Akeu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Akeu [PDF]

METODE NILAI TERENDAH ANTARA KOS ATAU HARGA PASAR (LOWER COST OR MARKET (LCOM)) Berdasarkan metode ini prosedur penilaia

15 0 115 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

METODE NILAI TERENDAH ANTARA KOS ATAU HARGA PASAR (LOWER COST OR MARKET (LCOM)) Berdasarkan metode ini prosedur penilaian sediaan yang dilakukan dengan memilih nilai yang terendah antara harga pokok dengan harga pasar (sediaan). Metode ini diterapkan untuk menilai sediaan yang memiliki nilai di bawah kos awal yang disebabkan oleh kejadian-kejadian seperti: perubahan tingkat harga, kerusakan barang, keusangan. Kondisi menyebabkan kerugian bagi perusahaan, hal ini berarti perusahaan harus mengakui timbulnya kerugian sebesar selisih harga pokok dengan harga pasar (harga pasar lebih rendah). Nilai pasar dalam konteks ini, secara memiliki makna sebagai kos untuk menggantikan dan menempatkan suatu item tertentu dengan cara pembelian atau menghasilkan kembali item tersebut. PROSEDUR PENILAIAN SEDIAAN Tahap-tahap penilaian sediaan dengan menggunakan metode LCOM dilakukan sebagai berikut: 1. Menentukan nilai pasar (market): nilai pasar ditentukan berdasarkan data, nilai pengganti, taksiran harga jual, taksiran biaya penjualan, taksiran laba normal yang diharapkan, Dalam tahap ini batas atas dan batas bawah serta nilai pengganti dibandingkan untuk menentukan nilai pasar. Batas atas (ceilling): merupakan nilai bersih direalisasikan, yaitu sebesar harga jual biaya penjualan jika nilai pengganti lebih tingggi dari batas atas maka yang di pakai sebagai harga pasar adalah batas atas (ceilling). Batas bawah (floor): sebesar Nilai bersih direalisasikan - laba normal. Jika nilai pengganti lebih rendah dari batas bawah, maka yang dipakai sebagai harga pasar adalah batas bawah. 2. Membandingkan harga pokok dengan harga pasar Sebagai ilustrasi jika data tentang kos pengganti, nilai bersih terealisasikan, dan nilai bersih terealisasikan - laba normal dapat diketahui, maka langkah pertama yang harus dilaksanakan adalah menentukan harga pasar untuk masing-masing produk tersebut. Selanjutnya membandingkan harga pasar dengan kos masing-masing produk. Pembandingan ini dapat dilakukan secara individu produk, kelompok produk, atau secara keseluruhan. PENCATATAN SEDIAAN BERDASARKAN METODE LCOM Kemungkinan penerapan metode LCOM menyebabkan kos sediaan dilaporkan kurang dari kos aktual sediaan atau kemungkinan sebaliknya harga pasar lebih besar dibandingkan dengan kos sediaan, sehingga sediaan dilaporkan sebesar kos. Jika penerapan metode LCOM menunjuakn harga pasar lebih rendah dibandingkan dengan kos sediaan, maka kerugian harus diakui.



EVALUASI TERHADAP METODE LCOM Secara konseptual metode LCOM memiliki kelemahan. Pertama, jika sediaan dihapus karena kehilangan manfaat, bukankah hal ini tidak tepat untuk menaikan nilai sediaan pada saat aktiva bertambah?. Penurunan nilai aktiva dan dibebankan sebagai biaya pada periode hilangnya manfaat, dan bukan pada saat periode penjualan. Hal ini menyebabkan distorsi dalam penyajian statemen penghasilan. Masalah lain yang muncul adalah adanya definisi nilai pasar. Pada dasarnya ada 3 jenis penilaian sediaan yang dapat digunakan untuk menyebutkan nilai pasar, yaitu kos pengganti, nilai bersih direalisasikan, dan nilai bersih direalisasikan dikurangi laba normal. Perubahan dalam kos pengganti akan mencerminkan atau memprediksi penurunan dalam harga jual, dan perubahan ini sangat mudah diidentifikasikan. Akan tetapi tidak selamanya perubahan dalam kos pengganti menunjukan penurunan manfaat sediaan. Penilaian yang kedua menggunakan nilai bersih direalisasikan. Nilai bersih direalisasikan menunjukan manfaat potensial jasa yang dapat diberikan aktiva tertentu di masa yang mendatang. Metode ini tidak dapat sering diukur dengan alat tertentu, sehingga memiliki kondisi ketidakpastian. Penilai yang ketiga, nilai bersih direalisasikan dikurangi dengan laba kotor memiliki kelemahan, yaitu laba kotor yang ditentukan juga memiliki ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan dengan metodemetode sebelumnya. PEMBELIAN DENGAN KOMITMEN Untuk menjaga sediaan barang atau material agar tetap tersedia, perusahaan menandatangani kontrak pembelian barang atau material dimuka selama seminggu, sebulan, atau setahun. Tidak ada jurnal yang perlu dibuat oleh pembeli untuk menunjukan pembelian komitmen yang belum dikirim oleh penjual. Dalam kondisi ini, umumnya harga ditentukan pada saat pengiriman dan perlu ditentukan yang mana menjadi subjek pembatalan, pembeli ataukan penjual. Alan tetapi perlu diungkapkan dalam bentuk catatan kaki dalam neraca, jika jumlahnya cukup material. Jika harga kontrak melebihi harga pasar pembelian, dan diharapkan rugi akan terjadi pada saat pembelian dilaksanakan, kerugian harus diakui dalam rekening dalam periode penurunan harga terjadi. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1992 PT Aras menandatangani kontrak dengan PT Leo untuk membeli kain seharga Rp. 20.000.000, sedangkan harga pasarnya saat itu sebesar Rp. 14.000.000 Jumlah tersebut dianggap material. Jurnal yang perlu dibuat PT Aras pada tanggal 31 Desember 1991: taksiran Rugi Komitmen Pembelian Taksiran Kewajiban Komitmen Pembelian (mencatat penandatanganan kontrak)



Rp. 6000.000



Rp. 6000.000



Rekening taksiran kerugian akan ditutup ke rekening rugi-laba dan dilaporkan dalam statemen rui-laba. Sedangkan taksiran kewajiban dilaporkan dalam neraca. Apabila PT Aras jadi membeli kain senilai Rp. 20.000.000, maka jurnal yang perlu dibuat, adalah: Pembelian



Rp. 14.000.000



Taksiran Kewajiban Komitmen Pembelian



Rp. 6000.000



Kas



Rp. 20.000.000



(mencatat transaksi pembelian) Jika pembeli (PT Aras) memperoleh potongan sebesar Rp. 2.500.000 jurnal yang perlu dibuat adalah: taksiran Kewajiban Pembelian komitmen



Rp. 2.500.000



Perolehan Kembalian Rugi Pembelian Komitmen



Rp. 2.500.000



(mencatat perolehan potongan pembelian)



METODE LABA KOTOR UNTUK MENAKSIR NILAI SEDIAAN Metode Laba kotor sering digunakan untuk menaksir sediaan akhir dalam kondisi catatan sediaan tidak dapat digunakan karena rusak atau hilang . Metode ini dibutuhkan untuk menentukan jumlah sediaan per bulan atau per empat bulan, atau saat catatan mengenai sediaan tersebut rusak oleh kebakaran atau bencana alam lainnya. Metode Laba Kotor didasarkan pada asumsi, (1) sediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan, (2) barang-barang tidak terjual harus ada di perusahaan, (3) jika terjadi penjualan, maka jumlah tersebut dikurangkan dari barang yang tersedia dijual. Sebagai ilustrasi, PT Tanjung Asmara memiliki sediaan awal barang dagangan senilai Rp. 50.000 dan pembelian (bersih) Rp. 170.000 keduanya ditetapkan sebesar kos. Harga jual berjumlah Rp.240.000 dengan tingkat laba kotor rata-rata sebesar 20%. Prosedur penerapan metode laba kotor untuk menentukan sediaan akhir dilaksanaakn sebagai berikut:



Sediaan awal(kos)



Rp. 50.000



Pembelian bersih (kos)



Rp. 170.000



Barang tersedia Dijual



Rp. 220.000



Kurang: Penjualan Bersih (harga jual)



Rp. 240.000



(-) Taksiran Laba Kotor (Rp. 240.000 x 20%)



Rp. 48.000



Kos Barang Terjual



Rp. 192.000



Taksiran Kos Sediaan Akhir



Rp. 28.000



PENENTUAN PERSENTASE LABA KOTOR Hal yang berperan penting dalam penentuan nilai sediaan diatas adalah persentase laba kotor. Persentase Laba Kotor biasanya diturunkan dan ditunjukan dalam hubungan laba kotor dengan penjualan, sebab (a) kebanyakan produk ditetapkan dengan dasar harga jual dan bukan kos, (b) laba kotor berdasarkan harga jual tidak pernah lebih dari 100%. Sebagai ilustrasi, kos per unit sebuah televisi Rp. 16, dan harga jual per unit Rp. 20, Persentase laba kotor yang didasarkan pada penjualan adalah (Rp. 4 + Rp. 20= 20%) sedangkan sisanya sebesar 80% merupakan persentase kos barang terjual. Ada 2 rumus untuk menentukan persentase laba kotor yaitu (a) persentase laba kotor atas penjualan dan (b) persentase laba kotor atas kos. Rumus masing-masing dapat dilihat, sebagai berikut: Persentase Laba Kotor Atas Penjualan= Persentase Laba Kotor Atas Kos 100%+Persentase Laba Kotor atas Kos Persentase Laba Kotor Atas Kos = Persentase Kotor Atas Penjualan 100%-Persentase Laba Kotor atas Penjualan MANFAAT METODE LABA KOTOR DALAM PENILAIAN SEDIAAN Akuntan sering menggunakan metode laba kotor untuk menaksir kos sediaan yang hilang disebabkan oleh kebakaran atau bencana lainnya. Informasi yang dibutuhkan untuk menerapkan metode ini diperoleh dari catatan akuntansi. Jika catata tersebut hilang, akuntan dapat mengembangkan taksiran berdasarkan informasi dalam statemen keuangan periode sebelumnya, meminta catatan bank yang berkaitan dengan penrimaan dan pengeluaran dan menghubungi pemasok dan pelanggan. Jika sediaan habis terbakar, perusahaan dapat menggunakan metode laba kotor untuk membantu menentukan besarnya jumlah asuransi yang akan dibayarkan. Selain itu, metode laba kotor digunakan



untuk menguji keandalan penentuan nilai sediaan yang ditentukan oleh sistem periodik atau perpetual yang lain. Kelemahan metode ini, yaitu: (a) metode ini hanya memberikan suatu taksiran nilai sediaan (b) menggunakan persentase masa lalu untuk menentukan kenaikan atas kos (markup), (c) informasi yang salah akan dihasilkan, jika metode laba kotor diterapkan dalam perusahaan yang memiliki barang dengan tingkat laba kotor bervariasi. METODE HARGA JUAL ECERAN (RETAIL METHOD) metode harga jual eceran sering digunakan dalam usaha ecran, seperti departement store. Metode ini biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu: (1) untuk menilai sediaan yang volumenya besaran dan kos per unitnya rendah (tidak material), (2) menentukan nilai sediaan tanpa menghitung fisik sediaan yang ada, metode ini sering digunakan untuk menyusun statemen keuangan, (3) untuk menentukan penyelesaian asuransi. Berdasarkan metode ini, nilai sediaan diturunkan dari harga jual eceran barang tersebut Metode ini membutuhkan informasi tentang: (1) totas kos dan nilai jual eceran barang yang dibeli, (2) total kos dan nilai jual eceran barang yang tersedia dijual, (3) penjualan selam periode bersangkutan. Untuk menghasilkan nilai sediaan, penjualan dikurangkan dari nilai jual eceran barang yag tersedia dijual. Nilai sediaan ini meruapakn nilai sediaan berdasarkan harga jual eceran yang harus dikonversi menjadi sebesar kos. Untuk itu dibutuhkan faktor konveksi yaitu membagi kos barang yang tersedia dijual dengann nilai jual eceran barang tersedia dijual Ada beberapa istilah yang sering digunakan dan perlu dipahami dalam menerapkan metode ini, yaitu: 1. Mark-Up merupakan kenaikan dalam harga di atas harga jual awal. 2. Mark-Up Cancellation (pembatalan mark-up), merupakan penurunan harga jual yang telah di mark-up di atas harga jual awal. 3. Mark-Down merupakan penurunan di bawah harga jual awal. Hal ini disebabkan oleh penurunan tingkat harga umum, penjualan khusus, barang-barang yang rusak, kompetisi. 4. Mark-down Cancellation (pembatalan mark-down), merupakan kenaikan harga jual yang telah di mark-down sebelumnya. Baik mark-up cancellation maupun mark-down cancellation tidak dapat melebihi mark-up atau mark-down. Metode harga jual eceran harus dikembangkan dengan mempertimbangkan kenaikan dan penurunan harga jual barang. Permasalahan yang timbul berkaitan dengan penentuan rasio kos. Ada 2 kemungkinan penentuan rasio kos, yaitu 91) rasio kos ditentukan setelah mark-up bersih namun sebelum mark-down bersih,(2) rasio kos ditentukan setelah mark-up dan mark-down bersih. Metode harga jual eceran konvesional didesain dengan pendekatan lower of cost of market. Dengan demikian rasio kos (sediaan) harus dihitung setelah mark-up, tetapi sebelum mark-down. Jika



perusahaan memiliki mark-up bersih berarti item sediaan mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, jika terdapat mark-down bersih, berarti terjadi penurunan manfaat item tersebut. Oleh karena itu, jika menggunakan pendekatan konvesional (LCOM), maka rasio kos dihitung setelah net mark-up, dan net mark-down merupakan kerugian bagi perusahaan. HARGA JUAL ECERAN (PENDEKATAN LIFO) metode harga jual eceran dengan pendekatan LCOM mengikuti asumsi aliran kos, dan tidka mempertemukan antara kos kini dengan pendapatan kini. Oleh karena itu laba yang dihitung perusahaan mengalami fluktuasi. Untuk mencapai tujuan penandingan biaya dengan pendapatan yang lebih baik digunakan asumsi aliran kos LIFO. Penggunaan metode ini didasarkan kepada 2 asumsi, yaitu: (1) harga-harga stabil, dan (2) harga-harga berfluktuasi. Asumsi Harga-Harga stabil. Perhitungan nilai sediaaan dengan asumsi LIFO menjadi lebih komplek dibandingkan dengan penggunaan metode LCOM, sebab asumsi LIFO menggunakan metode kos, bukan kos atau nilai pasar. Mark-up maupun Mark-down harus dipertimbangkan dalam metode ini. metode LIFO dihubungkan hanya dengan lapisan tambahan yang ditambahkan, atau jumlah yang harus dikurangkan dari lapisan sebelumnya. Dengan demikian sediaan awal harus dikeluarkan dari perhitungan rasio kos dengan harga jual eceran. Asumsi utama dari metode harga jual eceran Lifo adalah mark-up dan mark-down diterapkan hanya untuk barang yang dibeli selama periode kini, dan tidak terhadap sediaan awal