Aliran-Aliran Pokok Dalam Pendidikan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fifi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALIRAN-ALIRAN POKOK DALAM PENDIDIKAN



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KAJIAN PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN



Dosen Pengampu: Dr. MURSIDI, M.M.



Oleh: ALIFFIYAH ENIKE KUSUMAWARDANI (201910240211009)



PROGRAM MAGISTER PEDAGOGI DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MARET 2020



Aliran-aliran Pokok dalam Pendidikan A. Pengertian Aliran Pendidikan Aliran pendidikan adalah gagasan-gagasan atau buah pemikiran yang bertujuan untuk dapat terus menciptakan pembaharuan dalam dunia pendidikan. Lahirnya aliran-aliran pendidikan ini dilatar belakangi oleh munculnya gagasan-gagasan yang bersifat dinamis (sesuai dengan alam pikir dan dinamika manusianya) guna menyesuaikan perkembangan kehidupan serta pelaksanaan pendidikan yang juga bersifat dinamis. Sejatinya aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan pada generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya (Tirtarahardja & Sulo, 2005). Sehingga menjadi hal yang sangat penting bagi para pendidik maupun calon pendidik untuk dapat menguasai serta memahami aliran-aliran dalam pendidikan karena pendidikan tidak hanya cukup dipahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik (menyeluruh). Di Indonesia terdapat 3 aliran dalam pendidikan, yaitu: 1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan 2. Aliran-aliran Modern dan Gerakan Baru dalam Pendidikan 3. Aliran-aliran Pokok dalam Pendidikan Namun, fokus pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai aliran-aliran pokok dalam pendidikan. B. Aliran-aliran Pokok dalam Pendidikan Di Indonesia terdapat 2 aliran pokok dalam sistem pendidikannya yaitu, Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidik Institut Nasional Syafe’i (INS) Kayutanam. Lahirnya 2 aliran pokok tersebut dilatar belakangi reaksi terhadap penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang tidak berpihak pada kepentingan bangsa Indonesia, baik kesempatan yang diberikan, deskriminasi bangsa dan golongan, maupun kepentingan hasil pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh, pendidikan yang diselenggarakan oleh perintah kolonial Belanda hanya terbatas untuk menyiapkan pegawai rendahan yang dibutuhkan oleh Belanda. Sehingga pendirian 2 aliran pokok ini diperuntukkan untuk semua bangsa secara umum tanpa memperhatikan ras, suku,



daerah, wilayah, keyakinan, keagamaan atau golongan tertentu saja sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. 1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan pada tahun 1921 atau tahun Caka 1852 yang memiliki semboyan “Lawan Sastra Ngesti Mulia”. Setahun kemudian pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta muncul organisasi baru bernama Persatuan Taman Siswa yang memiliki semboyan “Suci Tata Ngesti Tunggal”. Secara lengkap nama perguruan itu adalah “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa”. Tokoh yang mendirikan perguruan ini tak lain adalah R.M. Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Sebagai tokoh pergerakan nasional, Ki Hajar Dewantara tidak ragu mencantumkan kata “nationaal” pada nama perguruannya, hal tersebut mempunyai makna kenasionalan Indonesia yang bersatu untuk mengupayakan kemerdekaan bangsa dari belenggu penjajahan.  Asas Taman Siswa Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) Perguruan Kebangsaan Taman Siswa memiliki 7 asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Asas-asas tersebut lantas dikenal sebagai “asas 1922”, dan dijabarkan sebagai berikut: 1. Bahwa setiap orang berhak untuk mengatur dirinya sendiri (zelf besschikkingsrecht) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum; 2. Bahwa pengajaran harus dapat memberikan pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri; 3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri; 4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat; 5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan



menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin; 6. Bahwa merupakan suatu hal yang mutlak untuk dapat membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan sebagai konsekuensi hidup (zelfbegrotings-system); dan 7. Bahwa demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi dalam mendidik anak-anak. Selain 7 asas yang tersebut diatas kemudian ditambahkan lagi dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan serta asas kemanusiaan.  Tujuan Taman Siswa Menurut Tirtaraharda & Sulo (2005), Perguruan Kebangsaan Taman Siswa memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Sebagai badan perjuangan kebudayaan serta membangun masyarakat tertib dan damai; dan 2. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya.  Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa Dalam mencapai tujuannya, Perguruan Kebangsaan Taman Siswa melakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi; 2. Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa; 3. Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan; 4. Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan; 5. Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasardasar dan hidup Taman Siswa;



6. Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan sosial, usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan; dan 7. Mengusahakan terbentuknya pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.  Hasil-hasil yang dicapai Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa telah berhasil menemukan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai Sarjana Wiyata dan sejumlah besar alumni perguruan. 2. Ruang Pendidik Institut Nasional Syafe’i (INS) Kayutanam Ruang Pendidik Institut Nasional Syafe’i (INS) didirikan oleh seorang tokoh bernama Mohammad Sjafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. INS Kayutanam adalah satu sekolah modern bercorak nasional yang memiliki peranan cukup besar dalam perkembangan dunia pendidikan Indonesia, khususnya di Sumatra Barat (Halimah, 2012). Setidaknya ada 3 alasan mengapa kita memberikan perhatian khusus pada pemikiran pendidikan Mohammad Syafe’i, yaitu: 1. Ia termasuk tokoh pemikir besar dan praktisi di bidang pendidikan bangsa; 2. Ia berhasil melahirkan ahli-ahli dalam berbagai bidang serta generasi terpelajar pada zaman penjajahan; dan 3. Buah pendidikannya telah menjadi mata rantai center of excellence (pusat keunggulan) yang diperlukan bangsa Indonesia dalam membangn harga diri bangsa, melalui “pendidikan yang memerdekakan” (Zed, 2012).  Asas Ruang Pendidik INS Kayutanam 1. Ketuhanan yang Maha Esa; 2. Kemanusiaan; 3. Kesusilaan; 4. Kerakyatan; 5. Kebangsaan; 6. Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan; 7. Percaya diri sendiri juga pada Tuhan;



8. Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin; 9. Bertanggung jawab atas keselamatan nusa dan bangsa; 10. Berjiwa aktif positif dan aktif negatif; 11. Mempunyai daya cipta; 12. Cerdas, logis, dan rasional; 13. Berpersaan tajam, halus dan estetis; 14. Gigih atau ulet yang sehat; 15. Correct ata tepat; 16. Emosional atau terharu; 17. Jasmani sehat dan kuat; 18. Cakap berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab; 19. Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah; 20. Sanggup mengerjakan sesuatu pekejaan dengan alat serba kurang; 21. Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik; 22. Waktu mengajar, para guru sebanyak mungkin menjadi objek dan murid-murid menjadi subjek. Bila hal ini tidak mungkin barulah para guru menjadi subjek dan murid menjadi objek; 23. Sebanyak mungkin guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, tidak hanya pandai menyuruh saja; 24. Diusahakan supaya pelajar mempunyai darah ksatria; berani karena benar; 25. Mempunyai jiwa konsentrasi; 26. Pemeliharaan (perawatan) sesuatu usaha; 27. Menepati janji. Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya. Kewajiban harus dipenuhi; dan 28. Hemat.  Tujuan Ruang Pendidik INS Kayutanam 1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan; 2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat; 4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab; dan



5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.  Usaha-usaha Ruang Pendidik INS Kayutanam Beberapa usaha yang dilakukan oleh ruang pendidik INS Kayu Tanam antara lain penyelenggaraan berbagai jenjang pendidikan, memberikan berbagai pelatihan kepada para siswanya agar mereka dapat hidup mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain bahkan pemerintah. Upaya lain INS Kayutanam adalah menerbitkan majalah anak “SENDI”, buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf atau aksara dan angka “KUNCI 13”, serta mencetak buku-buku pelajaran. Semua upaya tersebut dilakukan sebagai usaha mandiri untuk menolak bantuan-bantuan yang berpeluang untuk membatasi kebebasannya.  Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Ruang pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan



nasional



(utamanya



pendidikan



keterampilan/kerajinan),



beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni. Umumnya dalam buku-buku Pengantar Pendidikan hanya menguraikan 2 aliran pokok pendidikan seperti yang telah dijabarkan diatas. Terdapat 1 aliran pokok lagi



dalam



sistem



pendidikan



Indonesia



yaitu



Gerakan



Pendidikan



Muhammadiyah. Hal ini didasarkan pada pandangan Raharja (2008) bahwa perjuangan pendidikan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, INS Kayutanam dan Muhammadiyah berkembng beriringan secara signifikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat pada saat itu hingga kini. Gerakan ketiganya sangat berguna bagi masyarakat pada zaman perjuangan melawan penjajah saat itu. Ketiganya secara bersama-sama berupaya untuk membawa para pemda Indonesia menjadi warga yang tidak buta huruf, membela bangsa dan negaranya, serta mampu mandiri untuk hidu di masyarakat (corak dan ciri nasionalisme). 3. Gerakan Pendidikan Muhammadiyah Muhammadiyah lahir di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1330 Hijriah dengan diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan (Hambali, 2006; Fakhruddin, 2005).



 Asas Gerakan Pendidikan Muhammadiyah Menurut Febriansyah et al (2013), pendidikan yang digagas oleh Muhammadiyah sejak awal organisasi ini didirikan adalah pendidikan yang diletakkan pada dasar/asas Islam dengan berpedoman Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Pendidikan Muhammadiyah ditujukan untuk membentuk manusia yang alim dalam ilmu agama, berpandangan luas dengan memiliki pengetahuan umum, serta siap berjuang mengabdi dalam rangka menyantuni nilai-nilai keutamaan pada masyarakat.  Tujuan Gerakan Pendidikan Muhammadiyah Tujuan pendidikan Muhammadiyah dapat diperjelas antara lain sebagai berikut: 1. Untuk membentuk pibadi berakhlak mulia; 2. Sebagai persiapan bekal menuju kehidupan dunia dan akhirat; 3. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat; 4. Menumbuhkan semangat ilmiah bagi para pelajar; 5. Menyiapkan pelajar dari segi profesi dan teknik agar dapat menguasai profesi atau ketrampilan tertentu; 6. Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak didik; 7. Menumbuhkan kesadaran manusia untuk mengabdi dan takut kepada Allah; 8. Menguatkan ukhuwah islamiyah dikalangan kaum muslim; dan 9. Untuk mencapai keridhaan Allah, menjauhkan murka dan siksaan-Nya serta melaksanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya.  Hasil-hasil yang dicapai Gerakan Pendidikan Muhammadiyah Pendidikan Muhammadiyah terus berkembang. Tidak hanya di Jawa saja, bahkan hingga ke seluruh pelosok tanah air. Perlahan tapi pasti, di masingmasing daerah didirikan sekolah. Menurut data Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Muktamar 1 Abad Muhammadiyah, sampai Mei 2010



tercatat



jumlah



lembaga



pendidikan



Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai berikut:  Taman Kanak-kanak 4.623 buah;  PAUD 6.723 buah;



yang



dikelola



oleh



 SLB 15 buah;  SD 1.370 buah;  Madrasah Ibtidaiyah 1.079 buah;  Madrasah Diniyah 347 buah;  SMP 1.178 buah;  Madrasah Tsanawiyah 507 buah;  SMA 589 buah;  Madrasah Aliyah 158 buah;  SMK 396 buah;  Madrasah Muallimin/Muallimat 7 buah;  Pondok Pesantren 107 buah; dan  Sekolah Menengah Farmasi 3 buah. Dalam data Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah, sampai Oktober 2012 tercatat sebanyak 158 Perguruan Tinggi Muhammadiyah, terdiri atas:  40 Universitas;  97 Sekolah Tinggi;  17 Akademi; dan  4 Politeknik Muhammadiyah.



Daftar Pustaka Fakhruddin, A. R. 2005. Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah. Malang: UMM Press. Febriansyah, M. R., Budiman, A.C., Passandre, Y.R., Nashiruddin, M.A., Widiyastuti, & Nasri, I. 2013. Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Halimah, A. 2012. Sistem Pendidikan Muhammad Syafei (Tokoh Pendidikan dari Sumatra Barat). Artikel Jurnal Volume 1 Nomer 1 2012. Makassar: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Hambali, H. 2006. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Husamah. Arina R. & Rohmad W. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Tirtarahardja, U. & Sulo, S. L. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Zed, M. 2012. Engku Mohammad Sjafe’i dan INS Kayutanam: Jejak Pemikiran Pendidikannya. TINGKAP, 8(2): 173-188.