1memahami Komponen Dan Cara Kerja Sistim Kelistrikan Alat Berat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMAHAMI KOMPONEN DAN CARA KERJA SISTIM KELISTRIKAN ALAT BERAT



MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Teknologi Alat Berat yang dibina oleh bapak Drs. Agus Sholah M.Pd.



Oleh Dimas Taufik Hidayat Dymas Syahkhuriyan Putra Ekky Redy Prasetyo Eko Mardiawan Firda Amalia Anggraeni Fransisco Siga Domaking Hengki Am Syaifudin Zaki Anang Zubaidi



180513626503 180513626587 180513626535 180513626521 180513626595 180513626557 180513626523 180513626543



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF Februari 2021 i



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha panyayang, segala puji bagi Allah tuhan semesta-alam. Sehingga makalah yang kami buat ini dapat selesai tanpa halangan yang berarti. Makalah ini kami beri judul “MEMAHAMI KOMPONEN DAN CARA KERJA SISTIM KELISTRIKAN ALAT BERAT”. Makalah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan makalah yang lebih baik. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Malang, 17 Februari 2021



Kelompok 5



DAFTAR ISI ii



Halaman HALAMAN COVER....................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1 1.3 Tujuan............................................................................................................1 1.4 Manfaat.........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dasar-dasar Kelistrikan.................................................................................3 2.1 Komponen-komponen Kelistrikan Alat Berat...............................................4 2.3 Cara Kerja Sistim Kelistrikan Alat Berat....................................................13 2.3.1 Sistem Pengisian Baterai (Charging System)......................................13 2.3.2 Sistem Starter (Starting System)..........................................................16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan..................................................................................................20 3.2 Saran............................................................................................................20 DAFTAR RUJUKAN.................................................................................................21



iii



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Battery.........................................................................................................4 Gambar 2. Harnes.........................................................................................................5 Gambar 3. Konstruksi Battery Relay Switch................................................................6 Gambar 4. Skematik Diagram Battery Relay Awitch 3 Terminal................................6 Gambar 5. Konstruksi Relay Switch 4 Terminal..........................................................7 Gambar 6. Skematik Diagram Battery Relay Switch 4 Terminal.................................7 Gambar 7. Battery Relay Positif...................................................................................8 Gambar 8. Safety Relay................................................................................................9 Gambar 9. Alternator....................................................................................................9 Gambar 10. Starting Motor.........................................................................................10 Gambar 11. Glow Plug...............................................................................................12 Gambar 12. Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.....13 Gambar 13. Rangkaian alternator dan regulator.........................................................14 Gambar 14. Konstruksi Alterator................................................................................14 Gambar 15. Konstruksi Alternator..............................................................................14 Gambar 16. Semikonduktor Regulator.......................................................................15 Gambar 17. Rangkaian Regulator...............................................................................16 Gambar 18. Sistem Starter pada saat Stand By...........................................................16 Gambar 19. Sistem Starter pada saat Key Start..........................................................17 Gambar 20. Sistem Starter pada saat Cranking..........................................................17 Gambar 21. Sistem Starter pada saat Key Off............................................................18



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia Otomotif mengalami perkembangan yang begitu cepat,dan hal yang paling menonjol perkembangannya adalah bagian sistem yang berkaitan dengan kelistrikan. Hal ini terjadi karena bagian ini mudah untuk dilakukan inovasi.Namun kemudhan ini bukan berarti bahwa mempelajari sistem ini mudah ,tapi justru sebaliknya .Karena kelistrikan itu sesuatu yang tidak terlihat,sehingga dalam mempelajarinya memerlukan riset terlebih dahulu,dan jika tidak melakukan riset setidaknya pernah melakukan uji coba sederhana. Diberbagai perusahaan,biasanya akan memberikan gaji yang lebih pada mereka yang mampu dibidang yang berhubungan dengan kelistrikan khusus pada alat berat. Karena orang-orang yang mampu dan ahli di bidang ini masih jarang. Seorang sarjana teknik mesin khususnya konsentrasi otomotif , harus memilik kemampuan dibidang ini. Karena mereka kedepannya merupakan calon – calon pendidik dan bahkan tidak menutup kemungkinan akan bekerja di perusahaan – perusahaan otomotif dan apabila kemampuan ini tidak dimliki maka kita akan tersingkirkan oleh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lain. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem kelistrikan alat berat,dimana sistem ini merupakan sistem yang sangat penting ,karena tanpa sistem ini alat berat tidak akan dapat dihidupkan. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan di bahas dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dari dasar-dasar kelistrikan 2. Apa saja komponen-komponen dari sistem kelistrikan alat berat. 3. Bagaimana cara kerja dari sistem kelistrikan alat berat. 1.3 Tujuan Tujuan utama dari pembuatan makalah ini antara lain : 1



1. Dapat mengetahui dasar-dasar kelistrikan. 2. Dapat mengatahui komponen-komponen dari sistem kelistrikan alat berat. 3. Dapat memahami cara kerja dari sistem kelistrikan alat berat. 1.4 Manfaat Manfaat dari makalah yang kami buat adalah 1. Diharapkan makalah ini bisa menjadi bahan belajar bagi mahasiswa . 2. Diharapkan dengan makalah ini bisa menjadi rujukan belajar bagi mahasiswa teknik mesin. 3. Dengan makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu tentang system kelistrikan alat berat.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dasar-dasar Kelistrikan Listrik merupakan salah satu energy yang banyak digunakan untuk menggerakkan berbagai peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara langsung, namun dampak atau akibat dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya dari bola lampu. Listrik merupakan sumber energy yang paling mudah dikonversi menjadi energy lain, sehingga sebagian besar komponen sistem kelistrikan otomotif merupakan konversi energy listrik menjadi energi lain. Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu listrik statis dan listrik dinamis. 1. Listrik Statis Listrik statis adalah suatu kkeadaan dimana elektron bebas sudah terpisah dari atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya berkumpul dipermukaan benda tersebut. Listri statis dapat dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas kaca dengan kain sutra, setelah digosok gelas kaca akan bermuatan positif dan kain sutra akan bermuatan negatif. 2. Listrik Dinamis Listrik dinamis adalah suatu keadaan terjadinya aliran elektron bebas dimana elektron ini berasal dari elektron yang sudah terpisah dari inti masing-masing elektron bebas tersebut bergerak melewati suatu penghantar. Listrik dinamis sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu listrik arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Listrik arus searah elektron bebas bergerak dengan arah tetap, sedangkan listri arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik bervariasi secara periodic terhadap waktu. Baterai merupakan sumber listrik arus searah, sedangkan alternator merupakan sumber arus. Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaiaman listrik mengalir, yaitu teori elektron dan teori konvensional. a. Teori Elektron



3



Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatif baterai ke positif baterai. Aliran listrik merupakan perpindahan elektron bebas dari atom satu ke atom lain. b. Teori Konvensional Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positif baterai ke negative baterai. Teori ini banyak digunakan untuk kepentingan praktis. 2.2 Komponen Kelistrikan Alat Berat Dalam mendukung sistem kerjanya, alat berat menggunakan sistem kelistrikan yang berkaitan dengan mesin pada alat berat. Berikut koomponen-komponen kelistrikan pada alat berat. 1. Battery Berfungsi sebagai sumber tenaga atau tegangan,untuk mensuplay arus listrik ke sistem kelistrikan unit.Battery mampu mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik.



Gambar 1. Battery



2. Wiring Harnes Rangkaian kabel yang digunakan untuk menghubungkan komponen dalam sistem elektrik, yang meliputi starting system, charging system, monitor panel, dan control system, lightning system, dsb, sehingga arus dari battery dapat mengalir dan sistem dapat bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Diameter kabel yang digunakan sesuai dengan besar arus yang mengalir,sedangkan untuk mempermudah menelusuri jalur kabel, maka warna kabel di bedakan atau di beri nomer angka sesuai sistemnya masing-masing.



4



Gambar 2. Harnes



3. Starting switch Suatu komponen electrik berupa switch dan digerakan secara manual dengan cara memutar kuncinya, untuk memposisikan ON, START, Preheating, atau OFF dengan cara menghubungkan terminal di dalamnya sesuai posisi switchnya. Pada dasarnya starting switch berfungsi untuk mengalirkan arus listrik penggerak relay utama (battery relay, safety relay) sehingga tegangan dari battery dapat mengalir ke sistem kelistrikan di unit. 4. Battery Relay Suatu komponent elektrik yang berupa relay yang mempunyai main coil untuk menimbulkan medan magnet, pada saat starting switch di posisikan ON. Medan magnet tersebut di gunakan untuk menarik kontaktor dan menghubungkan salah satu terminal battery (+) atau (-), dengan starting motor atau chasis (tergantung type battery relaynya positif atau negatif). Sehingga pada dasarnya battery relay berfungsi menghubungkan atau memutus battery (sumber tenaga listrik) dengan sistem kelistrikan pada unit. Battery relay switch berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan positif battery dengan starting motor. Terdapat 2 jenis battery switch negatif yaitu: 



Battery relay switch 3 terminal Konstruksi battery relay switch 3 terminal adalah sebagai berikut.



5



Gambar 3. Konstruksi Battery Relay Switch



Prinsip kerja battery relay switch 3 terminal adalah sebagai berikut:



Gambar 4. Skematik Diagram Battery Relay Awitch 3 Terminal



Pada saat starting posisi ON, maka jalannya arus adalah sebagai berikut:



Arus melewati C1 diperlukan untuk menarik kontraktor P1 – P2, sedangkan arus melewati C1 dan C2 diperlukan untuk menahan kontraktor P1 dan P2.



6







Battery relay switch 4 terminal Konstruksi Relay Switch 4 terminal adalah sebagai berikut:



Gambar 5. Konstruksi Relay Switch 4 Terminal



Keterangan: 1. Case 2. Terminal 3. Base 4. Plate 5. Sub Switch



Prinsip kerja battery relay switch 4 terminal adalah sebagai berikut:



Gambar 6. Skematik Diagram Battery Relay Switch 4 Terminal



Pada saat starting switch posisi ON, maka jalannya arus adalah:



Bila engine sudah hidup dan tegangan pengisian battery mencapai 28 – 29 volt, arus dari alterntor ke: R – D3 – Sub switch – C – (-) b. 7



Dengan demikian, jika engine hidup dan starting switch di-OFF-kan, P1 – P2 dan sub switch tidak terbuka secara mengejutkan hingga tegangan dari alternator turun menjadi 9 volt. -



D1 yang dihubungkan parallel dengan coil C adalah flywheel diode yang digunakan untuk mengalirkan tegangan yang timbul pada coil C adalah flywheel diode yang digunakan untuk mengalirkan tegangan yang timbul pada coil C ketika sirkuit ground terputus.



-



D2 untuk mencegah terbaliknya polaritas terminal BR dan (-) b.



-



D3 untuk mencegah arus menuju alternator ketika sub switch terhubung.



Battery relay Positif yang menghubungkan terminal positif battery dengan starting motor.



Gambar 7. Battery Relay Positif



5. Safety Relay Suatu komponen elektrik (built in type) yang mempunyai 5 terminal (B, C, A, dan E). Safety relay di dalam sistem di pasang (optional untuk non komatsu) di antara starting switch dan starting motor. Saat starting switch di posisikan start akan menghububgkan terminal B battery dan terminal C starting motor, jika engine sudah hidup dan alternator bekerja, maka akan secara otomatis memutus hubungan terminal B dan C, akibatnya meskipun starting switch di posisikan start, starting motor tidak bekerja. Safety relay adalah sebagai penghubung antara switch dengan starting switch dengan starting motor.



8



Gambar 8. Safety Relay



Safety relay berfungsi untuk: 



Mencegah mengalirkan arus ke starting motor jika starting switch diputar ke posisi start.







Secara otomatis memutus arus ke starting motor, sehingga pinion gear starting motor lepas dari ring gear (setelah engine hidup) walaupun starting switch masih berada pada posisi start.







Mencegah arus mengalir ke starting motor jika starting switch diputar ke posisi start pada saat starting motor masih berputar karena gagal menghidupkan engine (safety relay old model).



6. Alternator Suatu komponen elektrik yang mempunyai 3 terminal (B, R, E) dan di pasang pada bagian depan cover engine dan di hubungkan dengan drive pully dengan menggunakan V-Belt, sehingga saat engine hidup alternator langsung ikut berputar. Putaran atau tenaga mekanis tersebut akan di rubah menjadi tenaga listrik untuk mengisi tegangan (charging) battery, Arus yang di hasilkan adalah Arus DC (direct current), sehingga tegangan battery dapat selalu di pertahankan performanya saat unit beroperasi.



Gambar 9. Alternator



9



Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut: 



Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul medan magnet.







Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan dipotong oleh konduktor pada stator coil sehingga pada stator coil akan timbul arus listrik.







Tegangan bolak balik yang keluar dari stator kemudian diserahkan oleh diode sehingga menjadi arus searah.



7. Starting Motor Suatu komponen elektrik yang mempunyai 3 terminal yaitu B, M, C. Starting motor berfungsi merubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanis (putar) untuk memutarkan flywheel dan menghidupkan engine.



Gambar 10. Starting Motor



8. Fusible Link Sebuah fuse dengan kapasitas arus yang besarnya (30-100A) dan dalam sirkuit di pasang antara terminal B (+) output battery relay dengan fuse box, dan fusible link ini berfungsi sebagai pengaman battery supaya tidak meledak, dan jika terjadi short circuit (kongslet) pada sistem secara menyeluruh karena suatu kasus besar terjadi,miss disconnect, harnes kejepit. 9. Speed Sensor Suatu sensor yang di pasang pada housing flywheel atau tansmisi dan terdapat dua buah kabel sebagai outputnya. Di dalam speed sensor terdapat satu magnet tetap sehingga ketika ujung teeth gear melintas di depannya, akan memotong medan magnet, akibatnya timbul garis gaya listrik yang akan di alirkan melalui kedua kabel 10



outputnya.Arus yang mengalir adalah Alternating Current (AC), dan frekuensinya akan bervariasi sesuai dengan kecepatan lintas teeth gear (putaran shaft). 10. Selenoid Valve Suatu komponen elektrik yang merupakan aktuator dan akan bekerja saat arus listrik mengalir ke coil di dalam selenoid valve,sehingga akan timbul medan magnet yang digunakan untuk menggerakan push pin (plunger) tergantung konstruksinya. Pada selenoid type plunger biasanya juga berfungsi sebagai switch valve, yang bekerja dengan menghubungkan dan memutuskan aliran dari port input ke port outputnya. 11. Controller (engine, transmisi, hydraulic) Suatu komponen elektrik yang bekerja berdasarkan input sinyal dari berbagai macam sensor dan switch yang terpasang pada engine, transmisi dll, sedangkan output sinyalnya (command current) akan di kirimkan ke selenoid valve yang mengatur fuel system engine. Pada dasarnya engine controller mengatur jumlah fuel yang akan di injeksikan (quantity fuel injection) dan ketepatan waktu penyemprotan (timing injection). 12. Monitor Panel Monitor panel di pasang di dalam kabin dan bekerja berdasarkan input signal dari sensor dan switch, Monitor panel meliputi fungsi monitor display, switch mode selector dan komponen elektrik di dalamnya, juga memiliki CPU (central processing unit) built in yang memproses ,menampilkan semua informasi pada dusplay monitor panel dengan menggunakan liquid cyrstal display (LCD). Disamping itu jika terjadi keabnormalan pada unit, akan memberikan tanda bahaya atau alarm. Mode switch bertipe switch datar berlapis (flat sheet switch). 13. Pressure Switch Suatu komponen elektrik yang bekerja berdasarkan tekanan (Pressure) angin atau oli sehingga kontaktor akan menghubungkan atau memutus hubungan kedua pin terminal (tergantung konstruksinya), saat pressure menekan diaphragmanya maka input sinyal akan di kirim ke controller ataupun ke monitor panel,agar kerja sistem dapat di monitor dan di atur. 11



14. Converter Suatu komponen elektrik yang di gunakan untuk menurunkan voltage dari power supply battery 24V DC menjadi 12V DC yang di gunakan untuk power supply radio, cigar lighter. 15. Level Sensor Terdapat beberapa tipe level sensor yang di gunakan dalam sistem monitoring unit, antara lain level sensor resistance tipe yang antara lain di gunakan pada fuel gauge dan level sensor switch tipe yang digunakan antara lain pada radiator coolant level atau engine oil level. 16. Fuse (sikring) Suatu komponent elektrik yang mempunyai kapasitas arus kuat tertentu 5-30 Ampere dan di dalam sirkuit di pasang antara fusible link dan sistem.Fuse akan putus saat arus yang melewati melebihi kapasitasnya, saat terjadi short circuit ataupun overload sehingga berfungsi sebagai pengaman sistem. 17. Glow Plug



Gambar 11. Glow Plug



Glow plug berfungsi sebagai pemanas agar campuran bahan bakar udara lebih mudah diledakkan, dapat mengurangi bahkan menghilangkan asap putih atau hitam dan mengurangi knocking saat kondisi engine masih dingin. Seluruh permukaan coil ditutup dengan insulator listrik ceramic (magnesium oxide) dengan konduktifitas panas yang sangat tinggi. Coil dipadatkan didalam bubuk sehingga coil tersebut duduk dengan kuat. Hal ni menyebabkan heating dan control coil tahan terhadap vibrasi.



12



Prinsip dasar dari glow plug adalah kombinasi dari heating dan control coil yang membentuk joint resistance element. Heating dan control coil dihubungkan secara seri. Kedua coil tersebut mendapat kutub positif, tapi memiliki perbedaan resistansi temperatur tinggi. 2.3 Cara Kerja Sistem Kelistrikan Alat Berat 2.3.1



Sistem Pengisian Baterai (Charging System) Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik



supaya bisa mengisi kembali dan mempertahankan kondisi baterai. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan yang membutuhkan. Sistem pengisian (charging system), pada alat berat diklasikasikan menjadi 4 empat, yaitu: 



Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.







Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.







Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor.







Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor. Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator serta Alternator



dan Tirril Regulator, keduanya sudah tidak digunakan lagi. Sistem tersebut hanya digunakan pada unit terdahulu yang sekarang populasinya sudah hampir habis. Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator



Gambar 12. Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator



Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator, disesuaikan dengan karakteristik sistem kelistrikan pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke battery 13



(sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui ammeter atau charging lamp yang dihubungkan seri dengan terminal R alternator dan terminal ACC starting switch.



Gambar 13. Rangkaian alternator dan regulator



Konstruksi dan prinsip kerja alternator adalah sebagai berikut:



Gambar 14. Konstruksi Alterator



Gambar 15. Konstruksi Alternator







Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul medan magnet.







Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan dipotong oleh konduktor pada stator coil, sehingga pada stator akan timbul arus listrik.







Tegangan bolak-balik yang keluar dari stator disearahkan oleh diode sehingga menjadi arus searah. 14



Semikonductor Regulator Fungsi semi konductor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil (rotor coil) sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 – 29,5 volt. Prinsip kerja regulator adalah:



Gambar 16. Semikonduktor Regulator







Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor. Jalannya arus penguat adalah: Battery – B – R – Rotor coil – F – T1 – E.







Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka alternator akan menghasilkan tegangan.







Bila output voltage dari alternator masih kecil, maka arus yang keluar dari alternator akan memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output voltage dari alternator naik. Output voltage dari alternator adalah sebanding dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.







Jika  tegangan  sudah  mencapai  29,5  V,  maka  akan  mengakibatkan hambatan pada thermistor semakin kecil sehingga voltage pada R3 (yang diparalel dengan zener) akan tinggi dan mampu menembus diode zener sehingga Tr 2 ON yang mengaibatkan Tr 1 akan OFF. Dengan demikian, arus penguat ke rotor coil tidak mendapat ground dan kemagnetan akan berkurang sehingga tegangan dan arus yang dihasilkan alternator akan turun.



15



Gambar 17. Rangkaian Regulator







Bila output voltage turun mencapai 27,5 volt, maka  akan  mengakibatkan hambatan pada thermistor semakin besar sehingga voltage pada R3 (yang diparalel dengan zener) akan rendah dan tidak mampu menembus diode zener sehingga Tr2 akan OFF dan Tr1 kembali ON dan rotor coil mendapat arus penguat kembali sehingga output voltage alternator naik kembali.







Hal tersebut diatas terjadi berulang-ulang sehingga mengatur output voltage sebesar 27,5-29,5 volt.



2.3.2



Sistem Starter (Starting System)



1. Pada saat Stand By



Gambar 18. Sistem Starter pada saat Stand By



Saat disconnect switch pada posisi close, rangkaian dari baterai tidak mengaktifkan relay. 2. Pada saat Key Start



16



Gambar 19. Sistem Starter pada saat Key Start



Pada saat start switch diposisikan ke start, maka arus akan mengalir dari supply baterai di teminal B ke terminal S pada start switch menuju salah satu terminal koil pada start relay. Pada saat yang sama arus yang lebih besar mengalir dari baterai ke terminal S pada Starter motor melalui kontak start relay yang sudah close, dan membuat pull-up winding dan hold-in winding di- energized, kedua pullin dan hold-in winding aktif, yang menyebabkan tuas mendorong pinion sambil overrunning clutch-nya bersentuhan dengan flywheel. 3. Pada saat Cranking



Gambar 20. Sistem Starter pada saat Cranking



Gaya magnet menarik plunger ke arah kanan, yang akan menggerakkan overrunning clutch dan pinion ke arah flywheel ring gear. Pada saat plunger ditarik ke kanan dan terminal BAT dan M terhubungkan oleh plat kontaktor, pada tahap ini pinion mulai engage dengan flywheel ring gear dan pull-in winding menjadi tidak aktif yang dikarenakan tidak ada arus yang mengalir padanya karena di-bypass oleh plat kontaktor. Pada saat ini plunger dipertahankan dalam posisi tertarik hanya oleh gaya magnet dari hold-in winding. Starter motor kemudian dialiri arus besar, pinion akan engage dengan flywheel ring gear dan engine akan mulai berputar.



17



Solenoid melakukan dua fungsi, yaitu menghubungkan pinion dengan flywheel dan menghubungkan arus yang tinggi dari baterai ke starter motor. Starter motor mengambil energi listrik dari baterai dan merubahnya menjadi energi mekanik yang berputar untuk menghidupkan mesin. Cara kerja ini serupa dengan motor listrik pada umumnya. 4. Pada saat Key Off



Gambar 21. Sistem Starter pada saat Key Off



Posisi starter motor berhenti (key start switch kembali pada posisi on). Pada saat ignition switch diputus, arus yang mengalir melalui hold-in winding dan pull-in winding berhenti, yang menyebabkan gaya magnet pada hold-in winding hilang. Kontak pada solenoid kemudian terbuka. Plunger dan overrunnning clutch didorong kembali ke posisi awal oleh spring, dan motor akan berhenti berputar. SISTEM SERI-PARALEL Mesin dengan engine diesel yang lebih besar memerlukan kekuatan starter yang tinggi untuk dapat menyediakan putaran untuk menghidupkan engine. Untuk memperoleh kekuatan ini, beberapa mesin menggunakan starter 24V. Menggunakan tegangan 24V, membuat starter menghasilkan daya yang sama dengan aliran arus yang lebih sedikit. Dalam sistem seri-paralel, starter beroperasi pada 24V tetapi sistem listrik mesin beroperasi pada 12V. Sebuah switch seri- paralel khusus dipergunakan untuk menghubungkan dua atau lebih baterai secara paralel untuk aksesori dan operasi charging, dan kemudian menghubungkan secara seri pada starter ketika cranking. Aksesori 12V dipilih karena jauh lebih murah daripada lampu dan aksesori 24V.



18



SISTEM LISTRIK 12V / 24V Pada jenis lain dari sistem ini, starter motor dihubungkan secara seri dengan dua buah baterai 12V dan alternator mengisi kedua baterai tersebut dengan tegangan 28 ± 1V.



19



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Listrik merupakan salah satu energy yang banyak digunakan untuk menggerakkan berbagai peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara langsung, namun dampak atau akibat dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya dari bola lampu. Sistem kelistrikan alat berat memiliki beberapa kmponen penting antara lain battery, wiring harnes, starting switch, battrey Relay, safety relay, alternator, starting motor, speed sensor, dan lainya yang mendukung kenerja dari sistem kelistrikan yang ada pada alat berat. Cara kerja sistem kelistrikan dibagi 2 yaitu sistem pengisian baterei dan sistem stater. 3.2 Saran Pelajarilah sistem kelistrikan alat berat lebih dalam karena sistem ini perkembangannya sangat pesat di bandingkan dengan sistem yang lain pada kendaraan. Pada makalah ini masa banyak kekurangan karena sistem kelistikan alat berat yang dibahas masih dalam lingkup kecil.



20



DAFTAR RUJUKAN Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid I. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid II. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Budi Tri Siswanto. 2008. Teknik Alat Berat Jilid III. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Anonim. 2019. Komponen eletirical sytem alat berat ,(online), (https://www.autoexpose.org/2018/01/pengertian-sistem-pengapian.html), diakses 9 Mei 2020



21