5.. LP Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa Program Profesi Ners Angkatan XI



Disusun Oleh : AJENG SINTA NURYANI KHG.D21061



PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT Tahun Ajaran 2021



LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM



PROSES TERJADINYA MASALAH A. Definisi Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006) Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003). B. Proses Terjadinya Masalah 1. Fase lack of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjamgam antara realita dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa dia eksis di dunia. Dapat dipengaruhi jug oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history). 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system smuanya sangat rendah. 3. Fase control internal eksternal Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa apa yang dikatakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai



dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak konfrontatif berkepanjangan dengan alas an pengakuan klien tidak merugikan orng lain. 4. Fase environment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Fase Comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Kemudian klien lebih sering sering menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial). 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekunsi social.



3. PROSES TERJADINYA MASALAH MasalahKeperawatan :PerubahanIsi Pikir : Waham 1) Datasubjektif : Klien mengungkapkansesuatu yang diyakininya( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaandirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. 2) Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadangpanik, sangatwaspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung. 4. DATA YANG PERLU DIKAJI Masalah keperawatan yaitu perubahan isi fikir : Waham Data yang perlu di kaji : 1) Subyektif : a. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah dirinya orang yang paling hebat b. Klien mengatakan bahwa ia memilki kebesaran atau kekuasaan khusus 2. Obyektif : a. Klien terlihat terus mengoceh tentang kemampuan yang di milikinya b. Pembicaraan klien cenderung berulang c. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan 5. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Perubahan Proses Pikir: Waham 6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan:Perubahan Proses Pikir: Waham 1. Tujuan umum : Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham 2. Tujuan khusus :



1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan : a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat). b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien. c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian. d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri. 2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Tindakan : a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri). d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting. 3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Tindakan : a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari. b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)



c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin). e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. 4) Klien dapat berhubungan dengan realitas Tindakan : a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu). b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien 5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan : a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu). c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar. 6) Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan : a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan followup obat. b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga. 7. SPTK WAHAM



SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini



ORIENTASI: “Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?” “Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?” KERJA: “Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?” “Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B rasakan?” “O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?” “Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?” “Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?” “Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?” “O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri” “Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang” “Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”



TERMINASI “Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?” ”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus” “Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?” “Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?” ”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”



SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini ORIENTASI “Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!” “Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?” “Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?” “Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”



KERJA “Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?” “Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien). “Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”



“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?” “Wah..baik sekali permainannya” “Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?” “Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?” “Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?” TERMINASI “Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan abang?” “Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?” “Besok kita ketemu lagi ya bang?” “Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?” SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar



Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini



ORIENTASI “Assalamualaikum bang B.” “Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?” “Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?” “Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?



KERJA “Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?” “ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”. “Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.



TERMINASI “Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster” “Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!” “bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?” “Sampaibesok.”



DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK, Universitas Indonesia Aziz R, dkk. 2003.Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. Tim Direktorat Keswa. 2000.Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung, RSJP Bandung. Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .