Akl Persekutuan-Likuidasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Persekutuan : Likuidasi Mayoritas persekutuan yang dimulai pada suatu tahun tertentu kemungkinan akan menghadapi permasalahan dalam kurun waktu tiga tahun serta mengalami proses pembubaran atau terminasi dan likuidasi dikarenakan adanya risiko normal yang dihadapi ketika melakukan kegiatan usaha. 1. DISOSIASI, PEMBUBARAN, PERSEKUTUAN



TERMINASI,



DAN



LIKUIDASI



SEBUAH



Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation) Pengunduran diri atau disosiasi adalah konsep hukum untuk pengunduran diri sekutu karena: 1. Sekutu meninggal 2. Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (misal: pensiun) 3. Keputusan pengadilan, seperti: (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang melannggar hukum yang secara signifikan berakibat negatif bagi persekutuan, (b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan, (c) sekutu menjadi debitor dalam kebangkrutan , dan (d) sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian persekutuan. Pembubaran (Dissolution) Pembubaran merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai berikut:



dapat



1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkan, misalnya, sebuah ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan. 2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran dapat terjadi karena: (a) seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memutuskan menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, atau (c) ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai. 3. Suatu peristiwa yang merupakan pelanggaran hukum jika diterapkan pada bagian penting suatu kemitraan bisnis. 4. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis persekutuan yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara



praktik, atau (c) ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan. Pada saat pembubaran, persekutuan memulai proses terminasi bisnis persekutuan. Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation) Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan. Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi seperti penagihan piutangm termasuk piutang sekutu, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo bersih yang tersisa kepada para sekutu dalam bentuk kas sesuai dengan proporsi kepentingan modal. Pinjaman dari sekutu. Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada persekutuan memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditor pihak ketiga. Jadi, tidak ada saling hapus antara kewajiban dengan akun midal sekutu. Kewajiban persekutuan ke sekutu individual ini harus dibayar selama proses terminasi persekutuan. Defisit akun modal sekutu. Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal defisit harus melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkan defisit modal tersebut. Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi, maka seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai dengan proporso pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang diperlukan untuk membayar kewajiban persekutuan. Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Laporan yang sering disebut dengan “laporan likuidasi” adalah dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini menunjukkan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan atau kerugian kepada para sekutu, dan distribusi kas kepada para kreditor dan sekutu. Laporan tersebut adalah fitur dasar akuntansi untuk likuidasi persekutuan. 2. LIKUIDASI LUMSUM (SEKALIGUS) Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lump-sum liquidation) merupakan suatu proses likuidasi dimana seluruh aktiva dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Likuidasi sekaligus merupakan fokus yang baik untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan. Realisasi Aset Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjualnya assetnya. Piutang usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang yang tepat waktu yang penagihannya dapat menunda proses terminasi persekutuan. Alternatif lain adalah piutang usaha tersebut dijual kepada perusahaan ‘anjak piutang’ (factor), yaitu perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian piutang usaha dengan segera membayar uang tunai kepada pihak penjual piutang(likuidator).



Secara umum, pihak ‘anjak piutang’ hanya membeli piutang usaha perusahaan yang paling baik dengan harga dibawah nilai tercatat, namun beberapa ‘anjak piutang’ masih berminat untuk membeli seluruh piutang dan membayar dengan harga yang jauh dibawah harga nilai tercatatnya. Sebelum dilakukan distribusi asset kepada para sekutu, baik kewajiban atau kreditor eksternal harus dibayar secara penuh atau dana yang diperlukan untuk itu ditempatkan dalam sebuah akun penampungan. Pihak penampungan biasanya adalah bank, menggunakan dana tersebut hanya untuk pembayaran kewajiban persekutuan.



Beban Likuidasi Proses likuidasi biasa yang dimulai dengan menjadwalkan asset dan kewajiban persekutuan yang diketahui, nama dana alamat kreditor dan jumlah terutang dari masing-masing pihak harus dicatat. Kreditur yang belum terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi melibatkan beban dan biaya hukum dan akuntansi tambahan. Beban perusahaan menanggung biaya pengehentian usaha, seperti biaya iklan khusus dan biaya mencari agen dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi. Ilustrasi Likuidasi Lumsum Ilustrasi berikut ini menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu , Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada tahun 20X4, mereka menyesuaikan persentase distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah sebagai berikut : Aldi 40%, Bayu 40%, Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha: PERSEKUTUAN ABC Neraca Saldo Per Tanggal 1 Mei 20X5 Kas Rp 10.000.000 Aktiva Nonkas 90.000.000 Kewajiban Rp 42.000.000 Modal,Aldi(40%) 34.000.000 Modal,Bayu(40%) 10.000.000 Modal,Citra(20%) 14.000.000 Total 100.000.000 100.000.000 Ekuitas pemilik adalah jumlah modal akun sekutu. Persamaan akuntansi = Asset – Kewajiban = Ekuitas pemilik Rp 100.000.000 - Rp 42.000.000 = Rp 58.000.000 Kasus 1. Persekutuan Masih Solven dan Tidak timbul Defisit pada Akun Modal Sekutu Laporan ini hanya berisi akun neraca dimana seluruh asset nonkas disajikan ke dalam satu akun. Pada saat unit usaha melakukan likuidasi, akun-akun neraca merupakan akun yang relevan, laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha. Kertas kerja mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat proses likuidasi.



Contoh soal : Asset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5. Observasi penting lainnya: 1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5. 2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung terhadap akun modal para sekutu. 3. Kreditor eksternal dibayarkan sebelum terdapat asset yang didistribusikan kepada sekutu. 4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo modal kredit 5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan tekah benar-benar dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya. Figure 16-1 Kasus 1. Persekutuan Solven; Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Sekaligus Kas Saldo kas sebelum likuidasi, 1 Mei Penjualan asset dan distribusi kerugian sebesar Rp 10.000.000 Pembayaran untuk Kreditor eksternal Pembayaran sekaligus kepada sekutu: Saldo pascalikuidasi



Asset Nonkas



10.000.000



90.000.000



80.000.000



(90.000.000)



90.000.000



0



(42.000.000)



Kewajiban



Aldi (40%)



Saldo Modal Bayu (40%)



Citra (20%)



(42.000.000)



(34.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



4.000.000



4.000.000



2.000.000



(30.000.000)



(6.000.000)



(12.000.000)



(42.000.000) 42.000.000



48.000.000



0



0



(30..000000)



(6.000.000)



(12.000.000)



(48.000.000)



0



0



30.000.000



6.000.000



12.000.000



0



0



0



0



0



0



Laporan realisasi dan likuidasi merupakan dasar untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi sebagai berikut : 15 Mei 20X5 (1) Kas 80.000.000 Modal, Aldi 4.000.000 Modal,Bayu 4.000.000 Modal,Citra 2.000.000 Asset nonkas 90.000.000 Realisasi seluruh asset nonkas persekutuan ABC dan distribusi kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan rugi.



20 Mei 20X5 (2) Kewajiban 42.000.000 Kas 42.000.000 Pembayaran kas kreditor dan eksternal 30 Mei 20X5 (3) Modal, Aldi 30.000.000 Modal,Bayu 6.000.000 Modal,Citra 10.000.000 Kas 50.000.000 Pembayaran sekaligus kepada para sekutu



Kasus 2. Persekutuan Masih Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal Sekutu Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian yang ditentukan. Defisit tersebut dapat dihilangkan melalui salah satu dari dua cara berikut : 1. Para sekutu menginvestasikan kas atau asset lain untuk mengeliminasi defisit modal. 2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang ain berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan bersih untuk mengeliminasi defisit modal harus melakukan investasi tambahan pada persekutuan untuk menutupi defisit tersebut. Jika sekutu sekutu tersebut secara pribadi tidak solven, yaitu, kewajiban pribadinya melebihi aktiva pribadinya maka sekutu lain wajib menanggung defisit sekutu yang tidak solven dengan mengalokasikan ke dalam akun modal masing-masing sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang berlaku. Distribusi lumsum berikut menggambarkan poin-poin ini: Laporan Keuangan Pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut: Asset Pribadi Kewajiban Pribadi Kekayaan Defisit Bersih



Aldi Bayu Citra Rp 150.000.000 Rp 12.000.000 Rp 42.000.000 (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000) Rp 64.000.000 Rp 4.000.000 Rp 28.000.000



1. Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven. 2. Asset nonkas persekutuan dijual dengan harga Rp 35.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5 dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasi kan pada akun modal para sekutu. 3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5. 4. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven, maka deficit modal bayu sebesar Rp. 12.000.000 dialokasikan ke sekutu lainnya. 5. Sisa uang tunai sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran kepada sekaligus pada tanggal 30 Mei 20X5.



Pengamatan dalam ilustrasi ini adalah sebagai berikut : 1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi aktiva nonkas dialokasikan menurut rasio pembagian laba dan rugi para sekutu, yaitu Aldi 40%, Bayu 40%, dan Citra 20%. Bagian Bayu atas bagian penghapusan asset yaitu sebesar Rp 22.000.000 menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp 12.000.000. Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit modal. 2. Kreditor persekutuan dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada pihak sekutu. 3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio laba rugi yang berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60) dari defisit Bayu dan Citra menganggung sebesar sepertiga (20/60). 4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra harus memberikan kontribusi Rp 10.000.000 untuk menutupi defisit modalnya. 5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp 4.000.000 6. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan secara pebuh telah dilikuidasi dan dihentikan. Figure 16-2 Kasus 2. Persekutuan Solven; Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu yang Secara Pribadi Insolven PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Sekaligus Kas Saldo sebelum Likuidasi,1 Mei Penjualan aktiva dengan distribusi kerugian sebesar Rp 55.000.000 Pembayaran kepada kreditur Eksternal



Asset Nonkas



10.000.000



90.000.000



35.000.000



(90.000.000)



45.000.000



0



(42.000.000) 3.000.000



Kewajiban



Aldi (40%)



(42.000.000)



(42.000.000)



Saldo Modal Bayu (40%)



Citra (20%)



(34.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



22.000.000



22.000.000



11.000.000



(12.000.000)



12.000.000



(3.000.000)



(12.000.000)



12.000.000



(3000.000)



42.000.000 0



0



Distribusi defisit sekutu yang tidak solven : 40/60 x Rp 12.000.000 20/60 x Rp 12.000.000



(12.000.000) 8.000.000 4.000.000 3.000.000



0



0



(4.000.000)



0



1.000.000



Kontribusi Citra untuk menutupi modal defisit Pembayaran Sekaligus kepada sekutu Saldo pascalikuidasi



1.000.000



(1.000.000)



4.000.000



(4.000.000)



(4.000.000)



4.000.000



0



0



0



0



0



0



Kasus 3. Persekutuan Tidak Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal Sekutu Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dank as yang dihasilkan dari penjualan asset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan . Sekutu secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban persekutuan yang belum terbayar. Ilustrasi berikut ini menunjukkaan persekutuan yang insolven dan terdapat deficit dalam akun modal salah satu sekutu. 1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi tidak solven seperti halnya kasus 2. 2. Aktiva nonkas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5 3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 40.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5 Figure 16-3 Kasus 3. Persekutuan Solven; Defisit Timbul dalam Akun Modal Sekutu yang Secara Pribadi Insolven PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Sekaligus Kas Saldo sebelum Likuidasi, 1 Mei Penjualan aktiva dengan distribusi kerugian sebesar Rp70.000.000



Asset Nonkas



10.000.000



90.000.000



20.000.000



(90.000.000)



30.000.000



0



Kewajiban



Aldi (40%)



Saldo Modal Bayu (40%)



(42.000.000)



(34.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



28.000.000



28.000.000



14.000.000



(6.000.000)



18.000.000



0



(42.000.000)



Distribusi defisit sekutu yang tidak solven : 40/60 x Rp 18.000.000 40/60 x Rp 12.000.000



Citra (20%)



(18.000.000) 12.000.000 6.000.000 30.000.000



0



(42.000.000)



6.000.000



0



6.000.000



Kontribusi oleh Aldi dan Citra untuk menutupi modal defisit



12.000.000 42.000.000



Pembayaran kepada kreditor eksternal Saldo setelah likuidasi



(6.000.000) 0



(42.000.000) 0



(42.000.000)



(6.000.000)



0



0



0



0



0



0



42.000.000 0



0



Pengamatan dari ilustrasi : 1. Kerugian sebesar Rp 70.000.000 dialokasikan kepada sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi yang ada. Alokasi ini menimbulkan defisit akun modal Bayu sebesar Rp 18.000.000. 2. Karena Bayu secara personal insolven, maka defisit sebesar Rp 18.000.000 yang ditanggung dialokasikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi antara keduanya, yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Distribusi defisit Bayu menghasilkan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Aldi dan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Citra. 3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan defisit modal yang masing-masing nilainya Rp 6.000.000. 4. Saldo uang tunai persekutuan yang tersedia sebesar Rp 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk membayar kreditur eksternal. 5. Saldo pascalikuidasi adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun yang telah ditutup dan persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan(penyelesaian likuidasi persekutuan). Dalam kasus 3, Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu harus menutupi deficit modal sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang gagal menutupi defisitnya tersebut. Kegagalan Bayu sebesar Rp. 12.000.000 pada kasus 2 dan Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra menutupi modal defisit Bayu. Aldi dan Citra dapat menuntut secara hokum kepada Bayu dan dimasukkkan sebagai kewajiban pribadi Bayu. Walaupun Bayu secara pribadi insolven, Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah yang ditanggungnya.



3. LIKUIDASI BERTAHAP Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi secara umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan menyangkut pembayaran secara periodik, atau cicilan bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati hati pada saat mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing masing sekutu. Untuk para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu antara lain :



1. Tidak mendistribusikan kas kepada sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan atau dicadangkan seperlunya. 2. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi maka sisa kredit pada akun modal menunjukan distribusi asset dan kas yang aman yang dapat didistribusikan kepada masing masing sekutu dalam jumlah yang terkait. Ilustrasi Likuidasi Bertahap Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari persekutuan ABC sekarang juga digunakan untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi, Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses likuidasi. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha adalah sebagai berikut. Persentase pembagian laba dan rugi masing masing sekutu juga ditentukan.



Kas Aset Nonkas Kewajiban Modal Aldi (40%) Modal Bayu (40%) Modal Citra (20%) Total



Persekutuan ABC Neraca Saldo 1 Mei 20X5 Rp.10.000000 90.000000



Rp.100.000.000



Rp.42.000.000 34.000.000 10.000000 14.000.000 Rp.100.000.000



Berikut penjelasan mengenai kasus tersebut. 1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai berikut. Aldi Bayu Citra Aset Pribadi Rp.150.000.000 Rp.12.000.000 Rp. 42.000.000 Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000) Kekayaan (defisit) Rp.64.000.000 Rp.4.000.000 Rp.28.000.000 neto Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven. 2. Aset nonkas persekutuan yang dijual sebagai berikut. 5/15/X5 6/15/X5 7/15/X5



Nilai Buku Rp.55.000.000 30.000.000 5.000.000



Nilai Wajar Rp.45.000.000 15.000.000 5.000.000



Kerugian Rp.10.000.000 15.000.000



3. Kreditor akan dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei. 4. Para sekutu bersepakat untuk mrnyimpan cadangan tunai sebesar Rp.10.000.000 selama proses likuidasi yang digunakan untuk mrmbayar beban likuidasi yang mungkin timbul.



5. Para sekutu sepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap bulan yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5 yaitu akhir proses likuidasi. Figur 16-4 Kertas Kerja Likuidasi Bertahap PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Sekaligus Kas Saldo sebelum likuidasi , 1 Mei Mei 20X5 Penjualan aset dan distribusi Kerugian sebesar Rp10.000.000 Pembayaran kepada kerditur



Asset Nonkas



10.000.000



90.000.000



45.000.000



(55.000.000)



55.000.000



35.000.000



(42.000.000) 13.000.000



Pembayaran Kepada sekutu (Skedul 1, Gbr 16-5) Juni 20X5: Penjualan aset dan distribusi kerugian sebesar Rp15.000.000 Pembayan kepada sekutu (skedul 2, Gbr 16-5) Juli 20X5 Penjualan asset sebesar nilai buku Pembayaran biaya likuidasi Rp7.500.000



Aldi (40%)



(42.000.000)



(42.000.000)



Saldo Modal Bayu (40%)



Citra (20%)



(34.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



4.000.000



4.000.000



2.000.000



(30.000.000)



(6.000.000)



(12.000.000)



(30.000.000)



(6.000.000)



(12.000.000)



(27.000.000)



(6.000.000)



(12.000.000)



6.000.000



6.000.000



3.000.000



(21.000.000)



0



(9.000.000)



42.000.000 35.000.000



0



(3.000.000)



3.000.000



10.000.000



35.000.000



15.000.000



(30.000.000)



25.000.000



5.000.000



0



0



15.000.000



11.000.000



10.000.000



5.000.000



5.000.000



(5.000.000)



15.000.000



0



0



4.000.000



0



(10.000.000)



0



(5.000.000)



0



(10.000.000)



0



(5.000.000)



3.000.000



3.000.000



1.500.000



(7.000.000)



3.000.000



(3.500.000)



(7.500.000) 7.500.000



Distribusi defisit sekutu yang insolven 40/60 x Rp3.000.000



Kewajiban



0



(18.000.000) 2.000.000



20/60 x 3.000.000



1.000.000 7.500.000



Pembayan unutk sekutu Saldo pascalikuidasi, 31 Juli



0



0



(7.500.000) 0



(5.000.000)



0



5.000.000 0



0



0



(2.500.000) 2.500.000



0



Figur 16-5 Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap PERSEKUTUAN ABC Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu Saldo Modal Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%) Skedul 1, 31 Mei 20X5 Perhitungan Distribusi Kas yang tersedia per 31 Mei 20X5 Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000) Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp.35.000.000 atas sisa asset nonkas dan 18.000.000 18.000.000 9.000.000 kemungkinan terjadinya beban likuidasi di masa dating Rp10.000 (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000) Asumsikan potensi defisit modal Bayu (12.000.000) harus ditanggung oleh Aldi dan Citra 40/60 Rp 12.000.000 8.000.000 20/60 Rp 12.000.000 4.000.000 Asumsikan defisit modal Citra harus (4.000.000) 0 1.000.000 ditanggung oleh Aldi Pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei 1.000.000 (1.000.000) (3.000.000) 0 0 Skedul 2, 30 Juni 20X5 Perhitungan Distribusi Kas Yang Trsedia per 30 Juni 20X5 Saldo modal, 30 Juni, sebelum distribusi (21.000.000) 0 (9.000.000) Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp5.000.000 atas sisa asset nonkas dari 6.000.000 6.000.000 3.000.000 kemungkinan terjadinya beban likuidasi di masi dating Rp.10.000.000 (15.000.000) 6.000.000 6.000.000 Asumsikan potensi defisit modal Bayu (6.000.000) harus ditanggung oleh Aldi dan Citra 40/60 x Rp6.000.000 4.000.000 20/60 x Rp6.000.000 2.000.000 Pembayan aman kepada sekutu, 30 Juni (11.000.000) 0 (4.000.000)



0



Transaksi Selama Bulan Mei 20X5 Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp. 5.000.000 kepada setiap sekutu.Prosedur yang digunakan untk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut : 1. Penjualan asset yang bernilai Rp.55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar Rp.10.000.000 yang didistribusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi. 2. Pembayaran sebesar Rp.42.000.000 dilakukan kepada kreditur eksternal atas kewajiban yang diketahui. 3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5. Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi asset tersisa dimasa depan.Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi, sisa aset yang bernilai Rp.35.000.000 akan menimbulkan kerugian total.Sebelum melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5 menunjukkan skudul pembayaran aman kepada para sekutu per tangal 31 Mei 20X5. Skedul ini dimulai pada saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei. Skedul ini secara logika hanya menggunakan akun akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi : Aset-Kewajiban=Saldo modal sekutu. Jadi misalkan terjadi kenaikan kewajiban yang mebuat asset neto berkurang, keseimbangan persamaan akuntansi juga akan menghasilkan penurunan total modal para sekutu. Karena hanya akun modal sekutu yang menjadi focus pembayaran kepada sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh asset dan kewajiban ke dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu mengetahui beberapa besar kas yang akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas. Aldi,Citra dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp.10.000.000 untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, asset nonkas memiliki sisa saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas asset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan sebesar Rp.45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal Aldi,Bayu dan Citra dikenakan beban masing masing sebesar Rp.18.000.000 , Rp.18.000.000 , Rp.9.000.000 untuk bagian dari kekurangan sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal bayu. Dengan melanjutkan perencanan kasus terburuk pihak akuntan mengasumsikan bahwa Bayu tidak solven dan mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai rasio pembagian laba dan rugi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan pada figur 16-5. Kas yang tersedia sebesar Rp.3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya menunjukkan kesaman jumlah asset dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesamaan



tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal 31 Mei setelah distribusi bertahap dilakukan, persaman akuntasi akan menjadi: Aset



-



Rp.45.000.000



Kewajiban -



=



Rp.0 =



Ekuitas Pemilik Rp.45.000.000



Transaksi Selama Bulan Juni 20X5 Figur 16-4 berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juni 20X5, yaitu sebagai berikut : 1. Aset nonkas sebesar Rp.30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar Rp.15.000.000. Kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi, yang menghasilkan saldo modal Bayu sebesar nol. 2. Pada tanggal 30 Juni 20X5 kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran bertahap. Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dengan figur 16-5 menunjukkan bagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk mengasumsikan bahwa asey nonkas tersisa yang bernilai Rp.5.000.000 harus dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp.10.000.000 sepenuhnya akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar Rp.15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.6.000.000 dalam akun modal Bayu. Dengan melanjutkan scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghilangkan saldo debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp.6.000.000 ini dialokasikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang terjadi dalam akun modal para sekutu menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar Rp.15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada tanggal 30 Juni, sebagaimana diperlihatkan difigur 16-4.



Transaksi Selama Bulan Juli 20X5 Bagian terakhir figur 16-4 menunjukkan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan Juli 20X5. 1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya sebesar Rp.5.000.000 2. Biaya likuidasi actual sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.3.000.000 dalam akun modal Bayu. Sisa sebesar Rp.2.500.000 dari cadangan Rp.10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar dapat didistribusikan kepada para sekutu. 3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp.3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.



4. Sisa kas sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo modal masing masing. Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun akan menjadi nol, yang mengindikasi penyesuaian proses likuidasi.



4. RENCANA DISTRIBUSI Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap actual ditentukan dengan menggunakan laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah tersedia uang tunai. Daya Serap Kerugian Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan menanggung kerugian (loss absortion power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan fungsi dari dua elemen, yaitu : LAP = Saldo akun modal sekutu Bagian laba dan rugi sekutu



Sebagai contoh, pada 1 mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar RP.34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC LAP Aldi adalah: LAP =



Rp.34.000.000



= Rp.85.000.000



0,40 Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan asset nonkas atau beban likuidasi tambahan sebesar RP.85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal aldi dengan perhitungan sebagai berikut. Rp.85.000.000 x 0,40 = Rp.34.000.000 Ilustrasi rencana distribusi kas Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-akun neraca persekutuan ABC pada tanggal 1 mei 20X5, yaitu hari saat para sekutu memutuskan melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut:



Kas Aset non kas Kewajiban Modal,Aldi (40%) Modal, Bayu (40%) Modal,Citra (20%) Total



Persekutuan ABC Neraca Saldo 1 Mei 20X5 RP. 10.000.000 90.000.000



RP.100.000.000



RP.42.000.000 34.000.000 10.000.000 14.000.000 RP.100.000.000



Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur16-6 menunjukkan rencana distribusi kas per tanggal 1Mei, yang merupakan tanggal awal proses likuidasi. Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut. 1. Daya serap kerugian masing-masing sekutu dihitung ketika saldo modal sebelum likuidasi dibagi dengan presentase pembagian rugi para sekutu. Aldi memiliki LAP tertingi (85.000.000), Citra memiliki angka tertinggi berikutnya (RP.70.000.000) dan Bayu memiliki angka terendah (RP.25.000.000). LAP masing-masing sekutu merupakan jumlah kerugian yang akan menghapuskan secara total saldo kredit modal netonya. Aldi adalah sekutu yang paling tidak rentan untuk mengalami kerugian dan bayu adalah yang paling rentan terhadap kerugian. 2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur. Aldi akan menjadi satusatunya sekutu yang menerima kas hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp.15.000.000 membutuhkan pembayaran sebesar Rp.6.000.000 (Rp.15.000.000 X 0,40) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp.6.000.000 kepada Aldi, kemampuan menanggug kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp.28.000.000 dibagi dengan presentase pembagian laba dan rugi sebesar 40 persen (Rp.28.000.000/ 0,40 = Rp.70.000.000) 3. LAP aldi dan Citra sekarang akan sama dan mereka menerima distribusi kas hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar Rp.25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp.45.000.000 (RP.70.000.000 –RP. 25.000.000) dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan dengan aman kepada masig-masing sekutu. Aldi dan citra akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan tersedianya kas sebesar Rp.27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada aldi dan citra masing-masing adalah menurut 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk Citra. 4. Terakhir , pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sis akas yang tersedia akan didstribusikan menurut rasio pembagian rugi masing-masing sekutu.



Figur 16-6 Rencana Distribusi Kas untuk Melikuidasi Persekutuan Persekutuan ABC Rencana Distribusi Kas 1 Mei 20X5 Aldi Persentase pembagian rugi Saldo akun modal dan pinjaman sebelum likuidasi, 1 Mei 20X5 Kemampuan menenggung kerugian (LAP) (Akun modal/ rasio kerugian) Menurunkan Aldi sebesar Rp 15.000.000 (distribusi kas: Rp 15.000.000 x 0,40 = Rp 6.000.000



Daya Serap Kerugian Bayu Citra



(85.000.000)



Penurunan LAP dengan mendistribusikan kas sesuai dengan persentase pembagian laba dan rugi



Citra



40%



40%



20%



(34.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



(10.000.000)



(14.000.000)



(70.000.000)



15.000.000



(70.000.000) Penurunan LAP tertinggi berikutnya: Menurunkan Aldi Sebesar Rp 45.000.000 ( distribusi kas: Rp 45.000.000 x 0.40 = Rp 18.000.000) Menurunkan Citra sebesar Rp 45.000.000 (distribusi Kas: Rp 45.000.000 x 0,20 = Rp 9.000.000)



(25.000.000)



Akun Modal Bayu



Aldi



6.000.000



(25.000.000)



(70.000.000)



45.000.000



(28.000.000)



18.000.000



45.000.000



(25.000.000)



(25.000.000)



(25.000.000)



40%



40%



20%



9.000.000



(10.000.000)



Ringkasan Rencana Distribusi Kas Langkah 1: Pertama sebesar Rp42.000.000 kepada kreditur eksternal Langkah 2: berikutnya sebesar Rp10.000.000 untuk beban likuidasi Langkah 3: berikutnya sebesar Rp6.000.000 untuk Aldi 6.000.000 Langkah 4: berikutnya sebesar Rp45.000.000 untuk Aldi dan Citra 18.000.000 sesuai dengan ratio pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu Langkah 5: distribusi tambahan sesuia dengan rasio laba dan rugi 40% masing-masing sekutu



(10.000.000)



(5.000.000)



9.000.000 40%



20%



Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 diberikan kepada masing-masing sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu menentukan jumlah relative yang akan diterima masing-masing apabila telah bersedia kas pada persekutuan. 5. PERTIMBANGAN TAMBAHAN Figur 16-7 menyajikan saldo modal untuk tiap-tiap sekutu dalam persekutuan ABC selama periode likuidasi bertahap dari tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli 20X5. Figur 16-7 Konfirmasi Rencana Distribusi Kas PERSEKUTUAN ABC Saldo Akun Modal 1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5 Saldo Modal Aldi (40%) Bayu (40%) Saldo modal, 31 Mei, sebelum (34.000.000) (10.000.000) distribusi Kerugian bulan Mei sebesar Rp 4.000.000 4.000.000 10.000.000 atas penghapusan aset (30.000.000) (6.000.000) Distribusi kas yang tersedia sebesar Rp3.000.000 untuk para sekutu tanggal 3.000.000 31 Mei Rp 3000.000 pertama (dari Rp 6.000.000 prioritas untuk Aldi) (27.000.000) (6.000.000) Kerugian bulan Juni sebesar Rp 6.000.000 6.000.000 15.000.000 atas penghapusan asset (21.000.000) 0 Distibusi kas yang tersedia sebesar Rp15.000.000 untuk para sekutu tanggal 30 Juni Rp3.000.000 3.000.000 berikutnya (untuk menyelesaikan Rp6.000.000 prioritas untuk Aldi) sisa Rp 12.000.000 40/60 untuk Aldi 8.000.000 20/60 untuk Citra (10.000.000) 0 Biaya likuidasi Rp7.500.000 3.000.000 3.000.000 (7.000.000) 3.000.000 Distribusi defisit aktual Bayu 2.000.000 (3.000.000) (5.000.000) 0 Pembayaran final Rp7.500.000 ke para sekutu pada 31 Juli 20X5: 40/60 untuk Aldi 5.000.000 20/60 untuk Citra Saldo pascalikuidasi, 31 Juli 0 0



Citra (20%) (14.000.000) 2.000.000 (12.000.000)



(12.000.000) 3.000.000 (9.000.000)



4.000.000 (5.000.000) 1.500.000 3.500.000 1.000.000 (2.500.000)



2.500.000 0



Inkorporasi Persekutuan Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuk mengubah bentuk usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh akses pendanaan ekuitas tambahan, membatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan perseroan, persekutuan dihentikan, sedangkan asset dan kewajibannya direvaluasi menjadi sebesar nilai pasar. Keuntungan atau kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan kepada akun modal para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi. Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional pada akun modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan harus menutup catatan akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru, harus membuka catatan akuntansi yang baru untuk mencatat penerbitan modal saham ke para sekutu persekutuan sebelumnya. Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukan sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan menjadi perseroan. Misalkan para sekutu bersepakat untuk mengubah persekutuan menjadi perseroan, dan bukan melakukan likuidasi sebagaimana yang dijelaskan dalam bab ini. Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari persekutuan menjadi perseroan, seluruh asset dan kewajiban harus diperiksa dan dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu. Misalkan, asset nonkas memiliki nilai pasar sebesar Rp.80.000.000 kerugian nilai pasr sebesar Rp.10.000.000 dialokasikan ke dalam akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan, sebagai berikut (4)



Modal Aldi



4.000.000



Modal Bayu



4.000.000



Modal Citra



2.000.000



Aset Nonkas



10.000.000



Mengakui kerugian akibat pengurangan asset menjadi nilai pasar Tentu saja dalam praktiknya, akun asset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum seperti asset nonkas. Keuntungan atas revaluasi asset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi perseroan. Asset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp.48.000.000 (Rp.90.000.000 aset dikurangi Rp.42.000.000 kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rp.1.000 per lembar untuk ditukar dengan asset dan kewajiban persekutuan ABC.ayat jurnal yang dibuat PT induk untuk memperoleh asset dan kewajiban persekutuan yang ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut. (5)



Kas



10.000.000



Aset Nonkas



80.000.000



Kewajiban



42.000.000



Saham Biasa



4.600.000



Tambahan Modal disetor –Agio



43.400.000



Penerbitan saham untuk asset dan kewajiban persekutuan Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan



(6)



Investasi dalam Saham PT induk



48.000.000



Kewajiban



42.000.000



Kas



10.000.000



Aset Nonkas



80.000.000



Penerimaan saham PT induk untuk asset neto persekutuan



Ingatlah kembali bahwa asset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal final adalah sebagai berikut.



(7)



Modal Aldi



30.000.000



Modal Bayu



6.000.000



Modal Citra



12.000.000



Investasi Pada Saham PT Induk Distribusi saham PT induk kepada para sekutu



48.000.000



Referensi: E. Baker, Richard, dkk. Akuntansi Keungan Lanjutan. Buku 2. 2010. Jakarta: Salemba Empat https://www.scribd.com/document/339982803/Persekutuan-Likuidasi