Alkitab Dan Liturgi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALKITAB DAN LITURGI E.H van Olst PT. BPK Gunung Mulia – 2016



Ucapan syukur saya naikkan kepada Allah penguasa segala sesuatu yang mengadakan liturgi dalam kehidupan ini. Terima kasih untuk Bapak Arnol yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pemahaman tentang liturgi melalui matakuliah Liturgika khususnya menugaskan mahasiswa untuk mengulas buku Alkitab Dan Liturgika yang di tulis oleh E.H van Olst. Sebagai orang kristen sejak lahir saya sudah terbiasa dengan sebuah liturgi kebaktian kristen, baik yang dilakukan di gereja maupun di rumah, di gedung serba guna, di ruang terbuka bahkan di pemakaman. Menurut saya liturgi adalah suatu tata cara ibadah atau tata cara kebaktian. Meskipun saya anggota tetap suatu gereja, bersekutu dan mengetahui tata acara ibadah gereja lain sesekali saya lakukan untuk memahami keanekaragaman perbedaan yang ada di kekristenan. Sebelum membaca buku Alkitab Dan Liturgia, pengertian saya akan liturgi lebih menekankan pada keteraturan saat beribadah saja, untuk mendatangkan keseragaman dan keindahan. Latar belakang Mr. E.H van Olst yang adalah seorang guru besar Filsafat Antropologi di Free University di Amsterdam membuat saya ingin segera membaca hasil karyanya, selain itu karena belum pernah membaca buku tentang liturgi membuat saya berkomitmen untuk memprioritaskan buku yang dari sampulnya terkesan unik ini. Dimulai dengan membaca ulasan dari beberapa teolog di halam belakang sampul buku, yang memberikan pernyataan bahwa buku ini istimewa, lalu meneliti bahwa buku ini sudah 10 kali dicetak dan kata sambutan dari Pdt. Jan Aritonang yang menerangkan bahwa buku ini berkualitas dan diminati sayapun mempersiapkan diri untuk menyelami cara pikir Mr. Olst. Halaman demi halaman saya lewati, ditemani oleh aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menolong untuk mengartikan kata-kata adopsi dari bahasa asing yang bersifat ilmiah yang belum saya pahami. Sebagai orang Indonesia yang belum pernah tinggal di luar negeri dan memahami bahwa liturgi Kristen adalah suatu produk impor, saya berusaha untuk mengikuti tulisan Mr.Olst dengan cara berpikir barat yang terbatas. Saya suka pernyataannya bahwa Alkitab merupakan dasar dalam membangun struktur liturgi dan perkataan bahwa Allah menyapa 1



umat-Nya melalui liturgi adalah inisiatif Allah yang kreatif serta mencerminkan kasih Allah pada manusia yang berdosa. Dari dua pernyataan itu saya melihat gambaran iman Mr.Olst, pribadi yang sudah mengalami sapaan Allah berlandaskan Alkitab, serius dan terbuka. Gaya bahasa yang langsung, tidak bertele-tele membuat tulisan Mr.Olst dapat diikuti setiap orang yang tertarik untuk mengetahui tentang liturgi. Meskipun bahasa yang digunakan tinggi dan ilmiah, seseorang yang bersedia belajar dapat memahami jalan pikiran penulis akan mendapatkan arti penting tentang liturgi. Penjelasan beliau bahwa liturgi adalah realitas simbol, perayaan dan bermain di hadirat Allah merupakan esensi liturgi memberi pencerahan yang menolong saya untuk kedepannya mempersiapkan diri sebelum masuk dalam liturgi. Maksudnya, saya akan memastikan tidak ada penghalang yang menjadi hambatan untuk saya menerima pembaharuan janji Tuhan dalam sebuah kebaktian. Salah satu contohnya, sebelum ibadah mengambil langkah berdamai dengan sesama bila ada ketidak cocokan dengan melihat pada Allah. Penulis banyak memakai ayat dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, hal ini konsisten dengan dasar yang diusung oleh penulis bahwa struktur liturgi dibangun berdasarkan Alkitab. Selain itu kepustakaan yang digunakan cukup bervariasi, sumber tulisan berasal dari Belanda maupun penulis dari negara lain, menunjukkan jati diri penulis yang terpelajar dan bersedia belajar. Kata-kata asing digunakan untuk menunjuk sebuah karya sebagai referensi, nama seseorang, nama tempat atau suatu istilah dapat membuat orang yang tidak serius akan undur untuk membaca buku ini, namun seorang yang menekuni iman dan menyadari suatu kualitas akan membaca sampai selesai karya yang berwawasan luas ini. Adanya pengulangan dari point yang sudah dibicarakan di halaman depan lalu diulang pada beberapa halaman kemudian terkesan membosankan namun saya mencoba melihat makna yang tersirat dari proses pengulangan tersebut. Sesuatu yang diulang menunjukkan penekanan bahwa hal itu penting, sebagai seorang guru tentulah Mr.Olst ingin memastikan ia tidak melewatkan informasi yang krusial dalam pengajarannya. Namun saya menemukan hal yang menarik dalam memahami materi di halaman 59 , sebelumnya penulis sudah menekankan bahwa olam tidak bisa diterjemahkan “kekal” karena olam bersifat siklis dan berakhir ketika perjalanan siklisnya selesai. Tetapi dikatakan RSV (Revised Standard Version 1952) menerjemahkan olam artinya “kekal” ( dari generasi ke generasi) untuk kalimat : Allah adalah dari olam sampai ke olam (Mazmur 90:2) , karena olam pada akhirnya mengulang dirinya dan dengan demikian orang dapat berkata tentang olam dalam bentuk



2



jamak (olamim). Satu kata yang bermakna ganda , olam suatu siklus dan olam suatu kekekalan. Kalimat, liturgi bukanlah sekedar merupakan suatu isu “spiritual” tetapi isu yang menyangkut keseluruhan diri manusia, jiwa dan badan ( hal 117), menjembatani saya memahami liturgi dalam kehidupan barat. Bila saya sering mendengar ada golongan yang mengatakan barat adalah Kristen, setelah mendalami kalimat diatas saya mengerti. Para bapak bangsa negara barat menerapkan liturgi dalam kehidupan bernegara meskipun warga tersebut tidak beragama Kristen, liturgi membuat suatu gaya hidup yang mendatangkan kesejahteraan. Oleh sebab itu setiap orang harus menyadari pentingnya untuk masuk dalam liturgi, baik sebagai pelayan maupun yang dilayani dalam komunitas orang percaya sebelum menerapkan liturgi itu dalam kehidupan sehari-hari yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan orang yang belum percaya. Setelah membaca buku Alkitab dan liturgia saya memahami bahwa sebuah liturgi lebih dari keteraturan dan keindahan dalam beribadah, yang paling utama adalah kehadiran Tuhan untuk memperbaharui perjanjian-Nya agar dapat dirasakan oleh seluruh yang menghadiri ibadah. Karya ini juga membuat saya mengagumi sebuah liturgi, menerima bahwa liturgi pekerjaan yang tidak lepas dari kehidupan dan berulang terus, mistis dan menggairahkan. Merupakan kesatuan etika yang menyeluruh, dibutuhkan selama hayat dikandung badan untuk menjadikan hidup yang berbuah. Karenanya saya sangat setuju untuk merekomendasikan buku ini kepada sesama orang Kristen agar lebih memahami akan arti liturgi dalam kehidupan ini. Disisi lain buku ini memotivasi saya untuk menggunakan katakata sederhana dalam menghimbau orang lain agar serius dan tidak menganggap gampang sebuah liturgi, supaya bersama-sama dapat menerima pembaharuan janji Tuhan dan berbuah bagi kemuliaan Kristus.



3