Analgetik Dan Hubungan Dosis-Respon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN III “Analgetik dan Hubungan Dosis-Respon”



DI SUSUN OLEH : Azkya Meizha Putri A 200106031 Dosen Pengampu : Apt. Abdurahman Ridho, M.Farm. Asisten



: Riska Permatasari



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum 1.1.1 Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesik suatu obat. 1.1.2 Mampu mengobservasi dan menyimpulkan perubahan respon akibat pemberian berbagai dosis analgetika 1.2. Prinsip Mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri yang ditimbulkan secara eksperimental, yang timbul dengan cara-cara fisik ataupun cara-cara kimia. Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah metode jentik ekor (Tail Flick).



BAB II TEORI DASAR 2.1. Teori Dasar Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC, Nyeri minimal disebabkan oleh dua hal, yaitu iritasi lokal (menstimuli saraf perifer) dan adanya persepsi(pengenalan) nyeri oleh SSP. Pengenalan nyeri bersifat psikologis terhadap adanya nyeri lokal yang disampaikan ke SSP. Rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah diproses dipusat nyeri,impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri. Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. (Tjay, 2007). Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiridari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam, dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal, dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral danimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:



1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain. 2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Ratarata manusia akan merasakannyeri jika menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan. 3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antara lain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+ (ion K positif). Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejangkejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuktajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007). Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Nyeri juga sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan proses dari penyembuhan ( inflamasi ). (Anonim, 2010). Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007). Analgetika dapat mengurangi nyeri dengan menurunkan persepsi nyeri atau menaikan nilai ambang rasa nyeri. Ambang batas nyeri merupakan



titik ketik individu melaporkan bahwa stimulus sangat terasa nyeri. Sehingga toleransi nyeri berbeda pada setiap individu dalam situasi yang berbeda pula. Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni : a. Analgetika perifer (non-narkotik) Analgetik ini tidak bersifat adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan analgetik narkotik. Obat-obatan ini dipakai untuk mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas. Efektif untuk nyeri tumpul pada sakit kepala, disminore (nyeri menstruasi), nyeri pada inflamasi, abrasi minor, nyeri otot, dan arthritis ringan sampai sedang. Kebanyakan dari analgesik menurunkan suhu tubuh yang meningkat, sehingga mempunyai efek antipiretik. Beberapa analgesik seperti aspirin, mempunyai efek antiinflamasi dan juga efek antikoagulan. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini. b. Analgetika narkotik (agonis kuat) Analgetik ini diresepkan untuk mengatasi nyeri yang sedang sampai berat seperti fractura dan kanker. Di Amerika Serikat, Undang-Undang Narkotik Harrison tahun 1914, menyatakan bahwa semua bentuk opium harus dijual dengan resep dan tidak dapat lagi dibeli tanpa resep. Undang-Undang Substansi yang Dikontrol tahun 1970 mengklasifikasikan obat-obat yang dapat menimbulkan adiksi ke lima kategori berdasarkan potensinya untuk penyalahgunaan. Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni : a. Parasetamol b. Salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat c. Penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll d. Derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin e. Derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol f. Lainnya : benzidamin (Tantum)



Metode Pengujian Analgesik Metode Induksi Cara Kimia (Metode Sigmund) a.



Metode Geliat Penilaian obat dilakukan berdasarkan kemampuannya dalam menekan atau



menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara kimia pada hewan percobaan tikus. Rasa nyeri ini pada tikus diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu pada kedua pasang kaki ke depan dan kebelakang serta perut menekan lantai, yang muncul dalam waktu maksimal lima menit setelah induksi (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993). Zat kimia yang digunakan pertama kali adalah fenil p-benzokuinon. Selain fenil p-benzokuinon, digunakan juga zat lain seperti asetilkolin, asam asetat, adrenalin, dan lain-lain (Le Bars dkk, 2001). Beberapa bahan kimia dilaporkan dapat menghasilkan efek geliat tetapi hanya asam asetat dan fenil pbenzokuinon yang sering digunakan sebagai iritan (Pamar and Prakash, 2006). b.



Metode Induksi Nyeri Cara Panas Pada metode ini hewan percobaan ditempatkan diatas plat panas dengan suhu



tetap sebagai stimulus nyeri, memberikan respon dalam bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan, atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon, yang disebut waktu reaksi, dapat diperpanjang oleh pengaruh obat-obat analgesika. Perpanjangan waktu reaksi ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetika (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993). c.



Metode Penapisan Analgesik untuk Nyeri Sendi Obat analgesik tertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri sendi,



tipe nyeri arthritis pada hewan percobaan yang ditimbulkan oleh suntikan intraartikular larutan AgNO3 1%. Setelah diinduksi, terhadap tiap tikus dilakuakn gerakan fleksi pada sendi sebanyak 3 kali dengan interval 10 detik. Sediaan uji dinyatakan bersifat analgesik untuk nyeri sendi, jika hewan tidak mencicit kesakitan oleh gerakan fleksi yang dipaksakan, pada waktu-waktu setelah pemberian sediaan uji (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).



Hubungan Dosis-Respon Respon obat masing-masing individu berbeda-beda. Respon idiosinkratik biasanya disebabakan oleh perbedaan genetik pada metabolisme obat atau mekanismemekanisme imunologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat : 1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor. 2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen. 3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor-reseptor. 4. Perubahan-perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor. A. Hubungan dosis obat – persen responsif : Untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu pada populasi diperlukan satu kisaran dosis. Jika dibuat distribusi frekuensi dari individu yang responsif (dalam 10%) pada kisaran dosis tersebut (dalam log dosis) maka akan diperoleh kurva distribusi normal. B. Hubungan antara dosis obat dengan respon penderita -



Potensi obat : Potensi suatu obat dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, biontransformasi, metabolisme, ekskresi. Kemampuan bergabung dengan reseptor dan sistem efektor. Atau ukuran dosis obat yang diperlukan untuk menghasilkan respons.



-



Efikasi maksimal : Efek maks obat dinyatakan sebagai efikasi (kemanjuran) maksimal / disebut saja dengan efikasi.



Efikasi tergantung pada kemampuan obat tersebut untuk menimbulkan efeknya setelah berinteraksi dengan reseptor. Efikasi dapat dibatasi timbulnya efek yang tidak diinginkan, sehingga dosis harus dibatasi. Yang berarti bahwa efek maksimal tidak tercapai. Tiap obat mempunyai efikasi yang berbeda. Misalnya : Morfin, mampu menghilangkan semua intensitas nyeri, sedangkan aspirin hanya menghilangkan nyeri ringan sampai sedang saja.



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat No. Nama



Gambar



Kegunaan



1 .



Stopwatch



Untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan.



2 .



Spuit injeksi dan jarum



Untuk menyuntikan cairan



3 .



Sarung tangan



Untuk mengurangi kontaminasi langsung dengan hewan uji dan jika hewan uji menggigit tidak langsung terkena kulit tangan



4.



Timbangan hewan



Untuk mengetahui berat tubuh hewan dengan cepat.



5.



Termometer



3.1.2. Bahan No.



Nama



Untuk mengukur suhu



Gambar



Kegunaan



1.



Alkohol 70 %



Sebagai antiseptik, membersihkan luka, dan membersihkan alat-alat medis.



2.



Tikus Kontrol



Sebagai hewan perbandingan



3.



Tikus Percobaan



Sebagai hewan percobaan



4.



Analsik (diazepam 2 mg + metampiron 500 mg)



Obat Analsik berguna mengurangi rasa nyeri sedang sampai berat.



5.



Asam asetat 1%



Sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia.



6.



Na CMC 1%



Untuk bahan pengental yang akan membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas.



7.



Kapas



Untuk mengoleskan alkohol ke hewan uji



3.2. Prosedur Mencit di timbang lalu diberi nomor, dan catat. Sebelum pemberian obat, catat dengan menggunakan stopwatch waktu yang diperlukan mencit untuk menjentikkan ekornya ke luar dari air panas (480 -500C). Tiap rangkaian pengamatan dilakukan tiga kali selang dua menit. Pengamatan pertama diabaikan, hasil pengamatan terakhir dirata-ratakan dan dicatat sebagai respon normal masing-masing mencit. Suntikkan secara intra peritoneal kepada masing-masing mencit obat dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit. Pengamatan dilakukan pada menit ke 5, 15, 30, 45, dan 60 setelah pemberian obat. Buatlah tabel hasil pengamatan dengan lengkap dan dibuat kurva hubungan antara dosis yang diberikan terhadap respon mencit untuk stimulus nyeri.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Jumlah Geliatan Mencit Pada Kelompok Kontrol



No.



Rentang waktu (Menit)



Jumlah Geliatin



1.



5



24



2.



10



23



3.



15



16



4.



20



10



5.



25



9



6.



30



12



7.



35



11



8.



40



16



9.



45



8



10.



50



12



11.



55



13



12.



60



8



Jumlah



162



4.1.2 Jumlah Geliatan Mencit Pada Kelompok Uji No.



Rentang waktu (Menit)



Jumlah Geliatin



1.



5



16



2.



10



24



3.



15



18



4.



20



13



5.



25



14



6.



30



10



7.



35



11



8.



40



8



9.



45



6



10.



50



3



11.



55



4



12.



60



3



Jumlah



130



Analisis Data Data dianalisis dengan menghitung persen daya analgetiknya dengan rumus % daya analgetik = 100 – (jumlah geliatan kelompok obat/jumlah geliatan kelompok kontrol) x 100% % daya analgetik = 100 – ( 130/162 ) x 100% = 99.1975308642 4.1.3 Grafik Hubungan Waktu Dengan Jumlah Geliatan 30 25 20 15 10 5 0 5



10



15



20



25



30



Kelompok Kontrol



35



40



45



50



55



60



Kelompok Uji



4.2 Pembahasan Mekanisme nyeri secara singkat adalah sebagai berikut : Rangsangan diterimaoleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan ke pusat nyeridi korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri,impuls dikembalikan ke periferdalam bentuk persepsi nyeri. Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujungujung saraftelanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi ataumenghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengananestetika umum). Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang



nyeri,mempengaruhi emosi, menimbulkan sedasi atau sopor, atau mengubah persepsimodulitas nyeri. Pada praktikum kali ini membahas tentang “Analgetik dan Hubungan dengan Dosis-Respon”. Analgetik yang digunakan adalah analsik, Analsik adalah obat pereda nyeri yang mengandung 2 kombinasi zat aktif, yaitu diazepam 2 mg dan methampyrone (metamizole) 500 mg. Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang bekerja di otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk menghasilkan efek tenang.



BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan 5.1.1. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. 5.1.2. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa



menghilangkan



kesadaran.



nyeri



perlu



dihilangkan



jika



telahmengganggu aktifitas tubuh. 5.1.3 Analgetik ada 2 kelompok yaitu analgetik non narkotik dan narkotik. 5.1.4 Analsik adalah obat pereda nyeri yang mengandung 2 kombinasi zat aktif, yaitu diazepam 2 mg dan methampyrone (metamizole) 500 mg.



Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang bekerja di otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk menghasilkan efek tenang.



DAFTAR PUSTAKA Tjay, T. H. dan Kirana R. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Gramedia Anonim. 2010. Farmakologi untuk SMK Farmasi. Jakarta: DEPKES RI Kelompok Kerja Ilmiah. (1993). Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Penerbit Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. Le Bars, D., Gozariu M., and Cadden S.W. 2001. Animals Models Nociception. Pharmacol Rev. 53(4): 597-652. Parmar, N.S. & Prakash, S. 2006. Screening Methods in Pharmacology. Oxford: Apha Science International, 47, 225 & 226.