AIK 3 Kemajuan Dan Kemunduran Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah menjadi sunatullah bagi manusia sebagai hamba Allah dimuka bumi yang memiliki sifat-sifat kelebihan dan kekurangan, tidak hanya terjadi terhadap manusia saja bahkan kepada makhluk yang lain pun seperti itu. Islam sebagai agama Tuhan yang diturunkan kemuka bumi lewat orang-orang yang dipercaya keshalihannya oleh Tuhan untuk disebarkan di muka bumi dengan tujuan supaya manusia kembali kefitrahnya sebagai makhluk yang menghamba kepadaNya. Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada pembenahan administrasi Negara. Sedangkan ketika dinasti abbasiyah maju sebagai pimpinan, Islam mengalami kemajuan-kemajuan dalam bidang sains dan teknologi yang diambilkan dari al-Quran yang berkaiatan dengan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang dipadukan dengan filsafat yunani. Tetapi setelah beberapa abad lamanya Islam mengalami kemunduran sehingga tradisi keilmuan pindah ke negeri barat. Dalam garis besarnya sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode besar: 1.



Periode klasik (650-1250 M) yang terdiri dari dua fase :  Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M)  Fase disintegrasi (1000-1250 M)



2.



Periode pertengahan (1250-1800 M) dibagi ke dalam dua fase  Fase kemunduran (1250-1500 M)  Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M)



3.



Periode modern (1800-seterusnya) Ada periodisasi yang dikemukakan oleh Marshall Hodgson, yang dikutip oleh Syafiq A. Mughni. Ia membagi sejarah Islam ke dalam tiga masa :  Klasik (abad ke 7-10)  Pertengahan (abad ke 10-15)  Modern (abad ke 16-20) Oleh karena itu penulis akan lebih spesifik dalam mengeksplorasi kemajuan dan



kemunduran islam yang digambarkan sepintas diatas pada periode klasik (650-1000 M), dan periode pertengahan (1250-1500 M) sebagai fase kemunduran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kemajuan peradaban islam? 2. Apa penyebab kemunduran islam?



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Masa Kemajuan Islam Ada beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan penataan internal dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem organisasi militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan memberangus dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah. Sebagaimana kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi pada masa AlMansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia. Pembentukan ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang memperoleh pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di



Damaskus. Pada



perkembangannya kota Baghdad menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional. Pada paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur, Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas penuh khalifah menjadi tugas



seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala – kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir masing – masing adalah ; Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ; Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia. Perkembangan lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama yang mengumandangkan perang melawan Bizantium, memulai serangan dan sukses brilian. Pada 782 pasukan Arab, mencapai Bosporus dan memaksa Ratu Irene berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90 ribu dinar. Selama ekspedisi inilah harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga ayahnya memberi gelar al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi saudaranya. Kemudian Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia Kecil, Heraklea, dan Tyna. Dinasti Abbasiyah terus berupaya memajukan Islam dengan membangun hubungan internasional pada masa Harun al-Rasyid. Diantaranya menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini Harun berkepentingan untuk menghadapi saingannya, Bani Umayyah, di Spanyol. Menurut Richard Coke sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah disegani di dalam maupun di luar negeri. 2.2 Faktor-Faktor Kemajuan Peradaban Islam Semua capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains yang lain adalah : a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari manapun.



b. Pluralistik dalam pemerintahan dan politik untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat



berbeda Dinasti Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.



c. Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan.



d. Gerakan PenterjemahanGerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan. Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac-Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab.



e. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang



mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya



para



ilmuwan,



ulama



dan



para



pujangga.



Jadi di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang hokum. Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i. sedangkan dalam tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih. Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.



2.4 Sebab Kemunduran Islam Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktorfaktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam). 1. Faktor internal Jauhnya umat Islam dari Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam QS. 25:30 Allah berfirman: “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengacuhkan Al Qur’an ini ada 3 kemungkinan: 



Ia tidak membaca Al Qur’an. Seorang muslim yang tidak membaca Al Qur’an padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Qur’an lantas ia tidak berusaha untuk menjadi



bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Qur’an. 



Ia membaca Al Qur’an namun tidak mentadabburinya. Seorang muslim yang membaca Al Qur’an seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. 8:2).







Ia membaca dan mentadabburi Al Qur’an namun tidak mengamalkannya. Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Qur’an bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya akan kebenaran Al Qur’an dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang telah dibacanya. Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti orang tua atau sesepuhnya. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.17:36).



Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani, kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb: a. Faktor ekologis dan alami, yaitu kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris. Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari



sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi pihak luar.



b. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang Salib”, menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir.



c. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat. Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam upayanya mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di saat itu kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad ke 16 Belanda, Inggris dan Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu, ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui jumlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta; sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak dibarengi oleh kualitas yang tinggi.



KESIMPULAN Dari gambaran diatas penulis dapat mengambil sebuah konklusi bahwa : 1. Kemajuan pemikiran Islam sangatlah erat kaitannya dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang ada. Masa kemajuan kita kenal dengan masa keemasan yang puncaknya terjadi pada dinasti abbasiyah (650-1000 M). 2. Beberapa faktor yang mendorong kemajuan Islam, yaitu : terjdinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, pluralistik dalam pemerintahan dan politik, stabilitas pertumbuhan



ekonomi



dan



politik,



gerakan



penterjemahan



dan



berdirinya



perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan. 3. Islam bagaikan roda berputar, adakalanya dibawah dan adakalanya diatas, begitu pula yang terjadi pada perkembangan Islam. Ada kemajuan pasti ada kemunduran. Tetapi kemajuan ini telah dihancurkan oleh orang Islam sendiri dengan prilakunya yang tidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Seorang pembaharu islam dari mesir mengatakan “isla>m mahju>bun li al-muslim” (islam itu tertutupi oleh orang islam sendiri). Masa kemunduran (1250-1500 M) terkait dengan bangsa Mongol dan dinasti Ilkhan, serangan Timur lenk dan dinasti Mamalik di Mesir. 4. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah adanya faktor internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap merosotnya ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada masa Abbasiyah.



DAFTAR PUSTAKA



2011.Kemajuan dan Kemunduran Islam, (online), (http://referensiagama.blogspot.co.id/2011/01/kemajuan-dan-kemunduran-islam.html. Diakses 25 September 2017). 2017.Faktor-faktor Kemajuan Peradaban Islam, (online), (www.freedomsiana.com/2017/02/faktor-faktor-kemajuan-peradaban-islam.html. Diakses 25 September 2017).