Akhlak Terhadap Pribadi (Bersifat Jasmani) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKHLAK PRIBADI YANG BERSIFAT JASMANIAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Periklanan Dosen Pengampu : Eka Yuhendri, S.H.I., M.H



Disusun oleh: Noryuyun Maulidah (1800030280) Janitra Saktigamawijaya (1800030285) Erwin Yoga Aditama (1800030286)



PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SASTRA, BUDAYA, DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKATA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya



telah



memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI BERSIFAT JASMANIAH. Atas rahmat dan hidayah-Nya kita satu kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memebuhi tugas dari Bapak Eka Yuhendri selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak.Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kami dan kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua terutama mahasiswa-mahasiswa dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.



Yogyakarta, 14 Juli 2020



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1 DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................................3 A.



Latar Belakang Masalah.......................................................................................................3



B.



Rumusan Masalah.................................................................................................................3



C.



Tujuan....................................................................................................................................3



BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4 A.



Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri....................................................................................4



B.



Macam-Macam Akhlak Pada Diri Sendiri Bersifat Jasmaniah...........................................6



BAB III PENUTUP..................................................................................................................................................8 A.



Kesimpulan............................................................................................................................8



B.



Saran......................................................................................................................................8



DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................9



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya muthlak diperlukan semua manusia, siapapun dia. Seorang muslim tentu akan di minta pertanggung jawaban atas segala tindakannya termasuk sikap amoral yang dilakukan oleh anak muda zaman sekarang. Pada masa ini sikap amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat.Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuanpengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia. Kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwa akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai akhlak dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain. Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri yang bersifat jasmaniah, dengan adanya makalah semoga dapat menjembatani kita dalam berakhlak kepada diri kita, orang lain serta menjadikan diri kita sebagai orang yang benar dalam berkahlak dan menjadi seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT. B. Rumusan Masalah 1.  Apa yang dimaksud akhlak terhadap diri sendiri? 2.  Bagaimana akhlak terhadap diri sendiri yang bersifat jasmaniah? C. Tujuan Supaya kita tahu



dan mengerti apa itu akhlak terhadap diri sendiri yang bersifat



Jasmaniah. Dapat dijadikan pembelajaran untuk ke depannya agar kita senantiasa menjadi makhluk yang tidak lalai dalam membangun aklak yang baik. Dan juga tugas ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak.



3



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫اخالق‬ bentuk jamak dari mufradnya khuluq ‫خلق‬ yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi adalah yang melekat pada manusia, berhubungan dengan tingkat kesadaran seseorang oleh pemikirannya, rasio. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bercampuran menjadi karsa dan aktivitas dari manusia. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai pedoman hidup terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti pedoman hidup ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Sebab, kewajiban yang paling utama bagi manusia ialah meyakini sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”.           Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhinya. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yaitu jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.           Jadi, yang harus dipahami tentang akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam mengatur diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik bahkan dapat membahayakan diri kita.           Sesuatu yang membahayakan diri kita bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, mengkonsumsi obat terlarang, dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus berakhlak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik, dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.           Hati yang terkotori seperti iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya akan sulit kembali menerima sebuah kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi 4



hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut makadari itu kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut                                                      Dengki, Orang pendengki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahapminyak.”(H.R.Abu Dawud).        Munafik, orang  yang mereka ucapkan munafik adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafik ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu: ‫ وإذا اؤتمن‬,‫ف‬RR‫ إذا حدث كذب وإذا وعد أخل‬,‫ ” أيات المنافقين ثالث‬.‫ قال رسول اهللا صلعم‬:‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال‬ ‫خان‬ Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i) Adapun beberapa cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain : a.



Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil  dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.



b.



Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.



c.



Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.



5



d.



Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan, dan benar perbuatan.



e.



Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa “ tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad )



f.



Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman meskipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.”Shalat juga merupakan mekanisme untuk membersihkan hati dan mensucikan diri dari kotoran-kotoran dosa dan kecenderungan melakukan perbuatan dosa.



g.



Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.



h.



Pemaaf, yaitu sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.



B. Macam-Macam Akhlak Pada Diri Sendiri Bersifat Jasmaniah a. Senantiasa Menjaga Kebersihan Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.



6



b. Menjaga Makan dan Minumnya Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.(QS. An Nahl:114) c. Menjaga Kesehatan   Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam.Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.           Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan.Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim). d. Berbusana yang Islami Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll.Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.



7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengertian akhlak secara terminology adalah budi pekerti. Budi yang berarti yang melekat pada manusia, berhubungan dengan tingkat kesadara seseorang oleh pemikirannya. Sedangkan pekerti memiliki arti apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang bisa disebut dengan behaviour. Hal ini memiliki keterkaitan dengan bagaimana akhlak manusia terhadap dirinya sendiri, yang ditekankan di sini adalah akhlak jasmani. Bagaimana kota harus adil dalammengatur diri kita, terus melakukan sesuatu yang baik, dan tidak melakukan tindakan yang dapat mendatangkan bahaya kepada diri kita. Beberapa cara untuk kita agar dapat memelihara akhlak terhadap diri sendiri, antara lain ada sabar, syukur, tawaduk, shidiq, amanah, istiqamah, iffah, dan pemaaf. Beberapa contoh tersebut adalah cara untuk kita agar tidak membahayakan diri kita dari bahaya yang bersifat psikis. Hal yang membahayakan dalam bentuk fisik juga ada, seperti kegiatan begadang yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun, mengonsumsi obat terlarang, meminum minuman keras, dan masih banyak lagi. Sedangkan pada akhlak yang bersifat jasmaniah, contohnya adalah kita senantiasa menjaga kebersihan diri kita. Kita harus dalam keadaan suci badan, pakaian, dan tempat jika ingin melaksankaan sholat. Menjaga makan dan minum, mengenai menjaga makan dan minum ini, hanya diri kita sendiri yang tahu seberapa makan dan minum yang kita butuhkan, asal tidak berlebihan. Menjaga kesehatan, menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Berbusana yang Islami, yang benar menurut syariat Islam. Yang mampu menjaga kehormatan dan mampu melindungi dari gangguan. B. Saran Kita harus senantiasa menjaga akhlak kita agar tetap terjaga dan tidak ternoda. Salah satunya adalah dengan menjaga akhlak pribadi jasmani kita. Pada bagian kesimpulan terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga akhlak pribadi kita dan wajib untuk dilakukan. 8



DAFTAR PUSTAKA [1] Ang Zulfikar. (2020, 14 Juli). Akhlak Secara Etimologis. Diakses pada 13 Juli 2020, dari https://slideplayer.info/slide/2805924/. [2] berawaldarihati.blogspot.com. (2013, Juli). Tanda-tanda Orang Munafik. Diakses pada 13 Juli 2020, dari http://berawaldarihati.blogspot.com/2010/12/hadisperbandingan-orang-yang-membaca.html. [3] lindapebriani.blogspot. (2012, 09 November). Makalah Akhlak Terhadap Diri Sendiri. Diakses



pada



13



Juli



2020,



dari



http://lindapebriani.blogspot.com/2012/11/makalah-akhlak-terhadap-dirisendiri.html. [4] makalahkuindonesia.blogspot.com. (2017, 31 Maret). Makalah Akhlak Pada Diri Sendiri.



Diakses



pada



13



Juli



2020,



dari



http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/03/normal-0-false-false-false-in-xnone-ar.html. [5] semangatprogresivitas.wordpress.com. (2013, 27 April). Mu’min Kuat Lebih Dicintai Alah.



Diakses



pada,



13



Juli



2020,



dari



https://semangatprogresivitas.wordpress.com/2013/04/27/mumin-kuat-lebihdicintai-allah/. [6] slideshare.net. (2020, 14 Juli). Makalah Individu Akhlak. Diakses pada 13 Juli 2020, dari https://www.slideshare.net/rossyrfazri/makalah-individu-agama. [7] tafsirweb.com. (2020, 14 Juli). Tafsir Quran Surat An-Nahl Ayat 114. Diakses pada 13 Juli 2020, dari https://tafsirweb.com/4462-quran-surat-an-nahl-ayat-114.html. [8] umm.ac.id. (2020, 14 Juli). Amanah Dalam Menjalankan Tugas. Diakses pada 13 Juli 2020, dari http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/12200.html.



9