tersebut tidak dipahami dan dihargai oleh pemberi pelayanankesehatan, maka pelayanan keperawatan yang diberikan mungkin menjadi tidakefektif. Adanya keragaman budaya akan menjadi jelas, bahwa perbedaan budayaharus dipertimbangkan, dipahami dan dihargai dan pelayanan keperawatan yangdiberikan harus sesuai dengan budaya yang dimiliki. Leininger(2002)



beranggapan



bahwa



sangat



penting



memperhatikan



keragamanbudaya, kepercayaan, nilai-nilai dan gaya hidup dalam penerapan asuhankeperawatan kepada pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengetahui situasitertentu dari makna budaya dan sosial yang dimiliki pasien dan menghindarimemaksakan sistem nilai yang dianut dan diyakini perawat ketika mempunyaipandangan yang berbeda dengan pasien. Asuhan keperawatan perlu disesuaikandengan nilai-nilai, kepercayaan, cara hidup, dan budaya . Asuhan keperawatan yang komprehensif secara budaya mengacu pada tindakandan keputusan kognitif yang diatur agar sesuai dengan gaya hidup, kepercayaandan nilai budaya seseorang, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi, untukmemperoleh asuhan kesehatan yang berarti, menguntungkan dan memuaskan.



10



2.3 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan melakukan kontak langsung dengan pas ien lebih lama jika dibandingkan dengan dokter. Hal tersebut mengharuskan perawat untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pasien agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien serta terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien. Salah satu hal yang berkaitan dengan pasien yaitu kebudayaan dan etnik yang dimilki oleh pasien. Hal tersebut lah yang mengharuskan seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan transkultural. Berikut ini akan diuraikan mengenai asuhan keperawatan transkultural, paradigma transkultural nursing, serta keputusan dalam asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan transkultural mengharuskan seorang perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan budaya pasien. Asuhan keperawatan transkultural memiliki definisi sebagai penelitian perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan (budayatertentu) di antara kelompok manusia.(Potter & Perry, 2009). Dengan demikian seorang perawat harus dapat membedakan budaya yang universal dan budaya tertentu



yang



hanya



berlaku



bagi



sebagian



orang.



Apabila



seorang



menyamaratakan asuhan keperawatn kepada setiap pasien yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda maka akan terjadi penolakan budaya oleh pasien. Penolakan budaya terjadi saat individu menolak budaya baru karena pengalaman negatif dengan budaya baru atau budaya berbeda (Leininger, 2002 dalam Potter & Perry, 2009). Hal lain yang akan terjadi yaitu apabila seorang perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan kebudayaan dan kepercayaan pasien yakni pasien akan mengalami Cultural shock (Rahayu, 2010). Cultural shock dapat membuat pasien tidak nyaman akan asuhan yang diberikan oleh perawat. Perawat



dalam



memberikan



asuhan



keperawatan



transkultural



harus



memperhatikan Paradigma Transcultural Nursing. Leininger (1985 dalam Rahayu 2010) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral



11



keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995 dalam Rahayu 2010). 1. Manusia manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2. Sehat Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). Dalam hal ini, perawat mengusahakan seorang pasien yang sakit agar lekas sembuh. 3. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu. 4. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya (Rahayu, 2010). Asuhan keperawatan transkultural mengharuskan perawat mengidentifikasi tiga keputusan dan tindakan keperawatan untuk mencapai pelayanan yang sesuai dengan budaya (Leininger, 1991 dalam Potter & Perry, 2009) yaitu 1. Pemeliharaan atau pengelolaan pelayanan budaya,



12



2. Akomodasi atau negosiasi pelayanan budaya, dan 3. Pembentukan kembali atau restrukturisasi pelayanan budaya. Dengan demikian, seorang perawat harus dapat menerapkan asuhan keperawatan transkultural kepada pasien. pasien dari berbagai budaya dan etnik yang diasuh oleh seorang perawat yang mampu melakukan asuhan keperawatan transkultural akan dapat dengan nyaman merasakan asuhan keperawatan yang diberikan perawat tersebut. 2.4 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu: Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang



13



biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu: a. Faktor teknologi (technological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini. b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors ) Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors ) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )



14



Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan diri. e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors ) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. f. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. g. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: •



Jangan menggunakan asumsi.







Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang



pelit,orang Jawa halus. •



Menerima dan memahami metode komunikasi.



15







Menghargai perbedaan individual.







Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.







Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi



2.5 Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural Sepanjang Daur Kehidupan Manusia Konsep dan Prinsip Keperawatan Transkultural 1. Budaya Budaya adalah warna dan landasan dari cara berpikir dan bertingkah laku tiap orang. Budaya menjadi latar belakang dan memberi penjelasan secara logis, mengapa, seseorang itu bertindak demikian. Budaya juga bisa menjadi berbagai norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok. Hal ini sifatnya diturunkan dari generasi ke generasi.Akhirnya, budaya ini akan memberi petunjuk setiap anggota kelompoknya tentang bagaimana cara berpikir, bertindak serta mengambil keputusan. 2. Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Perbedaan budaya ini akan membawa warna dalam proses asuhan keperawatan. Perawat akan melakukan berbagai variasi pendekatan asuhan keperawatan kepada masing-masing klien. Misalnya saja, perawat akan mengobservasi dan melakukan wawancara terlebih dahulu kepada pasien, tentang berbagai hal yang berhubungan dengan latar belakang dari masing-masing pasien. Dan perawat tidak bisa menyamaratakan berbagai kebiasaan yang dilakukan oleh pasien yang satu, sama dengan pasien yang lain. Apalagi jika pasien itu berasal dari kultur yang berbeda. Misalnya saja jika ada pasien dari negara Barat, perawat tidak bisa memaksakan kebiasaan buang air dengan berjongkok, seperti kebiasaan buang air orang Indonesia. 3. Etnosentris



16



Konsep etnosentris ini adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Konsep ini pasti dalam kadar tertentu dimiliki oleh setiap individu. Termasuk para pasien yang sedang menjalani proses asuhan keperawatan serta para elemen keperawatan yang terlibat dalam proses asuhan keperawatan. Jika persepsi ini dimiliki oleh pasien, maka perawat harus bisa bersabar dan mengeluarkan berbagai strategi komunikasi yang membuat pasien tetap merasa dihargai ego nya itu. Jika persepsi ini dimiliki oleh para pekerja kesehatan dalam alur proses keperawatan, dan mengekspresikannya dengan sangat kentara, maka elemen petugas lain harus mempu menahan emosi dan menyingkirkan egonya, agar proses keperawatan tetap bisa berjalan lancar dan sinergis. 4. Etnis dan Ras Konsep keperawatan transkultural ini juga mengenal istilah etnis dan ras. Dua hal inilah yang sifatnya amat natural serta tidak bisa ditolak oleh manusia manapun.Etnis dan ras ini terkadang malah membuat banyak orang menjadi lupa akan tujuan hidup sebenarnya. Termasuk dalam konteks asuhan keperawatan. Terkadang pasien atau petugas keperawatan menjadi amat rasis, mereka tidak mau dirawat oleh perawat dengan ras tertentu atau ada pula perawat yang sangat rasis dan memperlakukan pasien secara berbeda. 5. Etnografi Konsep etnografi dalam keperawatan transkultural amat dibutuhkan. Mengapa demikian, tentu agar perawat memiliki dasar ilmiah tentang berbagai latar belakang kebudayaan pihak-pihak yang harus mereka ajak kerja sama, baik itu para klien atau para petugas kesehatan lainnya. Etnografi sendiri adalah gambaran secara



deskriptif



dan



holistik



tentang



etnis



atau



kelompok



budaya



tertentu.Etnografi juga mampu memberi penjelasan serta dasar observasi untuk mempelajari lingkungan, serta orang-orang yang berada di dalamnya. 6. Care dan caring



17



Ini adalah konsep utama dan dasar dalam keperawatan transkultural. Ini berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, serta kerabat pasien. Jika kedua konsep ini tidak dapat diaplikasikan, maka proses asuhan keperawatan ini belum benar-benar terlaksana dengan baik. Jika perawat atau petugas keperawatan tidak memberikan rasa peduli, perhatian, serta sayangnya pada pasien, maka tidak mungkin pasien akan mengalami kesembuhan dengan cepat dan menyeluruh. 7. Cultural Care Ini adalah konsep yang berhubungan dengan kemampuan perawat untuk mengetahui berbagai latar belakang pasien secara benar-benar. Bahkan hingga tataran kognitif yang bermanfaat untuk mengetahui nilai kepercayaan serta pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga pasien, atau kelompok untuk mencapai kesembuhan yang paripurna. 8. Cultural imposition Ini adalah konsep dalam keperawatan transkultural yang sebaiknya tidak diadopsi oleh perawat. Cultural imposition ini berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik, serta nilai atas budaya orang lain. Hal ini dilakukan karena tenaga keperawatan ini percaya bahwa ide atau berbagai hal yang dimiliki oleh si perawat lebih tinggi nilainya dibandingkan si pasien atau perawat lainnya. Misalnya saja seorang perawat yang berlatar belakang Jawa akan merasa bahwa kebudayaannya lebih tinggi dan lebih adiluhung nilainya ketimbang orang-orang yang latar belakang budayanya bukan Jawa. Aplikasi Keperawatan Trankultural : Untuk mengaplikasikan keperawatan transkultural dalam proses asuhan keperawatan dibutuhkan sejumlah pedoman yang bermanfaat sebagai petunjuk bagi perawat ataupun klien untuk bertindak. Berbagai pedoman itu dibutuhkan



18



agar perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan pasien dapat sembuh secara total. 1. Pedoman-pedoman itu diantaranya adalah: a) Selalu memperlakukan pasien dengan hormat. Perawat harus mampu memperlakukan pasien yang latar belakangnya berbeda dengan cara berbeda pula. Cara-cara yang unik dan khas terhadap pasien dapat menjadi cara perawat untuk menunjukkan rasa hormat serta atau pengertian. b) Sebagai perawat, kita harus mengenali, memahami dan membiasakan diri dengan berbagai adat dan kepercayaan kelompok budaya tertentu pada ruang asuhan keperawatan yang kita jaga dan urus. c) Kita harus secara pintar menggabungkan berbagai simbol dan praktik budaya ke dalam rencana asuhan keperawatan klien. Tentu jika itu semua memungkinkan, karena ada sejumlah hal yang belum tentu pas dengan berbagai bentuk pengobatan modern. d) Seorang perawat harus mampu melepaskan berbagai stereotip kultural yang terkadang belum tentu tepat. Kita harus ingat bahwa warna kulit seseorang tidak selalu menunjukkan latar belakang budaya orang tersebut, atau menunjukkan bagaimana orang itu berpikir atau bertingkah laku. e) Perawat harus mampu mempelajari bagaimana klien memandang kesehatan, penyakit, kesedihan, kebahagiaan serta sistem pelayanan kesehatan. f) Perawat harus mampu menerjemahkan atau mencari tenaga penerjemah untuk para pasien yang tidak memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik. g) Perawat harus selalu meletakkan kertas dan pensil di sisi tempat tidur pasien. Ini dibutuhkan agar pasien dapat mengutarakan berbagai hal yang ia anggap sangat privat, serta perlu mengutarakan perasaanya langsung kepada perawat. 2. Panduan untuk melakukan komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut:



19



a) Yang harus dilakukan (Do’s) 1) Jangan lupa bahwa kita sendiri sudah yakin dengan budaya yang kita miliki. Bila kita tidak tahu serta tidak yakin akan asal kita, maka mana mungkin kita bisa memahami keyakinan budaya orang lain. 2) Kita memiliki sikap dan pikiran terbuka terhadap apapun, terlebih terbuka untuk mempelajari berbagai hal yang baru, misalnya saja berbagai tipe komunikasi masing- masing individu. 3) Jika kita sudah memiliki pemahaman secara konsep dan teoritis tentang komunikasi antar budaya, maka perlu dilakukan berbagai praktik komunikasi agar apa yang sudah dipahami tidak hanya sampai sebatas konsep saja. 4) Secara aktif melakukan berbagai praktik mendengar dan membuat semacam kontrak waktu saat melakukan komunikasi antar budaya. 5) Harus memiliki sikap hormat-menghormati, terutama hormat pada berbagai keputusan orang lain untuk terlibat dalam proses komunikasi. 6) Secara mandiri melakukan proses eksplorasi atas berbagai pola komunikasi kelompok yang diajak bekerja sama. 7) Jangan pernah lupa memperhatikan komunikasi nonverbal yang secara tidak langsung atau pun langsung dikeluarkan oleh seseorang yang sedang berkomunikasi. 8) Jika ada berbagai pesan yang belum tersampaikan dengan jelas, maka sebaiknya jangan bersikap sok tahu, tetapi sebaiknya melakukan proses klarifikasi pesan terlebih dahulu kepada pemberi pesan. 9) Ketika sedang berkomunikasi, maka jangan melepaskan diri dari konteks komunikasi. Perhatikan elemen-elemen penting dalam kalimat-kalimat yang dikeluarkan, seperti 5W1H. b) Yang tidak boleh dilakukan (Don’t)



20



1) Saat berhubungan dengan orang lain, kita menempelkan stereotipe-stereotipe, terutama yang negatif, kepada kelompok-kelompok lain. 2) Kita berasumsi bahwa hanya ada satu cara komunikasi yang sempurna. 3) Kita berasumsi bahwa kerusakan dalam komunikasi adalah karena kesalahan orang lain. 4) Kita dengan semena menganggap bahwa komunikasi adalah pemahaman. 5) Kita berasumsi bahwa seluruh budaya adalah sama bagi diri kita. 2.6 Perawatan Kehamilan dan Kelahiran Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2012) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang paling mempengaruhi asupan gizi ibu hamil adalah faktor budaya. Budaya berperan dalam status gizi ibu karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh ibu, sebagaimana ibu hamil yang tabu mengkonsumsi ikan. Selain itu faktor lain yang berhubungan dengan asupan gizi adalah apa yang disukai dan tidak disukai, kepercayaankepercayaan terhadap apa yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan, dan keyakinan-keyakinan dalam hal yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan penanggalan ritual yang telah ditanamkan sejak usia muda. Oleh karena itu makanan dan kebiasaan makan tidak dapat dilepaskan dari budaya. Memahami budaya yang dianut oleh klien merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam memberikan pelayanan keperawatan yaitu dengan pendekatan transkultural. Hal ini didasarkan pada ilmu dan kiat yang mencakup pemberian pelayanan secara biopsiko-sosio-kultural dan spiritual secara komprehensif baik sehat maupun sakit dalam seluruh kehidupannya. Pendekatan transkultural yang dimaksud adalah pendekatan asuhan keperawatan yang berorientasi pada latar belakang budaya berupa nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan untuk berfikir dan bertindak. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan budaya yang tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi atau menegosiasi budaya untuk membantu klien beradaptasi dengan budaya tertentu yang lebih



21



menguntungkan kesehatan dan mengubah atau mengganti budaya klien yang merugikan kesehatan klien. Salah satu pengkajian transkultural yang terkait dengan kehamilan yaitu tentang pantangan dan anjuran terhadap makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Bagi ibu hamil, biasanya orang-orang disekitarnya akan memberikan banyak wejangan hingga mungkin merasa pusing dan bingung dengan banyaknya larangan. Anjuran dan larangan dalam mengkonsumsi makanan merupakan hal wajar karena ibu hamil harus berhati-hati untuk menyiapkan kehamilan yang sehat dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Agar ibu hamil tidak selalu cemas sepanjang kehamilan maka sebaiknya konseling untuk mengenali apa saja larangan bagi ibu hamil, mengapa dilarang dan bagaimana solusinya perlu dilakukan. Untuk itu perlu adanya peran serta pihak-pihak terkait seperti adanya pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas 2.7 Perawatan dan Pengasuhan Anak Bagi anak, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui anak ketika anak dilahirkan di dunia. Aktivitas dengan ibu, ayah, dan lingkungan dalam keluarga menjadi subjek sosial yang akan membentuk dasar anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi. Dengan demikian keberadaan orang tua secara utuh (ayah dan ibu) dalam kegiatan perawatan dan pengasuhan menjadi modal utama bagi anak dalam bersosialisasi. Sistem hubungan dan model interaksi tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sikap dan cara pengasuhan yang dilakukan orang tua. Keluarga sebagaimana digambarkan oleh Santrock sebagai suatu sistem yang terbentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Hubungan diantara anggota keluarga saling mempengaruhi sehingga perilaku setiap orang yang diberikan orang tua pada anak usia dini dalam suatu keluarga akan berpengaruh pada sikap dan perilaku anak. Pengaruh timbal balik yang diberikan oleh orang tua dan anak melampaui interaksi spesifik dalam kegiatan permainan yang dilakukan anak dengan anak yang lain. Pengaruhnya mencakup seluruh proses sosialisasi antara anak dan



22



orang tua. Sosialisasi yang terjadi dalam keluarga bersifat timbal balik yakni sosialisasi yang berlangsung dua arah; anak bersosialisasi dengan orang tua seperti orang tua bersosialisasi dengan anak. Tiap anggota keluarga berperan sebagai partisipan dalam berbagai subsistem baik yang bersifat dyadic (melibatkan dua orang) maupun polyadic (melibatkan lebih dari dua orang). Ayah dan anak adalah suatu subsistem dyadic, ayah dan ibu juga suatu subsistem dyadic, ibu-ayah-anak mewakili suatu subsistem polyadic, ibu dan dua saudara adalah subsistem polyadic lainnya. Subsistem-subsistem di atas saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Hubungan perkawinan, pengasuhan, dan perilaku anak bisa saling memengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil riset Grych menyebutkan dibandingkan dengan orang tua yang pernikahannya tidak bahagia, orang tua yang yang memiliki pernikahan bahagia lebih peka, responsif, hangat, dan penyayang terhadap anak. Temuan tersebut menegaskan bahwa keluarga yang hubungan suami istriharmonis berpengaruh positif terhadap pengasuhan yang baik dan layanan optimal diberikan kepada anak. Pengasuhan yang diberikan orang tukepada anak memiliki variasi model pengasuhan dan pola asuh yang beragam antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Variasi pola pengasuhan sangat dipengaruhi oleh perubahan mengenai posisi dan relasi orang tua dan keluarga terhadap anak. Orang tua di masa kini tidak lagi selalu dalam perspektif orang yang secara biologis memiliki pertalian darah dengan anak (ayah dan ibu kandung). Orang tua dalam perspektif sosial seringkali mewujud dalam bentuk orang-orang yang dalam keseharian mengasuh anak menggantikan tugas dan peran orang tua biologisnya (terutama Ibu). Perubahan mengenai definisi orang tua dan keluarga ini menurut Morisson memiliki dampak besar pada pengasuhan, proses membesarkan anak, dan pendidikan



23



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan dan Saran Setelah pembahasan tentang hubungan hubungan transcultural dalam kesehatan dengan berbagai banyak aspek yang ada dapat disimpulkan bahwa perawat menjadi jembatan antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan yang dilakukan dengan 3 cara. Pengaplikasian nya juga perlu diperhatikan pedoman pedoman yang ada.



24



DAFTAR PUSTAKA D. M. P. (2018). Keperawatan Transkultural; Pengetahuan dan Praktik Berdasarkan Budaya. Hari Dwi, 2018



PSIKOSISAL



BUDAYA



http://repo.stikesicme-



jbg.ac.id/4444/3/Psikososial%20Budaya%20Dalam%20Keperawatan.pdf Iskandar, Rahayu. "Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan." Style Sheet. http://askepaskeb.cz.cc/2010/08/transkulturaldalam-keperawatan.htmlËaxzz Novitasari, Y. (2016). Keperawatan Transkultural pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prihatin Putri, D. M. (2017). Sertifikat HAKI Buku Keperawatan Transkultural: Pengetahuan dan Praktik Berdasarkan Budaya. Sertifikat HAKI Buku Keperawatan Transkultural: Pengetahuan dan Praktik Berdasarkan Budaya. Potter & Perry, (2005): Buku ajar fundamental. Konsep, proses dan praktik, Edisi 4. EGC



25