2tiliktatalaksanan Kegawat Daruratan Medik Maternal Dan Neonatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL No. Dokumen : SOP



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman : 1/6 Ttd. Plt. Kepala UPT. Puskesmas Gumukmas UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



dr.Hj. Erlina hadi NIP. 19641201200312 2 001







Kegawat



Daruratan



Maternal



adalah



Perdarahan



yang



mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. 



Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis



1. Pengertian



yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006). antara lain kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab . 



mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia



perinatal



dapat



diperbaiki



secara



bermakna



jika



gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (misal, pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi / oksigenasi janin intrauterin atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



2. Tujuan



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman



: 2/6



SOP



Sebagai acuan agar dapat melakukan tatalaksana kegawat daruratan medik maternal dan neonatal . Berdasarkan SK Kepala UPT. Puskesmas Gumukmas



3. Kebijakan



No: 440/



/414.03/2016 tentang penerapan manajemen resiko baik



dalam pelaksanaan program maupun pelayanan di UPT. Puskesmas Gumukmas  Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP



4. Referensi



 Buku Paket Pelatihan Poned. 2013  Ningham. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC



5. Prosedur



Penanganan Umum Pada Kondisi Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. A. Pastikan Jalan Napas Bebas Harus



diyakini



bahwa



jalan



napas



tidak



tersumbat.



Jangan



memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap 6. Langkah-



masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu



langkah



putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak napas, kemungkinan hla ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman



:3 /6



SOP



B. Pemberian Oksigen Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi maupun ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas. C. Pemberian Cairan Intravena Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan. Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat. Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat dimasukkan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang diberikan sangatlah penting. Berhati-hatilah agar tidak berlebihan memberikan cairan intravena terlebih lagi pada syok septik. Setiap tanda pembengkakan, napas pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Apabila hal ini terjadi, pemberian cairan dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paru-paru. D. Pemberian Tranfusi Darah Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila disertai syok, transfusi darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa risiko dan bahkan dapat berakibat kompliksai yang berbahaya dan fatal.



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman



: 4/6



SOP



Oleh karena itu keputusan untuk memberikan transfusi darah harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Risiko yang serius berkaitan dengan transfusi darah mencakup penyebaran mikroorganisme infeksius ( misalnya human immunodeficiency virus atau HIV dan virus hepatitis), masalah yang berkaitan dengan imunologik ( misalnya hemolisis intravaskular), dan kelebihan cairan dalam transfusi darah. E. Pasang Kateter Kandung Kemih Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan danpengeluaran cairan tubuh. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilakukan, urin ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan konsesntrasi urin ( urin berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali. Jika produksi urin mula-mula rendah kemudian semakin bertambah, hal ini menunjukan bahwa kondisi pasien membaik. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/ jam. F. Pemberian Antibiotika Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsiS, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus.Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral diberikan



jika



pemberian



intra



vena



dan



intramuskular



tidak



memungkinkan, yaitu jika pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman



: 5/6



SOP



Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis tugngal, paling banyak ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam dosis terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si penderita. Risiko penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas, reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu dikeluarkan. G. Obat Pengurang Rasa Nyeri Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat mengalami rasa nyeri yang membutuhkan pengobatan segera. Pemberian



obat



pengurang



rasa



nyeri



jangan



sampai



menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis. Hindarilah pemberian antibiotika pada kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi petugas tanpa keman mpuan untuk mengatasi depresi pernapasan. H. Penanganan Masalah Utama Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera ditindak. Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan mungkin dalam kondisi yang lebih buruk. I. Rujukan Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tanggal Terbit



:



Halaman



: 6/6



SOP



untuk menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan dan diyakini rujukan kasus tidak akan ditolak 7. BaganAlir (Jika di butuhkan ) 8. Unit terkait



Poli KIA PONED



9. Dokumenterkait



Register PONED Rekam Medik



10. Rekaman Historis Perubahan No.



Yang di ubah



Isi Perubahan



Tanggal mulai di berlakukan



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL No. Dokumen : : DAFTAR No. Revisi TILIK TanggalTerbit : Halaman : 1/5 Ttd. Plt. Kepala UPT. Puskesmas Gumukmas UPT.PUSKESMAS GUMUKMAS



dr.Hj. Erlinahadi NIP. 19641201200312 2 001



Unit



:



……………………………………………………….........………



Nama Petugas



:



…………………………………………….........…………………



Tanggal Pelaksanaan :



………………………………………….........……………………



No



Langkah Kegiatan



Ya



Penanganan Umum Pada Kondisi Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal a) Pastikan Jalan Napas Bebas Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paruparu. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya



tetap



hangat



karena



kondisi



hipotermia



berbahaya dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak napas, kemungkinan hla ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan



dan



naikkanlah



posisi



kepala



untuk



mengurangi cairan dalam paru-paru b)



Pemberian Oksigen Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi maupun ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas



Tidak



TB



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi DAFTAR TILIK TanggalTerbit



: :



Halaman



No c)



: 2/5



Langkah Kegiatan



Ya



Pemberian Cairan Intravena Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi dibutuhkan.



kalau



kemudian



Pemberian



cairan



penambahan infus



cairan



intravena



selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok septik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat. Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat dimasukkan secara cepat. Pengukuran banyaknya cairan infus yang diberikan sangatlah penting. Berhati-hatilah agar tidak berlebihan memberikan cairan intravena terlebih lagi pada syok septik. Setiap tanda pembengkakan,



napas



pendek,



dan



pipi



bengkak,



kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Apabila hal ini terjadi, pemberian cairan dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paruparu.



Tidak



TB



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi DAFTAR TILIK TanggalTerbit



:



Halaman



No d)



e)



: : 3/5



Langkah Kegiatan



Ya



Pemberian Tranfusi Darah Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila disertai syok, transfusi darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa risiko dan bahkan dapat berakibat kompliksai yang berbahaya dan fatal Pasang Kateter Kandung Kemih Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan danpengeluaran cairan tubuh. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilakukan, urin ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan konsesntrasi urin ( urin berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali. Jika produksi urin mula-mula rendah kemudian semakin bertambah, hal ini menunjukan



bahwa



kondisi



pasien



membaik.



Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/ jam



Tidak



TB



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi DAFTAR TILIK TanggalTerbit



:



Halaman



No f)



: : 4/5



Langkah Kegiatan



Ya



Pemberian Antibiotika Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsiS, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi



uterus.Pada



kasus



syok,



pemberian



antibiotika



intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral diberikan jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi g)



Obat Pengurang Rasa Nyeri Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat mengalami rasa nyeri yang membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan sampai menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis. Hindarilah pemberian antibiotika pada kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi petugas



tanpa



pernapasan



keman



mpuan



untuk



mengatasi



depresi



Tidak



TB



TATALAKSANAN KEGAWAT DARURATAN MEDIK MATERNAL DAN NEONATAL UPT. PUSKESMAS GUMUKMAS



No. Dokumen



:



No. Revisi DAFTAR TILIK TanggalTerbit



:



Halaman



No h)



: : 5/5



Langkah Kegiatan



Ya



Penanganan Masalah Utama Penyebab



utama



kasus



ditentukan



diagnosisnya



kegawatdaruratan dan



ditangani



kasus harus sampai



tuntas



secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera ditindak. Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan mungkin dalam kondisi yang lebih buruk i)



Rujukan Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadaiuntuk menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan dihubungi dan



diberitahu



terlebih



dahulu



sehingga



persiapan



penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan dan diyakini rujukan kasus tidak akan ditolak JUMLAH Compliance rate (CR) : ..............% Pelaksana / auditor …………………………. NIP



Tidak



TB



j) k)



Compliance rate (CR) : ..............% Pelaksana / auditor …………………………. NIP.