Aliran Ontologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Andhira Enggar Oktavania Nim : 43020200059



A.PENGERTIAN ONTOLOGI 



Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan subtansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendirianya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu subtansi belaka sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri.



Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa di dekati ontologi dengan dua macam sudut pandang :  



Kuantitatif,yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak ? Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan ( ralitas ) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna tertentu, bunga mawar yang berbau harum.



Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagi ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi,yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme, Agnostisisme :







Monisme : aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber dominan dari yang lainya. Para filosof pra –Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk kelompok Monisme,selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof



modern seperti I.Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan idealisem mereka.



Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan – lapangan penyelidikan filsafat yang paling kuno. Pertama kali di perkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas pernungannya terhadap air yang terdapat dimana – mana, dan sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan subtasi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu . Yang penting bagi kita bukanlah menegnai kesimpulanya tersebut melainkan pendirianya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu subtansi saja.







Dualisme,: kelompok ini menyakini sumber asal segala sesuatu terdid dari dua hakikat, yaitu materi ( jasad ) dan jasmani spiritual. Kedua macam hakikat itu masing masing bebbas dan berdiri sendiri,sama- sama abadi dan azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.



Dercates adalah contoh filosof dualis dengan istilah dunia kesadaran rohani dan duani ruang ( kebendaan ). Aristoteles menanamkan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma bentuk yang berupa rohani saja . Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini,karena kenyataanya lahir dapat secara ditangkap panca indera kita,sedangkan kenyataan batin dapat segara diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.







Materialisme : aliran ini menganggap bahwa yang ada adalah hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lain yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.



Materialisme terkadang di samakan orang dengan naturalisme. Namun sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Natrulaisme merupakan aliaran filsafat yang menganggap bahwa alam saja yang ada, yang lainya diluar alam tidak ada. ( Tuhan yang di luar alam tidak ada ). Sedangkan yang di maksud alam (natural) di sana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh. Sebaliknya



materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda. Filsafat yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut filsafat alam ( natur filosofie ), mereka menyelidiki asal usul kejadian alam ini pada unsur – unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 s.m) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-258 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokitos (460-360 s.M) menganggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat luas. Atom atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebi tegas.











Idealisme : merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh ( sukma) atau yang sejenis dengan itu.intinya sesuatu yang tidak terbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “ manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hayalah badanya, bayangan atau penjelmaan saja. Agnostisisme : pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu menegtahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sarte yang juga seorang ateis. Sarte menyatakan tidak ada hakikat ada ( being ) manusia, tetapi yang adalah keberadaan ( on being )-nya



Istilah – istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah :     



Yang ada ( being ) Kenyataan / realitas ( reality ) Eksistensi ( existence ) Esensi ( essence ) Subtansi ( subtance )



  



Perubahan ( change ) Tunggal ( one ) Jamak ( many )







PENGERTIAN ONTOLOGI MENURUT PARA ILMU : Ontologi dalam bahasa yunani ialah ontology yang berasal dari bahasa yunani on, etos ( yang berarti ada atau keberadaan ) dan logos yang mengandung arti studi, atau ilmu. Maka ontologi adalah imu tentang yang ada. 1. Clauberg : menyebutkan bahwa ontologi merupakan ilmu pertama tenteng yang ada sejauh ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas,termasuk ALLAH dan semua ciptaan dan mendasari baik teologi maupun fisika. Studi ini mencakup prinsip – prinsip ada atribut – atribut yang ada,maupun juga analisis sebab, tatanan, relasi, kebenaran, dan kesempuraan. 2. Wolf : mendefinisikan ontologi sebagai ilmu tentang yang ada pada umunya,dan menggunakan filsafat pertama sebagai sinonim. Metodenya deduktif dan tujuanya ialah terciptanya suatu sistem kebenaran yang niscaya dan pasti. Prinsip nonkontradiksi dan prinsip tiada jalan tengah merupakan alat. 3. Husserl : membedakan ontilogi formal dari ontologi material. Dua duanya berurusan dengan analisis esensi esensi. Ontologi formal, yang bergumul dengan esensi formal atau universal, merupakan basis terakhir dan terdalam dari semua ilmu. Ontologi material, yang menggeluti esensi esensi material dan regional merupakan basis dari semua ilmu fakta.ontologi ontologi material bersifat regional berbasis dan ontologi formal. 4. Heidegger : memahami ontologi sebagai analisis eksistensi. Sebagai analisis konstitusi, dan bertujuan menemukan apa yang memungkinkan eksistensi. 5. Quine : mengontraskan ontologi dengan ideologi, seraya menghubungkan yang pertama dengan teori referensi dan yang belakan dengan teori signifikan. Bagi quine kedua istilah itu selalu berkaitan dengan teori teori partikular. Maka pertanyaan ontologi menyangkut apa yang kita anut dalam konteks entitas entitas di dalam alam semesta.



6. Herbert : mengontraskan metodlogi dan ontologi. Yang pertama bertugas mereduksi konradiksi kontadiksi di dalam data. Yang terakhir merupakan metode pemahaman realitas sejati. Ontologi ini masuk dengan mulus ke dalam pemikiran skolastik, dimana ia di identikkan dengan metafisika umum, studi mengenai sifat sifat dari yang aada sejauh ada dan beberapa dengan metafisika khusu yang berurusan dengan aspek dari yang ada yang berada dalam jangkauan pengalam biasa. SEJARAH ONTOLOGI Istilah ontologi ini pertama kali diperkenalkan oleh Rudof Gpclenius pada tahun 1936 M, demi memberikan nama mengenagi hakekat yang bersifat metafisis. Kemudian dalam perkembanganya Christian Wolf tersebut membagi metafisika ke dalam 2 ( dua ) jenis yakni metafisika umum serta khusus.Metafisika umum tidak lain ialah istilah lain dari ontologi. Sehingga bisa dikatan bahwa metafisika atau juga ontologi merupakan cabang dari filsafat yang membahas mengenai prinsip mengenai dasar atau juga paling dalam segala sesuatu yang ada. Tokoh yunani yang mempunyai pandangan yang bersifat ontologis dikenal ialah seperti Thales,Plato,serta Aristoteles. Dimasanya,kebanyakan orang orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan . Thales terkenal ialah sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpilan bahwa air itu merupakan subtansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu tersebaut berasal dari satu subtansi belaka ( sehingga sesuatu tersebut tidak dapat dianggap ada berdiri sendiri ). Sedangkan menurut Soetriono bahwa ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosof dalam menentukan mengenai sifat nyata yang asli ( real nature ) dari suatu benda dalam menentukan arti, struktur serta juga prinsip benda tersebut. ( filosofi tersebut di definisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM). PENGARTIAN ONTOLOGI MENURUT PARA AHLI 1. Aristoteles Menurut Aristoteles bahwa pengertian ontologi ini merupakan suatu pembahasan mengenai hal ada sebagai hal ada ( hal ada sebagai demikian ) mengalami perubahan dalam, sehubung objeknya. 2. The Liang Gie Menurut The Liang Gie, bahwa definisi ontologi ialah suatu bagian dari filsafa dasar yang mengungkapkan tentang makna dari sebuah eksisten yang pembahasanya itu terdiri dari :



3.



4.



5.



6.



 Apakah artinya ada, hal ada ?  Apakah golongan golongan dari hal yang ada ?  Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ? Ensiklopedia Britannica Menurut ontologi dalam ensiklopedia Britannica berangkat dari Aristoteles, menyatakan bahwa pengertian ontologi ini merupakan teori atau studi mengenai being atau wujud, misalnya karakterisik dasar terhadap suatu realitas. Ontologi persamaan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli dalam menentukan Suatu arti, struktur serta juga prinsip benda tersebut. Bakhtiar Menurut Bakhtiar bahwa pengertian ontologi ini merupakan suatu ilmu yang membahas mengenai hakikat yang ada,sebagai suatu ultimate reality baik yang mempunyai bentuk jasmani atau konkret ataupun mengenai rohani ataupun abstrak. Soetrisno Menurut Soetrisno bahwa definisi tentang ontologi merupakan aza dalam menerapkan batas menegnai ruang lingkup suatu wujud yang menjadi objek dari penelaah ( objek ontologi atau objek formal dari penegtahuan ) dan juga mengenai penafsiran mengenai hakikat realita ( metafisika ) dari objek ontologi atau juga objek formal teresbut dan merupakan suatu landasan dari ilmu yang menanyakan terkait apa yang kita kaji atau juga di bahas dalam suatu pengetahuan serta bisasanya berhubungan terhadap alam kenyataan serta keberadaan. Suriasumantri Menurut Suriasumantri bahwa ontologi ini membahas mengenai apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian terhadap teori. POKOK PIKIRAN ATAU ALIRAN ONTOLOGI Dalam pemahaman mengenai ontologi ini dapat di kemukakan pandangan pandangan terhadap pokok pikiran didalam ontologi. Pokok pikiran atau aliran ontologi diantaranya ialah sebgai berikut : Monoisme Istilah dari monisme berasal dari bahasa yunani yakni monos yang memiliki arti tunggal atau sendiri, terdapat beberapa pengertian mengenai monoisme menurut Lorens yakni :



1) Teori yang menyatakan bahwa segala hal dalam alam semesta itu dapat dijabarkan serta juga dijelaskan dalam rangka kegiatan atau aktivitas satu unsur dasar. Misalnya ALLAH. 2) Teori yang menyatakan bahwa segala hal itu berasal dari satu sumber terakhir tunggal 3) Keyainan, bahwa realitas merupakan satu,serta segala sesuatu lainya ialah ilusi 4) Ajaran yang mempertahankan bahwa suatu ajarn pokok seluruh esksistensi ialah satu sumber. Dualisme Istilah dualisme ini berasal dari bahasa yunani ,dualis yang memiliki arti dan bersifat dua. Berbeda dengan monisme yang memiliki pandangan bahwa hanya ada satu (1) subtansi, maka dualisme ini justru berpandangan bahwa terdapat dua subtansi dalam kehidupan ini. Dalam pembahasan filsuf Rene Descartes wcana konsep dualisme ini dianggap sempurna. Yang mana dualisme ini berhubungan dengan manusia,Rene Descartes juga memandang manusia ialah sebagai makhluk yang berasal dari dua subtansi yakni jiwa sebagai alat berpikir serta tubuh jasmaniah yang memiliki sifat fisikal. Kedua subtansi ini saling terpisah antara satu sama lain. Dalam pemikiran inilah,dualisme menurut Rene Descartes ini ialah dua subtansi terpisah. Namum , Rene Descartes juga percaya bahwa selain 2 ( dua) subtansi tersebut terdapat satu lagi yang memilki sifat absolut yakni Tuhan. Pluralisme Istilah ini berasal dari bahasa latin pluralis yang memiliki arti jamak atau plural. Pada saat berbicara mengenai alam semesta ,Empedoksles ini menyatakan bahwa alam jaga raya yang kita saksikan ini terdiri dari empat (4) unsur yakni tanah,udara,api,dan air. Sedangkan Anaxagoras ingin membawa teori ini kearah lebih jauh. Setelah melakukan kajian dengan secara seksama Anaxgoras kemudian menimpulkan bahwa tidak hanya empat unsur tersebut yang membentuk alam semesta. Bagi Anaxgoras itu terdapat jutaan usnur bahkan subtansi yang terhitung jumlahnya.



CONTOH KASUS DALAM ONTOLOGI : 



Contoh lain dari ontologi adalah tentang sahabat kita. Mungkin memiliki seorang sahabat yang kita kenal sejak sekolah dasar. Setelah kita lama berpisah,kita bertemu kembali 15 taun kemudian dalam sebuah acara. Saat bertemu kembali ,kita mungkin melihat adanya perubahan fisik dari sahabat kita itu,seperti terlihat lebih tua, lebih tinggi, lebih gemuk, dan perubahan perubahan lain yang mungkin terjadi secara fisik. Namun,terlepas dari perubahan fisiknya,tetap ada sesuatu yang tidak pernah berubah dari sahabat kita tersebut.sesuatu yang tidak berubah itulah membuat kita tetap bisa mengenali dan mengetahui bahwa dia masih sahabat kita yang sama. Hal inilah yang disebut dengan ontologi dari sahabat kita. CONTOH KASUS ONTOLOGI PENDIDIKAN :











Secara umum ontologi yaitu cabang ilmu filsafat yang membahas segala sesuatu yang ada,berwujud dan berasal dari pengetahuan dan bersifat rasional.sedangkan ontologi dalam pendidikan yaitu hakikat yang harus ada dalam pendidikan sebagai identitas. Contoh dari ontologi pendidikan yaitu visi misi lembaga pendidikan atau sekolah. Di dalam lembaga pendidikan atau sekolah visis misi merupakan komponen yang harus ada. Karena visis misi ini merupakan perjalanan yang harus di tempuh untuk mencapai suatu tujuan atau hasil. Maka dalam ilmu filsafat pendidikan visi misi yang merupakan identitas dari suatau lembaga pendidikan atau sekolah yang harus dapat membukatikan dan mengeksistensikannya. Jadi visi misi ini tidak hanya terpampang dan hanya bacaan saja tetapi juga ada pembuktianya. Ada eksistensi dan menunjukan bahwa lembaga pendidikan ini ada dan tujuan di ciptakan suatu lembang itu sendiri.



FUNGSI DAN MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI SEBAGAI CABANG FILSAFAT ILMU ANTARA LAIN : 



Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep konsep , asumsi asumsi dan postulat postulat ilmu. Di antara asumsi dasar keilmuan antara lain :











1) Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar benar ada. 2) Dunia empiris itu dapat di ketahui oleh manusia dengan panca indera. 3) Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainya secara kasual. Kedua : ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral, komprehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal hal yang khusus untuk di kaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan simpulan yang parsial dan terpisah pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuan berarti tidak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain. Ketiga : ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu ilmu khusus. Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya ada kemungkinan terjadinya konflik perebutan bidang kajian, kemungkinan lain adalah justru terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apapun. Dalam hal ontologi berfungsi membantu memetakan batas batas kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu ilmu yang dapat diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad. Namun pada dasarnya termontologi pertama kali diperkenalakan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian wolff membagi metafisika menjadi dua yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencangkup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat adalah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas adalah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu bukan keadaan sementara atau keadaan yang merubah. Ontologi menyelediki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori kategori yang



logis yang berlainan (objek objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. Ontologi di anggap sebagai teori mengenai prinsip prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir akhir ini ontologi dipandang sebaga teori mengenai apa yang ada. Ontologi sering di indentikan dengan metafisika yang juga di sebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan,persekutuan,sebab akibat,realita,atau tuhan dengan segala sifatnya. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesustu yang ada. Para ahli memberikan pendaptanya tentang realita itu sendiri, diantara Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu subtansi dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita liat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata atau real. Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas terampil dalam kuantitas atau jumlah telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.



Nama : Dini Nahndiya



NIM : 43020200060



2. PROBLEM-PROBLEM DALAM ONTOLOGI Secara mikro, telaah ilmu pendidikan Islam menyangkut seluruh komponen dalam unsur yang termasuk didalamnya dalam pendidikan Islam. Sedangkan secara makro, objek formal ilmu pendidikan Islam ialah upaya normatif (sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam fenomena qauliyah dan kauniyah) keterkaitan pendidikan Islam dengan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama baik dalam skala kedaerahan, nasional maupun internasional. Objek kajian pendidikan Islam senantiasa bersumber dari landasan normatif Islam yaitu al-qur’an (qauliyah) melalui pengalaman batin nabi Muhammad SAW yang kemudian kita kenal dengan wahyu. Kemudian disampaikan kepada seluruh umat dan alam semesta (kauniyah/sains). Dari kedua landasan inilah kemudian digali dan dikaji sehingga melahirkan konsep dan teori pendidikan yang bersifat universal. Kemudian, teori dan konsep yang bersifat universal tersebut dalam kegiatan eksprimen dan penelitian ilmiah pada gilirannya mampu melahirkan teori-teori atau ilmu pendidikan Islam dan diuraikan secara operasional untuk kemudian dikembangkan menjadi metode, kurikulum dan teknik pendidikan Islam. Kajian pendidikan Islam senantiasa bertolak pada problem yang ada didalamnya, kesenjangan antara fakta dan realita, kontroversi antara teori dan empiri. Maka dari itulah, wilayah kajian pendidikan Islam bermuara pada tiga problem pokok, antara lain: a. Fondational Problems, yang terdiri dari atas religious fondation and philosophic foundational problems, empiric fondational problems, (Masalah dasar, fondasi agama dan masalah landasan filosofis-empiris) yang didalamnya menyangkut dimensi-dimensi dan kajian tentang konsep pendidikan yang bersifat universal, seperti hakikat manusia, masyarakat, akhlak, hidup, ilmu pengetahuan, iman, ulul albab dan lain sebagainya. Yang semuanya bersumber dari kajian fenomena qauliyah dan fenomena kauniyah yang membutuhkan pendekatan filosofis. b. structural problems (masalah struktural), ditinjau dari struktur demografis dan geografis bisa dikategorikan ke dalam kota, pinggiran



kota, desa dan desa terpencil. Dari struktur perkembangan jiwa manusia bisa dikategorikan kedalam masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan manula. Dari struktur ekonomi dikategorikan kedalam masyarakat kaya, menengah dan miskin. Dari struktur rumah tangga, terdapat rumah tangga karier dan non karier. Dari struktur jenjang pendidikan bisa dikategorikan kedalam pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.



c. Operational problem (masalah operasional), secara mikro akan berhubungan dengan dengan berbagai komponen pendidikan Islam, misalnya hubungan interaktif lima faktor pendidikan yaitu tujuan pendidikan, pendidik dan tenaga pendidikan, peserta didik dan alat-alat pendidikan Islam (kurikulum, metodologi, manajemen, administrasi, sarana dan prasarana, media, sumber dan evaluasi) dan lingkungan atau konteks pendidikan. Atau bisa bertolak dari hubungan input, proses dan output. Sedangkan secara makro, menyangkut keterkaitan pendidikan Islam dengan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama baik yang bersifat Nasional dan Internasional.



Ontologi kefilsafatan dan Pertautan nya dengan Ayat-ayat Untuk Berfikir Rasionalitas ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta ontaberarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Namun pada dasarnya teori ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.1 Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang



membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini monoisme, dualisme, atau pluralisme. Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu realita itu dapat bervariasi.2 1 Musa Asy’arie,Filsafat islam, (Yogyakarta:LESFI,1992)hlm.18 22 Suparman Syukur, Espitemologi Islam Skloastik,(Semarang:Pustaka Pelajar,2007)hlm.205-206.



Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakekat hidup. Ontologi diartikan juga dengan hakekat apa yang terjadi. Masalah-masalah pendidikan Islam yang menjadi perhatian ontologi menurut Muhaimin adalah dalam penyelenggaraan pendidikan Islam diperlukan pendirian mengenai pandangan manusia, masyarakat dan dunia. Lalu pendirian mengenai pandangan manusia, masyarakat dan dunia yang seperti apa atau yang bagaimana yang dikehendaki sesuai dengan pendidikan nasional. Menurut Al-Qur’an, manusia diberi tugas Allah sebagai khalifah. Manusia mendapatkan wewenang dan kuasa untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusia pun mempunyai potensi untuk melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan tanggung jawab manusia sendiri. Untuk dapat mendidik dirinya sendiri, manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakekat manusia, bagaimana hakekat hidup dan kehidupannya? Apa tujuan hidup dan apa pula tugas hidupnya. Dimensi ontologis mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk berhubungan langsung dengan fisik objek-objek, serta berkaitan dengan pelajaran yang memanipulasi benda-benda dan materi-materi kerja. Apalagi jika menyangkut tentang kurikulum 2013. Dalam kurikulum yang sering disebut dengan K13, menggunakan dasar ontoogis yang penuh makna. Siswa dituntut agar bias menjadi orang yang berkarakter cerdas dan kreatif serta tidak mengenyampinkan nilai-nilai budaya atau rohani. Implikasi dimensi ontologi dalam kurikulum pendidikan ialah bahwa pengalaman yang ditanamkan kepada peserta didik tidak hanya sebatas pada alam fisik. Maksud alam tak terbatas adalah alam rohaniah atau spiritual, yang



menghantarkan manusia pada keabadian. Disamping itu, perlu juga ditanamkan pengetahuan tentang hukum dan sistem kemestaan yang melahirkan perwujudan harmoni di dalam alam semesta termasuk hukum dan tata tertib yang menentukan kehidupan manusia di masa depan. Bagaimanakah yang ada itu? (how is being ?) Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi atau berubah-ubah? Dalam hal ini Zeno (490-430 SM) menyatakan, bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka (Kattsoff, 1987:246). Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel. Seperti yang dikatakan oleh Whitehead, bahwa alam ini dinamis, terus bergerak dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir terus secara kreatif (Iqbal, 1981:35).



Di manakah yang ada itu? (where is being ?). Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kudrati, universal, tetap abadi dan abstrak. Sementara aliran materilaisme berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual, berubah-ubah dan riil. Dalam hal ini Kattsoff memberikan banyak term dasar mengenai bidang ontologi, misalnya: yang ada (being), kenyataan (reality), eksistensi (existence) perubahan (change), tunggal (one), dan jamak (many). Semua istilah tersebut dijabarkan secara rinci oleh Kattsoff (lihat Kattsoff, 1987: 194). Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berbeda dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penalaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti penciptaan surga dan neraka) diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain (agama). Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetauhan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologi tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat impiris ini adalah merupakan konsistensi pada asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penyusunan peryataan yang benar secara ilmiah (Jujun, 1986: 3). Ontologi keilmuan juga merupakan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan, sebagaimana dituturkan di atas. Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya (das sein) dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi secara fisik. Ini berarti, bahwa secara metafisik ilmu terbebas dari nilai-nilai dogmatis. Suatu



peryataan diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah hanya setelah melalui pengkajian/penelitian berdasarkan epistemologi keilmuan. Untuk membuktikan kebenaran peryataan tersebut maka langkah pertama adalah, melakukan penelitian untuk menguji konsekuensi deduktifnya secara empiris, sejalan dengan apa yang dikatakan Einstein: “Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun juga teori yang disusunnya. Menurut Jujun (1986:4), metafisika keilmuan yang berdasarkan kenyataan sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya (das sollen). Ilmu justru merupakan pengetahuan yang bisa dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan-tujaun yang mencerminkan das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena alam. Kecenderungan untuk memaksakan nilai-nilai moral secara dogmatik ke dalam argumentasi ilmiah menurutnya hanya akan mendorong ilmu surut ke belakang (set back) ke zaman Pra-Copernicus dan mengundang kemungkinan berlangsungnya inquisi ala Galileo (1564-1642 M) pada zaman modern. Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah: ontologi, epistemologi dan aksiologi (Jujun, 1986 : 2).Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, Ontologi merupakan salah satu di antara lapanganlapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini dalam pikiran Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan ontologis, sebagaimana Thales ketika ia merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat ”yang ada” (being) itu, yang pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah air. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) (Jujun, 1986 :2). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaiman yang ada (being) itu. Paham idealisme atau spiritualisme, materialisme, dualisme, pluralisme dan seterusnya merupakan paham ontologis yang akan menentukan pendapat dan bahkan keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenaran dan kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu (Koento Wibisono, 1988 :7).



Louis O. Kattsoff (1987 : 192) membagi ontologi dalam tiga bagian: ontologi bersahaja, ontologi kuantitatif dan kualitatif, serta ontologi monistik. Dikatakan ontologi bersahaja sebab segala sesuatu dipandang dalam keadaan sewajarnya dan apa adanya. Dikatakan ontologi kuantitatif karena dipertanyakannya mengenai tunggal atau jamaknya dan dikatakan ontologi kualitatif juga berangkat dari pertanyaan: apakah yang merupakan jenis kenyataan itu. Sedangkan ontologi monistik adalah jika dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal adanya; keanekaragaman, perbedaan dan perubahan dianggap semu belaka. Pada gilirannya ontologi monistik melahirkan monisme atau idealisme dan materialisme (lihat, Hery, 17-18). Ada beberapa pertanyaan ontologis yang melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Misalnya pertanyaan: Apakah yang ada itu? (what is being?), bagaimanakah yang ada itu (how is being?) dan di manakah yang ada itu? (where is being?). A. Apakah yang ada itu (what is being ?) Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir empat aliran filsafat, yaitu: monisme, dualisme, idealisme dan agnotisme. Selama ini upaya telaahan, kajian atau penelitian pendidikan di Indonesia sebagian besar baru tercurah pada bidang permasalahan operasional pendidikan di lingkungan persekolahan (mulai TK/SD hingga PT). Sementara kajian terhadap ranah lainnya masih terhitung langka dan terbatas.Padahal kajian fundasional dan struktural akan berkontribusi signifikan terhadap kekokohan landasan keilmuan dan sistem pendidikan nasional. Di samping itu, secara objektif anak-anak bangsa ini mengalami interaksi pedagogis, baik formal, non-formal maupun informal yang berlangsung sepanjang siang dan malam pada ketiga milieu keluarga, sekolah dan masyarakat. Bagaimanapun proyeksi manusia Indonesia masa depan bergantung pada kebijaksanaan keputusan masa kini.*(Bandung, 10102014)



REFERENSI



1. Abin S.M. 2004. Konsep Pendidikan dan Pembelajaran Kebutuhan Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Applebaum, W. (Ed). 2000. Encyclopedia of the Scientic Revolution. New York & London:Garland Publishing, Inc.



3. Brezinka, W. 1992. Philosophy of Educational Knowledge. London: Kluwer Academic Publishers. 4. Mochtar B. 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press. 5. Rochman N., dkk. (Eds.). 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press. 6. Sunaryo K. 2011. Resureksi ilmu pendidikan dan penyehatan Kultur pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.



7. Sunaryo K. 2012. Penyehatan Kultur Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 8. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.



9. H.A.R. Tilaar. 2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.



Teori belajar sibernetik merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,



terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Tinjauan aspek ontologi menjelaskan daya ingatan individu terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling rinci sampai informasi yang diinginkan diperoleh. Tinjauan aspek epistemologi menjelaskan cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen: Sensory memory atau sensory register ( SM/SR), Short Term Memory (STM), Long Term Memory (LTM). Tinjauan aspek aksiologi dijelaskan pengelolaan pembelajaran menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan eksternal. Sebab memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan manusia pun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir (Suparlan, 2008: 91). Pendidikan, sebagai salah satu dari serangkaian persoalan yang melekat secara kodrati di dalam kehidupan manusia dapat dianalisis secara sistematis, integral, menyeluruh, mendasar dan objektif melalui kajian filsafat.



Sebagaimana dikemukakan seorang filsuf dari Amerika, John Dewey (dalam Imam Barnadib (1993: 3) filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, atau filsafat merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Persoalan manusia yang berkaitan dengan bidang pendidikan itu sendiri sebenarnya masih merupakan suatu hamparan yang sangat luas. Apalagi



pada era transformasi glabalisasi pada dekade terakhir ini, persoalan pendidikan semakin kompleks dan rumit. Konsep pendidikan dalam arti luas sebagaimana dijelaskan Soegarda Poerwakawatja (1976 dalam Jalaludin, 2007: 21) sebagai perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan dan keterampilannya kepada generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan dari proses pekembangan tersebut secara alamiah adalah kedewasaan, kematangan dari kepribadian manusia. Dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, pendidikan membutuhkan fungsi manajemen. Suharsimi Arikunto (2008: 4) menjelaskan manajemen pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang bergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Pada kajian ini bermaksud mengangkat satu fenomena persoalan pendidikan yang berkaitan dengan manajemen pendidikan, ditinjau dari ilmu filsafat. Tinjauan filsafati yang dimaksud meliputi ontologi, epitemologi dan aksiologi difokuskan pada persoalan manajemen pendidikan. Bidang manajemen pendidikan memiliki objek kajian fungsi manajemen dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Ruang lingkup persoalan manajemen pendidikan pada kajian ini secara khusus diwawas dari sudut pandang teori belajar sibernetik, sehingga menurut wilayah kerjanya manajemen pendidikan yang dikaji termasuk manajemen kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 6) manajemen kelas merupakan “dapur inti “ dari seluruh jenis manajemen pendidikan, artinya walaupun wilayah kajiannya sempit namun menempati posisi yang sangat penting dan mendasar dalam manajemen pendidikan.



Dalam manajemen kelas seringkali digunakan istilah “pengelolaan kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial. Dalam lingkup pengelolaan pembelajaran di kelas, guru adalah pelaksana manajemen kelas. Sebagaimana dikemukakan pada bagian pendahuluan, manajemen pendidikan yang dimaksud pada kajian ini adalah manajemen tingkat kelas, yang dilaksanakan oleh guru di dalam mengelola pembelajaran di kelas. Fungsi manajemen pembelajaran di kelas meliputi tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian pembelajaran. Dari keseluruhan fungsi manajemen pembelajaran tersebut secara khusus menempatkan aktivitas pembelajaran sebagai penerapan teori belajar sibernetik. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.



Proses dalm mengolah informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memori. Dari proses pengolahan informasi ini akan menentukan perubahan perilaku atau hasil belajar siswa. Pendekatan teori sibernetik yang berorientasi pada pemrosesan informasi ini dikembangkan oleh Gagne ,Berliner, Biehler dan Snowman, Baine serta Tennyson. Teori belajar sibernetik sebenarnya merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.



Dengan demikian kegiatan memproses informasi meliputi: (a) mengumpulkan dan menghadirkan informasi (encoding), (b) menyimpan informasi (storage), (c) mendapatkan informasi dan menggali informasi kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai informasi yang diinginkan diperoleh.



Nama : Muhammad Alfian Zaki Sulthoni NIM : 43020200058



C. ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI 1. Monoisme Menurut bahasa “Mono” artinya Satu sedangkan ‘’Isme’’ memiliki arti Kepercayaan. Paham monoisme ini adalah paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu saru saja/tidak ada yang lain. Jadi dapat diartikan bahwa aliran monoisme ini tidak mempercayai kepercayaan lebih dari satu. Hal ini yang menjadi prinsip sebuah kehidupan di muka bumi ini. Seperti adanya kepercayaan umat islam bahwasanya tuhan hanyalah satu yaitu Alloh swt. Terdapat keyakinan bahwasanya Alloh lah yang menciptakan alam semesta ini, yang membuat tumbuhnya kehidupan di muka bumi. Seperti yang diungkapkan tokoh filsuf dari Yunani yang bernama Thales atas perenunganya terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan dia menyimpulkan bahwasanya “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segalanya”. Yang dimaksud substansi disini adalah pokok-pokok teramat penting. Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulanya tersebut melainkan pendirianya bhwa mungkin segala sesuatu yang berasa dari satu substansi saja. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran yaitu Materialisme dan Idealisme: •



Materialisme Materialisme terdiri dari dua kata “materi” yang artinya sesuatu yang terlihat dan “isme” yang artinya kepercayaan. Materialisme dapat diartikan bahwasanya hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Materialism memandang materi adalah primer. Karena pada dasarnya semua hal yang terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.



Paham Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filsuf Thales, Demokritus, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham materialism ini menganggap bahwa materi berada diatas segalanya. Pada awalnya, paham materialism tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan orang-orang menganggap hal yang asing. Baru pada zaman pencerahan (aufkalrung), Paham materialism mendapatkan tanggapan di Eropa Barat. Dan pada abad ke-19 paham ini mulai banyak yang mengikuti di wilayah barat karena banyak filsuf yang menganut paham tersebut seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner dan Haeckhel. Ciri-ciri filsafat Materialisme: •



Segala yang ada/wujud berasal dari satu sumber yaitu materi.







Paham ini tidak meyakini adanya alam ghaib.







Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.







Memposisikan



ilmu



sebagai



pengganti



agama



dalam



meletakkan suatu hokum. •



Menjadikan kecondonganan tabiat manusia sebagai akhlaq.



Dampak Negatif Materialisme: •



Paham materialism selalu bertolak belakang dengan agama dan dapat membawa orang kepada ateisme







Paham materialism dapat menyebabkan kecemburuan social sehingga terjadi pertentangan social







Paham materialism dapat menyebabkan terjadinya tindakan kejahatan, korupsi







Paham materialism membuat seseorang diper-alat oleh materi sehingga hidupnya tidak bahagia.



Banyak yang menganut aliran materialism karena untuk menunjang hidupnya baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas. Padahal pada dasarnya materialisme mungkin bisa disebut juga gaya hidup yang mewah. Paham materialisme mungkin lebih mengarah pada hal-hal yang negatife. Seperti halnya perilaku korupsi.







Idealisme Idealisme adalah aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Paham ini adalah paham yang bertentangan dengan paham realisme. pencetus paham ini adalah plato. Seluruh filsafat plato bertumpu pada ajaran tentang ide. dan ia percaya bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada yang dapat dikenal lewat panca indra. Plato juga mengaku bahwa dunia inderawi yang serba majemuk dan puspa ragam juga termasuk realitas akan tetapi bukan realitas yang sebenarnya. Jadi idealisme yang dibawa oleh plato berbeda dengan idealism modern. Sebab dunia Ide bagi plato merupakan suatu hal yang obyektif, dan idealism plato sering disebut idealisme realistis sedangkan idealisme moden bersifat subjektif maka dari itu sering disebut idealisme subjektif



Jenis-jenis Aliran Idealisme:







Idealisme Subjektif



Idealisme subyektif merupakan filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau diri sendiri. Maka pandangan ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah ide/fikiran dirinya sendiri. Seorang filsuf yang bernama Berkeley menyatakan bahwa “ketertiban dan konsistensi alam adalah rill disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal tuhan, akal yang tertinggi adalah pencipta dan pengatur alam dan kehendak tuhan adalah hukum alam. Pandangan-pandangan idealisme dapat kita temui dalam kehidupan



sehari-hari, misalnya dalam perkataan-



perkataan orang seperti sebagai berikut: 1. Baik buruknya keadaan masyarakat tergantung pada orang yang menerimanya, ialah baik bagi mereka yang menganggapnya baik, dan ia akan nampak buruk bagi mereka yang menganggapnya buruk. 2. Kerusakan dan juga kekacauan sekarang timbul karena orang yang memimpinnya tidak jujur, jikalau mereka diganti oleh orang yang jujur maka keadaan tidak seperti ini. 3. Perkataan ‘”Aku bisa, pasti kamu bisa juga” 



Idealisme Objektif



Idealisme Objektif adalah paham idealisme yang bersumber pada ide diluar ide manusia. Dapat dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Menurut pandangan objektif, materi adalah ide dalam pikiran tuhan, bebas dari tangkapan manusia. Aristoteles mengatakan bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh syistem hirarki dunia alam semesta begitu juga hirarki yang ada pada masyarakat feodal. 2. Dualisme Dualisme berasal dari kata lain yaitu duo yang berarti dua. Sedangkan menurut istilah dualisme adalah suatu ajaranyang menyatakan realitas itu terdiri dari substansi yang berlainan dan bertolak belakang.



Terdapat sebagian orang yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran perpaduan antara idealisme dan materialisme, hal ini dikatakan sebab alam wujud terdiri dari dua hakikat yaitu materi dan ruhani. Tokoh-tokoh yang berpendapat mengenai dualisme yaitu: 



Immanuel kant Ia berpendapat bahwasanyya perbedaan antara gejala dunia (fenomena) dan dunia haikiki(noumena)







Rene Descartes Ia berpendapat bahwa budi adalah substansi non fisik dan dia juga membedakan dengan otak sebagai tempat kecerdasan. Orang pertama yang menggunakan konsep aliran dualisme adalah Thomas Hyde. Dia mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran pikiran yang berbeda secara subtantif



plato juga pernah mengatakan



bahwa dunia adalah pengalaman yang selalu berubah-ubah. Lebih dari itu plato juga mengakui adanya dua substansi yang masing masing substansi mandiri dan tidak saling bergantung yaitu dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti. Seorang filsuf perancis mengatakan perbedaan antara substansi pikiran dan substansi keluasan . Untuk contoh dari dualisme sendiri yaitu : Alloh/Alam Semesta, Jiwa/Badan, Kekuatan kebaikan/Kekuatan kejahatan, Realitas aktual/Realitas kemungkinan. Dalam paham dualisme alam semesta dapat dijelaskan dengan dua bidang(dunia).



3. Pluralisme Secara garis besar Pluralisme dibagi menjadi 2 kata yaitu pertama “Plural”



yang



artinya



beragam



dan



“isme”



yang



rtinya



paham/kepercayaan. Jika kata tersebut digabungkan maka akan menjadi paham yang beragam. Jadi pluralime dapat diartikan sebagai sebuah



kerangka yang dimana hal itu dapat mempersatukan kehidupan bermasyarakat karena menganut paham yang penuh toleransi antara satu sama lain. Dalam penerapan pahamnya. Pluralisme dibagi menjadi beberapa yaitu Pluralisme agama, Pluralisme Ilmu Pengetahuan, Pluralisme Sosial, Pluralisme Budaya, Pluralisme Media dll. Pluralisme dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Pluralisme Prespektif Pluralisme prespektif dapat diartikan sebagai sudut pandang penilaian seseorang tentang sesuatu baik itu lewat tulisan maupun lewat lisan. Sebagai contoh dalam keseharian mengenai prespektif dikehidupan sehari-hari yaitu ketika kita mengomentari foto teman kita di sosial media. Hal tersebut merupakan prespektif lewat tulisan. 2. Pluralisme Hipotesis Dalam sejarahnya hyipotesis berasal dari bahasa yunani yaitu “hypo” yang artinya dibawah. Sedangkan “thesis” yang artinya pendirian/pendapat dan kepastian. Jadi hyipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara mengenai hal yang belum ditemukan. Sedangkan pluralisme hyipotesis diartikan sebagai sikap ketersediaan untuk menerima jawaban atau pendapat yang berbeda, karena pada fitrahnya semua memiliki hyipotesa/pendapat tersendiri. 3. Pluralisme Metodologi Menurut (Bakker 1984). Metodologi merupakan cara-cara yang mengatur



prosedur



penelitian



ilmiah



pada



umumnya,



sekaligus



pelaksanannya terhadap masing-masing bidang keilmuan secara khusus. Untuk ciri-ciri masyarakat pluralisme : 



Karakteristik masyarakat plural cendrung lebih menghargai perbedaan.







Semua suku ataupun etnik lebih suka bekerja sama antara satu sama lain







Masyarakat dapat menyampurkan budaya yang satu dengan yang lain atau biasa disebut akulturasi budaya.



4. Nihilisme Nihilisme adalah suatu paham yang artinya meniadakan atau juga dapat diartikan menghapuskan dan memusnahkan, artian ini diambil dari kata kerja yaitu ANNIHILATE. Dalam paham nihilisme ini disebutkan bahwa di dunia ini terutama keberadaan manusia di dunia tidak memiliki suatu tujuan(nihil). Semua pandangan ini tidak ada bukti pendukung adanya ang pencipta. Sebab tokoh-tokoh filsuf nihilisme ini yaitu Albert Camus, Freud dan Freidrice Nietzsche tidak mempercayai adanya tuhan. Dan oleh sebab itu kehidupan tidak memiliki arti, penganut filsafat ini cendrung lebih memahami kehidupan hanyalah berisi keburukan. Penyebab Lahirnya Nihilisme: 



Setelah Revolusi Industri karena para ilmuan cendrung mengunggulkan ilmu dan industri sehingga dalam posisi tersebut ilmu dan industri menggantikan Tuhan.







Perang dunia dan Revolusi berdarah membuat kehidupan semakin gelap.







Karena kemiskinan yang melanda ribuan orang dan hanya sebagian kecil yang meraskan kemewahan membuat orang miskin tersebut berfikir negatif.







Munculnya dan banyaknya penganut paham materialisme yang dapat menjauhkan kehidupan manusia dari tuhan







Mulai berubahnya nilai-nilai manusia meliputi nilai akhla dan nilai etika.







Pemikiran tentan Teori Darwin yang membuat manusia semakin bingung dan mengalami keraguan dalam bertindak dalam kehidupan



5.   Agnostisisme 



Secara bahasa agnostisis berasal dari bahasa yunani yaitu “gnostain” yang artinya tahu dan mengetahui. Dan huruf “A” artinya tidak. Atau secara aslinya agnostisisme berarti seseorang yang tidak mengetahui. Dalam arti populer “agnostik” diartikan sebagai seseorang yang tidak percaya atau mendustakan keberadaan tuhan/dewa, sedangkan “Teis” adalah orang yang tidak akan alloh, atau bisa disebut ateis. Hal tersebut dikemukakan oleh filsuf William L. Rowe. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang memiliki paham Agnostisisme adalah orang yang tidak percaya tuhan ataupun tidak percaya Alloh. Dalam artian lain agnostisisme adalah pandangan manusia mengenai kebenaran ada tidaknya tuhan karena manusia tidak mampu memberikan alasan rasional yang memadai untuk memutuskan kepercayaan kepada Alloh. Jenis jenis agnotisisme : A. Agnostik Ateisme Paham ini adalah paham dimana orang tidak mempercayai adanya tuhan ataupun dewa, tapi para penganut paham ini tidak menyatakan tahu atau tidaknya keberadaan tuhan/dewa, mereka meyakini bahwa setelah kematian semua akan berakhir. Dan kehidupan dunia ini tidak ada yang mengatur. B. Agnostik Teisme Paham ini hampi sama dengan paham ateisme, sama-sama tidak percaya adanya tuhan ataupun dewa akan tetapi paham ini masih mempercayai keberadaan tuhan/dewa tersebut. C. Apatis/Agnostisisme Pragmatis Pandangan ini adalah pandangan yang tidak mempercayai ada/tidaknya bukti keberadaan tuhan. Atau dapat disebut sebagai sikap tidak peduli (apatis) kepada alam semesta dan juga keberadaan penghuni alam semesta. D. Agnostisisme Kuat



Paham ini juga disebut “keras”, “tertutup”, “Ketat” atau “permanen”. Pandangan ini menyebutkan bahwasanya pertanyaan tentang adanya tuhan /dewa tidak dapat diketahui dengan alasan ketidakmampuan pengetahuan. Seseorang yang menganut paham agnostik kuat akan berkata “aku tidak tahu apakah tuhan itu ada atau tidak, begitu juga kamu” E. Agnostisime Lemah Paham ini juga disebut “lunak”, “empiris”, “terbuka”, atau “agnostisisme duniawi”.pandangan paham ini mengatakan bahwasanya ada atau tidaknya tuhan saat ini tidak diketahui, tetapi belum tahu untuk kemudian hari. Sehingga jika ada seseorang yang mempercayai tuhan itu berarti harus melalui bukti yang autentik karena itu sebagai alasan untuk percaya. Seseorang yang menganut paham agnostik lemah ia akan berkata “Aku tidak tahu apakah ada tuhan ada atau tidak, tapi mungkin suatu hari nanti, jika ada bukti, kita dapat menentukan sesuatu.” Kesimpulan Jadi dapat diambil keseimpulan mengenai 5 aliran tersebut, bahwasanya antara aliran satu deengan aliran yang lain hampir memiliki kemiripan/kesamaan. Jika kita mempelajari satu aliran maka aliran tersebut akan memiliki cabang lagi sehingga semuanya tampak berhubungan erat mulai dari aliran Monoisme. Dualisme, Pluralisme, Nihilisme dan agnostisisme.



-Selesai-